Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU UKUR TANAH

ALAT UKUR WATER PASS

DOSEN PENGAMPU: SURYA HAMDANI,S.T.

DISUSUN OLEH :

KARTINI ( TSP221004)

PRODI : TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CORDOVA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan khadirat Tuhan Yang Maha Msa karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengengetahuan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Ukur Tanah yang
berjudul `` Alat Ukur Water Pas `` .

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah Semester II dengan dosen pengampu Surya
Hamdani,S.T. Tidak lupa kami sampaikan terimaksih kepada dosen
pengampu mata kuliah Imu Ukur Tanah yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan orang tua yang selalu
mendukung .

Akhirnya, penulis sampaikan terimaksih atas perhatiannya terhadap


makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami khususnya. Dengan segala kerendahan hati , sara dan keritik yang
konstruktif sangan penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.

Taliwang, 14 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………
A. Landasan Teori…………………………………………….
B. Maksud Pengukuran Beda Tinggi…………………………….
1.1.Rumusan Masalah……………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………
2.1 Klasifikasi Waterpass…………………………………………
2.2 Prinsip Kerja Waterpass……………………………………..
2.3.1 Pengukuran Waterpass Memanjang……………………….
2.3.2 Pengukuran Waterpass
Melintang………………………….
2.3 Peralatan Untuk Mengukur Beda
Tinggi…………………….
2.4 Cara Pelaksanaan
Pengukuran………………………………..

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………….
3.2 Saran……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Landasan Teori
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan
ketinggian atau beda tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini
sangat penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai keperluan
pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan
untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak
bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada,
perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran
yang sudah ada, dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering
digunakan, yaitu :
 Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum
dianggap sama dengan garis unting-unting.
 Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada
setiap titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti
permukaan laut.
 Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap
bidang datum.
 Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui
elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran
elevasi daerah sekelilingnya.

B. Maksud Pengukuran Beda Tinggi


Pengukuran ini mempunyai maksud untuk :
 Menentukan beda tinggi dari setiap titik pada jalan yang lurus
serta menentukan elevasi setiap titik tersebut dari titik tetap (Bench
Mark) yang telah ditetapkan.
 Mengetahui macam-macam bagian-bagian alat waterpass
  Mengetahui apa itu waterpass

1.1. Rumusan Masalah


    Menentukan tinggi patok
   Mengetahui alat-alat pengukuran beda tinggi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Waterpass

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai


berikut :
1.         Lingkaran horizontal berskala,
2.         Skala pada lingkaran horizontal,
3.         Okuler teropong,
4.         Alat bidik dengan celah penjara,
5.         Cermin nivo,
6.         Sekrup penyetel fokus,
7.         Sekrup penggerak horizontal,
8.         Sekrup pengungkit,
9.         Sekrup pendatar,
10.       Obyektif teropong,
11.       Nivo tabung,
12.       Nivo kotak.

2.2  Prinsip Kerja Waterpass


Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis
sumbu teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi
horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan
gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-
syarat sbb :
 Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
 Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
 Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan
rambu ukur (baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah
pembagian skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan
pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya pun harus
betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri dengan tegak,
maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia,
dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-
lahan ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat
hasil pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini tidak cocok bila
rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk persegi.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa :
          2BT = BA + BB
Adapun : BT = Bacaan benang tengah waterpass
                 BA = Bacaan benang atas waterpass
                 BB= Bacaan benang bawah waterpass
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau
pembagian skala pada rambu ukur tersebut tidak benar.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ada dua macam pengukuran
waterpass yang dilaksanakan, yaitu :
          1.      Pengukuran Waterpass Memanjang
          2.      Pengukuran Waterpass Melintang
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah

2.3.1. Pengukuran Waterpas Memanjang


Beda tinggi antara titik A dan B adalah :
        ΔhP1P2 = BTP1 – BTP2                             
  Adapun : ΔhP1P2 = beda tinggi antara titik P1 dan P2 
               BTP1   = bacaan benang tengah di titik P1 
              BTP2   = bacaan benang tengah di titik P2
                       

Jarak antara A dengan P1 adalah :


            do = 100 × (BAP1 – BBP1)
Adapun : dAP   = jarak antara titik A dan P
                BAA = bacaan benang atas di titik A
                BBA = bacaan benang bawah di titik A
            Dalam pengukuran waterpass memanjang, pesawat diletakkan di
tengah-tengah titik yang akan diukur. Hal ini untuk meniadakan
kesalahan akibat tidak sejajarnya kedudukan sumbu teropong dengan
garis arah nivo.s
2.3.2. Pengukuran Waterpass Melintang

            Beda tinggi antara titik 1 dan 2 adalah :


            Δh12 = BT1 – BT2
               Adapun : Δh12 = beda tinggi antara titik 1 dan titik 2
                                 BT1  = bacaan benang tengah di titik 1
                                 BT2  = bacaan benang tengah di titik 2
                Beda tinggi antara titik 1 dan titik P adalah :
                Δh1P = BT1 – TP
                Adapun : Δh1P = beda tinggi antara titik 1 dan titik P
                                 BT1  = bacaan benang tengah di titik 1
                                 TP    = tinggi pesawat

Berikut adalah kesalahan–kesalahan yang biasa dilakukan di lapangan :


1.      Pembacaan yang salah terhadap rambu ukur. Hal ini dapat di
sebabkan karena mata si pengamat kabur, angka rambu ukur yang hilang
akibat sering tergores, rambu ukur kurang tegak dan sebagainya.
2.      Penempatan pesawat atau rambu ukur yang salah.
3.      Pencatatan hasil pengamatan yang salah.
4.      Menyentuh kaki tiga (tripod) sehingga kedudukan pesawat / nivo
berubah

2.3  Peralatan Untuk Mengukur Beda Tinggi


a. Waterpass
b.    Statif (Kaki Tiga)
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat
diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu
berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :
                                               Gambar 2.2
                                                  Statif (Kaki Tiga)

c.  Unting – Unting
Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini
berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada
tepat di atas patok.

Gambar 2.3
Unting-unting

d.   Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang
berukuran  ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada yang
panjangnya mencapai 500 cm.Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu
besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan  ukuran milimeter dan
diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur
diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat
dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan
pengukuran tinggi tiap patok utama secara detail.

Gambar 2.4
Rambu ukur/Bak ukur

e.    Payung
Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun
hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar matahari.

Gambar 2.5
payung
f. Kompas
Kompas digunakan untuk menentukan arah utara dalam pengukuran
sehingga dijadikan patokan utama dalam pengukuran yang biasa di sebut
sudut azimut.

                                            
                                                           
Gambar 2.6
Kompas

g. Nivo
Di dalam nivo terdapat sumbu tabung berupa garis khayal memanjang
menyinggung permukaan atas tepat ditengah. Selain itu, dalam tabung
nivo terdapat gelembung yang berfungsi sebagai medium penunjuk bila
nivo sudah tepat berada ditengah.

Gambar 2.7
Nivo Kotak

                                                                            


h.    Rol Meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan
dilengkapi tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan
patok yang lain.

Gambar 2.8
Rol Meter

i. Patok
Patok ini terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk
lingkaran atau segi empat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan
ujung bawahnya dibuat runcing, berfungsi sebagai suatu tanda di
lapangan untuk titik utama dalam pengukuran.

Gambar 2.9
patok
                                       

2.4. Cara Pelaksanaan Pengukuran


            Urut-urutan pelaksanaan dari pengukuran waterpass adalah
sebagai berikut:
2.4.1 Pengukuran Waterpass Memanjang :
1. Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Banch Mark) yang
digunakan.
2. Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan
cat  sebagai titik P1
3. Menentukan titik A yang berjarak 25 meter didepan titik P1, dan titik
P2 yang berjarak 25 meter didepan titik A dan seterusnya dengan
memberi tanda dengan cat hingga titik terakhir, yaitu titik P11 sejauh 500
m dari titik awal.
4.Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan alat ukur
waterpass diatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.
5.Memasang Unting-unting dan mengusahakan agar unting-unting
tersebut tepat menunjuk ke titik P1.
6. Mengatur sekrup  pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-
tengah tabung.
7.Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM
kemudian ditembak dari titik P1 tersebut (usahakan letak bak vertikal)
8.Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat
oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d
=  100 x (BA-BB) dan 2  x BT  = BA + BB. Jika hasil pembacaan tidak
memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
9.Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik
P1 dan P2 ditembak/diukur. Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk
penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya hingga titik
terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal
untuk bacaan pulang hingga titik A.
10. Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika
selisih beda tinggi antara pengukuran pergi dengan pengukuran pulang
melampaui kesalahan ynag diijinkan, maka Pengukuran harus diulang
kembali.

2.4.2  Pengukuran Waterpass Melintang :

1.Pesawat    didirikan tepat diatas dititik P1 yang telah ditandai dengan


cat.
2.Setelah unting-unting menunjuk tepat ke titik P1, sekrup pengukit
diatur sedemikian rupa hingga gelembung nivo tepat ditengah-tengah.
3.Menentukan  titik-titik yang akan ditentukan ketinggiannya, lalu
mengukur jarak titik-titik tesebut dari pesawat. Titik-titik tersebut adalah
titik 1, 2, 3, dst.
4.Menyipat titik-titik yang telah ditentukan tersebut serta titik BM,
sementara pemegang  rambu membetulkan posisi  rambu ukur (baak)
spaya tegak betul.
5.Setelah letak rambu ukur vertikal, benang horisontal dibaca oleh
pengamat dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi
dua rumus waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB.
Jika hasil pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu
ukur diulang kembali.
6.Setelah titik-titik tersebut disipat, maka pesawat dipindahkan ke titik P2
yang telah diberi tanda cat, kemudian mengulang langkah-langkah no.2
s/d no.5. prosedur ini diulang untuk posisi pesawat di P3, P4, dan
seterusnya hingga titik terakhir, yaitu titik P11.
7. Melakukan penghitungan beda tinggi terhadap titik-titik tersebut.

BAB 3
Kesimpulan dan Saran

3.1       Kesimpulan
Jadi untuk menguku beda tinggi harus menggunakan waterpass karena
alat ini di desain kusus untuk mengukur beda tinggi.

3.2       Saran
Waterpass adalah alat yang cukup hanya perusahaan tertentu yang bisa
menggunakan nya jadi hendak nya alat ini di desain dengan desain yang
economis agar banyak yang bisamenggunakan pesawat ini.

Daftar Pustaka

http://www.4shared.com/account/dir/jynjf14p/
_online.html#dir=110598012\
www.google.com
Wongsotjiro S, ILMU UKUR TANAH,Kansius,1977:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai