Anda di halaman 1dari 16

Penuntun Praktikum Perpetaan

Acara :

WATERPASS/AUTOLEVEL
Tujuan :
1. Mengetahui prinsip dasar penggunaan
waterpass
2. Mengetahui cara pengambilan data
dilapangan

WATERPASS
Menyipat datar adalah alat untuk menentukan/ mengukur
beda tinggi antara 2 titik atau lebih. Pengukuran beda tinggi
dapat

dilakukan

waterpass.Dalam

dengan
praktikum

menggunakan
Ilmu

Ukur

alat

Tanah

ukur
dengan

menggunakan alat ukur waterpass ini dipergunakan dengan


system polygon terbuka lepas, dimana ditentukan satu titik
sebagai acuan untuk menghitung dan menentukan titik lainnya.
Macam-macam Pengukur Penyimpat Datar
Penentuan beda tinggi dapat dilakukan dengan 3 cara
penempatan

waterpass,

dimana

cara

penempatannya

tergantung pada kondisi lapangan.


Menempatkan waterpas pada salah satu titik
Beda tinggi A dan B dapat dihitung
Water
pass
b

B
t

Permukaan tanah

o
o
o
o

Baak ukur / rambu ukur


Patok sebanyak minimal 10 buah
Payung
Parang

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI1

Penuntun Praktikum Perpetaan


o Table lapangan (data)
Adapun fungsi alat yang dipakai yaitu
o Penyimpat datar lengkap
Waterpass
Sebuah alatuntuk mengukur beda tinggi antara dua
titik atau lebih
Statif kaki tiga
Sebagai penopang/dudukan dari waterpass
Nivo
Untuk mengetahui kedudukan sumbu horizontal alat
terhadap suatu bidang. Nivo terbuat dari sebuah
bejana tipisyang berbentuk lingkarandimana bidang
atasnya merupakan bidang bola yang digoreskan
beberapa titik lingkaran konsentrasi dengan pusat
lingkaran bejana. Bejana ini di isi dengan suatu
cairan (air raksa) tetapi tidak sampai penuh agar
timbul gelembung kecil (libel)yang selalu mengambil
kedudukan tertinggi.
Unting-unting
Sebagai penguji kedudukan sumber vertical alat
terhadap bidang. Alat ini terdiri dari silinder pejal,
yang ujungnya berbentuk kerucut yang terbuat dari
kuningan berisi timah hitam. Dengan menggunakan
seutas benang. Unting-unting ini digantungkan pada
rel yang terdapat pada plat statif.
Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM
Rolmeter
Untuk mengukur jarak langsung antara patok utama yang
satu dengan patok utama yang lain dan antara patok

utama dengan patok detail-detail.


Baak ukur/ rambu ukur
Berupa skala atau mistar yang menunjukkan ketinggian
suatu titik. Rambu ini diletakkan diatas patok/titik yang
diukur ketinggiannya (dalam prakteknya dilapangan, ranbu

ukur diletakkan disamping patok).


Patok
Merupakan tanda tempat meletakkan

rambu

untuk

mengukur suatu ttitik dilapangan.

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI2

Penuntun Praktikum Perpetaan

Payung
Melindungi waterpass dari hujan dan panas matahari agar
tidak mempengaruhi nivo.
Parang
Untuk menghilangkan rintangan-rintangan berupa semaksemak,

ranting/cabang

pohon

atau

tanaman

yang

mengganggu pelaksanaan pengukuran.


Table lapangan (data)
Untuk mencatat data yang diperoleh selama pengukuran
berlangsung.

2.3 Alat Ukur Penyipat Datar / Waterpass


2.3.1 Konstruksi Waterpass

Dalam pemakaian waterpass ini dibutuhkan alat bantu lain, yaitu


baak ukur. Bahagian bahagian dari alat penyipat datar
(waterpass) secara sederhana dapat dilihat pada gambar 3
dibawah ini :
Gambar 4.
Waterpass

Bahagian-bahagian

sederhana

dari

pesawat

Keterangan :
1. Lensa objektif
2. Nivo
3. Lensa okuler
4. Garis bidik
5. Kaki penyangga
6. Dasar alat
7. Sekrup pengunci
8. Garis arah nivo

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI3

Penuntun Praktikum Perpetaan


9. Sekrup koreksi nivo (nivo konsuidensi)
10.

Sekrup koreksi diafragma (memperjelas objek)

11.

Sekrup pengunci dengan kaki tiga (statip)

12.

Sekrup pengatur (penyama rata)

2.3.2 Cara Pemasangan dan Penyetelan Waterpass


Pada dasarnya pemasangan pesawat Water pass ini hampir sama
dengan pengaturan pemasangan pesawat Theodolit. Cuma saja
pada Water pass yang digunakan pada praktikum ini tidak
mempunyai 3 sekrup penyama rata. Tapi pengaturannya, yaitu
dengan mengatur nivo (gelembung nivo) agar berada di tengahtengah dengan sekrup pengontrol yang terdapat di dasar alat.
Seandainya gelembung nivo sudah berada di tengah-tengah,
kemudian sekrup pengunci (pengontrol) pada kaki tiga dikuatkan.
Dan pesawat Water pass sudah siap untuk dipakai.
2.4 Penggunaan Teropong
Dalam konstruksi lama teropong terdiri dari 3 tabung, yaitu :
1.

Tabung objektif, dengan lensa objektifnya.

2.

Tabung diafragma, dengan benang silangnya.

3.

Tabung okuler, dengan lensa okuler sebagai lup.

Dalam konstruksi baru, teropong terdiri dari 3 tabung juga,


yaitu :
1.

Tabung objektif dengan lensa objektif dan diafragma.

2.

Tabung okuler, dengan lensa okuler sebagai lup.

3.
Tabung lensa penolong, untuk menjatuhkan bayangan tepat
pada diafragma dinamakan juga tabung fukus.
Dalam konstruksi teropong yang modern, tetap saja mempunya
3 tabung seperti konstruksi baru, hanya ditambah dengan lensalensa dan prisma untuk memperjelas bayangan dan
memperpendek teropong.
Umumnya, setiap teropong yang modern dibantu dengan garis
bidik kasar/vizier untuk membantu mengarahkan ke sasaran.

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI4

Penuntun Praktikum Perpetaan


Apabila benda telah dapat ditangkap dengan garis bidik kasar,
maka pastilah bayangannya telah ada dalam teropong.
Langkah-langkah penggunaan teropong pada alat ukur :
1.
Arahkanlah terlebih dahulu teropong ke tempat yang jauh
dan terang (objek) dengan cara membidikannya, kemudian
pergunakan lensa okuler untuk melihat diafragma sampai terang.
Karena ukuran lensa mata kita tidak sama, kemungkinan tabung
lensa okuler terpaksa harus dimaju mundurkan. Usahakan garis
benang silang (garis salib sumbu) a dan b kelihatan
bayangannya a dan b cukup terang.
2.
Benda AB yang kita bidik akan ditangkap oleh lensa objektif
dan menghasilkan bayangan AB itu behimpitan dengan
diafragma dengan mempergunakan lensa okuler yang
digerakkan dengan cincin focus.
3.
Bila bayangan telah jatuh berhimpitan dengan
diafragma,maka dengan sendirinya bayangan tersebut kelihatan
dan benang silang pun kelihatan.
Untuk memeriksa apakah bayangan itu betul-betul telah jatuh
tepat berhimpitan pada benang silang,gerakanlah mata ke atas
dan ke bawah. Kalau bayangan nya juga ikut bergerak (gambar
4), tandanya bayangan tersebut belum tepat berhimpitan
dengan diafragma.
2.5 Alat Bantu Pengukuran
Ada beberapa alat bantu dalam pengukuran yaitu :
2.5.1 Statip
Berguna sebagai tempat diletakkannya theodolit, waterpass dll.
ketiga kaki statip ini dapat dinaik turunkan dengan melonggarkan
sekrup pengatur kaki.
2.5.2 Rambu Ukur
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini mempunyai
panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat
dalam cm, tiap-tiap blok merah, putih atau hitam menyatakan 1
cm, setiap 5 blok tersebut berbentuk huruf E yang menyatakan 5
cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap meter diberi
warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll. Kesemuanya
ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI5

Penuntun Praktikum Perpetaan


2.5.3 Unting-unting
Unting-unting berguna dalam penyentringan alat ukur yang tidak
memiliki alat duga optik , unting-unting ini terdiri dari benang
yang diberi pemberat.
2.5.4 Kompas
Berguna untuk menentukan arah mata angin, agar memudahkan
kita dalam menyelesaikan pengukuran, dan membantu mencari
sudut azimuth.

PENGUKURAN
3.1

Pengukuran Sudut

Pengukuran sudut dapat dilakukan dengan alat penyipat ruang


(Theodolit), dan pengukuran yang akan dilaksanakan dalam
praktikum ini adalah meliputi :
A. Pengukuran sudut Horizontal
B.
Pengukuran sudut Vertikal
C.
Pengukuran Sudut Jurusan (dengan menggunakan kompas
pada theodolit)
A.

Pengukuran sudut Horizontal

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI6

Penuntun Praktikum Perpetaan


Sudut Horizontal adalah sudut antara 2 arah dari satu titik,
setelah diproyeksikan dengan bidang horizontal.
APB = APB merupakan sudut horizontal
Pengukuran sudut mendatar (horizontal) dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu cara reiterasi dan cara repetisi.
Pengukuran Reiterasi
Pengukuran sudut dengan cara reiterasi dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Tentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan diukur
sudutnya dengan Pesawat Theodolit (T). Misalkan titik A dan titik
B.
b.
Dengan pemasangan yang baik pesawat di titik P,
kemudian baca besaran sudut horizontal pada arah PA dan arah
PB.
c.
Besar sudut APBadalah = bacaan arah PB dikurang
bacaan arah PA (bacaan kanan bacaan kiri).
Pengukuran sudut cara Repetisi
Pengukuran sudut cara repetisi dengan pemakaian pesawat
Theodolit digital elektronik ini, cukup dengan menekan tombol
set 0 pada arah PA. maka pada layar akan ditampilkan pada
pembacaan Horizontal 0o00. Kemudian dilakukan pembacaan
pada arah PB. Hasil yang didapatkan adalah besaran sudut ATB.
Hanya saja perlu diperhatikan tanda untuk sudut kanan dan kiri.
Pengukuran ini dapat dilakukan berulang-ulang agar lebih teliti.
Untuk pengecekan kebenaran pengukuran sudut horizontal dapat
dilakukan dengan cara :
Pengukuran sudut biasa dan sudut luar biasa.
Pengukuran sudut biasa dan sudut luar biasa pada satu titik
dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut biasa suatu titik A
dari pesawat (T). Untuk pembacaan sudut luar biasa dilakukan
dengan cara memutar teropong 180 o kearah vertikal, sehingga
vizier pada teropong berada di bawah. Kemudian teropong
diarahkan ke titik A selisih pembacaan sudut biasa dan sudut luar
biasa adalah 180o
Pengukuran sudut kanan dan sudut kiri

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI7

Penuntun Praktikum Perpetaan


Pada pesawat EDT yang digunakan dalam praktikum ini tersedia
fasilitas sudut kanan dan sudut kiri. Cara nya yaitu dengan
mengarahkan teropong pada titik A (dengan panah
).
Kemudian dilakukan pembacaan. Hasil yang didapat adalah
sudut kanan. Untuk mendapatkan sudut kiri, lakukan pengukuran
sekali lagi dengan posisi panah (
). Jumlah sudut kanan dan
sudut kiri yang didapatkan sama dengan 360o atau 400g.
B.

Pengukuran Sudut Vertikal

Sudut vertikal adalah sudut antara sebuah arah dengan bidang


horizontal (elevasi dan depresi) atau antara sebuah arah dengan
bidang vertikal (sudut zenith). Ilustrasi ini dapat dilihat pada
gambar 10.
Gambar 12. Ilustrasi Sudut Vertikal
Pada saat pengukuran sudut horizontal dititik A dan titik B, dapat
dilakukan sekaligus pembacaan sudut vertikal dan dapat dilihat
hasilnya pada layar pembacaan dalam satuan seksagesimal. Lain
halnya dengan pembacaa sudut Vertikal pada pesawat theodolit
sederhana, kita harus menyetel terlebih dahulu nivo konsuidensi
membentuk huruf U. Tapi pada pesawat EDT yang kita gunakan
tidak ada penyetelan nivo konsuidensi.
Jika kita ingin pembacaan sudut Vertikal ini dalam satuan persen
(%), dapat hanya dengan menekan tombol (%) pada pesawat,
dan akan ditampilkan secara langsung hasilnya. Hubungan
antara persentase sudut Vertikal dengan seksagesimal dapat kita
lihat pada gambar 9.
Pada theodolit sederhana pembacaan sudut horizontal dan sudut
vertikal dapat dilihat pada lensa pembacaan sudut dalam skala
nonius. Bentuk bacaan skalanya bermacam-macam, salah
satunya dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini.
C.

Pengukuran Azimuth

Pengukuran sudut Azimuth dapat diukur dengan bantuan kompas


yang ada pada pesawat theodolit (lihat gambar 8b.), metoda ini
dapat dilakukan dengan cara memposisikan kompas pada arah
utara magnetis, kemudian set 0 pada keadaan tersebut. Yang
dibaca pada skala lingkaran mendatar adalah suatu sudut yang
dinamakan azimuth, dan karena menggunakan ujung utara jarum
magnit, dinamakan pula azimuth magnetis. Azimuth adalah
suatu sudut yang dimulai dari arah utara, searah putaran jarum
jam, dan diakhiri pada ujung obyektif garis bidik atau garis yang
dimaksud, dan yang besarnya sama dengan angka pembacaan.

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI8

Penuntun Praktikum Perpetaan


3.2

Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan alat penyipat


datar, atau waterpass. Maksud dari pengukuran ini adalah
menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila beda tinggi h
diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui
= Ha dan titik B terletak lebih tinggi daripada titik A, maka titik B,
Hb = Ha + h.
Pengukuran beda tinggi ini dapat dilakukan dengan 3 cara ; 1.
Pengukuran diambil dari salah satu titik dimaksud, 2. Pengukuran
diambil dari antara dua titik dimaksud, 3. Pengukuran diambil
dari satu titik sembarang. Dalam praktikum ini kita akan
mencobakan pengukuran beda tinggi yang diambil dari antara
dua titik yang dimaksud.
Setelah pesawat siap untuk dipakai kemudian dilakukanlah
pengukuran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan titik-titik yang akan diukur beda tingginya,
misalkan titik A dan titik B.
2. Baak ukur ditempatkan pada titik A dan titik B dan
kedudukannya harus vertical (dibuktikan dengan bacaan
benang tengah .)
3. Dilakukan pembidikan teropong Water pass pada
ukur di titik A (belakang).

baak

4. Dilakukan pembacaan,yaitu pembacaan benang atas (ba),


benang tengah (bt) dan benang bawah (bb). Yang harus
diingat
pada
waktu
sebelum
pembacaan adalah
pengaturan nivo konsidensi berbentuk huruf U.
5. Hal yang sama seperti point 3 dan 4 dilakukan untuk titik B
(muka).
Untuk koreksi pembacaan bt dilakukan perhitungan :
. Hasil nya sebagai rata-rata, harus sama dengan pembacaan bt.
Seandainya angka yang didapat tidak sama, maka pembacaan
dapat dikatakan salah. Untuk itu perlu diulang lagi sampai
pembacaan yang benar.
Untuk koreksi yang lebih baik, dilakukan perhitungan rata-rata bt
untuk titik A dan B, yaitu

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI9

Penuntun Praktikum Perpetaan


Sehingga didapat angka rata-rata dari bt A dan bt B
6.
Beda tinggi antara titik A dan titik B adalah selisih bt B
dengan bt A (belakang muka)
Catatan :
Pembacaan di B dinamakan pembacaan muka
Pembacaan di A dinamakan pembacaan belakang
Gambar 13. Ilustrasi Pengukuran Beda Tinggi
3.3

Pengukuran Jarak

3.3.1 Secara Konvensional


Cara ini menggunakan pita ukur atau rantai ukur, ada beberapa
cara yang harus diperhatikan dalam menggunakan cara ini, yaitu
:
Jika jarak yang diukur adalah jarak mendatar, pita atau rantai
ukur harus dalam keadaan tegang dan datar.
Jika jarak melebihi panjang pita, maka pengukuran dilakukan
secara bertahap.
Pengukuran
pengukuran.

dilakukan

pulang

pergi

untuk

satu

slag

Gunakan pita ukur yang baik.


3.3.2 Secara Elektronis
1. EDM (Electronic Distance Meter)
Dengan alat ini diperlukan alat tambahan berupa reflaktor yang
berfungsi mengembalikan gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh EDM kembali ke alat tersebut agar dapat
dilakukan pemrosesan perhitungan jarak. Jadi alat ini
memberikan hasil secara digital dan hasilnya lebih teliti
2.

Waterpass

Pengukuran jarak dengan waterpass, diperlukan alat bantu yang


disebut baak ukur (gambar 6). Pelaksanaan nya yaitu dengan
jalan menempatkan baak ukur tepat dan tegak lurus pada objek
yang akan kita ukur jaraknya. Kemudian bidik kan teropong

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI10

Penuntun Praktikum Perpetaan


kearah baak ukur , dan baca angka pada benang atas (ba) dan
benang bawah (bb) pada diafragma teropong. Maka hasil
perhitungan jaraknya adalah :
Contoh : (gambar 7)
Pembacaan ba = 0,655
Pembacaan bb = 0,480
3.

Theodolit

Pelaksanaan pengukuran jarak dengan menggunakan theodolit


sama persis dengan waterpass, hanya haja yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan theodolit untuk pengukuran
jarak ini adalah sudut vertikal nya harus = 90 o, dimana saat
tersebut theodolit juga dapat dikatakan sebagai alat penyipat
datar yang berfungsi sama dengan waterpass

Alat ukur waterpas dalam Ilmu Ukur Tanah


Alat ukur waterpas dapat di golongkan ke dalam beberapa jenis,
yakni :
a.

Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan

nivo
menjadi satu, penyetelan kedudukan teropong di lakukan
dengan

tiga

sekrup pengatur.
b.

Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di

putar

pada

sumbu memanjangnya.
c.

Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting

level),
pada jenis ini sumbu teropong dapat di setel dengan
menggunakan
sekrup pengungkit (tilting screw).

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI11

Penuntun Praktikum Perpetaan


d.

Type otomatis (automatic level), Pada jenis ini kedudukan

sumbu
teropong akan horizontal secara otomatis karena di dalamnya
di lengkapi dengan prisma-prisma yang di gantungkan pada
plat baja.
e.

Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong

yang
di lengkapi dengan nivo, sedangkan cara menggunakannya
cukup
di pegang dengan tangan.
Waterpas atau sipat datar bertujuan untuk menentukan
beda tinggi antara titik-titik di permukaan atas permukaan bumi
secara

teliti.

Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari


suatu

bidang

dianggap

referensi,

nol.

yaitu

bidang

Dalam geodesi,

yang

bidang

ketinggiannya
ini

dianggap

sebagai bidang geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit


dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang
equipotensial

disebut

juga

bidang

nivo.

Bidang

ini

selalu tegak lurus dengan arah gaya berat di mana saja di


permukaan bumi.
Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas
harus

memenuhi

beberapa syarat tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat


ditawartawar lagi maupun syarat tambahan yang dimaksudkan untuk
memperlancar

pelaksanaan pengukuran

di

lapangan.

Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada umumnya


adalah:
a.

Syarat dinamis: sumbu I vertikal

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI12

Penuntun Praktikum Perpetaan


b.

Syarat statis, antara lain :

1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo


2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar


pengaturannya
lebih sistematis dan tidak berulang-ulang, urutan pengaturannya
dibalik

dari

poin 3 ke 1.
1.

Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I


Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang

mendatar)

telah

dibuat tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat


ukur.
2.

Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I


Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup

ungkit,

syarat

ini penting sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat
ini

agak

sedikit longgar karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI13

Penuntun Praktikum Perpetaan


pengukuran
dapat diseimbangkan dengan skrup ungkir ini.
Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu
I

telah

dibuat vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo


akan
tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena
garis
bidik telah dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
3. Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis
bidik
Untuk

mendatar.
mengetahui

apakah

garis

bidik

sudah

betul-betul

mendatar

atau

belum, digunakan nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang,


garis
arah nivo pasti mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa
membuat
garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis arah nivo pasti
mendatar.
Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m.
Berikut contoh pengukuran dengan alat ukur waterpass.

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI14

Penuntun Praktikum Perpetaan


Apabila alat didirikan di antara dua buah rambu, maka
antara dua buah rambu dinamakan slag yang terdiri dari bidikan
ke rambu muka dan rambu belakang. Selain garis bidik atau
benang tengah (BT), teropong juga dilengkapi dengan benang
stadia yaitu benang atas (BA) dan benang bawah (BB). Selain
untuk

pengukuran jarak optis, pembacaan BA dan BB juga

sebagai

kontrol

pembacaan

BT

di mana seharusnya pembacaan 2BT=BA+BB


Apabila jarak antara dua buah titik yang akan diukur beda
tingginya
relatif jauh, maka dilakukan pengukuran berantai. Pada metode
ini, pengukuran tak dapat dilakukan dengan satu kali berdiri alat.
Oleh karena itu antara dua buah titik kontrol yang berurutan
dibuat
beberapa slag dengan

titik-titik

bantu

dan

pengukurannya

dibuat
secara berantai (differential lavelling).
Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran
beda

tinggi

juga tidak cukup dilakukan dengan sekali jalan, tetapi dibuat


pengukuran pergi pulang, yang pelaksanaannya dapat dilakukan
dalam
satu hari (dinamakan seksi), serta dimulai dan diakhiri pada
titik tetao. Gabungan beberapa seksi dinamakan trayek.
Persamaan yang berlaku dalam sipatdatar :
a.
Waterpas
terbuka
:
h
awal.............................. (II. p)
b. Waterpas tertutup :

akhir

(II. q)

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI15

Penuntun Praktikum Perpetaan

Gambar 2.6. Penentuan beda tinggi dengan sipat datar


Keterangan gambar :
A dan B

: titik di atas permukaan bumi yang akan diukur bed

tingginya
a dan b

: bacaan atau tinggi garis mendatar di titik A dan Ba

dan Hb : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi


hAB

: beda tinggi antara titik A dan B

Laboratorium Dinamis, Teknik Pertambangan UMI16

Anda mungkin juga menyukai