OLEH :
SUKATIMAN, ST.,M.Si
i
2011
DASAR-DASAR
SURVAI DAN PEMETAAN
UNTUK MAHASISWA/JURU UKUR
OLEH :
SUKATIMAN, ST.,M.SI
Drs. Bambang Sulistyo Budhi
OLEH :
SUKATIMAN, ST.,M.SI
2020 ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
Chapter V.
v
BAB I.
PEMBUATAN PETA DENGAN ALAT SEDERHANA
A. Pengertian Peta
Sebelum melaksanakan pembuatan peta, maka terlebih dahulu harus
mengerti arti penting dari suatu peta. Peta menurut International Cartografi
Association (1973) adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau
kenampakan atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda
angkasa pada umumnya yang digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan. Definisi lain dari peta menurut Prihandito (1989)
menyatakan bahwa peta adalah gambaran dari permukaan bumi dalam skala
tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui system proyeksi.
selanjutnya dikatakan bahwa fungsi peta adalah :(1) menunjukkan posisi atau
lokasi relative (letak suatu tempat) dalam hubungannya dengan tempat lain
dipermukaan bumi, (2) memperlihatkan ukuran (dari petadapat diukur luas
daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi), (3) memperlihatkan bentuk
(misalnya bentuk dari benua, Negara, gunung, sungai, jalan dan sebagainya, (4)
mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatudaerah dan menyajikannya
di atas peta. Dalam hal ini dipakai simbul-simbul sebagai wakil dari peta
tersebut dimana kartografer menganggap symbol etrsebut dapat dimengerti oleh
si pemakai peta.
1
raya, jalan baja, bangunan gedung, jembatan, saluran pembuangan air, dan lain
sebagainya.
C. Jarak
Pengukuran jarak adalah penentuan jarak antara dua titik dipermukaan
bumi (Astanto, 2001). Biasanya yang digunakan adalah jarak horisontal, hal ini
terjadi karena bidang muka bumi adalah bidang lengkung, sehingga akan terjadi
distorsi pengukuran jarak. Distorsi akan semakin besar pada saat memetakan
lahan yang luas. Batasan luasan daerah yang dianggap tidak mengalami distorsi
dalam pengukuran tanah adalah pengukuran di bawah 50 km 2.
Dalam pekerjaan ukur tanah para surveyor maupun juru ukur harus
mampu menguasai perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan penentuan
posisi maupun perhitungan luas hasil pengukuran. Berikut ini diberikan rumus
rumus matematika dalam pemetaan, yang sebetulnya sudah cukup familiar
a
b
A c B
2
b
a. sin
a
c
b. cos
a
b
c. tan
c
a 1
d. sec
c cos
a 1
e. cos ec
c cos
a 1
f. cot A
c tan
a
b
A c B
a b c
a. Kaidah Sinus = = 2R
sin A sin B sin C
Dimana R adalah jari-jari lingkaran yang mengitarinya
3
b. Kaidah cosinus : a2 = b2 + c2 - 2.b.c cos
Jika sudut A tumpul maka cos A = - cos (180 – A)
c. Kaidah Luas :
Luas segitiga ABC = ½ a.b sin C
( A B) (a b ) c
tan cot
2 a b) 2
e. Luas Segitiga ABC
( s a ) ( s b) ( s c )
A ( s a)
cos ( s)
2 b.c
(a b c)
Dengan : s
2
Contoh :
1. Hitunglah panjang sisi-sisi dan luas segitiga seperti gambar di bawah ini :
4
Jawab :
tan 35 = Sin35 =
C = 14,9 m b = 18,30 m
L=½.a.c
= ½ . 10,43 . 14,9
= 77,70 m²
a.
5
b.
KAIDAH LUAS
L ABC = ½ . a . b . sinø
= ½ . 35 . 39,57 . sin70
= 650,23 m²
S= =
= 58,75m
L=
= 650,67 m²
6
terpenting adalah pengukuran titik-titik baik yang sudah ada atau pengukuran
baru.
Alat pemberi tanda di lapangan (markah) terdiri dari bermacam-macam
bentuknya, antara lain :
a) Titik sementara. Jika titik tersebut hanya dipakai saat pengukuran saja, maka
titik tersebut disebut titik sementara.
b) Titik semi permanen. Jika titik tersebut setelah pengukuran akan dilanjutkan
lagi pada hari yang akan datang atau hari berikutnya, maka titik tersebut
disebut titik semi permanen. Alat untuk member tanda titik tersebut dapat
berupa jalon yang ditancapkan, dapat pula diganti dengan patok-patok.
c) Titik tetap. Apabila titik tersebut setelah pengukuran selesai akan digunakan
sebagai tanda untuk selamanya harus ada, maka titik tersebut dinamakan
titik tetap. Alat untuk memberi tanda titik tersebut dapat berupa patok beton/
batu.
a. Titik awal
Adalah posisi atau letak yang dipakai sebagai penentu posisi selanjutnya.
dengan demikian maka titik awal harus diketahui terlebih dahulu.
b. Titik Ikat.
Adalah unsur gambar yang patut dipindahkan ke atas peta, misalkan pojok
bangunan, pinggir jalan, dan sebagainya. Titik detail diikat oleh titik ikat yang
terdapat padanya.
7
d. Titik Datum
a) Jalon/ anjir
b) Pita ukur
c) Prisma
d) Palu
e) Payung
f) Kompas
8
U
d1 d2 d3
a. Langkah Kerja
1) Menentukan titk A dan B dengan cara menancapkan jalon ditempat yang
ditentukan, untuk titik A dan B dengan posisi tegak menggunakan bantuan
unting-unting.
2) Membidik jalon A ke B untuk menentukan letak jalon 1 di belakang titik
B, dilanjutkan menancapkan jalon tersebut sehingga segaris dengan
perpanjangan titik A-B, dengan posisi jalon tegak lurus dengan bantuan
unting-unting
3) Untuk mendapatkan titik-titik berikutnya yaitu letak jalon 2 sampai 6,
caranya sema dengan langkah kerja pada penempatan jalon 1 sehingga
jalon A, segaris lurus.B,1,2,3,4,5,6
4) Mengukur masing – masing panjang antara titik yaitu, dAB, dB1, d12,
d23, d34, d45, d56
5) Mengukur sudut jurusan garis A6 dengan bantuan kompas,
6) Mengikat garis A6 dengan bangunan, menggunakan cara mengukur sudut
jurusan dan jarak garis A ke salah satu sudut bangunan dengan bantuan
kompas,
7) Mencatat hasil pengukuran praktik
8) Memeriksa alat yang dipakai dan mengembalikannya ke laboratorium.
9
Gambar : Posisi Awal Anjir/ Jalon yang Harus Diperpanjang
d1 d2 d3
d1 d2 d3
d1 d2 d3 10
d4 4 5
Gambar 4 : Posisi Garis Tegak Lurus/ Siku Di Lapangan
Pada kasus dimana jalon tidak bisa di bidik dari belakangnya, seperti
pembuatan garis lurus pada sudut-sudut bangunan, maka langkah yang dilakukan adalah
membuat bantuan dengan cara seperti berikut :
1. Menempatkan jalon dititik A dan B pada kedua sudut bangunan dan menentukan
ketegakannya dengan bantuan unting-unting.
2. Menempatkan jalon dititik C disembarang tempat dengan syarat titik tersebut
dapat dilihat dari salah satu titik A atau B, kemudian buat garis lurus CA dengan
cara menancapkan jalon 1 diantara titik C dan A
3. Menempatkan jalon 2 diantara titik 1 dan B (salah satu sudut bangunan )
4. Menarik garis lurus diantara titik A-2 ( jalon 3 dan 4 )
5. Selanjutnya menempatkan jalon 5 diantara titik B-4
6. Kemudian dari titik 5 ditarik garis lurus ke titik A lagi sehingga didapat titik 6
7. Langkah terakhir menempatkan jalon E diantara jalon A dan D, sehingga didapat
jalon A,B, 5 dan 6 berada dalam satu garis lurus.
11
C
1
3 2
A 6 4
5
B
BANGUNAN
3
BANGUNAN
12
4 5
BANGUNAN
X X
BANGUNAN
4 BANGUNAN
3
S Ɵ1
13
Ɵ1 M
R Ɵ1
Gambar : Pelaksanaan Pembuatan Garis Yang Terhalang di Lapangan
14
b. Tindakan Keamanan
1.) Memakai pakaian praktikum
2.) Menggunakan alat-alat dengan baik,
3.) Memeriksa alat-alat sebelum dan sesudah praktik
c. Langkah Kerja
1.) Memperhatikan dan mengikuti petunjuk dari dosen pembimbing
2.) Bon dan menyiapkan semua peralatan yang diperlukan
3.) Mencari lokasi yang akan digunakan untuk praktek
4.) Membuat sketsa dari lokasi praktik pengukuran
5.) Menancapkan 5 buah jalon ( A, B, C, D, E, F ) pada titik-titik batas persil
yang membentuk segi enam dan membidik ke enam jalon agar tegak,
6.) Mengukur jarak antar jalon di titik batas persil menggunakan bantuan roll
meter serta sudut jurusannya menggunakan bantuan kompas
7.) Membuat garis ukur dari jalon B ke jalon D untuk mengikat sudut
bangunan, kemudian mengukur panjang garis ukur B,D dengan roll meter
dan mengukur sudut jurusan dari B,D dengan menggunakan bantuan
kompas.
8.) Mengikat tiap titik pada sudut bangunan dengan cara memperpanjang garis
dari titik-titik pada setiap sudut bangunan. dengan cara :
- Orang pertama membidik dari titik B ke titik D,
- Orang kedua membidik dari garis ukur ke sudut bangunan agar didapat titik
yang segaris lurus sisi bangunan
- Orang ketiga menancapkan jalon 1 pada pertemuan garis ukur dan
perpanjangan sisi bangunan, mengikuti instruksi bidikan orang pertama dan
orang kedua, Sehingga didapatkan titik 1 yang terletak pada pertemuan garis
ukur dan perpanjangan sisi bangunan.
9.) Mengukur jarak titik perpotongan pada garis ukur BD dengan titik-titik
pada sisi bangunan , dengan patokan titik perpotongan di garis ukur BD =
0,00 m.
10.) Meneruskan dengan cara yang sama (seperti langkah no 8 ) pada setiap
sudut bangunan untuk mendapat titik perpotongan dengan garis ukur BD.
11.) Mengukur jarak tiap titik yang ada pada garis ukur BD
15
12.) Menggambar peta hasil pengukuran pada kertas dan menghitung hasil
pengukuran
13.) Mengukur jarak antar jalon pada batas persil menggunakan rollmeter
14.) Mengukur semua sudut jurusan dari masing – masing jalon pada batas persil
menggunakan kompas
15.) Mencatat semua hasil pengukuran praktik
16.) Membuat laporan sementara dari kegiatan yang telah di lakukan.
17.) Memeriksa alat yang di pakai dan mengembalikannya ke laboratorium.
Sumber : Wongsotjitro
Pada topik ini akan dibahas mengenai cara pembuatan peta dengan menggunakan
alat sederhana dan pada daerah yang kecil yaitu dengan cara koordinat tegak lurus. Jika
16
kita telah menguasai teknik ini maka kita akan dapat menerapkannya pada pembuatan
peta dengan menggunakan pesawat.
a. Kompetensi Dasar
1) Mahasiswa memahami cara membuat peta dengan metode koordinat tegak
lurus di lapangan
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat menggambar sketsa lokasi praktik dengan benar
2) Mahasiswa dapat menggunakan unting-unting dengan benar,
3) Mahasiswa dapat mengukur jarak menggunakan bantuan rollmeter dengan
benar,
4) Mahasiswa dapat mengukur sudut menggunakan bantuan kompas dengan
benar,
5) Mahasiswa dapat menggunakan prisma dengan benar
6) Mahasiswa dapat menghitung hasil pengukuran
7) Mahasiswa dapat menggambar hasil pengukuran
8) Mahasiswa dapat membuat peta dengan cara koordinat tegak lurus dengan
benar
a. Tindakan Keamanan
4.) Mengikuti pengarahan dan petunjuk dari dosen pembimbing,
5.) Memakai pakaian praktikum
17
6.) Menggunakan alat-alat dengan baik,
7.) Memeriksa alat-alat sebelum dan sesudah praktik
b. Prosedur Kerja
a. Mencari lokasi yang akan digunakan untuk praktek
b. Membuat sketsa pengukuran
c. Menentukan titik-titik batas persil yaitu A, B, C, D, E membentuk segi
lima kemudian menancapkan jalon pada titik-titik tersebut.
d. Ukur jarak AB, BC, CD, DE, EA dengan menggunakan roolmeter serta
ukur sudut jurusan tiap garis batas persil dengan kompas
e. Membuat garis ukur yang pertama A - C serta ukur sudut jurusan garis
ukur AC dengan kompas
f. Menarik benang pada garis ukur AC sebagai pendekatan dalam
memproyeksi sudut-sudut bangunan terhadap garis ukur
g. Tancapkan jalon pada salah satu titik sudut bangunan secara tegak lurus
terhadap garis ukur AC dengan bantuan prisma. (jalon tegak lurus apabila
bayangan jalon pada sudut bangunan segaris lurus dengan ke dua jalon
pada garis ukur )
h. Melakukan hal serupa pada setiap titik sudut bangunan, sehingga semua
titik sudut bangunan tegak lurus terhadap garis ukur AC
i. Mengukur jarak dari semua titik-titik yang diproyeksikan kedalam garis
ukur dengan patokan 0,00 pada garis ukur AC
j. Mengukur semua jarak yang sudah ditemukan dengan sudut bangunan atau
jalon yang dijadikan sebagai arah bidikan
k. Mencatat hasil pengukuran dan memasukkan ke tabel data pengukuran
l. Mengecek semua peralatan yang dipakai sebelum meninggalkan lokasi
praktek
m. Membuat laporan sementara dari kegiatan yang telah di lakukan.
n. Mengembalikan semua peralatan praktek ke laboratorium
18
Sumber : Wongsotjitro
19
a. Pengertian penyipat Datar dengan Alat Sederhana
Yang dimaksud dengan penyipat datar adalah proses penentuan
ketinggian dari sejumlah titik. Pengukuran sipat datar diartikan sebagai perbedaan
pengukuran elevasi yaitu perbedaan vertikal antara dua titik atau jarak dari bidang
referansi yang telah ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal.
Biasanya permukaan air laut rata-rata yang digunakan sebagai bidang
referansinya, sedangkan sebagai bidang referensi pengukuran lokal dipergunakan
suatu bidang dengan perjanjian tertentu.
H = Elevasi titik A
Jarak vertikal antara suatu titik dengan bidang acuan / permukaan air laut
disebut ketinggian titik. Penentuan elevasi atau perbedaan tinggi diperlukan
dalam pekerjaan sipil/ bangunan, seperti penentuan tinggi bangunan, pembuatan
jalan raya (kemiringan jalan raya tidak lebih besar dari 8%), pembuatan saluran
air (kemiringan saluran air tidak boleh melebihi 4%), pembuatan jalan rel dan
lain-lain.
20
4. Menggambar lokasi kedua titik setelah pengukuran.
Jarak = d 1
Rumus :
Bt = B - M
Dimana :
Bt = beda tinggi
B = bacaan belakang
M = bacaan muka
Bt = B - M 21
Keterangan :
c. Pada saat digunakan, slang plastik tidak boleh terlipat atau tertekuk.
Pembacaan tinggi
Nomo Jarak Beda Kondisi Tinggi
slang (m)
r titik (m) Tinggi (m) (+/-) titik
Belakang Muka
22
BAB II
TEORI PENGUKURAN DAN KESALAHAN
A. Pengantar
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa pengukuran itu tidak pernah
tepat, dan bagaimanapun kehati-hatian dalam pelaksanaannnya akan selalu
mengandung faktor kesalahan (errors). Sebagai contoh, ketika mengukur
panjang bangunan dengan rol meter didapatkan hasil 5, 55 meter. Itu berarti 5
23
meter, 50 cm, dan 5 mm. angka terakhir yaitu 5 mm adalah angka pembulatan
atau perkiraan. dalam bidang pengukuran, para mahasiswa akan banyak
menemui angka-angka perkiraan ini pada pembacaan rambu.
C
D
A
B
O
Contoh :
a. Jarak tercatat 872. 52 m ini artinya empat digit angka pasti yaitu 872,5, dan
satu digit angka diragukan yaitu angka 2.
24
Jika satu angka dibuang (misal 872.5) maka ketelitian akan berkurang.
Jika dicatatat dengan angka lebih (misal 672.523) maka terjadi ketelitian
palsu.
b. Bacaan rambu tercatat 1512 mm. ini artinya empat digit angka pasti yaitu
1510, dan satu digit angka diragukan yaitu angka 2.
Jika satu angka dibuang (misal 1510 ) maka ketelitian akan berkurang.
Jika dicatatat dengan angka lebih (missal 151.26) maka terjadi ketelitian
palsu.
25
Dalam Ilmu Ukur Tanah banyak pekerjaan lapangan yang diselesaikan
dengan metode pengukuran tidak langsung, oleh karenanya ilmu ukur dan
trigonometri harap dipahami secara mendalam.
Contoh :
26
b. Kesalahan Instrumental (Alat)
Kesalahan ini timbul dari ketidak sempurnaan konstruksi atau
penyetelan instrument dan dari gerakan bagian-bagian secara individual.
Contoh :
Pembagian skala rambu tidak seragam
Sekrup-sekrup alat teodolit sudah aus.
Pengaruh kesalahan alat dapat dieliminir dengan metode pengukuran yang
benar dan dengan memberikan koreksi.
Contoh :
Kesalahan dalam pengukuran sudut karena benang silang vertical tidak
terarah tepat pada titik yang dibidik.
2. Jenis-jenis Kesalahan :
Contoh :
Panjang pita ukur 50 m terlalu panjang 10 cm, maka akan berakibat adanya
kesalahan sebesar 10 cm setiap kali pemakaian (kesalahan tetap).
M
M
n
Contoh :
M
M
n
1870.360
M 37.472
6
28
berjalan searah jarum jam. Hal ini berbeda dengan Ilmu Ukur Sudut yang
penentuan sudutnya berlawanan dengan arah jarum jam.
I
II
I
IV
III IV III
II
Tabel : Perbedaan hasil Matematika pada Ilmu Ukur tanah dan Ilmu Ukur Sudut
Absis X + + - - + - - +
Oordinat Y + - - + + + - -
sin (x) + + - - + + - -
cos (y) + - - + + - - +
tg (x/y) + - + - + - + -
29
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sin l, cos l, dan tg l pada Ilmu Ukur tanah
dan Ilmu Ukur Sudut hasilnya sama, sehingga dapat dikatakan bahwa rumus-rumus pada
Ilmu Ukur Sudut dapat dipakai pada Ilmu Ukur tanah (Wongsotjitro, 1974, 11).
Rumus :
Bt = B - M
Dimana :
Bt = beda tinggi
M = bacaan muka
Contoh :
1) Pembacaan Baak Ukur Belakang (P1 – A)
Ba : 1365
Ba Bb
Bt : 1290 Kontrol = Bt
2
Bb : 1215
30
Jarak Optis = ( Ba - Bb ) x 100 = (1365 – 1215) x 100 = 15000 mm
absis X = d sin
P
(X2 ; Y2
d
Oordinat y = d cos
A
(X1 ; Y1
X2 = X1 + d sin
Y2 = Y1 + d cos
Contoh :
31
1. Koordinat Titik A (0,00; 0,00) pembacaan bacaan rambu (baak ukur) belakang P1
adalah :
Ba : 1365
Ba Bb
Bt : 1290 Kontrol = Bt
2
Bb : 1215
Sudut Horisontal hasil pembacaan adalah 56o30o . tentukan posisi horisontal dari titik P
tersebut, jika koordinat titik A (20.00; 20.00)
Jawab :
= 15000 mm = 15 m
Menghitung koorduinat P
Jadi koordinat P ( )
32
BAB III
PENGENALAN ALAT UKUR TANAH
A. Pengantar
Dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan lapangan yang cukup luas,
pengukuran dengan alat sederhana tentu memiliki kendala, yaitu waktu yang
terlalu lama, dan ketelitian dan kepresisian yang rendah. Oleh karenaya guna
mengurangi kendala akibat penggunaan alat sederhana di lapangan, dapat
dilakukan dengan pengukuran menggunakan pesawat, baik pesawat penyipat
datar, pesawat teodholite, sampai dengan penggunaan Global Positioning System
(GPS).
Theodolite dan waterpass merupakan alat survey yang biasa digunakan
oleh para surveyor pada pekerjaan pengukuran tanah. Masing-masing dari alat
tersebut mempunyai perbedaan fungsi di lapangan. Pada perkembangan jaman
yang semakin modern ini, theodolite dan waterpass tersebut menjadi perangkat
33
yang ampuh untuk membantu kinerja pengukuran tanah. walaupun harganya
terbilang mahal akan tetapi mampu memberikan kontribusi yang luar biasa di
bidang pengukuran tanah. Saya bisa bilang seperti ini karena memang selama ini
theodolite dan waterpass lah yang membantu pada pengerjaan proyek-proyek ya
kedua alat itu. bandingkan apabila anda akan mengukur lahan seluas 2 hektar
menggunakan meteran. Berapa lama waktu yang dibutuhkan. tidak salah lagi alat
ini mampu memberikan efisiensi waktu saat pengukuran. kedua instrumen ini
tidak bisa berdiri sendiri saat melakukan pengukuran. Ada instrumen pelengkap
lainnya yaitu rambu atau bak ukur, statif dan meteran. Baak ukur digunakan untuk
membaca benang atas, tengah dan bawah. Statif adalah instrumen tempat
meletakkan theodolit maupun waterpass yang mempunyai tiga kaki penyangga ke
tanah. Lalu apa bedanya antara theodolite dan waterpass??
Alat ukur tanah dapat dikelompokkan menjadi dua macam,
1. Alat Ukur Utama, yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Sipat datar (Water pass/ Levelling)
2. Teodholit : (Topcon, Sokhisa), Wid To, Sokhia
3. BTM (Boussole Tranches Montagne) (alat lama)
4. EDM (Electric Distance Measurement)
5. GPS (Global Positioning System)
6. Total Station Instrument
a) Penggunaan :
1. Jenis Y (Wye)
2. Jenis semua tetap (dumpy)
3. Jenis semua tetap dengan pengungkit
4. Jenis otomatik.
Pada saat pengukuran dengan alat sipat datar, teropong (garis bidik ) harus benar-
benar mendatar.
35
Gambar Alat Sipat Datar
36
37
Bagian dari alat ini adalah
2. Teodholit
Theodolite merupakan alat ukur digital yang berfungsi untuk membantu
pengukuran kontur tanah pada wilayah tertentu. Alat ini mempunyai beberapa
kelebihan di antaranya dapat digunakan untuk memetakan suatu wilayah
dengan cepat. produk dari pengukuran wilayah menggunakan theodolite ini
salah satunya adalah peta situasi dan peta kontur tanah. Peta situasi adalah
peta suatu wilayah yang dihasilkan dari pengukuran di lapangan yang
didalamnya terdapat data letak bangunan, elevasi tanah atau kontur, letak
pohon, letak saluran drainase, koordinat bangunan tertentu, benchmark,
sungai, dan sebagainya. Sedangkan peta kontur berisi data kontur tanah saja
pada wilayah tertentu. Theodolite ini juga bisa juga digunakan untuk
pengukuran bendungan, sungai, tebing, jalan, setting out bangunan. Setting
out bangunan adalah kegiatan menentukan patok-patok pondasi di lapangan.
Istilah lain adalah memindahkan data pada gambar kerja ke lapangan. Pada
proyek gedung alat ini biasa digunakan untuk menentukan as-as pondasi atau
38
kolom, marking elevasi lantai atau patok, cek vertikal kolom, dan sebagainya.
ini lah beberapa kegunaan theodolite di lapangan.
Theodolite mempunyai fungsi yang berbeda dengan waterpass di antaranya
mampu mengukur sudut horizontal dan vertikal sehingga cakupan pekerjaan
yang bisa dilakukan oleh instrumen ini lebih banyak dibanding dengan
waterpass. Bagian-bagian pokok pada theodolite bisa lihat pada gambar
berikut.
a. Penggunaan :
Untuk mengukur sudut yang teliti
Untuk mengukur jarak optis
b. Bagian-bagian teodholit :
1) Bagian bawah :
Tiga skrup penyetel
Limbus
2) Bagian tengah :
Sumbu tegak (sumbu I)
Plat lingkaran horizontal dan nonius
Nivo
3) Bagian atas :
Sumbu mendatar ( sumbu II)
Teropong
Plat lingkaran vertical dan nonius.
1. Teodholit Reiterasi
Plat lingkaran horizontal dijadikan satu dengan tabung yang letaknya di
atas tiga skrup penyetel, sehingga plat lingkaran horizontal tidak dapat
diputar sendiri.
39
2. Teodholite Repetisi
Plat lingkaran horizontal ditempatkan sedemikian sehingga plat dapat
berputar sendiri dengan pada tiga sekrup penyetel sebagai rambu putar.
Lensa Obyektif
Nivo
Klem Limbus
Skrup pengunci horizontal
40
2. Pesawat Theodholit Sokhisa
Lensa Okuler
Visir
Lensa pembacaan sudut
Lensa Obyektif
Titik Indeks
Skrup pengatur
kedudukan nivo
Nivo kotak
41
Tempat dudukan kompas
Lensa Obyektif
Cermin penerang
pembacaan nonius
42
3. Pesawat Theodholit Topcon
Penggunaan :
43
Pembacaan-pembacaan pada skala mendatar digunakan ujung jarum
magnet. oleh karenanya alat ini dapat dipakai untuk mengukur arah
(assimut magnetis)
Penggunaan :
Untuk mengukur jarak jauh dengan teliti. Jarak ditentukan berdasarkan pada
perubahan fase yang terjadi sewaktu energy elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang diketahui, merambat dari sau titik ke titik lain dan kembali.
Klasifikasi EDM :
44
Gambar : Total Station GTS-230N
Teknologi GPS, dalam hal pengadaan titik-titik control suatu pemetaan, sangat
bermanfaat untuk menunjang pekerjaan-pekerjaan rekayasa. pada perkembangan
selanjutnya, instrument GPS ini akan dapat menggantikan metode survai teristris
seperti metode polygon yang umum dilaksanakan selama ini.
Keunggulan dari instrument GPS dalam hal pemetaan, bila dibandingkan dengan
pengukuran teristris adalah:
45
a) Pada survai dengan GPS tidak diperlukan saling keterlihatan antar titik
seperti halnya pada survai teristris, karena yang diperlukan dalam survai
GPS adalah keterlihatan antara instrument GPS dengan satelit GPS.
c) Pelaksanana survai GPS dapat dilakukan siang maupun malam hari dan
dalam segala kondisi cuaca, yang tentu tidak dapat dilaksnakan dengan
pengukuran teristris.
46
Contoh pembacaan skala rambu :
Ba = 0575 mm
Bt = 0500 mm
Bb = 0415 mm
BAB IV
TEORI PENYIPAT DATAR (Water Pass)
A. Pengantar
Sipat datar adalah istilah umum untuk berbagai proses guna penentuan
beda tinggi atau elevasi. hasil sipat datar dipakai untuk :
47
a. merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran yang mempunyai garis
gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.
b. merencanakan proyek-proyek konstruksi menurut elevasi rencana.
c. menghitung volume pekerjaan tanah.
d. menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
e. mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara
umum.
B. Definisi-definisi
1. Garis vertical
Sebuah garis yang berimpit dengan arah gaya berat seperti yang
ditunjukkan oleh garis unting-unting.
Permukaan Datar (bidang persamaan tinggi)
2. Bidang horizontal.
Suatu bidang datar tegak lurus arah gaya berat disuatu titik. Dalam
pengukuran tanah datar, sebuah bidang datar tegak lurus garis unting-
unting.
3. Datum
Sembarang permukaan datar yang dipakai sebagai acuan elevasi
(contoh : permukaan laut rata-rata = Mean Sea Level = MSL)
4. MSL (Mean Sea Level)
48
Tinggi permukaan laut untuk semua tingkat pasang surut selama lebih
dari 19 tahun. Tinggi tersebut didapat dari pembacaan-pembacaan. Biasanya
diambil tiap-tiap jam
5. Elevasi.
Jarak vertical dari sebuah datum (biasanya NGVD)sampai ke suatu titik.
jika elevasi titik A = 2.123,56 m, maka A adalah 2.123,56 m di atas suatu
datum.
6. National Geodetic Vertical Datum (NGVD)
Permukaan acuan nasional untuk elevasi seluruh wilayah Indonesia,
disediakan bagi surveyor dengan penetapan ribuan titik tetap duga (Bench
Mark) diseluruh Negara.
7. Titik Tetap Duga (Bench Mark, BM)
Suatu obyek yang relative tetap, alamiah maupun buatan, elevasinya
tertentu di atas atau di bawah datum yang dipakai.
vertikal
Garis
Gambar : Asumsi Pemetaan terhadap Bumi
50
btA btB
B
A
P1
Gambar : d
Penempatan
A db datar dalam Suatu
Instrumen Sipat
Pengukuran
t
Alat sipat datar didirikan di tengah-tengah
Rambu dipasang di A dan di B.
melalui teropong dibaca bacaan rambu
Beda tinggi antara A dan B (∆hAB)
∆hAB = btA – btbB
=
∆h = + (positif) artinya naik
∆h = - (negatif) artinya turun
Apabila tinggi A diketahui, maka tinggi B dapat dicari
hB = hA + ∆hAB
Jarak
Jarak dari A ke P : dA = 100 (baA – bbA)
Jarak dari B ke P : dB = 100 (baB – bbB)
Jarak AB : dAB = dA + dB
Contoh :
51
P1
Dari data pengukuran di atas dapat dihitung beda tinggi dan ketinggian
titik A, B, dan C sebagai berikut :
b. Tinggi B
hB = hA + ∆h
= 90.00 + 1.012
= 91.012 m ( +91.012 dpl)
c. Jarak AB
dAB = dA + dB
= 30 +30
= 60 m
Contoh :
bt
ti
A tgB
B
hA
Datum hB
Contoh :
53
ti B bt
A Tgb
hB = diketahui bt = diukur
Contoh :
btC
btB C btD
B
btA D
btE 54
E
Gambar : Metode Pengukuran Banyak Titik dengan Tinggi garis
Bidik
1. tgb = hA +btA
2a. hi = tgb – btA 2b. hB = tgb - btB
2c. hC = tgb – btC 2d. hD = tgb – btD
2e. hE = tgb – btE
Contoh :
Ketinggian hA = + 90,00
Tabel 2 : Data hasil bacaan Pengukuran :
Sudut Bacaan
Koordinat
Instrume Targe horisontal Rambu/ Baak
n t ketinggian Bt
X (m) Y (m)
(m) (mm)
P1 utara 00000’0” +91.500 100 100
1420 mm
Soal 1 A 30047’30” 1.500
C 70050’18” 1.470
D 118028’33” 1.700
55
E 220048’10” 1.450
F 320019’34” 1520
Yang dikerjakan: tampak atas, tampak 3 dimensi, menghitung beda tinggi dan
ketinggian, menghitung koordinat
btA btB
B
A t
dA db
B btB
ti
∆hB
A
dAB
56
Gambar : Metode Pengukuran Banyak Titik dengan Tinggi
garis Bidik
btA
btB
B
A ∆hAB
P
dB
dA
Rumus-rumus untuk menentukan beda tinggi, ketinggian dan jarak dari ketiga
posisi tersebut adalah :
57
1. Sipat datar Memanjang
Apabila jarak antara dua titik A dan B cukup jauh, sehingga tidak
dapat diukur dengan sekali mendirikan alat, maka diukur dengan cara berangkai
dengan beberapa kali mendirikan alat.
d = d belakang + d muka
btm btb
B
M ∆t
d muka dbelakang
b
b m
m 58
m 3
b
2
1
A
Gambar : Pengukuran satu seksi atau satu trayek
∆h = btbelakang – bt muka
hpr hpl
hr
2
a. h1 = hA + ∆hr1
b. h2 = h1 + ∆hr2
59
c. h3 = h2 + ∆hr3 …… dan seterusnya, sehingga :
d. hB = hn + ∆hr(n+1)
2. Sipat Datar Profil
Sumber : Wongsotjitro
Gambar : Sipat Datar Profil Memanjang
3. Sipat Datar Luas/ Lapangan
Terdapat tiga macam cara dalam pengukuran sipat datar luas, yaitu :
1. Cara grid
2. Cara profil
3. Cara koordinat polar.
ad 1. Cara grid :
60
A 2 3
1 4
6 7 8
5
I IV
B D
II III
Keterangan :
A, B, C, dst : Titik acuan
I, II, III, dst : Tempat alat
1, 2, 3, dst : Titik detail
61
BAB V
APLIKASI PENGUKURAN SIPAT DATAR DI LAPANGAN
Untuk mengaplikasikan teori-teori pemetaan yang sudah dijelaskan
secara detail pada bab-bab sebelumnya, maka berikut akan diberikan aplikasi
pelaksanaan pada industri konstruksi yang telah dilaksanakan oleh penyusun.
1. Abstract
62
responsible to plan the deposit excavate at the latest of 3 years, so that the
function of the river as well as posible.
2. Pendahuluan
Pembangunan lingkungan pada dasarnya bertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan sumber daya alam (SDA) dan mencegah terjadinya
penurunan kualitas lingkungan serta berupaya meningkatkan daya dukung
lingkungannya, sehingga terlaksana konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Konsep pembangunan tersebut penting untuk dilaksanakan mengingat lingkungan
hidup merupakan sebagian dari ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga
kehidupan seluruh makhluk hidup di kawasan tersebut.
63
Dalam rangka mempertahankan badan sungai seperti fungsinya, maka
diperlukan kajian untuk menentukan periode masa pemeliharaan, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
c. Periodesasi pemeliharaan yang optimal agar tidak terjadi dampak banjir dan
tetap terpeliharanya mata air di sekitar sungai?
4. Landasan Teori
Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pasal 1 butir 7 mendefinisikan daya dukung lingkungan hidup
sebagai kemampuan untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup
lain, dan keseimbangan antar keduanya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
Sumarwoto (2003: 20) yang menyatakan bahwa daya dukung lingkungan
menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan
manusia dan mahluk hidup lainnya pada suatu luasan lahan. Dari kedua
pernyataan tersebut dapat di ambil sarinya, apabila daya dukung ini dilampaui
maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian halnya dengan daya
dukung sungai, apabila kapisatas sungai tidak mampu mengalirkan debit air
dengan baik, maka akan terjadi banjir, dan gangguan lain bagi manusia dan
lingkungannya.
64
Terjadinya dinamisasi pembangunan disegala bidang, selain berdampak
pada kemajuan kesejahteraan masyarakat Indonesia, hal yang tidak boleh
ditinggalkan adalah dampak negatif dari pembangunan tersebut yaitu terjadinya
permasalahan sumber daya air. Permasalahan sumber daya air khususnya sungai
bisa diakibatkan oleh adanya perubahan lingkungan sungai, kerusakan daerah
tangkapan air hujan, erosi dan sedimentasi, pencemaran air, banjir, dan lain
sebagainya merupakan suatu permasalahan yang harus dikelola untuk mencapai
tujuan pembangunan sumber daya air yang berkelanjutan.
Salah satu cara untuk menentukan volume sedimentasi adalah dengan cara
pemetaan lapangan, yaitu dengan melakukan pengukuran penampang melintang
sungai yang diperkirakan akan terjadi sedimentasi, sehingga dapat ditentukan
volume sungai tersebut. Pada periode tertentu dilakukan pengukuran ulang pada
titik tersebut, sehingga akan dapat diketahui volume endapan selama kurun waktu
tertentu.
btB
ti
A tgB
B
hA 65
Datum hB
D (Xd:Yd) C (Xc:Yc)
A (Xa:Ya) B (Xb:Yb)
7. Metodologi Penelitian
Penelitian data sedimen ini dilakukan dengan metode pemetaan
penampang melintang sungai pada daerah yang berpotensi terjadi penunpukan
sedimen. Hasil survai lapangan diketahui lokasinya yaitu di bawah bendung
Bukur Ireng. Langkah selanjutnya untuk mengetahui daya tampung sungai
66
tersebut, diadakan pemetaan terhadap penampang melintang pada titik ( 0+0,00)
dan jarak (0 +20,00). Peralatan yang dipergunakan adalah teodholite dengan
kelengkapannya.
67
Tabel 1. Pengukuran Penampang Melintang Sungai Bentar
A. Penampang Melintang
lereng)
P1 90.00 + TP + 90
2 102,92 2071 2048 2025 4.6 -1,0052 91,36 88,31 Dasar sungai
3 102,92 1277 1231 1185 9.2 -2,0105 91,36 88,12 Dasar sungai
6 92,639 2712 2591 2470 24.1 -1,1334 91,36 87,64 Dasar sungai
68
Tabel 2. Pengukuran Penampang Melintang Sungai Bentar
Bacaan baak
Alat/ Sudut (mm) JARAK V=1/2XDX TINGGI
Lereng
P2 90,044 + TP +90,044
2 92,344 2435 2337, 2240 19.5 -0,8096 91,374 88,23 Dasar sungai
4 98,383 2118 2095 2072 4.6 -0,6665 91,374 88,61 Dasar sungai
69
Tinggi Pesawat = 1,33 m
P1 90.00+TP + 90
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (11) (12) ((12)-(11))/2
90 0,1 1,69 1,88 1,29 1,29 1,49 2,36 4,17 4,17 0,08 0,1
70
b. Penampang I Sesudah Pengerukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (11) (12) ((12)-(11))/2
71
Hasil analisis penampang melintang dan memanjang sungai didapatkan
data yaitu pada penampang I dengan luasan sebesar 67,6 m 2, penampang II
sebesar 40,5 m2, dan panjangnya adalah 12,8 m. Dari data tersebut kemudian
dihitung jumlah endapan sebagai berikut :
penampang I penampang II
Volume endapan = x panjang
2
67,6 40.5
= x 12.8 = 691,5 m3
2
72
Kapasitas Luas Penampang Melintang
Sungai
10
8
Luasan
6 Sesudah
4 Pengerukan
Sebelum
2 Pengerukan
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lebar Suingai
Penampang Melintang II
4
Luasan
3
sebelum Pengerukan
2 Sesudah Pengerukan
0
1 3 5 7 9
Lebar Sungai
9. Kesimpulan
dari hasil pemetaan penampang, baik memanjang maupun melintang, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a) Volume endapan yang terjadi selama 3 tahun adalah 690 m 3, yang mengurangi
kapasitas sungai berkurang mencapai 36,26%.
73
b) Volume endapan setiap tahunnya adalah 230 m 3 , atau terjadi pengurangan kapasitas
sungai sebesar 12,9%.
c) Mengingat debit banjir puncak menurut pengamatan yang dilakukan oleh petugas
pintu air bendung Bukur Ireng menunjukkan tinggi air banjir adalah 70 cm dari
tinggi talud 150 cm, artinya tinggi banjir mencapai 50% tinggi talud. Dengan
pengurangan kapasitas 36,26%, maka kapasitas banjir dan pengurangan sedimentasi
mencapai 86,26%. Dapat disimpulkan bahwa periodesasi excavasi optimum adalah 3
tahun
10. Saran
a) Disarankan kepada instansi yang berwenang yaitu DAS JERATUNSELUNA
Semarang, untuk merencanakan pemeliharaan sedimentasi secara teratur pada
sungai Bukur Ireng Pengging, dengan periodesasi excavasi 3 tahun.
74
DAFTAR PUSTAKA
75
Tabel 4 : SILABUS PEMBELAJARAN ILMU UKUR TANAH I
Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah I Kode/ Semester : KPTB 427P / III
Jumlah SKS :2 Waktu : 12 pertemuan
Pelaksanaan : Semester Gasal/ Agustus-Januari Waktu/ Minggu : 2 Jam Pembelajaran
1. Aplikasi - Pendahuluan Penggunaan Praktek - Demon- - Observasi selama praktek 4 jam - Modul Mahasiswa
alat ukur - Pengukuran teodholit : menggunakan strasi untuk melihat pembelaj - Teodholit diberi pilihan
tanah lapangan teodholit (baik - Tutorial kesungguhan disiplin, aran manual, topik sesuai
sederhana - Menggunakan alat a. Manual motivasi, dan semangat dan
teodholit dengan alat yang
dengan benar kerja - Teodolit
manual, semi dipilih
- Melakukan b.Semi digital - Portofolia (hasil kerja digital (TS)
pengukuran sudut digital, dan mahasiswa berbantua
(1pertem
dan jarak dengan c.Digital (TS) Total Stasion n
uan)
benar komputer
2. Melatih - Membuat polygon Melakukan Praktek - Problem - Observasi selama praktek 8 jam - Modul Mahasiswa
Memetaka terbuka atau pengukuran membuat solving untuk melihat pembelaj - Teodholit diberi pilihan to
n lahan tertutup dengan polygon : polygon - Tutorial kesungguhan disiplin, aran manual, pic polygon
dengan teliti motivasi, dan semangat dan
terbuka dan terbuka atau
alat - Melakukan survai a. Poligon kerja digital
sederhana dan rencana tertutup -Lahan tertutup
terbuka
penempatan alat b. Poligon (2 kampus
dengan benar tertutup pertemua
n)
- Mengolah data Melakukan Mengolah data - Brains- Hasil olah data 4 jam - Program Mahasiswa
dengan benar perhitungan pengukuran torming dibandingkan dengan pembelaj Excel mengolah data
- Tugas - Program
76
kebenaran terstruktur toleransi menurut teori aran Topcon dengan program
pengukuran Link computer yang
poligon - Ketelitian sudut dalam = sesuai
(n+2)180
(1pertem
- Ketelitian sdt luar = (n- uan)
2)180 Ketelitian sdt luar =
(n-2)180
- Ketelitian jarak diukur
dalam =
D x√n
n = jumlah sudut
- Menggambarkan Penggambaran Menggambar - Tutorial Portofolio (hasil gambar 8 jam - program Mahasiswa
hasil pengukuran peta situasi peta situasi - Tugas mahasiswa) pembelaj topcon menggambar
deangan benar dn berdasar hasil terstruktur aran Links hasil
baik - Meja
pengukuran pengukuran
gambar
lahan dengan meja
gambar atau
(1pertem
program Topcon
uan)
Linksi
77
(3
pertemua
n)
- Mengolah data Mengolah data - Brains- Penilaian kebenaran 4 jam - Program Sesuai
hasil pengukuran kontur lahan torming perhitungan Pembelaj Excel penggunaan alat
lapangan dengan aran yang dipilih
teliti dan benar - Program
Topcon
Link
(1pertem
uan)
78
- Menggambar Penggambaran Praktek - Tutorial hasil gambar 4 jam - Gambar Sesuai
kontur dengan Kontur lahan menggambar - Tugas Pembelaj tangan penggunaan alat
dengan teliti kontur terstruktur aran - Hasil yang dipilih
gambar
program
Topcon
(1pertem Links
uan)
3. Pengukura - melakukan Pengukuran Praktek - Tutorial Observasi selama praktek 4 jam - Modul
n Bouplank pengukuran bouplank membuat - Problem untuk melihat kesungguhan pembelaj - Teodholit
(Stakeout) bouplank dengan bouplank untuk solving disiplin, motivasi, dan aran manual,
teliti dan benar dan digital
acuan semangat kerja
- Lahan
pelaksanaan kampus
pekerjaan
(1pertem
rumah
uan)
79
80