Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN SUMBER DAYA LAHAN


(Praktikum ke-3. Pengukuran Beda Tinggi degan Sifat Ukur Datar Memanjang )

Oleh :
Nama (NPM) : 1. Anisa Nurdiah (240110170002)
2. Abdul Kohar A (240110170008)
3. Rizky Ayu Aalimah (240110170011)
4. Andika DB (240110170023)
Asisten Praktikum : 1. Muhamad Iqbal
2. N. Putri Purnamasari K
3. Riswandha Febry V.
4. Shinta Atilia Diatara
5. Zaki Andika

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi memiliki permukaan bentuk yang kasar dan perbedaan ketinggian
yang berbeda di masing masing tempat. Bumi jika diliha secara sekilas
memiliki bentuk yang bulat, tetapi pada kenyataannya bentuk bumi tidak
seutuhnya bulat. Perbedaan ketinggian menyebabkan adanya topografi suatu
lahan dipermukaan bumi. Ilmu ukur wilayah mempelajari bagaimana cara
mengetahui tanah yang memiliki kemiringan berbeda tersebut sehingga dapat
dihitung.
Pengukuran beda tinggi adalah suatu pekerjaan pengukuran untuk
menentukan beda tinggi beberapa titik dimuka bumi terhadap tinggi muka air
laut rata-rata atau dapat juga digunakan untuk proses penentuan elevasi berbagai
titik dengan membentuk garis lurus ataupun membentuk satu jalur dimana letak
titik tersebut berada pada setiap perubahan bentuk lahan. Keadaan permukaan
tanah yang berbeda-beda menyebabkan berbedanya tinggi suatu dataran di tiap
wilayah. Untuk mengetahui bagaimana bentuk permukaan bumi, baik situasi
maupun beda tinggi suatu titik dengan titik lain yang diamati pada permukaan
tanah yaitu dengan mengukur jarak, luas, ketinggian, dan sudut kita dapat
mengetahui keadaan dan beda tinggi titik-titik.
Pada pengukuran, sudut dan jarak menjadi unsur yang penting. Oleh sebab
itu pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada
pengukuran keduanya. Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah
waterpass. Karena begitu pentingnya pengukuran tersebut maka dilakukannya
pengukuran beda tinggi dengan salah satu sipat ukur datar profil memanjang,
dimana alat berada diantara titik-titik bidikan membentuk suatu garis lurus.
Mengingat begitu besarnya manfaat dari pengukuran sifat datar
memanjang, maka ilmu pengukuran ini harus dikuasai oleh mahasiswa teknik
pertanian. Salah satu cara untuk menguasai pengukuran sifat datar memanjang
adalah dengan pelaksanaan praktikum secara sungguh – sungguh atau dengan
mempebanyak jam terbang pengukuran.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran sipat ukur datar memanjang

1.3 Alat yang digunakan


Peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Waterpass
2. Kaki tiga / Tripod
3. Rambu ukur
4. Dua buah patok bambu

1.4 Pelaksanaan Praktikum


Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat alat praktikum.
2. Mendirikan kaki tiga antara rambu belakang (bidikan awal) dan rambu
muka (bidikan depan) dengan jarak yang sama.
3. Menyimpan waterpass diatas kaki tiga.
4. Melakukan pembidikan waterpass ke rambu belakang.
5. Membaca dan mencatat Bacaan Awal, Bacaan Tengah, dan Bacaan Bawah.
6. Memutar waterpass dan membidik pada rambu depan.
7. Membaca dan mencatat Bacaan Awal, Bacaan Tengah, dan Bacaan Bawah
8. Mencatat sudut elevasi pada waterpass.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Sifat Datar Memanjang


Sipat datar memanjang merupakan suatu pengukuran yang bertujuan
untuk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang luar pengukuran dan pada
umumnya digunakan sebagai kerangka vertical bagi suatu daerah
pemetaan. Pengukuran sipat datar memanjang terdapat dua titik yang akan
diukur tingginya (titik awal dan titik akhir) umumnya pengukuran ini
memiliki jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu tidak mungkin jika
dilakukan hanya sekali waterpassing melainkan harus dilakukan beberapa
kali antara dua titik tersebut.
Pengukuran tinggi dua titik tersebut dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu :
1. Waterpass ditempatkan di salah satu titik, kemudia dilakukan pembidikan
terhadap rambu ukur yang diletakkan di titik lainnya.

Gambar 1. Alat Ditempatkan di Salah Satu Titik


Sumber: (Kharistya Amaru, 2013)

Rumus beda tinggi alat di satu titik:


∆h = Tinggi Alat (Hi) – BM
Gambar 2. Alat ditempatkan Diantara Dua Titik
Sumber : (Kharistya Amaru, 2013)
Rumus beda tinggi alat diantara dua titik
∆h = BB – BM
Keterangan :
∆h = Beda tinggi
Hi = Tinggi Alat
BB = Bidikan Belakang
BM = Bidikan Muka

2.2 Waterpass
Waterpass merupakan alat survei yang lebih sederhana dari theodolite, selain
lebih kecil dan ringan, bagian-bagian di dalamnya pun lebih sedikit sehingga fungsi
dan kegunaak di lapangan juga terbatas.
Fungsi waterpass di antaranya digunakan untuk mengukur elevasi atau
ketinggian tanah, waterpass biasa digunakan untuk cross dan long section pada jalan
atau sungai, untuk melakukan marking elevasi pada bowplank atau patok.
Gambar 3. Waterpass
(Sumber: jasasipil, 2014)

2.3 Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass


Operasi sipat datar membutuhkan kerja sama dari dua orang, yaitu
pemegang alat dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi
dicapainya hasil yang akurat. Ketepatan survey tergantung dari ketelitian
bagaimana membuat garis bidik horizontal, pemegang rambu ukur dalam
memegang rambu ukurnya, dan presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan
alat dalam memakai nivo gelembung gas harus diperhatikan penyetelan
tabung nivo dan presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Penurunan alat di
antara waktu bidik tidak boleh terjadi.. (Lairung, 2016)

2.4 Teori Pengukuran


Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk
mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan
konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk
perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang
didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah,
penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
 Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap
sama dengan garis unting-unting.
 Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap
titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
 Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
 Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu
teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal
adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb
 Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
 Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
 Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
2.5 Statif
Statif terbuat dari besi atau baja yang berfungsi untuk menengakkan buret,
corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya pada saat digunakan (Pustekkom,
2008)
2.6 Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat ukur yang digunakan pada pengukuran sipat datar,
pengukuran sudut, panjang, dan lain-lain. Rambu ukur terdiri dari beberapa indikator
persegi yang dapat dibaca melalui sisi atas ataupun bawah pada rambu sendiri,
Terdapat 5 persegi yang masing-masing perseginya memiliki panjang sisi sebesar 2
dm dan berlanjut hingga sebesar 10 dm pada rasio pengukurannya. Pada rambu ukur
juga terdapat satuan cm sebagai pembanding dengan satuan dm apabila pada satuan
dm sedikit kurang dipahami dalam pembacaannya (Rizki, 2012).

Gambar 4. Rambu ukur


(Sumber : Rizki, 2015)

2.7 Sifat Ukur Datar Memanjang


Sifat ukur datar memanjang adalah suatu cara pengukuran tinggi, di mana selisih-
selisih tinggi antara titik yang berdekatan ditentukan dengan garis-garis vizir
horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu yang vertikal, dan adapun peralatan ukur
sifat datar dan paling tidak memerlukan dua alat utama yaitu alat ukur sifat datar
(waterpas atau level) dan rambu ukurnya kedua alat ini umumnya di lengkapi dengan
nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari kedudukan alat-alat
tersebut serta unting-unting untuk menempatkan kedudukan alat di atas titik yang
bersangkutan dan adapun jenis-jenis pengukuran sifat datar.
Dengan adanya pengukuran sipat datar memanjang, kita dapat mengetahui
perbedaan tinggi dari suatu daerah, dengan mengetahui tinggi berbagai tempat maka
kita mengetahui tinggi areal tersebut dan kita menggambarkan secara detail dan tidak
menimbulkan kesulitan yang serius. Dan dengan ini juga mempermudah kita dalam
menggambarkan keadaan lokasi tersebut apakah curam atau landai dan sebagainya.
Profil sipat datar memanjang ini diperlukan dalam membuat frase jalan ke hutan,
untuk mengangkut dan transportasi ke dalam hutan dalam penebangan kayu atau hasil
hutan lainnya, atau dengan kata lain hubungannya dengan kegiatan pembukaan
wilayah hutan, dalam rangka pengelolaan kawasan hutan secara lestari menimbulkan
pula pengetahuan tentang pengukuran untuk bangunan-bangunan kehutanan serta
untuk pemetaannya dan masih banyak lagi fungsi yang lainnya (Dugdale, 1986).
Kesalahan utama dalam sipat datar memanjang adalah kesalahan tidak dengan
jumlah pengukuran yang diadakan sedang jumlah pengukuran yang diambil
tergantung pada besarnya jarak yang diukur. Menyipat datar memanjang disengaja
dan besarnya dianggap sebanding keliling, biasanya untuk satu penyipatan datar yang
memerlukan perbedaan tinggi dua titik dengan jarak yang tidak jauh kita pilih. Jalan
yang sama untuk penyipatan pergi dan penyipatan pulang sehingga kita mendapat
tinggi beberapa titik lagi yang penyipatan datar ini berbentuk segi banyak. Suatu segi
banyak ini dapat kita letakkan misalnya sekeliling suatu lapangan, gedung dan lain
sebagainya yang akan kita sipat lagi dengan teliti pada pengerjaan lanjutan, pada
banyak Negara sudah dilakukan suatu jaringan titik (Irvine, 1995).

Gambar 5. Pengukuran Memanjang


(Sumber : Engineering Surveying, 6th Edition )

2.8 Slag
Sebelum mengetahui slag, perlu diketauhi pula mengenai trayek, yang dimaksud
satu trayek adalah jarak antara dua titik tetap yang diukur beda tingginya. Satu trayek
dibagi dalam seksi-seksi.
Kemudian satu slag adalah jarak antara rambu muka dan belakang dalam sekali
mendirikan alat. Panjang tiap slag dipengaruhi oleh kondisi medan. Semakin terjal
atau berbukit-bukit suatu medan, maka panjang slag semakin pendek. Selain itu
pembesaran teropong atau kemampuan alat juga berpengaruh. Untuk pekerjaan-
pekerjaan teknis, pembesaran teropong yang baik adalah antara 20 – 30 kali. Untuk
itu pada cuaca cerah, panjang slag dapat mencapai 40m – 90 m. Jumlah slag
diusahakan genap. Hal ini dilakukan untuk menghindari tejadinya kesalahan
pengukuran akibat perbedaan titik nol pada masing-masing rambu (misal ; rambu
aus).

2.9 Elevasi
Bentuk permukaan tanah dapat dinyatakan dengan susunan garis-garis lengkung
horizontal dengan interval tinggi tertentu. Elevasi lapangan dapat diukur dengan
garis-garis lengkung horizontal. Peta-peta topografi mempunyai ketinggian garis-
garis lengkung horizontal yang sama disebut jarak antara garis-garis lengkung
horizontal. (Sastrodarsono, 2005)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tabel 1. Pengukuran Sifat Ukur Datar Memanjang
Tem Tin Tem Bacaan Bacaan Depan Sudut Jara Bed Elev
pat ggi pat Belakang (m) (m) Horizo k a asi
alat bidik ntal ting (md
Alat
an gi pl)

BA BT BB BA BT BB

1 12,9 BM 12, 11, 11, 0˚ 0,1 0,0 784,10


5 4 9 45 05 95 5

1 11, 10, 10, 148˚ 7,4


25 95 51

2 13 1 16, 16, 11, 0˚ 8,3 0,8 784,96


45 08 45 68 3

2 11, 10, 10, 198° 9,5


25 95 51

3 12,9 2 25, 22, 22, 0˚ 9,2 2,0 787,01


02 6 1 48 1

3 2,2 2,1 1,7 182,5 ˚ 7,5


2 5

4 12,7 3 23, 22, 22, 0˚ 6,5 1,9 788,97


5 25 9 6 6 1

4 3,6 3,3 2,9 174,5 ˚ 6,7


5 8
5 13,2 4 22, 22, 21, 0˚ 9 1,7 790,73
65 2 95 6 1

5 5,2 4,6 4 183 ˚ 12

6 12,8 5 22, 21, 21, 0˚ 13 1,5 792,27


5 8 2 4 1

6 6,7 6,4 5,8 178,5 ˚ 9

7 13,1 6 23, 22, 21, 0˚ 22 1,8 794,13


25 65 05 65 6

7 4,5 4 3,4 180 ˚ 10,


8 2

8 12,7 7 21 20, 20, 0˚ 8 1,6 795,76


6 2 25 1

8 4,7 4,3 3,9 180,45 7,7


5 5 8 ˚

9 13,3 8 20, 20, 20, 0˚ 7,5 1,5 797,35


5 8 45 05 95 6

9 5 4,5 4 188 ˚ 10

10 13,1 9 21, 21, 20, 0˚ 10 1,6 798,98


95 45 95 25 1

10 5,6 5,2 4,7 184,5 9,5


5

11 13,2 10 23, 23, 22, 0˚ 11, 1,8 800,85


9 35 75 5 7 1

11 5,2 4,6 4,0 175,5 ˚ 11,


2 5 5 7

12 13,2 11 21, 20, 20, 0˚ 8,7 1,5 802,43


5 3 8 43 85 6

12 5,4 5 4,6 178,5 8

13 13,4 12 24, 23, 23, 0˚ 12 1,9 804,36


5 7 3 25 1

13 4 4,4 3,9 179,5 ˚ 10,


5 5 5

14 13,2 13 24, 23, 23, 0˚ 10, 2,1 806,46


5 2 65 15 5 1

14 4,1 3,3 2,6 180 ˚ 15


5

15 13,1 14 24, 23, 23 0˚ 15 1,7 808,20


5 5 75 45 6

15 7,1 6,3 5,5 182 ˚ 16

16 13,5 15 17, 17, 16, 0˚ 11, 0,8 809,03


7 1 55 5 3 6

16 9,4 8,8 8,1 186,5 13,


8 5 3

3.1.2 Perhitungan
1. Perhitungan Jarak
Titik I
S1 = 100 (1,24 – 1, 145) m = 9,5 m
S2 = 100 (1,575 – 1,48) dm = 74 m
2. Perhitungan Beda Tinggi
∆ h=BT B −BT M
Titik I
∆ h=0,119−0,1095=0,095 m

3. Perhitungan Elevasi
Elevasi = Sudut Elevasi + ∆ h
=784 +0,095
=784,905 mdpl
4. Perhitungan error
Error = elevasi di tempat bidikan akhir – stander elevasi
= 809,036 – 802
= 7,036
Anisa Nurdoah
240110170023

BAB III
PEMBAHASAN
Praktikum Pemetaan Sumber Daya Lahan (PSDL) berikutnya tetap
menggunakan alat yang sama yaitu Waterpass, Waterpass digunakan pada praktikum
kali ini untuk mengukur beda tinggi antara titik yang berdekatan dengan mengukur
suatu lahan miring dari atas kebawah dan atau dari bawah ke atas. Meninjau dari
judul praktikum kali ini, yaitu pengukuran beda tinggi dengan Sifat Ukur Datar
Memanjang (SUDM) dua titik yang diukur tingginya yaitu titk awal dan titik
akhirnya dan jarak antara satu titik dengan lainnya cukup jauh, namun yang di
lakukan pada praktikum ini menggunakan langkah kaki yang tetap baik dari depan
alat maupun dari belakang alat. Oleh karena itu, tidak mungkin dilakukan
pengukurannya hanya sekali saja melainkan waterpassing harus dilakukan dengan
serangkaian pekerjaan antara dua titik yang tetap.
Pengukuran tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
dengan menempatkan Waterpass di salah satu titik, kemudian membidik rambu yang
diletakan di titik lainnya, Waterpass yang ditempatkan diluar garis antara dua titik
dan yang terakhir adalah menempatkan Waterpas diantara dua titik dan rambu
ukurnya diletakan dikedua titik tersebut. Cara ketigalah yang digunakan pada
praktikum ini, karena dengan cara tersebut akan memberikan hasil yang lebih teliti
dan juga kesalahan yang mungkin terjadi sangat kecil, terlebih jika jarak antara
Waterpass dengan rambu ukur dibuat sama, cara seperti ini dinamakan menyipat
datar di tengah-tengah dan digunakan pada pengukuran menyipat datar memanjang.
Pengukuran yang dilakukan tentu saja tidak akan terlepas dari permasalahan-
permasalahan, meskipun jumlahnya sangat sedikit dan sangan kecil sekali sehingga
menimbulkan kesalahan dalam perhitungan, begitu juga dalam pelaksanaan
pengukuran menyipat datar yang sering kali menghadapi masalah baik itu yang
dilakukan oleh praktikan, alat yang digunakan, maupun alam, contohnya saja medan
yang cukup miring mengharuskan praktikan yang membawa rambu ukur menambah
atau mengurangi langkah pada titik yang seharusnya, karena rambu ukur tidak terlihat
dari titik tempat alat Waterpass sehingga ini menjadi penyebab langkah yang tidak
tetap dari satu titik ke titik lainnya yang dilakukan oleh praktikan akibatnya
melenceng dati ketetapan yang seharusnya. Masalah lainnya yang terjadi adalah
pengaturan nivo pada Waterpass untuk membuatnya datar cukup sulit pada medan
yang miring, tentu saja hal ini berimbas pada waktu pengukuran yang lama. Selain itu
pada saat pengukuran mulai ditengah praktikan satu dengan lainnya menyatu
menyebabkan sulitnya pencatat untuk menulis data yang dibacakan oleh pengamat
sehingga harus benar-benar fokus untuk mendengarkannya dan mencatat data yang
benar pada table hasil perhitungan.
Data yang dipakai untuk menghitung pengukuran adalah data yang ganjil, hal
ini perlu dilakukan agar error yang terjadi masuk akal (Logis) karena semakin sedikit
errornya semakin baik keakuratan dari pengukuran tersebut, sedangkan untuk data
yang genap hanya dijadikan sebagai data pembuktian dari data yang ganjil.
Meninjau dari table hasil perhitungan, dari mulai jarak, beda tinggi, dan
elevasinya dapat dilihat bahwa jika suatu lahan miring maka jarak antar Waterpass
dan rambu ukur hasilnya akan minus, selain itu juga bacaan depan dan belakangnya
akan terpaut lumayan jauh. Semakin miring lahannya maka semaki besar beda
tingginya.
Anisa Nurdiah
240110170002

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Pengukuran sifat ukur datar memanjang merupakan pengukuran yang
dilakukan untuk mengukur beda tinggi antara titik yang berdekatan dengan
mengukur suatu lahan miring dari atas kebawah dan atau dari bawah ke atas.
2. Posisikan Waterpass agar datar maksimal pada lahan yang miring, agar tidak
sulit mengatur nivo yang bisa menjadi sebab rusaknya alat.
3. Antara rambu ukur dengan Waterpass beda tingginya bisa minus karena,
tempat alat lebih tinggi posisinya daripada rambu ukur.
4. Keakuratan data praktikan dengan data yang seharusnya terpaut jauh, hal ini
terjadi karena langkah yang dibuat dari titik alat, baik yang kedepan maupun
ke belakang tidak sama.
5. Error yang terjadi cukup besar sehingga jauh dari toleransi yang
diperbolehkan.
4.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah :
1. Ketepatan dalam membaca rambu ukur ditingkatkan agar data yang diperoleh
bisa sesuai data acuan.
2. Langkah yang dibuat antara satu alat dengan dua titik ke belakang dan
kedepan harus tetap agar sesuai dengan syarat dan dapat mendapatkan hasil
yang lebih baik
3. Posisikan tripod sedatar mungkin, agar mengatur nivonya mudah dan tidak
memakan waktu praktikum yang lama.
Rizky Ayu Aalimah
240110170011

BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Kegiatan praktikum ke tiga kali ini melakukan pengukuran beda tinggi dan
jarak pada suatu lahan yang menanjak dengan metode Sipat Ukur Datar
Memanjang (SUDM). Pengukuran dengan metode ini dilakukan dalam lahan
yang jarak dan beda tingginya sangat jauh, alat utama yang digunakan dalam
pengukuran kali ini adalah waterpass.
Ada tiga cara dalam pengukuran sipat ukur datar memanjang ini, yaitu
pengukuran dengan menempatkan alat pada salah satu titik ukur, menempatkan
alat di antara kedua titik ukur, dan menempatkan alat di luar titik ukur, namun
kali ini pengukuran dilakukan dengan cara menempatkan alat di antara kedua titik
ukur. Pengukuran beda tinggi dan jarak ini dilakukan mulai dari titik acuan bawah
ke titik acuan atas atau kenaikan beda tinggi.
Pengukuran ini dapat dinyatakan akurat jika hasil pengukuran elevasi dari
beda tinggi dengan pengukuran manual sesuai dengan elevasi yang sebenarnya
yang diukur dengan GPS. Titik yang ditentukan dalam pengukuran kali ini
sebanyak 16 titik. Hasil perhitungan elevasi manual menunjukkan bahwa
perhitungan beda tinggi dan jarak pada lahan yang diamati adalah 809,036 mdpl,
jika dibandingkan dengan data elevasi yang sebenarnya adalah 802 mdpl,
sehingga dapat diketahui bahwa dalam proses perhitungan terdapat error sebesar
7,036 mdpl.
Faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran beda tinggi
dan jarak antara lain penentuan jarak titik pengukuran berikutnya dalam
perpindahan alat atau menentukan titik bacaan belakang karena jika jarak yang
ditentukan terlalu jauh maka alat tidak bisa membaca rambu ukur, posisi alat ukur
dan keselamatan alat ukur pun pun harus diperhatkan karena sangat berpengaruh
pada pengukuran dan keefektifan dalam mengambil data, pengaturan sudut pada
setiap titik pengukuran harus sangat diperhatikan. Selain itu, jarak pengukuran
dalam perpindahan alat yang dilakukan dengan langkah kaki atau yang disebut
slag yang tidak stabil pun akan berpengaruh pada keefektifan pengambilan data
serta pada saat pembuatan denah.
Rizky Ayu Aalimah
240110170011

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat beberapa kesimpulan dalam praktikum pengukuran beda tinggi dan
jarak menggunakan metode SUDM, yaitu:
1. Praktikan mampu melakukan pengukuran sipat datar memanjang dengan
benar dan teliti.
2. Praktikan mampu menilai tingkat ketelitian dari hasil pengukuran sipat ukur
datar memanjang sesuai dengan penilaian baku.
3. Praktikan mampu menentukan beda tinggi antara dua titik yang letaknya
berjauhan dengan teliti.
4. Hasil menunjukkan angka negatif dikarenakan pengukuran dilakukan dari
titik acuan atas ke titik acuan bawah atau penurunan beda tinggi.
5. Faktor kesalahan dalam pengukuran adalah faktor manusia dalam
menempatkan alat dan menentukan titik bidikkan.
6. Ketelitian pada pengukuran kali ini dapat dinyatakan cukup akurat dengan
mengacu pada perbandingan data elevasi GPS yang hampir mendekati
kemiripan.
4.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum pengukuran beda tinggi dan jarak
menggunakan metode SUDM, yaitu:
1. Pengaturan nivo sangat penting dilakukan karena dapat memengaruhi
perhitungan dan membantu dalam membuat alat menjadi tegak karena bisa
saja kaki tiga yang diatur tidak sesuai dengan posisi alat yang semestinya.
2. Jarak pada setiap perpindahan alat harus diperhatikan karena jika jarak
perpindahannya terlalu jauh pada lahan menanjak maka waterpass tidak
dapat membidik rambu ukur.
3. Mengupayakan ketelitian dalam mengambil data.
4. Memerhatikan keselamatan alat.
Andika Dwiputra B
240110170023

BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan

Setiap daerah dapat memiliki dataran yang berbeda pada tiap titiknya, maka
ketinggian di atas permukaan laut juga dapat berbeda. Pada pengukuran, kedua titik,
tentu akan memiliki hasil yang berbeda, jika pengukuran dilakukan pada titik yang
lebih tinggi atau pun rendah , maka rata-rata yang dapat diambil sekitar 2-5 dm
(tergantung posisi titiknya), sementara bila diarahkan pada titik yang lebih rendah,
maka rata-rata pengukurannya dapat melebihi 15 dm, bahkan bisa mencapai sekitar
30 dm.
Elevasi pada setiap titik juga berbeda pada tiap titiknya, yang dimana apabila
titik pengukurannya semakin turun, maka besaran elevasinya akan lebih rendah pula.
Maka dari ketiga bacaan pada waterpass sendiri dapat dilihat berapa besar elevasi dari
lahan tersebut, dan elevasi lahan juga dapat mempengaruhi perkembangan dan
tumbuh besarnya suatu komoditi. Itu sebabnya mengapa beberapa komoditi hanya
cocok atau dapat tumbuh di dataran yang tinggi, seperti teh misalnya, dan setiap
dataran juga memiliki kondisi iklimnya tersendiri.
Bench Mark awal dan titik akhir harus ditentukan terlebih daulu sebelum
mengukur beda tinggi menggunakan waterpass. Titik benchmark ditentukan di depan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi dan untuk titik
akhir di depan Fakultas Peternakan. Titik bacaan bench mark awal dan akhir ditandai
dengan patok bambu. Pengukuran dilaksanakan dari atas turun ke bawah dimana
elevasi awalnya 802 .
Dari hasil pengolahan data, didapatkan elevasi akhir sebesar 809,036 m.
nilai terebut lebih besar dari 7.036 dari ketinggian sesungguhnya, yaitu 802.
sedangkan toleransi yang diperbolehkan hanya 0,5 m.Hasil ini dipengaruhi oleh
pemindahan waterpass dan rambu ukur yang tidak sesuai. Langkah pada bacaan
depan dan langkah pada bacaan belakang yang seharusnya sama, beberapa kali
berbeda akibat rambu ukur tidak terbaca.

Panjang setiap slag dipengaruhi oleh kondisi medan. Semakin terjal atau
berbukit-bukit suatu medan, maka panjang slag akan semakin pendek. Slag adalah
jarak antara rambu muka dan belakang dalam sekali mendirikan alat. Oleh karena itu
pada saat pengukuran di tanjakan yang berada di depan Biologi jaraknya harus
diperkecil sehingga tidak sesuai dengan jarak sebelumnya.

Kesulitan yang dialami selama praktikum adalah situasi lahan merupakan jalan
umum dimana terdapat banyak kendaraan berlalu lalang sehingga penempatan alat
harus berdekatan dengan kelompok lain.
Andika Dwiputra B
240110170023

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam praktikum pengukuran beda tinggi dengan sifat ukur datar
memanjang ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sifat ukur datar memanjang dapat digunakan untuk mengetahui ketinggian titik-
titik sepanjang jalur pengukuran.
2. Waterpass dapat digunakan untuk mengukur jarak mendatar, beda tinggi, serta
mengukur sudut horizontal karena dilengkapi dengan lingkaran berskala.
3. Semakin terjal atau berbukit-bukit suatu medan maka panjang slag akan semakin
pendek dan apabila medannya datar slag akan lebih panjang dibandingkan pada
medan yang terjal atau berbukit-bukit.
4. Metode pengukuran permukaan secara menurun mempengaruhi nilai hasil
perhitungan beda tinggi yaitu bernilai negatif apabila secara menanjak akan
menghasilkan nilai positif
5. Metode waterpass yang ditempatkan diantara dua titik hasilnya lebih teliti karena
dengan cara ini kesalahan yang mungkin terjadi kecil.
6. Hasil dari pengukuran dan perhitungan pada praktikum kali ini kurang mendekati
akurat karena nilai error yang terjadi

4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini, yaitu:
1. Kegiatan praktikum yang dilakukan di lapangan terutama di jalan kampus
Unpad sebaiknya menggunakan rambu-rambu sebagai penanda bahwa sedang
dilaksanakan kegiatan praktikum oleh mahasiswa agar kendaraan yang lalu
lalang tidak merasa terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Kharistya, Amaru. 2013. Pengukuran Beda Tinggi.


Pustekkom Depdiknas. 2008. Tools and Techniques Basic Laboratory
Rizardo, Fizarya. 2016. Survey Pengukuran Menggunakan Alat Waterpass.
http://documents.tips/documents/ survey-pengukuran-
menggunakan-alat-waterpas.html. Diakses pada tanggal 28
September 2017 pukul 20.50 WIB.
Rizki, Mutia. 2012. Alat Ukur Wilayah. Terdapat pada :
https://id.scribd.com/doc/185407823/Alat-Ukur-yang-
digunakan-dalam-Ilmu-Ukur-Wilayah (Diakses pada 18
September 2018, Pukul 10.03 WIB)
Jasasipil. 2014. Pengertian Alat Ukur Theodolite dan Waterpass. Terdapat
pada: https://www.jasasipil.com (diakses pada tanggal 28
September 2017 pukul 17.38 WIB)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai