Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian yang lebih rendah dari pada geodesi. Ilmu
geodesi mempunyai dua maksud berdasarkan maksud ilmiah, yaitu menentukan
bentuk permukaan bumi dan ilmu geodesi berdasarkan maksud praktis, yaitu
membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil
permukaan bumi. Ilmu ukur tanah mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas
tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk,
dimensi bumi dengan pengukuran di bumi.

Ilmu ukur tanah merupakan salah satu pekerjaan yang berkaitan erat dengan
dunia perpetaan. Ilmu ukur tanah adalah salah satu ilmu penerapan dalam perpetaan.
Salah satu penerapannya yaitu pengukuran sifat datar, beda tinggi, pengukuran profil
memanjang dan melintang, serta koreksi garis bidik.

Pada saat melakukan pengamatan di lapangan, terdapat kemungkinan


ditemukan suatu wilayah atau lahan yang tidak rata. Lahan yang tidak rata tersebut
dapat diukur dengan metode pengukuran sipat datar. Pengukuran sipat datar.
Pengukuran sipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda tinggi antara
titik-titik pada permukaan bumi. Penentuan beda tinggi pada permukaan  bumi
bermanfaat untuk perencanaan jalan, dsb.Dalam melakukan metode penyipat datar,
alat penunjang pengukuran serta cara mengoperasikan alat-alat tersebut harus
diketahui agar meminimalisir terjadinya kekeliruan saat pembacaan data. Selain itu,
prosedur dalam mengukur sipat datar juga harus diketahui. hal ini bertujuan agar
adanya efisiensi waktu ketika proses pengukuran berlangsung.
TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda


tinggi antara titik-titik pada permukaan bumi. alat ukur yang digunakan pada
pengukuran beda tinggi metode sipat datar adalah waterpass, dimana garis  bidiknya
dalam keadaan mendatar. beda tinggi dua titik adalah selisih antara dua  bidang datar
yang melewati kedua titik yang diukur (Kusumawati, 2014 ).
Datum merupakan bidang mendatar yang melewati titik alam istilah geodesi,
datum ketinggian yang digunakan adalah berupa tinggi permukaan air laut rata-rata &
mean sea level . berdasarkan datum tersebut dapat dikembangkan  jaringan levelling ,
sebagai titik kontrol ketinggian yang biasanya disebut Bench Mark . Pengukuran
menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik
pada permukaan bumi. Sebagai acuan terhadap  penentuan tinggi titik-titik tersebut
digunakan muka air laut rata-rata & mean sea level ' atau tinggi lokal (Arifin, 2011).

Prinsip pengukuran beda tinggi dengan alat sipat datar adalah menentukan  beda
tinggi antara dua titik dengan menghitung selisih bacaan benang tengah rambu muka
dan rambu belakang yang didirikan pada kedua titik tersebut. Jika  jarak antar titik
kontrol pemetaan relati jauh, pengukuran beda tinggi dengan  penyipat datar tak
dapat dilakukan dengan satu kali berdiri alat. Oleh karena itu antara dua buah titik
kontrol yang berturutan dibuat beberapa  slag  dengan titik-titik bantu pengukurannya
dibuat secara berantai.
Menurut Gusnadi (2012) dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering
digunakan, yaitu

1. Garis vertikal adalah garis yang menuju kepusat bumi, yang umum dianggap sama
dengan garis unting-unting
2. Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik
3. Bidang horizontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
4. Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
5 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum
6. Bench Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai.
7. 1 slag satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan belakang.
8. 1 seksi terdiri dari beberapa slag yang diukur pulang-pergi
9. 1 kring/ sirkuit terdiri dari beberapa seksi yang membentuk sirkuit
PEMBAHASAN

Pengertian Profil Leveling

Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass

Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang alat
dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang
konsisten. Ketepatan survey tergantung dari ketelitian membuat garis bidik
horizontal, kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang rambu ukur secara
vertical, dan presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan alat yang memakai nivo
gelembung gas juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan presisi sejajar
suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh terjadi penurunan alat di antara waktu bidik
belakang dan bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing, 1995)

Pengoperasian Alat

Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel,
operasi waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan, dan melakukan pembacaan
sampai ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib
sumbu tampak memotong rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan tersebut. Tiap
alat  yang dipasang memerlukan satu pembacaan bidik belakang untuk menetapkan
tinggi alat dan paling sedikit satu pembacaan bidik muka untuk menentukan elevasi
titik di sebelah muka ( sebuah titik stasiun atau elevasi ). Pembacaan halus biasanya
sampai 0,01 ft kecuali digunakan target pada rambu ukur. Target tunggal yang dibaca
dapat menimbulkan kesalahan tak sengaja. Tambahan bidik muka dapat dilakukan
terhadap titik-titik lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi
titik-titiki ini juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik
benang tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer dapat
digunakan untuk melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)

Langkah-langkah Untuk Mengambil Pembacaan Sebuah Waterpass

1. Waterpass dipasang dan didatarkan


2. Teropong diarahkan sedemikian rupa sehingga benang vertikal berimpit
dengan salah satu sisi rambu ukur dan alat dikunci.
3. Lensa objektif difokuskan dan paralaks dihapus.
4. Gelembung nivo diperiksa, digeser ke tengah dan disetel kalau perlu.
5. Rambu ukur dibaca dan hasilnya dicatat.
6. Gelembung nivo diperiksa lagi apakah masih tetap di tengah-tengah. Apabila
gelembung tergeser dari tengah-tangah, ia harus diketengahkan lagi dan
pembacaan diulangi.
7. Setelah pemegang alat merasa puas bahwa gelembung tetap di tengah-tengah
ketika pembacaan dilakukan, selisih pembacaan antara benang atas dan
benang bawah dibaca untuk mengukur jarak dari waterpass sampai mistar
ukur. Jarak ini dipakai untuk menyeimbangkan jarak bidik muka dan bidik
belakang dan cukup dibaca sampai ketelitian sentimeter terdekat.
8. Pemegang alat memberi tanda kepada pemegang rambu ukur untuk maju ke
posisi berikutnya.
9. Kunci teropong dibuka, teropong diputar, diarahkan ke posisi rambu ukur
berikutnya dan difokuskan. Paralaks dihapus, posisi gelembung nivo diperiksa
apakah masih di tengah-tengah, ramb u ukur dibaca, dan posisi gelembung
nivo diperiksa ulang.
10. Tahapan-tahapan ini diulangi sampai jumlah bidik muka yang diinginkan
diambil dan sebuah titik stasiun ditetapkan. Jarak rambu ukur pada titiki
stasiun diukur dan dicatat. Pemegang rambu ukur kemudian mengambil posisi
di atas stasiun.
11. Waterpass dipindahkan ke posisi pemasangan berikutnya dan prosedur ini
diulangi. (Wirshing,

Metode Penghitungan Beda Tinggi 

Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat
dihitung dengan rumus

ΔH = BTB – BTM

Keterangan :

BTB : Benang tengah belakang

BTM : Benang tengah muka


Istilah-istilah :

–          1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu
belakang.

–          1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam
slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.

(Nurjati, 2004 )

Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar

Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar


diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kesalahan Petugas :

1. Disebabkan oleh observer


1. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan
gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
2. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari
kedua rambu.
3. Kesalahan pembacaan.
4. Kesalahan pencatatan.
5. Disebabkan oleh rambu
1. Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
2. Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu  Sopwith
yang perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
3. Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan
pada tumpuan yang keras.

Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-tanda


indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia antara dua
titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti, seluruh jarak
harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk menentukan titik-titik
balik.

1. Kesalahan Instrumen :
1. Disebabkan oleh petugas
1. Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis
kolimasi tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung)

2.   Parallax yang timbul pada saat pengukuran


1. Disebabkan oleh rambu
1. Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan
kalibrasi.
2. adanya kesalahan indeks rambu.
3. Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe
perpanjangan).
2. Kesalahan Alami :
1. Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat
merubah kondisi intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis
kolimasi. Pada sipat datar teliti selama observasi, instrumen sipat datar
harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau
penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan dengan
temperatur rambu tersebut.
2. Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena
beratnya sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat
terbenam, jika ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada tempat-
tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus
seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang
berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan
untuk menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau
menggunakan rambu yang pendek.
3. Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas
cahaya yang melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda
akan direfraksikan. Sedangkan dekat di atas permukaan tanah
temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan
kerapatannyapun besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi
sulit dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk meningkatkan
ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek mungkin. Selanjutnya
diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak di tengah-tengah
antara kedua rambu.
4. Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar,
akan tetapi berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah
diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang kecil pada
sipat datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan di
tengah-tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat
diabaikan. (Sosrodarsono, 1983)

Sipat Datar Profil

Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi
rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang
maupun melintang.

Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya


permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian
dari masing-masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti dalam:

1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.


2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.

Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil
memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran,
biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur pengukuran sipat datar
profil memanjang maupun melintang dengan skala yang berbeda agar kondisi tanah
secara vertikal akan lebih jelas terlihat. (Nurjati, 2004 )

a. Profil Memanjang

Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan
sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik
ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai ketentuan sebagai
berikut :

•     Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan
dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.

•     Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas

Cara Pengukuran :

Alat di Atas Titik.


Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik

1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).


2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada
seksi AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada
titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1

H2 = HA+∆HA2

Hn = HA+∆HAn    (Nurjati, 2004 )

b. Profil Melintang

Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran


sipat datar profil memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan
pengukuran kearah samping kiri dan kanan as jalur memanjang lebarnya dapat
ditentukan sesuai perencanaan dengan pita ukur misalnya pada jalan raya, potongan
melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi yang lain. Arah potongan melintang tegak
lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik B) maka potongan
diusahakan membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah
potongan melintang yang masing-masing tegak lurus pada arah datang dan arah
belokan selanjutnya.

                                                                        

                                                                                              Gambar 2.4 Arah


Potongan Melintang

Cara Pengukuran :

 Alat di Atas Titik

1. Tempatkan alat di atas titik A.


2. Lakukan centering.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.
6. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai
titik-titik relief.
8. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.

Anda mungkin juga menyukai