Anda di halaman 1dari 7

MENERAPKAN PENGUKURAN JARAK,

B. Pengukuran Jarak secara Tidak Langsung dengan Cara Optis


Pengukuran jarak secara optis menggunakan instrumen theodolit yang mempunyai benang
stadia dan rambu ukur. Pada rambu ukur perlu dibaca benang tengah (bt), benang atas (ba) dan
benang bawah (bb) secara berurutan. Pada theodolit dibaca piringan vertikal. Gb-5.3 berikut
mengilustrasikan pengukuran jarak secara optis,
C. Pengukuran Jarak secara Tidak Langsung dengan Cara Elektronis
Sebagian besar theodolit analog modern dilengkapi slot untuk pemasangan EDM sehingga
dimungkinkan pembacaan arah dan jarak sekaligus. Sebagian besar EDM dapat secara langsung
menyajikan jarak miring dan jarak horisontal. Kombinasi instrumen theodolit dan EDM yang
telah menjadi satu dalam sistem elektro-optik dinamakan tacheometer elektronik, atau lebih
populernya Total Station. Model yang paling sederhana mengkombinasikan fungsi pengukuran
arah/sudut dan fungsi pengukuran jarak mulai 500 m sampai 1.000 m untuk target satu prisma
dengan akurasi jarak mencapai  (5 ppm + 5 mm). Ppm adalah part per million.
Contoh, diukur jarak dengan EDM 500 m, maka akurasi jarak itu: (5/(1.000.000) x 500.000
mm + 5 mm) =  7,5 mm. Jika hasil itu dibandingkan dengan jaraknya, dapat dipahami bahwa
semakin jauh jarak yang diukur semakin tinggi ketelitian relatifnya.
Model EDM yang lebih canggih mampu mengukur 2.000 m untuk satu prisma dengan
akurasi (2mm + 3ppm). Jika digunakan 9 prisma, jarak yang Gb-5.4. Total Station tanpa
reflektor (Sokkia Co, Ltd) 89 mampu dicapai 4 Km. Pada instrumen jenis ini, arah dan sudut
vertikal dibaca sampai dengan satu detik, sudut vertikal terkoreksi secara otomatis terhadap
kelengkungan dan refraksi standar, sementara itu sensor kemiringan sumbu mengkompensasi
kemiringan sumbu.
Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang

Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu wilayah. Pengukuran ini terbagi
menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak
manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah
tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna dalam cut dan fill  suatu
permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran ini mutlak harus dikuasai oleh
surveyor ataupun mahasiswa teknik Geomatika. Salah satu cara untuk menguasai pengukuran sipat datar
profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam
terbang pengukuran
Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang alat dan pemegang rambu
ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang konsisten. Ketepatan survey tergantung dari
ketelitian membuat garis bidik horizontal, kemampuan pemegang rambu ukur dalam memegang rambu
ukur secara vertical, dan presisi rambu ukur yang dibaca. Ketepatan alat yang memakai nivo gelembung
gas juga harus memperhatikan penyetelan tabung nivo dan presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik.
Tidak boleh terjadi penurunan alat di antara waktu bidik belakang dan bidik muka pada stasiun alat.
(Wirshing, 1995)
Pengoperasian Alat
Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel, operasi waterpass terdiri
dari memasang, mendatarkan, dan melakukan pembacaan sampai ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri
dari penentuan posisi dimana salib sumbu tampak memotong rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan
tersebut. Tiap alat  yang dipasang memerlukan satu pembacaan bidik belakang untuk menetapkan tinggi
alat dan paling sedikit satu pembacaan bidik muka untuk menentukan elevasi titik di sebelah muka
( sebuah titik stasiun atau elevasi ). Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali digunakan target
pada rambu ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak sengaja. Tambahan bidik
muka dapat dilakukan terhadap titik-titik lain yang dsapat dilihat dari tempat alat dipasang apabila elevasi
titik-titiki ini juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat yang dipakai, baik benang tengah,
semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan mikrometer dapat digunakan untuk melakukan
pembacaan. (Wirshing, 1995)
Langkah-langkah Untuk Mengambil Pembacaan Sebuah Waterpass
1. Waterpass dipasang dan didatarkan
2. Teropong diarahkan sedemikian rupa sehingga benang vertikal berimpit dengan salah satu sisi
rambu ukur dan alat dikunci.
3. Lensa objektif difokuskan dan paralaks dihapus.
4. Gelembung nivo diperiksa, digeser ke tengah dan disetel kalau perlu.
5. Rambu ukur dibaca dan hasilnya dicatat.
6. Gelembung nivo diperiksa lagi apakah masih tetap di tengah-tengah. Apabila gelembung tergeser
dari tengah-tangah, ia harus diketengahkan lagi dan pembacaan diulangi.
7. Setelah pemegang alat merasa puas bahwa gelembung tetap di tengah-tengah ketika pembacaan
dilakukan, selisih pembacaan antara benang atas dan benang bawah dibaca untuk mengukur jarak
dari waterpass sampai mistar ukur. Jarak ini dipakai untuk menyeimbangkan jarak bidik muka dan
bidik belakang dan cukup dibaca sampai ketelitian sentimeter terdekat.
8. Pemegang alat memberi tanda kepada pemegang rambu ukur untuk maju ke posisi berikutnya.
9. Kunci teropong dibuka, teropong diputar, diarahkan ke posisi rambu ukur berikutnya dan
difokuskan. Paralaks dihapus, posisi gelembung nivo diperiksa apakah masih di tengah-tengah,
ramb u ukur dibaca, dan posisi gelembung nivo diperiksa ulang.
10. Tahapan-tahapan ini diulangi sampai jumlah bidik muka yang diinginkan diambil dan sebuah titik
stasiun ditetapkan. Jarak rambu ukur pada titiki stasiun diukur dan dicatat. Pemegang rambu ukur
kemudian mengambil posisi di atas stasiun.
11. Waterpass dipindahkan ke posisi pemasangan berikutnya dan prosedur ini diulangi. (Wirshing,
Metode Penghitungan Beda Tinggi 

Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi

Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung dengan rumus
ΔH = BTB – BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
–          1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
–          1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan
diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.

Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar


Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Kesalahan Petugas :
1. Disebabkan oleh observer
1. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan gelembung nivo yang tidak
sempurna dan sebagainya).
2. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.
3. Kesalahan pembacaan.
4. Kesalahan pencatatan.
5. Disebabkan oleh rambu
a. Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
b. Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu  Sopwith yang perpanjangannya dirasakan
kurang sempurna.
c. Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-tanda indeks rambu karena
titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan
pembidik. Pada sipat datar teliti, seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk
menentukan titik-titik balik.
1. Kesalahan Instrumen :
1. Disebabkan oleh petugas
1. Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi tidak sejajar
dengan sumbu niveu tabung)
2.   Parallax yang timbul pada saat pengukuran
1. Disebabkan oleh rambu
1. Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.
2. adanya kesalahan indeks rambu.
3. Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe perpanjangan).
2. Kesalahan Alami :
1. Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah kondisi intrumen
sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti selama observasi,
instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau
penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut.
2. Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya sendiri, baik
instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di atas tanah yang
lunak. Pada tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus
seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus kencang
akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk menghindarinya dapat digunakan perisai
pelindung atau menggunakan rambu yang pendek.
3. Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang melintasi udara
dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan dekat di atas permukaan
tanah temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun besar
pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk
meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek mungkin. Selanjutnya diusahakan
agar posisi instrumen sipat datar terletak di tengah-tengah antara kedua rambu.
4. Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi berbentuk speris,
maka lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema
yang kecil pada sipat datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-
tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan. (Sosrodarsono, 1983)

Sipat Datar Profil


Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi rendahnya permukaan
tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun melintang.
Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan tanah
sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian dari masing-masing titik. Hasil
pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa dan
lain-lain, seperti dalam:
1. Menentukan gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.
2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar profil memanjang dan sipat
datar profil melintang sedangkan pada tahap penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi
sepanjang jalur pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan skala yang berbeda
agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas terlihat. (Nurjati, 2004 )
a. Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda dengan sipat datar memanjang,
yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya,
sehingga mempunyai ketentuan sebagai berikut :
•     Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan pengukuran
pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
•     Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.

Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas


Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik.

Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik


1. Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).
2. Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
6. Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi AB, untuk
pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
8. Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
9. Hitungan : H1 = HA+∆HA1
H2 = HA+∆HA2
Hn = HA+∆HAn    (Nurjati, 2004 )
 
b. Profil Melintang
Pelaksanaan pengukuran sipat datar profil melintang dilakukan setelah pengukuran sipat datar profil
memanjang, jarak antar potongan melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran kearah samping kiri dan
kanan as jalur memanjang lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan dengan pita ukur misalnya pada
jalan raya, potongan melintang dibuat dari tepi yang satu ke tepi yang lain. Arah potongan melintang
tegak lurus dengan as, kecuali pada titik tikungan (contoh pada titik B) maka potongan diusahakan
membagi sudut terseut sama besar atau bila perlu dibuatkan 2 buah potongan melintang yang masing-
masing tegak lurus pada arah datang dan arah belokan selanjutnya.
Gambar 2.4 Arah Potongan Melintang
                                                                        
                                                                                              
Cara Pengukuran :
 Alat di Atas Titik
1. Tempatkan alat di atas titik A.
2. Lakukan centering.
3. Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
4. Ukur tinggi alat diatas patok.
5. Bidik rambu diatas titik 1. Baca BA, BT dan BB.
6. Hitung jarak optis dari alat ke rambu 1, d =(BA-BB).100
7. Lakukan hal yang sama (v,vi,vii) pada titik-titik 2, 3, 4 dan seterusnya sebagai titik-titik relief.
8. Demikian juga point 1 s/d 8 dilakukan pada setiap potongan melintang.

Anda mungkin juga menyukai