Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENGOLAHAN DATA

PROYEK JALAN BLK MAKASSAR SEBELAH UTARA


MENGGUNAKAN ALAT UKUR WATERPASS

OLEH:
KELOMPOK 3

SURVEYOR REGULER
PERIODE 15 MEI 2017
KEMNAKER
BALAI LATIHAN KERJA MAKASSAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Geodesi merupakan suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan

bentuk muka bumi dan menyajikannya dalam bentuk tertentu. Ilmu geodesi

ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang membutuhkan data-data

kordinat dan ketinggian dilapangan. Berdasarkan ketelitian pengukuran, ilmu

geodesi dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu :

1. Geodetic Surveying, suatu survey yang memperhitungkan

kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini

digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan

bidang hitung ) yaitu bidang lengkung (bola/ellipsoid).

2. Plane surveying, suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi

dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane surveying ini

digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan

menggunakan bidang hitung yaitu bidang datar.

Dalam pelaksanaan pengukuran jalan BLK Makassar untuk

melakukan penimbunan sebagai langkah awal untuk pengaspalan, dilakukan

dengan metode plane surveying (Ilmu Ukur Tanah), yaitu menyipat datar,

Kegiatan pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kondisi jalan yang

akan dikerjakan dan melakukan perhitungan besarnya timbunan diperlukan

pada konstruksi jalan.

1
1.2. Rumusan Masalah

Melakukan survey kondisi jalanBLK Makassar sebelah

Utaraberdasarkan rencana konstruksi jalan yang akan dilaksanakan dan

melakukan perhitungan volume timbunan yang dibutuhkan pada tahap awal

pengaspalan jalan tersebut.

1.3. Tujuan

1. Mengetahui kondisi jalan BLK Makassarsebelah Utara, yaitu beda

tinggi dan panjang jalan.

2. Mengetahui keadaaan jalan berdasarkan penampang memanjang dan

melintang.

3. Mengetahui luasan dan volume yang dibutuhkan untuk melakukan

penimbunan pada rencana konstruksi jalanBLK Makassarsebelah

Utara.

1.4. Manfaat

Dari hasil pekerjaan survey ini, diharapkan dapat memberikan

gambaran kondisi jalan BLK Makassar sebelah Utaradan memberikan

besaran timbunan yang dibutuhkan untuk konstruksi jalan tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan

untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi

tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang

ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal.

2.1 Bagian-Bagian Waterpass

Waterpass terdiri atas dua lensa, yaitu lensa obyektif dan lensa okuler. Di

samping itu terdapat lensa pembalik yang membuat jalanya sinar dari obyektif ke

pengamat lurus, Fungsi cermin dipakai untuk mengawasi nivo oleh pengamat

sambil mengarahkan teropong ke obyek yang dituju. Untuk mmengontrol posisi

pesawat apakah sudah datar atau belum digunakan nivo. Sedangkan untuk

mengatur teropong sehingga pembacaan titik menjadi jelas digunakan alat

penggerak halus.

Keterangan gambar waterpass :

1. Nivo

2. Pengatur halus horizontal

3. 3 Sekrup Penyetel

3
4. Dudukan Alat

5. Pengatur Fokus

6. Teropong/Lensa obyektif

2.2 Persyaratan Yang harus Dipenuhi Sebuah Waterpass

Persyaatan-persyaratan yang harus dipenuhi pada peralatan waterpass/ alat

ukur beda ketinggian adalah:

a. Ketelitian perkiraan bacaan terkecil untuk membaca rambu.

b. Koefisien lensa untuk pengali.

Sedangkan untuk pengecekan terhadap alat ukur dilakukan terhadap:

a. Sekrup-sekrup klem yang ada harus berfungsi dengan baik dan normal. Garis

bidik teropong harus tegak lurus Sumbu I

b. Sumbu I harus benar-benar vertikal.

c. Nivo yang terdapat pada peralatan ukuran berfungsi dengan baik dan normal.

d. Kejernihan lensa atau kaca pada teropong harus baik dan normal.

e. Sekrup-sekrup serta klem yang ada pada peralatan harus berfungsi dengan

baik dan normal.

2.3 Kesalahan-Kesalahan dalam Pengukuran Waterpass

Walaupun sebelum pengukuran peralatan telah dikoreksi dan syarat-syarat

lain telah terpenuhi, namun karena hal-hal yang tak terduga sebelumnya,

kesalahan-kesalahan yang lain tetap dapat terjadi, yaitu:

1. Bersumber dari alat ukur, antara lain:

a. Garis bidik tidak sejajar arah nivo. Pada pengukuran dengan alat ukur

waterpas, garis bidik harus dibuat sejajar dengan garis arah nivo agar hasil

4
yang didapatkan teliti. Adapun jika garis bidik tidak sejajar dengan garis

arah nivo, kesalahan dapat dihilangkan dengan membuat jarak alat ukur

ke rambu muka sama dengan jarak alat ukur ke rambu belakang

b. Kesalahan titik nol rambu. Kesalahan ini bisa terjadi dari pabrik, namun

bisa pula terjadi karena alas rambu yang aus dimakan usia atau sebab

yang lain. Pengaruh dari kesalahan ini apabila jumlah slag dibuat genap.

c. Kesalahan karena rambu yang tidak betul-betul vertikal. Untuk

menghindari kesalahan ini maka rambu harus betul-betul vertikal dengan

cara menggunakan nivo rambu atau unting-unting yang digantungkan

padanya.

d. Kesalahan karena penyinaran yang tidak merata. Sinar matahari yang

jatuh tidak merata pada alat ukur waterpas akan menyebabkan panas dan

pemuaian pada alat waterpas yang tidak merata pula, khususnya nivo

teropong, sehingga pada saat gelembung seimbang, garis arah nivo tidak

mendatar dan garis bidik juga tidak mendatar. Untuk menghindari

keadaan semacam ini sebaiknya alat ukur dipayungi agar tidak langsung

terkena sinar matahari.

2. Bersumber dari si pengukur, antara lain:

a. Kurang paham tentang pembacaan rambu. Untuk menghindari kesalahan

ini, pembacaan dikontrol dengan koreksi 2BT=BA+BB.

b. Kesalahan karena mata cacat atau lelah. Untuk menghindari kesalahan ini

sebaiknya mata yang cacat menggunakan kacamata dan pengamatan

dilakukan dengan mata secara bergantian. Mata yang sedang tidak

digunakan untuk membidik juga tidak perlu dipejamkan atau dipicingkan.

5
c. Kondisi fisik yang lemah. Untuk menghindari keadaan yang demikian,

surveyor perlu istirahat di tengah hari, makan teratur dan selalu menjaga

kondisi tubuh.

d. Pendengaran yang kurang

3. Bersumber dari alam, antara lain:

a. Kesalahan karena kelengkungan permukaan bumi. Kesalahan ini dapat

diabaikan dengan membuat jarak rambu muka sama dengan jarak rambu

belakang

b. Kesalahan karena refraksi sinar. Permukaan bumi diselimuti dengan

lapisan-lapisan udara yang ketebalannya tidak sama karena suhu dan

tekanan yang tidak sama. Hal ini akan mengakibatkan sinar yang sampai

pada teropong dari obyek yang dibidik akan menjadi melengkung ke atas

sehingga yang terbaca menjadi terlalu besar.

c. Kesalahan karena undulasi.Pada tengah hari yang panas antara pukul 11

sampai pukul 14 sering terjadi undulasi, yaitu udara di permukaan bumi

yang bergerak naik karena panas (fatamorgana). Jika rambu ukur

didirikan di tempat yang demikian, maka apabila dibidik dengan

teropong akan kelihatan seolah-olah rambu tersebut bergerak

bergelombang-gelombang, sehingga sukar sekali untuk menentukan

angka mana yang berimpit dengan garis bidik atau benang silang.

Sehingga apabila terjadi undulasi sebaiknya pengukuran dihentikan.

d. Kesalahan karena kondisi tanah tidak stabil. Akibat kondisi tanah tempat

berdiri alat atau rambu tidak stabil, maka setelah pembidikan ke rambu

belakang, pengamat pindah posisi untuk mengamat ke rambu muka

6
ketinggian alat atau statif akan mengalami perubahan sehingga beda

tinggi yang didapat akan mengalami kesalahan. Untuk itu, hendaknya

tempat berdiri alat dan rambu harus betul-betul stabil atau rambu rambu

diberi alas rambu.

7
BAB III

METODE PENGUKURAN

3.1 Jadwal Pelaksanaan Pengukuran

Hari/ Tanggal : Senin/ 21 Agustus 2017

Waktu : 09:00 WITA s/d selesai

Lokasi : Jalan BLK Makassar sebelah Utara

3.2 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam kegiatansurvey jalan ini adalah sebagai

berikut

1. Waterpass

Waterpass adalah alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur

beda tinggi dan jarak pada pengukuran jalan BLK Makassar.

Gambar 3.1 Waterpass

2. Statif/Tripod

Tripod/statif berfungsi sebagai tempat berdirinya waterpass. Ketiga kaki

pada tripod dapat diatur ketinggianya.

Gambar 3.2 Statif

8
3. Rambu Ukur

Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan

skala pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan

huruf E. Panjang rambu adalah tiga-lima meter. Bahan rambu ada yang

dari kayu maupun alumunium. Rambu berguna untuk membantu

waterpass dalam menentukan jarak secara optis. Hal yang perlu

diperhatikan adalah dalam memegang rambu harus tegak lurus terhadap

titik yang ditinjau.

Gambar 3.3 Rambu ukur

4. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk

mengukur tinggi alat. Roll Meter yang dipergunakan ini mempunyai

panjang 50 m dan meteran degan panjang 5 m.

Gambar 3.4Roll Meter

5. Payung

Payung digunakan untuk melindungi waterpass dari sinar matahari dan

hujan. Sebaiknya payung tersebut bukan terbuat dari bahan logam.

9
Gambar 3.5Payung

6. Pendulum/Unting-unting

Alat ini digunakan untuk membantu dalam meletakkan alat dalam

kondisi tegak lurus terhadap titik yang ditinjau. Karena salah satu syarat

utama dalam pengukuran sudut adalah sumbu vertikal harus tegak lurus

sumbu horisontal. Untu peralatan modern pendulum diganti dengan cara

optis dengan bantuan teropong

Gambar 3.6 Unting-unting

7. Spidol

Alat ini digunakan sebagai alat penanda (marking) patok utama dan

patok detail.

Gambar 3.7 Spidol

10
8. Helm

Helm digunakan untuk melindungi pengguna dari terik matahari

Gambar 3.8 Helm

9. Alat Tulis

Alat ini digunakan untuk mencatat, mengolah data yang diperoleh dan

menggambar.

Gambar 3.9 Alat tulis

10. Handy Talky (HT)

Handy Talky digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota

kelompok.

Gambar 3.10 HT

11
11. Perangkat Komputer

Perangkat komputer digunakan untuk mendukung kegiatan pengolahan

data agar data dan penyusunan laporan pengukuran.

Gambar 3.11 Perangkat Komputer

3.3 Langkah Kerja

3.3.1 Pengukuran

1. Menentukan patok utama pada lokasi perencanaan jalanBLKI

Makassar sebelahUtara.

2. Menentukan patok detail tiap patok utama berdasarkan desain jalan

yang akan dibuat.

3. Membagi patok-patok utama menjadi segmen-segmen perhitungan.

4. Mendirikan alat waterpass di antara patok utama dan

menyentringkannya.

5. Memasang bak ukur pada patok utama belakang dan membaca

bacaan benang (Benang tengah, benang atas, benang bawah).

6. Mengarahkan waterpass ke patok utama muka, memasang bak ukur

pada patok tersebut, dan membaca bacaan benang.

7. Memasang bak ukur pada patok-patok detail patok utama muka dan

membaca bacaan benang tiap patok detail tersebut.

12
8. Mengukur jarak langsung antara patok utama muka dengan patok

tempat berdiri alat dan antara patok utama belakang dengan patok

tempat berdiri alat.

9. Untuk segmen II sampai IV, mengikuti langkah 5 dan 7.

10. Ketika semua segmen telah diukur (pergi), kembali melakukan

pengukuran dengan jalur yang berlawanan (pulang) hingga semua

segmen terukur.

3.3.2 Pengolahan Data

1. Menghitung jarak optis dari alat ukur ke patok utama (pergi dan

Pulang).

2. Menghitung jarak optis rata-rata antara jarak optis pergi dan

pulang.

3. Menghitung beda tinggi tiap patok utama pergi dan pulang.

4. Menghitung beda tinggi rata-rata patok utama antara beda tinggi

pergi dan pulang.

5. Menghitung nilai koreksi beda tinggi tiap patok utama. Jika jumlah

beda tinggi patok utama pergi dan pulang = 0, langkah ini boleh

ditiadakan.

6. Menghitung beda tinggi setelah koreksi.

7. Menghitung tinggi titik patok utama. Untuk menghindari tinggi

titik patok utama, perlu diketahui tinggi titik salah satu patok.

Tinggi titik ini biasanya diperoleh dari GPS atau menentukan tinggi

titik lokal.

8. Menghitung beda tinggi patok detail.

13
9. Menghitung tinggi titik patok detail.

10. Menghitung persentase kemiringan patok utama.

11. Menghitung persentase kemiringan patok detail.

12. Menentukan tinggi rencana timbunan jalan.

13. Membuat penampang memanjang, yaitu penampang antara 2 patok

utama.

14. Membuat penampang melintang tiap patok utama.

15. Menghitung luasan timbunan tiap penampang vertikal melintang.

16. Menghitung volume timbunan tiap penampang vertical memanjang

dan melintang.

14
BAB IV

DATA DAN PENGOLAHAN

4.1 Cross Section

Surveyor : Kelompok 3 Tanggal : 25Agustus 2017


Lokasi :Jalan BLK Makassar Sebelah Utara Proyek : Jalan

Segmen DATA PERGI DATA PULANG


No. No.
BT BA BB Sudut Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P0 1,115 1,267 0,963 179o 24,46 P1 1,910 2,040 1,780 30,56
P1 1,900 2,038 1,762 31,7 P0 1,130 1,290 0,970 27,56
A 1,915 2,050 1,780 58,16
I
B 1,925 2,062 1,788
C 1,890 2,028 1,752
D 1,860 1,996 1,724

Segmen DATA PERGI DATA PULANG


No. No.
BT BA BB Sudut Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P1 1,050 1,200 0,900 180o 29,80 P2 1,678 1,910 1,446 46,65
P2 1,700 1,935 1,465 47,64 P1 1,030 1,182 0,878 30,68
II
A 1,700 1,928 1,472 77,33
B 1,695 1,925 1,465

15
C 1,702 1,948 1,456
D 1,705 1,950 1,460

Segmen DATA PERGI DATA PULANG


No. No.
BT BA BB Sudut Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P2 1,392 1,495 1,289 180o 20,38 P3 1,232 1,326 1,138 18,86
P3 1,152 1,250 1,050 19,59 P2 1,472 1,578 1,366 21,11
A 1,160 1,260 1,060 39,98
III
B 1,152 1,250 1,054
C 1,155 1,252 1,058
D 1,160 1,260 1,060

Segmen DATA PERGI DATA PULANG


No. No.
BT BA BB Tinggi Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P3 1,487 1,622 1,352 27,1 P4 0,623 0,776 0,470 30,54
P4 0,596 0,752 0,440 32,53 P3 1,516 1,657 1,375 28,16
A 0,635 0,782 0,488 58,66
IV
B 0,622 0,772 0,472
C 0,600 0,765 0,435
D 0,605 0,770 0,440

16
Segmen DATA PERGI DATA PULANG
No. No.
BT BA BB Tinggi Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P4 1,580 1,745 1,415 33,17 P5 1,150 1,260 1,040 22,12
P5 1,150 1,260 1,040 21,39 P4 1,582 1,744 1,420 32,45
A 1,175 1,282 1,068 54,6
V
B 1,162 1,268 1,056
C 1,155 1,262 1,048
D 1,165 1,273 1,057

Segmen DATA PERGI DATA PULANG


No. No.
BT BA BB Sudut Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P5 1,720 1,955 1,485 178o 47,08 P6 1,078 1,258 0,898 35,48
P6 1,102 1,270 0,934 33,63 P5 1,695 1,920 1,470 45,19
A 1,200 1,360 1,040 30,7
VI
B 1,178 1,340 1,016
C 1,142 1,315 0,969
D 1,145 1,320 0,970

17
Segmen DATA PERGI DATA PULANG
No. No.
BT BA BB Sudut Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P6 0,942 1,088 0,796 180o 29,42 P7 1,522 1,649 1,395 25,2
P7 1,542 1,672 1,412 26,15 P6 0,925 1,075 0,775 30,35
A 1,545 1,678 1,412 55,46
VII
B 1,545 1,678 1,412
C 1,542 1,672 1,412
D 1,570 1,700 1,440

Segmen DATA PERGI DATA PULANG


No. No.
BT BA BB Sudut Jarak BT BA BB Tinggi Jarak
Titik Titik
P7 1,261 1,338 1,184 176o 15,24 P0 1,415 1,540 1,290 24,88
P0 1,420 1,550 1,290 25,79 P7 1,258 1,338 1,178 16,16
A 1,430 1,550 1,310 41,02
VIII
B 1,430 1,552 1,308
C 1,410 1,542 1,278
D 1,390 1,525 1,255

18
4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Perhitungan Jarak Optis (D)

D = (BA − BB) x 100


Ket: D = Jarak optis
BA = Benang atas
BB = Benang bawah
- Perhitungan jarak optis untuk pergi (Patok belakang − Patok muka)

D P0 = (1,267 – 0,963) x 100 = 30,4 m


D P1 = (2,038 − 1,762) x 100 = 27,6 m 
D P0 ─ P1 = 58 m
D P1 = (1,200− 0,900) x 100 = 30 m
D P2 = (1,935− 1,465) x 100 = 47 m 
D P1 ─ P2 = 77 m
D P2 = (1,495 – 1,289) x 100 = 20,6 m
D P3 = (1,250 − 1,054) x 100 = 19,6 m 
D P2 ─ P3 = 40,2 m
D P3 = (1,622− 1,352) x 100 = 27 m
D P4 = (0,752–0,440) x 100 = 31,2 m 
D P3 ─ P4 = 58,2 m
D P4 = (1,745 − 1,415) x 100 = 33 m
D P5 = (1,260 – 0,934) x 100 = 22 m 
D P ─ P5 = 55 m

D P5 = (1,955 – 1,485) x 100 = 47 m


D P6 = (1,270 – 0,934) x 100 = 33,6 m 
D P5─ P6 = 80,6 m

19
D P6 = (1,088 – 0,796) x 100 = 29,2 m
D P7 = (1,672 − 1,412) x 100 = 26m 
D P6 ─ P7 = 55,2 m

D P7 = (1,338 − 1,184) x 100 = 15,4 m


D P0 = (1,550 − 1,290) x 100 = 26 m 
D P7 ─ P0 = 41,4 m

- Perhitungan jarak optis untuk pulang (Patok muka − Patok belakang)

D P1 = (2,040 – 1,780) x 100 = 26 m


D P0 = (1,290 – 0,970) x 100 = 32 m 
D P0 ─ P1 = 58 m
D P2 = (1,910− 1,446) x 100 = 46,4 m
D P1 = (1,182− 0,878) x 100 = 30,4 m 
D P1 ─ P2 = 76,8 m
D P3 = (1,326 – 1,138) x 100 = 18,8 m
D P2 = (1,578 − 1,366) x 100 = 21,2 m 
D P2 ─ P3 = 40,0 m
D P4 = (0,776− 0,470) x 100 = 30,6 m
D P3 = (1,657–1,375 x 100 = 28,2 m 
D P3 ─ P4 = 58,8 m
D P5 = (1,260 − 1,040) x 100 = 22 m
D P4 = (1,744 – 1,420) x 100 = 32,4 m 
D P ─ P5 = 54,4 m
D P6 = (1,258 – 0,898) x 100 = 36 m
D P5 = (1,920 – 1,470) x 100 = 45 m 
D P5─ P6 = 81 m

20
D P7 = (1,649 – 1,395) x 100 = 25,4 m
D P6 = (1,075 – 0,775) x 100 = 30 m 
D P6 ─ P7 = 55,4 m
D P0 = (1,540 – 1,290) x 100 = 25m
D P7 = (1,672 − 1,412) x 100 = 16 m 
D P7 ─ P0 = 41 m

4.2.2 Perhitungan Jarak Optis Rata-Rata (Dr)

𝐃𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢 + 𝐃𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧𝐠
𝐃𝐫 =
𝟐

Ket : Dr = Jarak optis rata-rata


Dpergi = Jarak optis (Patok belakang − Patok muka)
Dpulang = Jarak optis (Patok muka − Patok belakang)

58 + 58
Dr (P0 − P1 ) = = 58 m
2
77 + 76,8
Dr (P1 − P2 ) = = 76,9 m
2
40,2 + 40
Dr (P2 − P3 ) = = 40,1 m
2
58,2 + 58,8
Dr (P3 − P4 ) = = 58,5 m
2
55 + 54,4
Dr (P4 − P5 ) = = 54,2 m
2
80,6 + 81
Dr (P5 − P6 ) = = 80,8 m
2
55,2 + 55,4
Dr (P6 − P7 ) = = 55,3 m
2
42,4 + 41
Dr (P7 − P0 ) = = 41,2 m
2

21
4.2.3 Perhitungan Beda Tinggi (∆H) Patok Utama

∆H = BT belakang − BT muka
Ket: ∆H = Beda tinggi
BT = Benang tengah
∑∆H = Jumlah total beda tinggi
Perhitungan beda tinggi untuk pergi (Patok belakang − Patok muka)
∆HP0 − P1 = (1,115 – 1,900) = -0,785 m
∆HP1 − P2 = (1,050 – 1,700) = -0,650 m
∆HP2 − P3 = (1,392 – 1,152) = 0,240 m
∆HP3 − P4 = (1,487 – 0,596) = 0,891m
∆HP4 − P5 = (1,580 – 1,150) = 0,430 m
∆HP5 − P6 = (1,720 – 1,102) = 0,618 m
∆HP6 − P7 = (0,942 – 1,542) = -0,600 m
∆HP7 − P0 = (1,261 – 1,420) = -0,159 m
∑∆H = -0,015 m
- Perhitungan beda tinggi untuk pulang (Patok muka − Patok belakang)
∆HP1 − P0 = (1,910 – 1,130) = 0,780 m
∆HP2 − P1 = (1,678 – 1,030) = 0,648 m
∆HP3 − P2 = (1,232 – 1,472) = -0,240 m
∆HP4 − P3 = (0,623 – 1,516) = -0,893 m
∆HP5 − P4 = (1,150 – 1,582) = -0,432 m
∆HP6 − P5 = (1,078 – 1,695) = -0,617 m
∆HP7 − P6 = (1,522 – 0,925) = 0,597 m
∆HP0 − P7 = (1,415 – 1,258) = 0,157 m
∑∆H = 0m

4.2.4 Perhitungan Beda Tinggi Rata-Rata (∆Hr)

22
∆Hr = ∆H pergi + ∆H pulang
2
Ket : ∆Hr = Beda tinggi rata-rata
∆H pergi = Beda tinggi rata-rata pergi
∆H pulang = Beda tinggi rata-rata pulang
∑∆Hr = Jumlah total beda tinggi rata-rata

(−0,785) + (0,780)
∆Hr (P0 − P1 ) = = −0,7825 m
2
(−0,650) + (0,640)
∆Hr (P1 − P2 ) = = −0,649m
2
(0,240) + (−0,240)
∆Hr (P2 − P3 ) = = 0,240 m
2
(0,891) + (−0,893)
∆Hr (P3 − P4 ) = = 0,892 m
2
(0,430) + (−0,432)
∆Hr (P4 − P5 ) = = 0,431 m
2
(0,618) + (−0,617)
∆Hr (P5 − P6 ) = = 0,6175 m
2
(−0,600) + (0,597)
∆Hr (P6 − P7 ) = = −0,5985 m
2
(−0,159) + (0,157)
∆Hr (P7 − P0 ) = = −0,158 m
2
∑∆Hr = −0,0075m
4.2.5 Koreksi Per Patok Utama
∑∆𝐇𝐫
𝐊∆𝐇 =
𝐧
Ket: K∆H = Koreksi beda tinggi
∑∆Hr = Jumlah beda tinggi rata-rata
n = Jumlah segmen

(−0,0075)
K∆H = = −0,0009375
8

23
4.2.6 Perhitungan Beda Tinggi Setelah Koreksi
∆HK = ∆Hr- K∆H
Ket : ∆HK = Beda tinggi setelah koreksi
∆Hr = Beda tinggi
K∆H = Koreksi beda tinggi

∆HK P0 – P1 = -0,7825 – (-0,0009375) = -0,7815625 m


∆HK P1 − P2 = -0,649 – (-0,0009375) = -0,6480625 m
∆HK P2 − P3 = 0,240 – (-0,0009375) = 0,2409375 m
∆HK P3 − P4 = 0,892 – (-0,0009375) = 0,8929375 m
∆HK P4 − P5 = 0,431 – (-0,0009375) = 0,4319375 m
∆HK P5 − P6 = 0,6175 – (-0,0009375) = 0,6184375 m
∆HK P6 – P7 = -0,5985 – (-0,0009375) = -0,5975625 m
∆HK P7 – P0 = -0,158 – (-0,0009375) = -0,1570625 m
∆HK = 0m

4.2.7 Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama

H = HP ± ∆HK
Ket : H = tinggi titik patok utama
HP = diketahui tinggi patok
∆HK = beda tinggi setelah koreksi
H P0 = 65 m
H P1 = 65 – 0,4245 = 64,2184375 m
H P2 = 64,2184375 – 0,4245 = 63,570375 m
H P3 = 63,570375 + 0,2595 = 63,8113125 m
H P4 = 63,8113125 + 0,2795 = 64,70425 m
H P5 = 64,70425 + 0,2795 = 65,1361875 m
H P6 = 65,1361875 + 0,2795 = 65,754625 m
H P7 = 65,754625 – 0,2795 = 65,1570625 m

24
H P0 = 65,1570625 – 0,2795 = 65 m
4.2.8 Perhitungan Beda Tinggi Patok Detail

∆Hd = BT patok utama – BT patok detail


Ket : ∆Hd = Beda tinggi detail
BT = Benang tengah

∆H detail patok 1
∆Hd P1 – a = 1,900 – 1,915 = -0,015 m
∆Hd P1 – b = 1,900 – 1,925 = -0,025 m
∆Hd P1 – c = 1,900 – 1,890 = 0,01 m
∆Hd P1 – d = 1,900 – 1,860 = 0,04 m

∆H detail patok 2
∆Hd P2 – a = 1,700 – 1,700 = 0 m
∆Hd P2 – b = 1,700 – 1,695 = 0,005 m
∆Hd P2 – c = 1,700 – 1,702 = -0,002 m
∆Hd P2 – d = 1,700 – 1,705 = -0,005 m

∆H detail patok 3
∆Hd P3– a = 1,152 – 1,160 = - 0,008 m
∆Hd P3– b = 1,152 – 1,152 = 0m
∆Hd P3– c = 1,152 – 1,155 = -0,003 m
∆Hd P3– d = 1,152 – 1,160 = -0,008 m

∆H detail patok 4

∆Hd P4– a = 1,596 – 0,635 = -0,039 m


∆Hd P4– b = 1,596 – 0,622 = -0,026 m

25
∆Hd P4– c = 1,596 – 0,600 = -0,004 m
∆Hd P4– d = 1,596 – 0,605 = -0,009 m

∆H detail patok 5
∆Hd P5– a = 1, 150 – 1,175 = -0,025 m
∆Hd P5– b = 1, 150 – 1,162 = -0,012 m
∆Hd P5– c = 1, 150 – 1,155 = -0,005 m
∆Hd P5– d = 1, 150 – 1,165 = -0,015 m

∆H detail patok 6
∆Hd P5– a = 1, 102 – 1,200 = -0,098 m
∆Hd P5– b = 1, 102 – 1,178 = -0,076 m
∆Hd P5– c = 1, 102 – 1,142 = -0,004 m
∆Hd P5– d = 1, 102 – 1,145 = -0,043 m

∆H detail patok 7
∆Hd P5– a = 1, 542 – 1,545 = -0,003 m
∆Hd P5– b = 1, 542 – 1,545 = -0,003 m
∆Hd P5– c = 1, 542 – 1,542 = 0
∆Hd P5– d = 1, 542 – 1,570 = -0,028 m

∆H detail patok 8
∆Hd P5– a = 1, 420 – 1,430 = -0,01 m
∆Hd P5– b = 1, 420 – 1,430 = -0,01 m
∆Hd P5– c = 1, 420 – 1,410 = 0,01 m
∆Hd P5– d = 1, 420 – 1,390 = 0,03 m

4.2.9 Perhitungan Tinggi PatokDetail

𝐇𝐝 = 𝐇𝐏 ± ∆𝐇𝐝

26
Hd detail patok 0
H P0 = 65 m
Hd P 0 – a = 65 – 0,01 = 64,99 m
Hd P 0 – b = 65 – 0,01 = 64,99 m
Hd P 0 – c = 65 + 0,01 = 65,01 m
Hd P 0 – d = 65 + 0,03 = 65,03 m

Hd detail patok 1
H P1 = 64, m
Hd P 1 – a = 64,2184375 – 0,015 = 64,2034375 m
Hd P 1 – b = 64,2184375 – 0,025 = 64,1934375 m
Hd P 1 – c = 64,2184375 + 0,01 = 64,2284375 m
Hd P 1 – d = 64,2184375 + 0,04 = 64,2584375 m

Hd detail patok 2
Hd P 2 – a = 63,570375 + 0,088 = 63,570375 m
Hd P 2 – b = 63,570375 + 0,034 = 63,575375 m
Hd P 2 – c = 63,570375 – 0,008 = 63,568375 m
Hd P 2 – d = 63,570375 – 0,019 = 63,565375 m

Hd detail patok 3
Hd P 3 – a = 63,8113125 – 0,029 = 63,8033125 m
Hd P 3 – b = 63,8113125 + 0 = 63,8113125 m
Hd P 3 – c = 63,8113125 – 0,003 = 63,8083125 m
Hd P 3 – d = 63,8113125 – 0,008 = 63,8033125 m

Hd detail patok 4
Hd P 4 – a = 64,70425 – 0,039 = 64,66525 m
Hd P 4 – b = 64,70425 – 0,026 = 64,67825 m

27
Hd P 4 – c = 64,70425 – 0,004 = 64,70025 m
Hd P 4 – d = 64,70425 – 0,009 = 64,69525 m

Hd detail patok 5
Hd P 5 – a = 65,1361875 – 0,025 = 65,111875 m
Hd P 5 – b = 65,1361875 – 0,012 = 65,1241875 m
Hd P 5 – c = 65,1361875 – 0,005 = 65,1311875 m
Hd P 5 – d = 65,1361875 – 0,015 = 65,1211875 m

Hd detail patok 6
Hd P 2 – a = 65,754625 – 0,098 = 65,656625 m
Hd P 2 – b = 65,754625 – 0,076 = 65,678625 m
Hd P 2 – c = 65,754625 – 0,004 = 65,714625 m
Hd P 2 – d = 65,754625 – 0,043 = 65,711625 m

Hd detail patok 7
Hd P 2 – a = 65,1570625 – 0,003 = 65,1540625 m
Hd P 2 – b = 65,1570625 – 0,003 = 65,1540625 m
Hd P 2 – c = 65,1570625 + 0 = 65,1570625 m
Hd P 2 – d = 65,1570625 – 0,028 = 65,1290625 m

4.2.10 Perhitungan Kemiringan Patok Utama/Memanjang

M = (TT patok utama belakang – TT patok utama muka)𝐱𝟏𝟎𝟎 %


Jarak patok

Ket : TT = Tinggi titik

M = Persentase kemiringan patok utama/memanjang

(50,0000 − 50,4245)
M P1 − P2 = x 100% = 1,19 %
35,4

28
(50,4245 − 50,6840)
M P2 − P3 = x 100% = 0,74 %
34,9
(50,6840 − 50,9635)
M P3 − P4 = x 100% = 0,79 %
35,5
(50,9635 − 51,1550)
M P4 − P5 = x 100% = 0,57 %
33,8

4.2.11 Perhitungan Kemiringan Patok Detail/Melintang

m = (Tinggi titik patok utama – tinggi detail)𝐱𝟏𝟎𝟎 %


Jarak detail
Ket : m = Persentase kemiringan patok detail melintang

m detail patok 2
(50,4245 − 50,3365)
mP2 − a = x 100% = 3.52 %
2,5
(50,4245 − 50,3905)
mP2 − b = x 100% = 1,70 %
2,0
(50,4245 − 50,4165)
mP2 − c = x 100% = 0,57 %
2,0
(50,4245 − 50,4085)
mP2 − d = x 100% = 0,57 %
2,5
m detail patok 3
(50,6840 − 50,6550)
mP3 − a = x 100% = 1,16 %
2,5
(50,6840 − 50,6550)
mP3 − b = x 100% = 1,45 %
2,0
(50,6840 − 50,6780)
mP3 − c = x 100% = 0,30 %
2,0
(50,6840 − 50,6780)
mP3 − d = x 100% = 0,24 %
2,5
m detail patok 4
(50,9635 − 50,9615)
mP4 − a = x 100% = 0,08 %
2,5

29
(50,9635 − 50,9695)
mP4 − b = x 100% = 0,30 %
2,0
(50,9635 − 50,9685)
mP4 − c = x 100% = 0,25 %
2,0
(50,9635 − 50,9705)
mP4 − d = x 100% = 0,28 %
2,5

m detail patok 5

(51,1550 − 51,1930)
mP5 − a = x 100% = 1,52 %
2,5
(51,1550 − 51,1910)
mP5 − b = x 100% = 1,80 %
2,0
(51,1550 − 51,1250)
mP5 − c = x 100% = 1,50 %
2,0
(51.1550 − 51,1130)
mP5 − d = x 100% = 1,68 %
2,5

4.2.12 Perhitungan Luasan Timbunan

1
L = 2 . a .t

L = P.L
ab
L = xc
2

Detail patok 2
(0,9635 + 0,9095)
LP2 − a = x 0,5 = 0,46825 m2
2

(0,9095 + 0,8755)
LP2 − b = x 2,0 = 1,7850 m2
2

(0,8755 + 0,8835)
LP2 − c = x 2,0 = 1,7590 m2
2

30
(0,8835 + 0,8915)
LP2 − d = x 0,5 = 0,44375 m2
2

∑ L P2 = 4,4560 m2

Detail patok 3

L P3 − a = 0,6450 x 0,5 = 0,3225 m2

(0,6450 + 0,6160)
L P3 − b = x 2,0 = 1,261 m2
2

(0,6160 + 0,6250)
L P3 − c = x 2,0 = 1,241 m2
2

L P3 − a = 0,6250 x 0,5 = 0,3125 m2

∑ L P3 = 3,1370 m2

31
Detail patok 4

(0,3385 + 0,3305)
LP − a = x 0,5 = 0,16725 m2
2

(0,3305 + 0,3365)
LP4 − b = x 2,0 = 0,66700 m2
2

(0,3365 + 0,3315)
LP4 − c = x 2,0 = 0,66300 m2
2

(0,3315 + 0,3295)
LP4 − d = x 0,5 = 0,16525 m2
2
∑ L P4 = 1,6625 m2

Detail patok 5
(0,107 + 0,109)
LP5 − a = x 0,5 = 0,054 m2
2

(0,109 + 0,145)
LP5 − b = x 2,0 = 0,254 m2
2

(0,145 + 0,175)
LP5 − c = x 2,0 = 0,320 m2
2

(0,175 + 0,187)
LP5 − d = x 0,5 = 0,0905 m2
2
∑ L P5 = 0,7185 m2

32
4.2.13 Perhitungan Volume Timbunan

𝐕𝐭 = ∑𝐋 𝐏 𝐱𝐃𝐫

(∑𝐋𝐭𝐛 + ∑𝐋𝐭𝐦)
𝐕t = x 𝐃𝐫
𝟐

Ket : ∑ Ltb = Jumlah luas timbunan belakang


∑ Ltm = Jumlah luas timbunan muka
∑LP = Jumlah luas timbunan
Dr = Jarak optis rata-rata

Vt I = 4,4560 x 35,4 = 157,7424 m3

(4,4560 + 3,1370)
Vt II = x 34,9 = 132,49785 m3
2
(3,1370 + 1,6625)
Vt III = x 35,5 = 85,191125 m3
2

(1,6625 + 0,7185)
Vt IV = x 33,8 = 40,2389 m3
2
∑ Vt = 415,670275 m3

Volume timbunan gembur = ∑ Vt x 1,2


= 415,670275 x 1,2
= 498,804330 m3

33
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada hasil perhitungan data-data yang diperoleh menggunakan alat ukur

waterpass di lapangan maka dapat diketahui perhitungan yang dibutuhkan antara

lain:

- Koreksi perpatok utama = 0,0005 m

- Volume timbunan padat = 415,670275 m3

- Volume timbunangembur = 498,804330 m3

5.2. Saran

Kesadaran keselamatan kerja, kelengkapan alat dan kesesuaian prosedur dalam

pelaksanaan pengukurantetap dipertahankan dan ditingkatkan.

34

Anda mungkin juga menyukai