PENDAHULUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 SUDUT
2.1.1 Azimut
Azimut suatu garis adalah besar sudut datar yang diukur searah jarum jam, dari
garis arah Utara sampai ke garis tersebut. Pada umumnya sudut tersebut diberi
simbul α. Besarnya azimut antara 0° sampai 360°. Macam macam azimut yaitu :
1. Azimut sebenarnya, yaitu sudut yang dibentuk antara utara geografis dengan
titik yang dituju.
2. Azimut magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik
yang dituju.
3. Azimut peta, yaitu sudut yang dibentuk antara peta dengan titik yang dituju.
Seperti ditunjukkan dalam gambar 1, Azimut berkisar antara 0 sampai 360° dan
tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA
adalah 70°, Azimut OB 145°, Azimut OC 235°, dan Azimut OD 330°. Perlu
dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan.
Gambar 2.1.Azimut
2.2 WATERPASS
Waterpas adalah alat ukur menyipat datar dengan teropong dengan dilengkapi
nivo dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ka arah
horizontal. Alat ini tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau Tripod level,
karena alat ini bila digunakan harus dipasang diatas kaki tiga atau statif.
Fungsi waterpass di lapangan diantaranya digunakan untuk mengukur elevasi
atau ketinggian tanah. Biasa digunakan pada proyek perataan tanah, pembuatan
2
lapangan bola, cross dan long section pada jalan atau sungai, dan sebagainya.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
1. Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap
sama dengan garis unting-unting.
2. Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap
titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
3. Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
4. Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
5. Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
3
BAB III
METODE PELAKSANAAN PENGUKURUAN WATERPASS
4
5. Salsabilla
6. Wantoro
7. Zilda Yatun Nissa
Pembagian tugas di lapangan
1. Pembaca rambu 1 orang
2 Penulis hasil bidik 1 orang
3. Pemegang rambu 2 orang
4. Pemasangan patok 1 orang
5. Pemegang meter 1 orang
6. Pemegang payung 1 orang
5
cm ada balok merah, putih atau hitam. Tiap tiap meter diberi warna yang
berlainan, merah-putih dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
6
Gambar 3.5 Patokan
5. Meteran/ Pita Ukur
Pita ukur ini digunakan untuk menghitung jarak yang akan ditentukan. Pita
ukur ini biasanya digulung dalam kotak yang disebut rol.
7
7. Payung
Dalam pengukuran dilapangan, payung juga memiliki peran penting yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan nivo tidak menguap.
8
Gambar. 3.10 Titik Bidik
Penentuan titik detail memanjang pergi seperti pada gambar di atas yaiut
diawali pada titik 1 membidik belakang ke titik A kemudian dari titik 1 membidik
ke muka yaitu titik B. Setelah itu pindah ke titik 2 membidik belakang ke titik B
kemudian membidik ke muka ke titik C. Setelah itu pindah ke titik 3 membidik
belakang ke titik C kemudian muka ke titik D. Setelah itu pindah ke titik 4
membidik beakang ke titik D kemudian muka ke titik E.
Penentuan titik detail memanjang pulang hampir sama dengan memanjang
pergi yaitu diawali dari titik E membidik muka ke titik 4. Setelah itu pindah ke
titik D membidik belakang ke titik 4 dan membidik muka ke titik 3. Setelah itu
pindah ke titik C membidik belakang ke titik 3 dan membidik muka ke titik 2.
Setelah itu pindah ke titik B membidik belakang ke titik 2 kemudian membidik
muka ke titik 1.
Penentuan titik detail melintang pergi diawali pada titik B kemudian membidik
ke arah kanan waterpass dengan 2 titik yaitu tengah jalan dan bahu jalan dan ke
arah kiri waterpass dengan 1 titik. Setelah itu pindah ke titik C dengan
pembidikan yang sama dengan titik B. Lalu ke titik D dengan cara pengukuran
yang sama. Setelah itu ke titik E dengan cara yang sama.
Penentuan titik detail melintang pulang di awali dari titik 4, kemudian pindah
ke 3, ke 2 dan 1 dengan cara pengukuran yang sama.
9
1. Dirikan statif di atas titik yang dimaksud sehingga kaki statif membentuk
segitiga sama sisi.
2. Pasang instrumen dan kuncikan sekedarnya sehingga masih mudah digeser-
geser.
3. Pasang unting-unting di atas titik yang dimaksud.
4. Atur unting-unting hingga betul-betul centering, kemudian kencangkan
pengunci.
5. Setel gelembung nivo dengan memutar sekrup A,B dan C sekaligus sehingga
gelembung nivo tepat berada di tengah-tengah lingkaran nivo.
6. Arahkan Waterpass menuju objek (bak ukur). Atur sekrup fokus lensa agar
yang dibidik terlihat jelas.
3.6 TAHAPAN
3.6.1 Pembacaan Benang
Pembacaan benang dilakukan olih satu orang dengan melihat bak ukur. Benang
pada waterpass ada tiga yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan
Benang Bawah (BB). Kemudian ada satu orang yang bertugas untuk menulis hasil
pembacaan benang tersebut ke dalam suatu catatan.
Untuk melakukan pengukuran memanjang, waterpass tersebut kita arahkan ke
bak ukur di posisi BM kemudian kita baca BA, BT ,dan BB dengan diberi nama
bacaan belakang. Selanjutnya pesawat diputar searah jarum jam ke titik A
kemudian dibaca BA, BT, dan BB dengan diberi nama bacaan muka/ depan.
Untuk melakukan pengukuran melintang, yakni dilakukan dengan pengukuran
irisan arah melintang dari pengukuran memanjang. jarak antar potongan
melintang dibuat sama, sedangkan pengukuran kearah samping kiri dan kanan
garis tengah jalur memanjang. Lebarnya dapat ditentukan sesuai perencanaan
dengan pita ukur.
10
1. Kesalahan akibat faktor alat :
Kaki statif rusak, nivo untuk mendatarkan permukaan rusak, pita ukur yang
sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya berubah, apalagi jika
menariknya terlalu kuat, atau patahnya pita ukur akibat terlalu kencangnya
menarik pita ukur, sehingga panjang pita ukur bergeser (berkurang).
2. Kesalahan akibat faktor manusia
Kesalahan dalam pembacaan rambu, kesalahan dalam menegakkan rambu,
kesalahan dalam mencatat / menghitung, kesalahan dalam mengatur nivo,
ataupun rasa emosi dari pengukur.
3. Kesalahan akibat faktor alam
Kesalahan akibat pengaruh cuaca, contohnya hembusan angin membuat bak
ukur tidak lurus. Selain itu ada faktor tanah yang kurang mendukung, dan
sebagainya.
11
BAB IV
ANALISA DATA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
PERGI
A 151,8 147,8
1. 144,3 140,3 15 15 30
B 136,8 132,8
B 149,6 148,5
C 151,1 146,2
3. 143,6 138,7 15 15 30
D 136,1 131,2
D 144,3 148,5
4. 136,8 141 15 15 30
E 129,3 133,5
PULANG
E 147,0 142,2
1. 139,5 134,6 15 15 30
D 132,0 127,2
D 147,9
140,4
152,3
144,8
2. 5 5
14,9 14,9 29,8
C 133,0 137,4
C 146,1 147,1
3. 138,6 139,6 15 15 30
B 131,1 132,1
B 148,0 152,1
4. 145,5 144,6 15 15 30
A 133,0 137,1
12
Tabel 4.2 Perhitungan Beda Tinggi (ΔH) Memanjang
Benang Benang
Titik
Tengah Tengah Beda Tinggi (ΔH) Keterangan
Bidik
(Belakang) (Muka)
Pergi
A-B 144,4 140,2 4,2
B–C 142,1 141,1 1
C–D 143,6 138,8 4,8
D-E 136,7 141,0 -4,3 -
Pulang
E–D 139,4 134,6 4,8
D–C 140,4 144,8 -4,4
C–B 138,6 139,7 -1,1
B-A 145,6 144,6 1
Pengukuran beda tinggi masih mengikuti dengan perhitungan pada form
memanjang. Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu
yang berdiri vertikal. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan
pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.
ΔH = BTB – BTA
Ket : ΔH = beda tinggi (meter)
BTA = bacaan benang tengah A
BTB = bacaan benang tengah B
13
4 136,65 136,2 135,75 0,9
14
Tabel 4.5 Koordinat dan Elevasi Posisi Alat
TITIK POSISI
ALAT Koordinat Elevasi
A 60 51’ 03’’ S, 109 0 08’ 51’’ E 2m
B 60 51’ 02’’ S, 1090 08’ 51’’ E 1m
C 60 51’ 01’’ S, 1090 08’ 51’’ E 0m
D 60 51’ 00’’ S, 1090 08’ 51’’ E -1 m
E 60 50’ 59’’ S, 1090 08’ 51’’ E -1 m
15
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini kami dapat mengambil kesimpulan, bahwa ilmu ukur
tanah ini sangat berhubungan erat dengan permukaan bumi , ilmu ini mempelajari
penggambaran bentuk permukaan bumi dalam suatu peta dengan segala yang ada
di permukaan bumi tersebut.
Pengukuran data menggunakan waterpass menghasilkan data untuk dihitung
dan juga dapat menghasilkan gambar data.
5.2 SARAN
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam
menjalankan praktikum, praktikan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat
praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal diperlukan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi.
16