Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang
belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya,
misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah
pekerjaan pengukuran atau mengukur.

Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali
dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali
jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang diinginkan

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran
dipermukaan Bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan
penentuan posisi relatif pada daerah yang relative sempit sehingga unsur kelengkungan
permukaan buminya dapat diabaikan.

Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terrestrial danektra
terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat
yang berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana seperti
pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit.

Menurut Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu menentukan unsur-unsur


(Jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah
tersebut dapat digambar dengan skala tertentu.

2. MACAM-MACAM ALAT UKUR

2.1. ALAT UKUR SEDERHANA

1. Rol Meter/Meteran
Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk
pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita
ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol.
Ada 3 jenis meteran/pita ukur yaitu:

1
a. Pita Ukur Dari Kain (Metalic Cloth)
Meteran atau pita ukur ini terbuat dari kain linen dan anyaman kawat halus
yang terbuat dari tembaga atau kuningan. Meteran ini mempunyai sifat sebagai
berikut :
 Fleksibel
 Mudah rusak
 Pemuaiannya besar
 Tingkat ketelitiannya sangat rendah

Gambar 1. Metalic Cloth

b. Pita Ukur Baja (Steel Tape)


Meteran atau pita ukut ini terbuat dari bahan baja. Meteran ini mmpunyai sifat
sebagai berikut :
 Agak kaku
 Tahan lama
 Tahan air
 Pemuainnya kecil
 Tingkat ketelitiannya agak teliti atau sedang

Gambar 2. Metalic Cloth

2
c. Pita Ukur Dari Aloy (Steel Alloy)
Meteran atau pita ukur ini terbuat dari bahan campuran antara baja dan nikel.
Meteran ini mempunyai sifat sebagai berikut :
 Tahan lama
 Tahan air
 Hampir tidak dipengaruhi suhu
 Pemuainnya hanya 1/3 dari meteran baja
 Tingkat ketelitiannya tinggi atau lebih teliti dari jenis pita ukur atau
meteran yang lain

Fungsi Meteran
Fungsi utama atau yang umum dari meteran ini adalah untuk mengukur jarak atau
panjang. Yang perlu diperhatikan saat menggunakan meteran antara lain :
a. Satuan ukuran yang digunakan ada 2 satuan ukuran yang biasa digunakan, yaitu
satuan inggris (inch, feet, yard) dan satuan metrik (mm, cm, m).
b. Satuan terkecil yang digunakan mm atau cm, inch atau feet.
c. Penyajian angka nol atau bacaan nol pada meteran ada yang dinyatakan tepat
di ujung awal meteran dan ada pula yang dinyatakan pada jarak tertentu dari
ujung awal meteran.

Cara Menggunakan Meteran


Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran
ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil
yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
d. Lakukan oleh 2 orang .
e. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang
pertama.
f. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik
meteran selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca
angka meteran yang tepat di titik tersebut.

2. Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang memiliki skala terkecil 1 mm. Mistar ini
memiliki ketelitian 0,5 mm yaitu setengah skala terkecil. Umumnya panjang yang
digunakan sekitar 50 cm – 100 cm. Ketelitian adalah nilai terkecil yang masih dapat
diukur oleh alat ukur.

Mistar banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari, sebagai misal digunakan
untuk mengukur panjang suatu meja, kain, buku, ruangan kelas dan lain lain.

3
Gambar 3. Metalic Cloth

3. Kompas
Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran
berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau magnit yang
ditengahnya terpasang pada suatu sumbu, sehingga dalam keadaan mendatar
jarum magnit dapat bergerak bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah
utara atau selatan. Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan untuk
menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik atau visir. Kompas ini beragam
bentuknya.

Gambar 4. Metalic Cloth

Fungsi Kompas
Fungsi utama dari kompas adalah untuk menentukan arah mata angin terutama ke
utara atau ke selatan sesuai dengan magnit yang digunakan. Kegunaan lain yang
juga didasarkan pada penunjukan arah utara atau ke selatan adalah :
a. Penentuan arah dari satu titik/tempat ke titik/tempat lain, yang ditunjukan oleh
besarnya sudut azimut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau
selatan, bergerak searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud.
b. Mengukur sudut horizontal.
c. Membuat siku-siku.

4
Cara Menggunakan Kompas
Cara menggunakan kompas untuk menentukan arah ke tujuan :
a. Pegang alat dengan kuat di atas titik pengamatan.
b. Atur agar alat dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan
bebas. Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah.
c. Baca angka skala lingkaran yang menuju arah/titik yang dimaksud

4. Alidade
Alidade adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur dan pemetaan
topografi sederhana, yang terdiri atas papan gambar yang dipasang pada kaki tiga,
yang di lengkapi pula dengan penyipat datar, unting-unting, kompas dan teropong
atau pembidik. Alidade juga digunakan sebagai indikator atau sebuah alat
pengamat di atas meja pesawat, yang di gunakan pada saat pengukuran sudut.
Sebuah survei pemetaantopografi dan instrumen yang digunakan untuk
menentukan arah, yang terdiri dariteleskop dan bagian terpasang yang berguna
untuk melihat objek yang jauh. Garis padang berguna untuk menarik garis di
sebuah meja pesawat ke arah objek atau untuk mengukur sudut untuk objek dari
beberapa titik acuan. Sudut dapat pula di ukur dalamhorisontal, vertikal dan
apapun sesuai dengan pilihan.Alidade tediri dari beberapa bagian yaitu bar, batang
atau serupa dengankomponen baling-baling di kedua ujung. Baling-baling tersebut
memiliki lubang, slotatau indikator lainnya yang melaluinya agar orang dapat
melihat objek yang jauh.Mungkin juga ada pointer atau pointer pada alidade untuk
menunjukkan posisi padaskala. Sejak dulu sampai sekarang alidade telah dibuat
dari beberapa jenis bahanyaitu: kayu, gading, kuningan dan bahan lainnya.

Gambar 5. Alidade

5
5. Hand Level (Teropong Pendatar Tangan)
Bagian utama dari alat ini adalah teropong sebagai alat pembidik dan nivo sebagai
alat yang menunjukkan kondisi mendatar. Teropong pendatar tangan digunakan
untuk memperoleh pandangan mendatar atau titik-titik yang sama tingginya
dengan ketinggian teropong, menentukan beda tinggi antara dua titik/tempat, dan
menentukan kemiringan atau lereng antara dua titik tempat. Pada pengoperasian-
nya cukup dipegang dengan tangan.

Alat ini dapat dibedakan dari kelengkapan alatnya dan ketelitian bacaan sudut
miringnya. Ada beberapa jenis alat yang termasuk dalam alat teropong pendatar
tangan yaitu :

a. Teropong Pendatar Tangan Biasa


Alat ini terdiri dari teropong yang didalamnya terdapat benang silang dan nivo
sebagai penunjuk keadaan mendatar.

Gambar 6. Teropong Pendatar Tangan Biasa

b. Abney Level
Abney level adalah sebuah alat yang di pakai untuk mengukur ketinggian yang
terdiri dari skala busur derajat. Beberapa kelebihan abney level adalah mudah
untuk digunakan, relative murah dan akurat. Abney level di gunakan untuk
mengukur derajat dan elevasi topografi. Alat ini berupa teropong yang
dilengkapi dengan busur setengan lingkaran.

Gambar 7. Abney Level

6
c. Sunto Level
Alat ini seperti abney level, tetapi lingkaran skalanya ada di dalam alat sehingga
alat ini tidak terlihat seperti bentuk teropongnya tetapi menyerupai kotak pipih
seperti korek api.Abney level dan Sunto level umumnya dikenal sebagai alat
untuk mengukur lereng atau kemiringan lahan.

Gambar 8. Sunto Level

Cara Menggunakan Teropong Pendatar Tangan


Cara menggunakan teropong pendatar tangan biasa dengan abney level dan sunto
level agak berbeda.

a. Teropong pendatar tangan biasa


Cara menggunakan teropong pendatar tangan biasa adalah sebagai berikut :
 Teropong dipegang, lubang pembidiknya diletakan di depan mata, berdiri di
titik awal.
 Ukur tinggi mata kita, sebagai tinggi alat.
 Bidikan ke sasaran, atur agar gelembung nivo tepat di benang silang.
mendatar, (Bila dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi, maka di titik
yang dibidik atau titik sasaran dipasang rambu ukur, sehingga ketinggian
garis bidik di titik tersebut diketahui).
b. Abney level atau sunto level
Cara menggunakan abney level atau sunto level adalah sebagai berikut :
 Alat dipengang, lubang pembidiknya diletakan di depan mata, berdiri di
titik awal.
 Ukur tinggi mata kita, sebagai tinggi alat.
 Bidikan ke rambu ukur yang dipasang di titik berikutnya/titik yang akan
dibidik, atur bacaan bidikan sama tingginga dengan ketinggian alat..
 Baca skala kemiringannya.

7
6. Odometer
Odometer adalah alat pengukuran di lapangan yang berupa roda dengan keliling
tertentu yang dipasang pada suatu tangkai sebagai pegangan. Pada tangkai
tersebut dipasang alat hitungan putaran roda berupa bunyi atau angka.

Gambar 9. Odometer

Fungsi Odometer
Alat ini sangat praktis untuk mengukur jarak suatu jalur dimana jalurnya berbelok-
belok dan naik turun, seperti halnya jalur jalan dalam rangka pengaspalan atau di
pertanian sendiri pada pengukuran luas lahan bergelombang dan bentuk
petakannya tidak beraturan

Cara Menggunakan Odometer


Odometer merupakan metode sederhana hampir mirip dengan metode langkah,
yaitu mengukur jarak dengan menghitung jumlah putaran roda yang kelilingnya
diketahui, bila roda tersebut digelindingkan antara dua titik pengukuran. Jarak
dihitung dengan persamaan berikut :

Jarak = Jumlah putaran roda x keliling roda


Contoh :
Antara titik A dan B ditempuh dengan 120 putaran
Keliling lingkaran = 60 cm
Jarak antara titik A dan B = 120 putaran x 60cm/putaran = 7.200 cm = 72 m

2.2. ALAT UKUR OPTIK

1. Waterpass
Alat ukur optis untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih dan
penggunaanya sangat luas seperti pekerjaan sipil, pemetaan, pertanahan dan lain-
lainnya.
Syarat-syarat pemakaian waterpass:
1) Syarat dinamis : Sumbu 1 vertikal

8
2) Syarat statis
· Garis mendatar diafragma sejajar sumbu 1
· Garis arah nivo tegak lurus sumbu 1
· Garis bidik teropong sejajar garis dengan garis arah nivo

Alat waterpass mempunyai beberapa bagian utama. Bagian-bagian alat :

Gambar 10. Bagian-bagian Waterpass

Fungsi bagian-bagian alat :


Cermin nivo : untuk memantulkan bayangan nivo
Nivo : untuk mengetahui kedataran alat
visir bidikan : untuk mengarahkan arah bidikan teropong
Sekrup fokus benang : untuk memfokuskan benang bidikan
Lensa bidik : untuk melihat bidikan
Sekrup penggerak horizontal : untuk menggerakan secara halus arah bidikan
horisontal teropong
Sekrup leveling : untuk me-level-kan (mendatarkan) alat
Plat dasar : untuk landasan alat ke tripot
Body teropong : badan teropong
Sekrup fokus obyek : untuk memfokuskan obyek bidikan
Rumah lensa depan : untuk tempat lensa depan
Skala gerakan sudut horizontal : untuk mengetahui besar gerakan sudut horisontal
No seri alat : nomor seri untuk identifikasi alat

Cara Menggunakan Waterpass


a. Pasang kaki tiga penyangga/tripod/statip pada tempat yang dikehendaki,
biasanya pada titik ikat atau pada titik yang sudah diketahui koordinat dan
elevasinya.

9
b. Pastikan kaki tiga penyangga terpasang secara kuat dan stabil serta posisi pelat
tempat dudukan alat ukur (tribrach) pada posisi semendatar mungkin.
c. Kencangkan sekrup-sekrup penguat yang ada pada masing-masing kaki
secukupnya.
d. Pasang waterpass pada dudukan atau tribrach dan kencangkan sekrupnya.
e. Atur sumbu I vertikal dan sumbu II horisontal dengan menggunakan sekrup
penyeimbang nivo kotak, yang biasanya disebut sekrup A, B, C.
f. Pengaturan dilakukan pertama-tama dengan posisi nivo sejajar dengan posisi
kita berdiri, tepatkan gelembung nivo tepat di dalam lingkaran yang ada.
g. Putar waterpass terhadap sumbu I sebesar 900 terhadap posisi kita, cek apakah
posisi nivo masih tetap berada di tengah lingkaran, jika gunakan sekrup C untuk
menempatkan nivo kembali ke tengah lingkaran.
h. Jika centering dan posisi gelembung pada masing-masing nivo sudah berada
pada tengah-tengah bidang nivo pada segala posisi maka alat sudah siap untuk
dioperasikan.

2. Theodolit
Theodolite atau theodolit adalah instrument / alat yang dirancang untuk
menentukan tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan
dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical.
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :
a. Sumbu ke I harus tegak lurus dengan sumbu II / vertical ( dengan menyetel nivo
tabung dan nivo kotaknya ).
b. Sumbu II harus tegak lurus Sumbu I.
c. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II (Sumbu II harus mendatar).
d. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu (kesalahan indek vertical sama
dengan nol).
e. Apabila ada nivo teropong, garis bidik harus sejajar dengan nivo teropong
f. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak.
g. jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II ( Garis bidik
tegak lurus sumbu kedua / mendatar).

Macam – Macam Theodolit Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam
theodolite :

a. Theodolit Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan
plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran
mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

10
b. Theodolit Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkaran skala mendatar ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros
sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran
mendatar dan sekrup nonius.

c. Theodolit Elektro Optis


Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite
optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada
pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi,
melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis
model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system
analog dan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses
penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka
decimal.

Gambar 11. Theodolit Elektro Optis

Fungsi Theodolit
Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam
pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit
juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90°.
Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa
dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit
sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan
pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan
bertingkat.

11
Cara Menggunakan Theodolit
Cara kerja penyiapan alat theodolit antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite.
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat
ukur tersebut.
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat
ukur tersebut.
11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat
(BM), dilihat dari centering optic.
12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada
dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan
melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai
kesalaha index tersebut.

2.3. ALAT PENUNJANG

1. Tripod/Statif/Kaki Tiga
Merupakan piranti untuk mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala statip
dan kaki tiga yag dapat di stel ketinggiannya. Statip terbuat dari kayu atau dari
metal alumunium sehingga lebih ringan.

Gambar 12. Kaki Tiga

12
Fungsi Kaki Tiga
Kegunaan tripod adalah untuk menunjang theodolit.

Cara Menggunakan Kaki Tiga


Ketinggian statif dapat diatur, disesuaikan dengan ketinggian si pengamat dan
pemutaran baut statif jangan terlalu keras agar tidak cepat rusak kepala statif ada
yang datar, melengkung (sferis), ada pula yang menyerupai bonggol (Kern) dengan
sambungan alat sentering tongkat teleskopis sekaligus untuk mengukur tinggi alat.

2. Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat yang terbuat dari kayu atau campuran alumunium yang
diberi skala pembacaan. Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini
mempunyai panjang 3, 4 bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam
cm, tiap-tiap blok merah, putih, atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok
tersebut berbentuk huruf E yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1
dm. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, dll. Kesemuanya ini
dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

Gambar 13. Rambu Ukur

Fungsi Rambu Ukur


Fungsi utama dari rambu ukur ini adalah untuk mempermudah/membantu
mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. Hal yang perlu
diperhatikan dari rambu adalah :
a. Skala rambu dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis dalam
rambu tersebut setiap berapa cm atau berapa mm.
b. dari rambu, terutama pada daerah sambungan rambu harus benar.

Cara Menggunakan Rambu Ukur


Cara menggunakan rambu ukur :
a. Atur ketinggian rambu ukur dengan menarik batangnya sesuai dengan
kebutuhan, kemudian kunci.

13
b. Letakkan dasar rambu ukur tepat diatas tengah-tengah patok (titik) yang akan
dibidik.
c. Usahakan rambu ukur tersebut tidak miring/condong (depan, belakang, kiri dan
kanan), karena bisa mempengaruhi hasil pembacaan.

3. Unting-Unting
Unting-unting merupakan bandul yang terbuat dari besi atau kuningan yang
berbentuk kerucut dengan ujung bawah lancip dan digantungkan pada bagian
tengah tripod/statif tegak lurus titik.

Gambar 14. Unting-unting

Fungsi Unting-unting
Unting-unting berguna untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di
permukaan tanah atau sebaliknya.

Cara Menggunakan Unting-unting


Unting-unting digantungkan dan unting-unting harus tegak lurus titik.

4. Jalon
Jalon merupakan tongkat dengan ujung runcing, berguna sebagai penanda titik
yang akan di tembak sudutnya, jalon merupakan pasangan alat theodolit. Jalon
berfungsi untuk membantu dalam pengukuran di lapangan sebagai pelurusan
dalam mengukur.

Gambar 15. Jalon

14
3. MENENTUKAN GARIS LURUS DILAPANGAN DENGAN RINTANGAN

Kenyataan dilapangan pada dasarnya tidaklah semudah seperti yang dibayangkan pada saat
merencanakan suatu pengukuran. Untuk mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Adapun alat yang mempunyai prisma salah satunya DWI-PRISMA.

Dwi-Prisma, yang konstruksinya terdiri dari dua prisma segitiga atau dua pentagon yang
dipasang bertumpuk. Dengan dwi-prisma tidak hanya dibuat siku-siku, tetapi dapat pula dibuat
sudut 180◦. Dengan maju atau mundur satu orang dapat menetukan suatu titik P yang
letaknya pada garis lurus AB seperti gambar dibawah ini. Titik P akan diperoleh, bila observasi
bayangan jalon A dan jalon B di dalam dwi-prisma telah berhimpit.

Gambar 16. Dwi Prisma

Sedangakan untuk menentukan posisi atau tanda titik P tersebut di atas tanah adalah dengan
menggunakan unting-unting yang digantungkan dibawah prisma dan tegak lurus diatas titik P.
Bila observasi bayangan masing-masing jalon telah benar, maka unting-unting dilepaskan ke
arah tanah, hasil yang diperoleh adalah tanda lobang pada tanah.

Keterangan :
1.Jalon
Alat ini berwarna merah putih dari bahan kayu atau alumunium, yang dibulatkan dan biasanya
berukuran 160-200 cm

2.Unting – unting
Alat yang biasa disebut bandul, salah satu alat yang sering digunakan untuk mengukur
ketegakan suatu benda atau bidang.

15

Anda mungkin juga menyukai