Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah merupakan ilmu atau teknologi yang menggambarkan tentang
keadaan fisik sebagian permukaan bumi yang menyerupai keadaan sebenarnya
permukaan bumi di lapangan. Biasanya digunakan untuk membuat petatopografi. Selain
itu dapat dinggunakan untuk mengukur jarak antara dua titik, mengukur panjang dan
lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur benang dan penggambaran bentuk
sebidang lahan.
Dalam kegiatan Teknik Sipil pada umumnya, pemetaan menggunakan kawasan
yang tidak luas, jadi bumi masih di anggap bidang datar. Dengan menentukan titik-titik
koordinat dan ketinggian yang tersebar merata dalam kawasan terlebih dahulu
senhingga memudahkan untuk pengunaan selanjutnya.
Terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal (pengukuran mendatar untuk
mendapat hubungan titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran
kerangka dasar vertikal (pengukuran tegak/vertikal untuk mendapat hubungan tegak
antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan, pengukuran
tersebut dapat dilakukan dengan sipat datar memanjang yang di lanjutkan dengan
pengukuran sipat datar profil. Dengan metode ini didapatkan perbedaan tinggi di tiap
titiknya yang terletak di permukaan bumi atau tanah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari dalam proses pembelajaran praktikum Ilmu
Ukur Tanah 2 ini diantaranya:
 Mahasiswa dapat melakukan pengukuran dengan menggunakan beberapa metode.
 Mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Waterpass dan GPS.
 Mahasiswa dapat melakukan perhitungan dan mengelola data dari hasil pengukuran
dilapangan.
 Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan ketinggian disetiap titik yang ditentukan.
 Mahasiswa dapat menggambarkan peta situasi hasil pengukuran dengan cara
koordinat.

1
1.3 Manfaat Praktikum

1.4 Tempat dan Waktu

Tempat : Lapangan Bima, Cirebon


Hari, Tanggal : Rabu 4 Januari 2017
Waktu : 12.00 – 16.30 Wib

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Waterpass

Gambar 2.1

Waterpass ialah alat yang dipakai untuk mengukur perbedaan ketinggian


dari satu titik acuan ke acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca
dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek apakah sudah terpasang
dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Jika
gelembung tepat berada di tengah, itu artinya waterpass telah terpasang dengan
benar. Pada waterpass terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik.

3
2.1.1 Bagian – bagian waterpass

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

1. Lingkaran horizontal berskala,


2. Skala pada lingkaran horizontal,
3. Okuler teropong,
4. Alat bidik dengan celah penjara,
5. Cermin nivo,
6. Sekrup penyetel fokus,
7. Sekrup penggerak horizontal,
8. Sekrup pengungkit,
9. Sekrup pendatar,
10. Obyektif teropong,
11. Nivo tabung atau Nivo kotak

2.1.2 Kegunaan atau Fungsi

Digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis


dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal ataupun horizontal.

2.1.3 Cara Menggunakan/Mengukur :

Caranya dengan menempatkan permukaan alat ke bidang permukaan yang


di cek. Untuk mengecek kedataran maka dapat diperhatikan gelembung cairan
pada alat pengukur yang ada bagian tengah alat waterpass. Sedangkan untuk
mengecek ketegakan maka bisa dilihat gelembung pada bagian ujung waterpass.
Guna memastikan apakah bidang benar benar rata maka gelembung harus tepat
berada ditengah alat yang ada.

4
2.2 Rambu Ukur

Gambar 2.2

Rambu ukur ini berfungsi untuk membaca tinggi rendahnya tanah yang
akan diukur. Dalam rambu ukur ini terdapat 3 bacaan benang, yaitu bacaan benang
bawah,bacaan benang tengah dan bacaan benang atas. Rambu ukur salah satu alat
yang digunakan dalam praktek ilmu ukur tanah. Bahannya ada yang terbuat dari
kayu dan ada juga yang terbuat dari alumunium. Panjang/ tingginya rata – rata dua
meter, untuk memudahkan membawanya alat ini bisa dipendekkan dengan cara
dilipat.
Umumnya alat ukur ini berbentuk sebuah mistar ukur yang besar dengan
satuan panjang terkecilnya adalah sentimeter, namun untuk pengukuran sipat datar
teliti juga digunakan rambu ukur yang satuan skalanya 0,5 centimeter.

Gambar 2.3

5
Rambu untuk pengukuran sipat datar (levelling) diklasifikasikan ke dalam 2 tipe,
yaitu :
1. Rambu sipat datar dengan pembacaan sendiri :
a. Jalon
b. Rambu sipat datar sopwith
c. Rambu sipat datar bersendi
d. Rambu sipat datar invar

2. Rambu sipat datar sasaran

Gambar 2.4

Untuk mendapatkan beda tinggi dengan cara sipat datar diperlakukan


mistar ukur yang disebut rambu ukur (disingkat : rambu). Rambu ini terbuat
dari kayu atau logm dengan ukuran a.1 : 2x10x300 cm di mana pada salah
satu permukaannya dibuat garis-garis skala dengan interval 0,5 cm atau 1 cm

Terdapat bermacam-macam rambu, baik ditinjau dari cara membuat


skala maupun ditinjau dari konstruksinya. Yang panjangnya 4 m biasanya
dibagi menjadi 2 bagian. Masing-masing bagian panjangnya 2 m dan
dihubungkan dengan engsel sehingga dpat diliat. Ada pula yang masing-
masing bagiannya disusun sedemikian sehingga satu sama lain dapat digeser.
Rambu demikian biasanya terbuat dari logam tipis dan ringan.

6
2.3 Pita Ukur

Gambar 2.5
Pita ukur ini berukuran sangat panjang dan berfungsi untuk mengukur jarak
antara rambu ukur yang akan ditembak dan alat teodolit yang berfungsi sebagai
penembak. Ada terdapat beberapa macam pita ukur, diantaranya adalah :
a. Pita ukur dari kain linen (linen tape)
Pita ukur dari kain jarang digunakan karena kurang kuat dan cepat rusak.
Pita ukur linen bisa berlapis plastik atau tudak, dan kadang-kadang diperkuat
dengan benang serat. Pita ini tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter,
20 meter, 25 atau 30 meter.
Kelebihannya alat ini bisa ditarik dan digulung kembali, dan
kekurangannya adalah kalau ditarik akan memanjang, lekas rusak dan mudah
putus, tidak tahan air. Jadi untuk kegiatan pengukuran tanah kurang memadai.
b. Pita ukur dari baja
Pita ukur baja terbuat dari baja karbon atau baja anti karat yang dibungkus
cat putih/metalik. Cat ini berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap asam dan
karat, gradasinya 1 mm. Pemuaian dan penyusutan disebabkan oleh temperatur
dan tegangan, sedangkan kelembaban udara tidak berpengaruh. Alat ukur ini
disebut juga pita ukur kadaster, terbuat dari baja berkualitas tinggi yang tebalnya
kira-kira 0,4 mm. pita ukur baja mempunyai ketelitian yang tinggi dan
ketahanan cukup lama, lebih tahan air dan pemuaiannya kecil, sehingga pita
ukur baja ini banyak digunakan untuk pengukuran teliti yaitu pada pelaksanaan
konstruksi dan penempatan titik-titik kontrol.

7
Pita ukur baja lebarnya kira-kira 12 mm-20 mm dan 28 mm, tebal 0,3 mm-
0,4 mm panjangnya 20 m, 30 mdan 50 m. bagian ujung baja diberi pegangan dan
garis nol ditempatkan ± 10 cm dari pegangan. Tingkat ketelitiannya tinggi,
sampai milimeter. Ujung-ujung pita baja ditumpu oleh tripod (tumpuan tiga
kaki) yang salah satunya dipasangi mikroskop untuk membaca pita ukur.
c. Pita ukur serat – serat gelas ( fiber glass tape )
Pita ukur ini terbuat dari serat rami yang diperkuat dengan anyaman kawat
halus campuran serat gelas (fiber glass) dan serat kimia. Biasanya pita ukur ini
dilapis dengan lapisan cat, berangka tanda graduasi. Kelebihan pita ukur fiber
glass ini adalah sifatnya aman dipakai dekat dengan alat listrik, ringan, tidak
mudah bengkok serta mudah pemakaiannya. Kelemahannya adalah sangat
mudah memuai dan menyusut akibat pengaruh kelembaban udara. Jadi
ketelitiannya agak rendah.
Panjang pita fiber glass adalah 10, 20, 30 dan 50 meter, dengan graduasi 5
mm serta lebar pita 16 mm.

2.4 Statip/Triport
Statip merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti
Waterpass dan Theodolit. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa
dirubah ukuran ketinggiannya. Statip saat didirikan harus rata karena jika tidak rata
dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran.

Gambar 2.6

8
2.5 Unting-unting
Berfungsi untuk membantu menempatkan alat ukur Waterpass dan Theodolit
berdiri tepat diatas titik patok yang telah ditentukan.

Gambar 2.7
2.6 Alat penunjang lainnya
Alat penunjang seperti alat tulis, kalkulator, dan lainnya sangat
dibutuhkan dalam pencatatan hasil pengukuran yang dilakukan.

Gambar 2.8
2.7 Sipat Datar Profil
Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau
tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara
memanjang maupun melintang.
Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya
permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, yaitu dengan mengukura ketinggian
dari masing-masing titik. Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk
perencanaan jalan raya, jalan kereta api, irigasi jalur pipa dan lain-lain, seperti
dalam:
1. gradien yang cocok untuk pekerjaan konstruksi.
2. Menghitung volume pekerjaan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang perlu disiapkan.

9
Pengukuran Sipat Datar Profil dibagi menjadi dua pekerjaan yaitu sipat datar
profil memanjang dan sipat datar profil melintang sedangkan pada tahap
penggambaran, biasanya dilakukan penggambaran situasi sepanjang jalur
pengukuran sipat datar profil memanjang maupun melintang dengan skala yang
berbeda agar kondisi tanah secara vertikal akan lebih jelas terlihat. (Nurjati, 2004 )

2.7.1 . Profil Memanjang


Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda
dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya
merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai
ketentuan sebagai berikut :
 Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan
dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan
tanah.
 Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.
Cara pengukuran :
1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B
2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik
maupun titik B sama).
3. Baca Rambu A (BA, BT, BB), hitung koreksi dengan cara BT= (BA-BB):2
4. Baca Rambu B (seperti langkah pada no.3)
5. Koreksi maksimum 2 mm.
6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang .
7. Hitung jarak alat dengan titik A
dA = (BAA – BBA) x 100
8. Hitung jarak alat dengan titik B = dB = (BAB – BBB) x 100
9. Hitung jarak antara A dan B
AB = dA – dB
10. Pada slag berikutnya rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya rambu B
menajdi bacaan belakang.
Tujuan pengukuran dengan menggunakan metode sipat datar/waterpass
profil memanjang adalah untuk mendapatkan detail dari suatu penampang/irisan
tegak pada arah memanjang sesuai dengan sumbu proyek.

10
Dalam pengukuran waterpass profil memanjang ini, data-data yang
diukur adalah bacaan rambu muka, rambu tengah dan rambu belakang.

2.7.2 Profil Melintang


Profil melintang dibuat tegak lurus dengan sumbu proyek dan pada tempat-
tempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung atau
belokan, maka jaraknya dibuat lebih rapat daripada jarak terhadap garis proyek
yang lurus. Profil melintang harus dibuat di titik awal dan akhir garis proyek
melengkung, dan untuk profil ke kiri dan ke kanannya dibuat lebih panjang dari
profil yang lain.

Tujuan dari pengukuran sipat datar profil melintang adalah untuk menentukan
elevasi titik-titik dengan bantuan tinggi garis bidik yang diketahui dari keadaan
beda tinggi tanah yang tegak lurus di suatu titik tertentu terhadap garis rencana
(sumbu proyek) yang didapat dari hasil pengukuran sipat datar profil memanjang.

Gambar 2.10

11
2.7.3 Pengukuran Poligon
Poligon adalah rangkaian beberapa buah titik yang dihubungkan
beberapa garis lurus bebentuk segi banyak, area memenjang, melingkar, dan titik
awal berdempetan dengan titik akhir. Titik-tersebut diukur di lapangan. Pada titik-
titik tersebut dapat ditentukan azimuth dan sudut dengan menggunakan kompas.
Koordinat tiap titik juga penting dalam pengukuran yang dapat diperoleh dari
GPS. Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut dan jarak dari
gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk
keperluan pemetaan suatu daerah tertentu Untuk mendapatkan hubungan
mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi, maka perlu dilakukan
pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah Pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal
Poligon merupakan serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya
telah ditentukan dari pengukuran lapangan yang membentuk segi banyak, dimana
dari rangkaian tersebut akan terbentuk sudut dan jarak antar titik, sehingga dapat
ditentukan posisi (koordinat) tiap-tiap titiknya dalam sistem referensi yang
ditentukan. Dengan demikian pengukuran poligon ini dapat digunakan sebagai
kerangka kontrol peta pengukuran sudut dan jarak antar titik-titik poligon.
Pengukuran poligon merupakan salah satu metode penentuan titik diantara
metode penentuan titik yang lain. Penentuan titik dengan cara poligon ini sangat
fleksibel karena prosedur pengukurannya dapat dipilih menurut kehendak kita
yang disesuaikan dengan daerah atau lokasi pengukuran untuk mempermudah
pelaksanaan pengukuran.

Ada dua bentuk dasar poligon:


1. Poligon tertutup, merupakan poligon yang titik awal dan akhirnya
menjadi satu, poligon semacam ini merupakan poligon yang paling disukai
dilapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang
memang sulit didapatkan dilapangan, namun hasil ukurannya cukup
terkontrol. Karena bentuknya yang tertutup maka akan membentuk segi
banyak atau segi –n (n adalah banyaknya titik poligon).

12
2. Poligon terbuka, merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir
tidak berhimpit pada titik yang sama.
Poligon ini dibedakan lagi menjadi :
 Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna, adalah dimana kedua ujung poligon
diawali dan diakhiri pada titik tetap serta azimuth awal dan azimuth akhir
telah diketahui secara pasti. Poligon terbuka terikat sempurna merupakan
poligon terbaik karena adanya kontrol koordinat.
 Poligon terbuka terikat sepihak
Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang satu ujungnya (
awal atau akhir ) terikat pada koordinata titik tetap atau terikat pada sudut
jurusan ( azimut ).
 Poligon terbuka lepas
Poligon terbuka tanpa ikatan adalah poligon yang diukur dengan tidak
diketahui koordinat titik tetap dan tidak diketahui pula azimut pada salah
satu sisi poligon tersebut.

2.7.4 Rambu Ukur dan Cara Pembacaannya dan Menghitung Jarak


Contoh :
Bacaan benang atas : 1,325
Bacaan benang tengah : 1,255
Bacaac benang bawah : 1,185
1.Koreksi pembacaan :
Rumus : BA – BT = BT – BB
1,325 – 1,255 = 1,255 – 1,185
0,07 = 0,07 ………………( ok )
Rumus BA + BT = 2BT
1,325 + 1,185 = 2 x 1,255
2,51 = 2,51 ………………( ok )
Rumus ( BA + BB ) / 2 = BT
(1,325 + 1,185)/2 = 1,255
1,255 = 1,255 ………(ok)

13
2 .Jarak antar titik ukur

Jarak :
( ba – bb ) x 100
Ba = Benang atas
Bb = Benang bawah
Bt = Benang tengah

14
BAB III
PEMBAHASAN

DATA UKUR SIPAT DATAR MEMANJANG


Kelompok : 2
Lokasi Praktikum : Lapangan Bima
Tanggal : 4 Januari 2017

Tahap Perhitungan :
Mencari Koreksi BT Stand 1 dan Stand 2
BA BA
𝑃1 = = 1.351 BT 𝑃1 = = 1.120 BT
BB BB
BA BA
𝑃2 = = 1.147 BT 𝑃2 = = 1.240 BT
BB BB
BA BA
𝑃2′ = = 1.365 BT 𝑃2′ = = 1.323 BT
BB BB
BA BA
𝑃3 = = 1.273 BT 𝑃3 = = 1.267 BT
BB BB

STAND 1 STAND 2
Jarak (m)
Nomor Titik BA BA
BT BT
BB BB Belakang Muka
1.572 1.240
P1 1.351 1.120 25 25
1.130 1.000
1.272 1.370
P2 1.147 1.240 24 26
1.021 1.110

1.490 1.440
P2' 1.365 1.323 25 25
1.240 1.205
1.397 1.395
P3 1.273 1.267 26 24
1.148 1.138

15
Mencari beda tinggi Stand 1 dan Stand 2
P1 = BT belakang – BT muka P1 = BT belakang – BT muka
= 1.351 – 1.147 = 1.240 – 1.120
= 0.205 = 0.120

P2 = BT belakang – BT muka P2 = BT belakang – BT muka


= 1.365 – 1.237 = 1.323 – 1.267
= 0.093 = 0.056

Menghitung Rata-rata
P1 = (0.205 + 0.120) : 2 = 0.1183
P2 = (0.093 + 0.056) : 2 = 0.1183

Menghitung Tinggi diatas Patok dan Bidang Referensi


a. Bidang diatas Patok
Tinggi Diatas patok 1 + Koreksi
= 50 + 0.1183 = 50.118
Tinggi Diatas patok 2 + Koreksi
= 50.118 + 0.1183 = 50.237
b. Bidang Referensi
Tinggi diatas patok 1 + Koreksi
= 5 + 5.118 = 10.118
Tinggi diatas patok 2 + Koreksi
= 5 + 5.237 = 10.237

16
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
PENGUKURAN SIPAT
TEKNIK SIPIL
Kampus: Jalan Pemuda No. 32 Telp. (0231) 246664 Cirebon - 45132
DATAR MEMANJANG

Lokasi : Lapangan BIMA Tanggal : 31 Desember 2016


Diukur Oleh : Kelompok 2 Kelas E Alat : Waterpass (PPD)
No. Profil : No. Alat :

Nomor Jarak Beda Tinggi ( m ) Kor. Tinggi ( m ) Nomor


Titik ( m) Stand 1 Stand 2 Rata2 ( m) Diatas Patok Bid. Referensi Titik

P1 50.000 5.000 P1
50.0 0.205 0.120 0.162 0.1183
P2 50.118 5.118 P2
50.0 0.093 0.056 0.074 0.1183
P3 50.237 5.237 P3

Jumlah 100.0 0.297 0.176 0.237 0.237

SP : 0.012 = 12 mm
Toleransi : 2 mm
Cek Syarat Ketelitian: SP > Toleransi ( Tidak Memenuhi Syarat )

18
PENGUKURAN SIPAT DATAR PROFIL

Mencari BT (Benang Tengah)


T6 = BA + BB : 2
= 1.425 + 1.383 : 2 = 1.404
T5 = BA + BB : 2
= 1.273 + 1.241 : 2 = 1.257
T4 = BA + BB : 2
= 1.273 + 1.241 : 2 = 1.257

Menghitung Jarak Antara


Jarak antara Titik 6 – Titik 5
= 4 – 3.3 = 0.7
Jarak antara Titik 5 – Titik 4
= 3.3 – 3.2 = 0.1
Jarak antara Titik 4 – Titik 3
= 3.2 – 2 = 1.2

Menghitung Titik Rincik


Tinggi GB – BT
= 13.137 – 1.404 = 11.733
Tinggi GB – BT
= 13.137 – 1.273 = 11.880
Tinggi GB – BT
= 13.137 – 1.273 = 11.880

19
Kelompok :2
Lokasi Praktikum : Lapangan Bima
Tanggal : 4 Januari 2017
Ke 1
Tinggi
No. Titik Pembacaan Rambu Jarak (m)
Tinggi GB Titik
Rincik BA BT BB Langsung Antara Rincik

6 1.425 1.404 1.383 13.137 4 11.733


0.7
5 1.273 1.257 1.241 13.137 3.3 11.880
0.1
4 1.273 1.257 1.241 13.137 3.2 11.880
1.2
3 1.312 1.302 1.292 13.137 2 11.835
0.5
2 1.282 1.278 1.274 13.137 1.5 11.859
0.9
1 1.301 1.307 1.312 13.137 0.6 11.831
2.72
7 1.305 1.290 1.274 13.137 3.32 11.848
3.31
8 1.233 1.225 1.217 13.137 6.63 11.912
0.07
9 1.212 1.178 1.143 13.137 6.7 11.960
3.16
10 1.249 1.200 1.150 13.137 9.86 11.938
3.34
11 1.205 1.139 1.073 13.137 13.2 11.998
0.14
12 1.162 1.097 1.032 13.137 13.34 12.040

gambar 3.2

20
PENGUKURAN SIPAT DATAR PROFIL
Mencari BT (Benang Tengah)
T7 = BA + BB : 2
= 1.413 + 1.348 : 2 = 1.381
T6 = BA + BB : 2
= 1.359 + 1.299 : 2 = 1.329
T5 = BA + BB : 2
= 1.363 + 1.308 : 2 = 1.336

Menghitung Jarak Antara


Jarak antara Titik 7 – Titik 6
= 66.8 – 5.9 = 0.78
Jarak antara Titik 6 – Titik 5
= 5.9 – 5.8 = 0.1
Jarak antara Titik 5 – Titik 4
= 5.8 – 2.9 = 2.9

Menghitung Titik Rincik


Tinggi GB – BT
= 13.285 – 1.381 = 11.905
Tinggi GB – BT
= 13.285 – 1.329 = 11.956
Tinggi GB – BT
= 13.285 – 1.336 = 11.950

21
Kelompok : 2
Lokasi Praktikum : Lapangan Bima
Tanggal : 4 Januari 2017
Ke 2
Tinggi
No. Titik Pembacaan Rambu Jarak (m)
Tinggi GB Titik
Rincik BA BT BB Langsung Antara Rincik

7 1.413 1.381 1.348 13.285 6.68 11.905


0.78
6 1.359 1.329 1.299 13.285 5.9 11.956
0.1
5 1.363 1.336 1.308 13.285 5.8 11.950
2.9
4 1.248 1.234 1.219 13.285 2.9 12.052
1.54
3 1.232 1.226 1.219 13.285 1.36 12.060
0.8
2 1.227 1.224 1.221 13.285 0.56 12.061
0.16
1 1.311 1.306 1.301 13.285 0.4 11.979
2.85
8 1.273 1.258 1.243 13.285 3.25 12.027
3.25
9 1.275 1.243 1.211 13.285 6.5 12.042
0.16
10 1.249 1.215 1.181 13.285 6.66 12.070
1.74
11 1.232 1.191 1.150 13.285 8.4 12.094

gambar 3.1

22
POLIGON
Menghitung BT
BA+BB
= 1.410 + 1.450 = 1.43

Menghitung Beda Tinggi


BT belakang – BT muka
P1 = 0,85 – 1,71 = -0,8495
P2 = 0,92 – 1,55 = -0,625
P3 = 2,55 – 1,02 = 1,53
P4 = 1,71 – 1,59 = 0,121

Menghitung Koreksi Beda Tinggi


= (Jarak : Total Jarak) x BT
P1 = (16,47 : 185,93) x -0,8495 = 0,016
P2 = (66,97 : 185,93) x -0,625 = 0,064
P3 = (37,95 : 185,93) x 1,58 = 0,086
P4 = (64,54 : 185,93) x 0,121 = 0,062

Menghitung BT Terkoreksi
BT – Koreksi BT
P1 = -0,8495 – 0,016 = -0,865
P2 = -0,625 – 0,064 = -0,689
P3 = 1,53 – 0,036 = 1,496
P4 = 0,121 – 0,062 = 0,059

23
Kelompok : 2
Lokasi Praktikum : Lapangan Bima
Tanggal : 4 Januari 2017

STAND (m) BEDA KOREKSI BEDA TINGGI


JARAK (m)
TEMPAT ALAT NOMER TITIK BA TINGGI ALAT TINGGI BEDA TINGGI PERHITUNGAN
BT
BB BELAKANG MUKA TINGGI TERKOREKSI

0,86 0,900
D 8,24 8,24
0,814
P1 1,28
1,71 1,750 0,016 -0,865
A
1,663 16,47 -0,8495 0,415

0,92 1,080
A 33,49 33,49
0,760
P2 1,32
1,55 1,710 0,064 -0,689
B
1,380 66,97 -0,625 -0,275

2,55 2,650
B 18,98 18,975
2,448
P3 1,33
1,02 1,112 0,036 1,496
C
0,922 37,95 1,53 1,221

1,71 1,870
C 32,27 32,27
1,548
P4 1,33
1,59 1,750 0,062 0,059
D
1,426 64,54 0,121 1,280
TOTAL 185,93 0,179 0,179 0,000

24
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
antara lain :
1. Bahwa Ilmu Ukur Tanah ini sangat berhubungan dengan permukaan bumi
(Topografi) yang mempelajari penggambaran bentuk permukaan bumi dalam
suatu peta dengan segala yang ada di permukaan bumi dengan cara pengukuran
di lapangan.
2. Dalam praktikum waterpas ini terdiri dari 3 pengukuran yaitu pengukuran
penampang profil memannjang,penampang profil melintang,poligon.
3. Pembacaan Rambu ukur Setiap 1 strip pada papan penggaris ukur memiliki
ketelitian 10ml.
4. Pengukuran BT(benang tengah) Jika dikoreksi maxsimal Bedanya adalah 2 jika
melebihi itu ppembacaan BA(benang atas) Dan BB(benang bawah) harus
diulanag.

4.2 Saran
1. Harus benar – benar memahami cara kerja alat dan prosedur yang ada, agar
mengurangi kesalahan – kesalan pada saat praktikum.
2. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.
3. Susunan laporan harus mengikuti metedologi yang baik dan benar, serta
pengumpulan data dari berbagai sumber.

25
LAMPIRAN

26
27
DAFTAR PUSTAKA

http://zulzulaidy.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-1.html
http://lisabowo73.blogspot.com/2012/05/laporan-praktikum-ilmu-ukur-tanah-ii.html
http://geojati.wordpress.com/2012/10/22/pemetaan-terestris-laporan/
http://download.spmabanjarbaru.sch.id/files/Alat%20Penyipat%20Datar.pdf
http://squidybaflowbskey.blogspot.com/2011/06/total-station-20-judul-to-3-tgb-
2.html#.UcwqdMif2xY
http://learnmine.blogspot.com/2013/04/ilmu-ukur-tanah.html#axzz2XPwwh47I
http://malemosau.blogspot.com/2011/03/ilmu-ukur-tanah-teknik-sipil.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah.

28

Anda mungkin juga menyukai