Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMATIKA I

PENGUKURAN SITUASI

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh :
Bagus Dwi K (18505244019)
Nur Ahmad Wicaksono (18505244020)
Gregorius Millennio P A (18505244021)
Nurifa Aulia R (18505244022)
Sofia Fitriana Z (18505244026)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan pemetaan situasi dengan alat ukur
tanah sederhana.

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mengukur situasi dengan alat ukur tanah sederhana.
2. Menggambar peta situasi hasil pengukuran.
3. Membuat laporan pemetaan situasi.

III. Kajian Teori


A. Jarak Miring dan Jarak Datar
Pengukuran jarak merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan
posisi satu titik terhadap titik lainnya. Keadaan sebenarnya dari permukaan
bumi ada yang datar, landai, curam dan sangat curam. Pada daerah yang datar,
jarak antara dua titik adalah panjang garis terpendek yang menghubungkan dua
titik tersebut. Pada daerah yang tidak datar, panjang garis terpendek yang
menghubungkan dua titik tidak disebut jarak, melainkan disebut dengan jarak
miring.
Jarak dalam Geomatika diartikan sebagai jarak datar atau jarak horisontal.
Jarak datar inilah yang digambarkan pada peta atau gambar profil sebagai
penyajian produk pekerjaan Geomatika. Jika disebutkan “jarak” saja, itu berarti
adalah jarak datar. Begitu pula maksud “jarak” pada peta yaitu jarak datar.
Pengukuran jarak pada umumnya dilakukan untuk memperoleh data jarak
datar. Walaupun begitu jarak miring kadang-kadang diperlukan juga. Sebagai
contoh penggunaan jarak miring pada perencanaan pemasangan perpipaan air
bersih, saluran irigasi, jalan raya, dan kabel jaringan listrik.
B. Alat Ukur Jarak
Besaran jarak diukur dengan menggunakan satuan panjang. Pengukuran
jarak sudah dilakukan sebelum manusia membuat alat untuk mengukur jarak.
Manusia dapat mengukur jarak dengan menggunakan bagian-bagian tubuhnya.
Satuan panjang yang digunakan di Inggris atau disebut dengan British Units
dikembangkan berdasarkan panjang bagian-bagian tubuh manusia.
Satuan-satuan tersebut dikembangkan dari panjang bagian tubuh manusia
dewasa laki-laki, seperti:
a. Inci (inch) yang berasal dari lebar ibu jari.
b. Kaki (feet) yang berasal dari panjang telapak kaki.
c. Yar (yard) yang berasal dari panjang dari tengah-tengah badan
hingga ujung jari tengah, dengan tangan direntangkan.
Satuan panjang tersebut mempunyai kelebihan dalam hal memiliki realitas
fisik, sehingga mudah dibayangkan. Akan tetapi ada kelemahannya, yaitu
angka kelipatannya tidak sederhana. Pada perkembangan selanjutnya satuan
panjang British Unit tersebut dibekukan, sehingga dapat ditetapkan konversi
antar kedua satuan panjang tersebut, yaitu antara lain:
a. 1 inci = 2,54 cm
b. 1 kaki = 30, 48 cm
Terdapat berbagai jenis alat ukur jarak dengan tingkat ketelitian yang bervariasi.
Alat ukur jarak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu alat-alat yang memang
dirancang sebagai alat ukur jarak saja dan alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur jarak disamping dapat digunakan untuk mengukur besaran lainnya pula.
Yang termasuk alat yang memang dirancang untuk mengukur jarak saja, contohnya:
1. Pita Ukur

Gambar 1. Pita Ukur.


2. Pegas Ukur

Gambar 2. Pegas Ukur.

3. RantaI Ukur
Gambar 3. Rantai Ukur.
4. Odometer/Roda Ukur

Gambar 4. Odometer.

Ada pula alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur jarak,
disamping dapat untuk mengukur besaran lainnya. Fungsi utama alat ukur
sebenarnya bukan untuk mengukur jarak, contohnya:

1. Theodolit, fungsi utamanya untuk mengukur sudut.

Gambar 5. Theodolit
2. Waterpas, fungsi utamanya untuk mengukur beda tinggi.
Gambar 6. Waterpas.

Di samping itu, ada alat ukur yang dirancang untuk mengukur sudut dan
jarak sekaligus, yaitu total station (gambar 7). Total station merupakan
gabungan dari theodolite, untuk mengukur sudut, dan electronic distance meter
(EDM) atau alat ukur jarak elektronik.

Gambar 7. Total station.

Alat ukur jarak juga dapat dikelompokkan menjadi alat ukur jarak
langsung dan alat ukur jarak tidak langsung. Pada alat ukur jarak langsung,
jarak langsung, alat langsung mengukur jarak, sehingga tidak memerlukan
proses lanjutan untuk memperoleh data jarak. Pada alat ukur tidak langsung,
pengukuran tidak langsung menghasilkan data jarak, tetapi data lain. Data
tersebut selanjutnya diproses untuk menghasilkan data jarak. Contoh alat ukur
jarak langsung yaitu: pita ukur, dan contoh alat ukur jarak tidak langsung
seperti: alat ukur jarak secara optis dan secara elektronis.

C. Pengukuran Jarak Langsung


Pada pengukuran jarak langsung, jarak diperoleh langsung
tanpa melalui perhitungan. Pada pengukuran jarak langsung digunakan
alat utama dan alat bantu. Alat- alat utama untuk pengukuran jarak
langsung antara lain:

(1) Pita ukur, alat ukur jarak yang material utamanya terbuat dari
kain, fiber, plastik, atau campuran dari padanya.
(2) Pegas ukur, material utama terbuat dari plat baja. Pegas ukur
sebenarnya mirip dengan pita ukur. Bedanya pegas ukur setelah
digunakan dapat menggulung sendiri dengan menekan pengulung
yang ada.
(3) Rantai ukur, terbuat dari rantai baja. Rantai ukur biasanya
digunakan untuk mengukur pada medan yang berat, misalnya:
berbatu-batu, bersemak belukar dan berduri.

Panjang alat-alat tersebut umumnya 30 m, 50 m dan 100 m dengan


lebar antara 1 cm sampai 2 cm dan tebal antara 0,1 mm sampai 0,2 mm.
pembagian skala bacaan dari skala terkecil mm sampai dengan skala terbesar
m. Alat-alat bantu pada pengukuran jarak langsung antara lain:

1. Jalon atau anjir adalah tongkat dari pipa besi dengan ujung runcing (seperti
lembing). Panjangnya antara 1,5 m sampai 3 m, diameter pipa antara 1,5 m
sampai dengan 3 m, dicat merah dan putih berselang-seling. Jalon ini
berguna pada pelurusan dan untuk menandai adanya suatu titik di lapangan
pada jarak jauh.

Gambar 8. Jalon.

2. Pen ukur adalah alat untuk memberi tanda titik sementara dilapangan.
Terbuat dari besi dengan panjang ± 40 m dan runcing di ujungnya dan ujung
lain lengkung

Gambar 9. Pen Ukur.


3. Unting-unting adalah alat untuk memproyeksikan suatu titik ke permukaan
bumi, terbuat dari besi atau kuningan.

Gambar 10. Unting-unting.

4. Waterpas tangan (gambar 7), adalah alat bantu untuk mendatarkan pita ukur.

Gambar 11. Waterpas tangan.

5. Prisma dan kaca sudut (gambar 8), adalah alat bantu untuk menentukan
sudut 90 derajat (siku-siku).
Gambar 12. Prisma sudut.
Pada pengukuran jarak langsung pada lapangan datar, kadang-kadang
jaraknya tidak dapat diukur dengan satu kali bentangan pita ukur. Dalam
keadaan ini, pengukuran dilakukan dengan satu tahapan sebagai berikut.
1. Penelusuran, untuk menentukan titik-titik antara, sehingga terletak pada
satu garis lurus atau terletak pada satu bidang vertikal.
2. Pengukuran jarak.

Pengukuran jarak yang terhalang dilaksanakan dengan menerapkan


geometrid dan trigonometri. Berikut disajikan beberapa prosedur pengukuran
jarak yang terhalang.
1. Menerapkan Dalil Phytagoras.

Gambar 13. Pengukuran jarak dengan Dalil Phytagoras.

Pengukuran jarak AB yang terhalang kolam dilakukan dengan


membentuk segitiga ABC yang siku-siku di C. Proyeksikan B pada C garis
yang melalui A dititik C ukur jarak AC dan jarak BC dapat dihitung:
Jarak AB = AC2 + BC2

2. Memasang garis pertolongan.


Gambar 14. Pengukuran jarak dengan garis pertolongan.

Jarak AB yang terhalang rintangan diukur secara bertahap. Untuk


membuat garis lurus AB diperlukan garis pertolongan XY yang sejajar AB.
Selanjutnya, ditentukan titik P dan Q diantara XY dengan sudut AXP = sudut
BYQ = 90º. Pembuatan sudut siku-siku ini dilakukan dengan cara
memperpanjang garis AX dan BY. Dari titik X dan Y masing-masing
ditentukan dua titik yang sama panjang kea rah kanan dan kiri. Dari kedua
titik ini pula dibuat dua buah busur yang berpotongan di titik P dan Q.
apabila XPQ dan PQY lurus, berarti posisi titik X dan Y sudah benar.
Untuk memperoleh ketelitian tinggi, harus diperhatikan berbagai sumber
kesalahan yang mungkin berpengaruh terhadap hasil pengukuran. Sumber-sumber
kesalahan pada pengukuran jarak langsung adalah sebagai berikut.

(1) Panjang pita ukur tidak standar


(2) Suhu yang tidak baku
(3) Tarikan yang tidak tetap
(4) Pelurusan yang tidak baik
(5) Pita tidak mendatar
(6) Pemasangan unting-unting tidak tepat
(7) Salah menandai
(8) Salah baca
(9) Lenturan pita ukur

Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dikelompokkan menurut sumbernya.


Agar diperoleh hasil pengukuran yang teliti, perlu dilakukan hal-hal berikut.
(1) Kesalahan yang bersumber dari pengukur
Kesalahan membaca dapat dihilangkan dengan melakukan
pembacaan pada masing-masing ujung dalam kedudukan pita ukur
yang berbeda. Kesalahan mencatat dapat dihindari dengan cara
seperti cara menghindari kesalahan membaca.
(2) Kesalahan yang bersumber pada pita ukur
Pita ukur yang sering dipakai cenderung berubah panjangnya,
apalagi jika menariknya terlalu kuat. Akibatnya panjang pita ukur
tidak benar atau tidak memenuhi standar lagi. Untuk itu perlu
dilakukan kalibrasi dengan pita ukur standar.
(3) Kesalahan yang Bersumber pada Keadaan Alam
Kesalahan yang bersumber pada keadaan alam yang berpengaruh
pada pengukuran jarak dengan pita ukur adalah kesalahan yang
disebabkan oleh temperature. Standar pita ukur adalah pada
temperatur 20ºC.
IV. Peralatan
1. Pita ukur (50 meter)
2. Kompas
3. Jalon (3 buah)
4. Prisma sudut
5. Alat Tulis

V. Butir-Butir Kunci
1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis-garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.

VI. Keselamatan Kerja


1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur dijaga jangan sampai lepas.

VII. Langkah Kerja


1. Meniinjau areal yang diukur dan buat sket pengukuran.
2. Mengukur arah semua garis yang dipetakan dan catat hasilnya pada sket.
3. Mengukur jarak semua garis yang dipetakan dan catat hasilnya pada sket.
4. Menggambar hasil pengukuran dalam bentuk peta situasi dengan skala tertentu,
misalnya: 1:500.
5. Menyusun laporan pemetaan situasi.
VIII. Hasil Pengukuran Situasi

Gambar 15. Hasil Sket Pengukuran Situasi Sederhana

Gambar 16. Peta Situasi Sederhana


IX. Pembahasan
Praktikum pengukuran situasi dilakukan di sekitar area bengkel finishing FT
UNY. Beberapa alat yang digunakan dalam pengukuran situasi ini adalah pita
ukur, kompas, jalon, kaca sudut, dan alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran.
Dalam pengukuran situasi data yang dicatat adalah jarak (dalam satuan meter)
dan sudut garis yang diukur. Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur,
sedangkan arah garis diketahui dengan kompas dan sudut siku-siku dicari
menggunakan prisma sudut dan jalon.

X. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan di sekitar bengkel finishing FT
UNY dapat disimpulkan bahwa pada setiap garis yang di ukur belum tentu garis
tersebut sejajar ataupun tegak lurus dengan garis yang lainnya meskipun secara
kasat mata tampak sejajar.

XI. Daftar Pustaka

http://besmart.uny.ac.id/file.php/1191/Geomatika_I_Bab_II.pdf

Anda mungkin juga menyukai