Anda di halaman 1dari 15

BAB 3.

PENGUKURAN JARAK HORIZONTAL

Pengukuran jarak horizontal antara dua buah titik adalah salah satu

pekerjaan yang mendasar dari surveying. Pada dasarnya, pengukuran jarak

menitik-beratkan kepada ketelitian menentukan panjang.

Dalam pekerjaan surveying, untuk tingkatan yang terbatas, jarak antara

dua buah titik yang elevasinya berbeda harus didapatkan jarak

horizontalnya, baik secara langsung dilapangan atau melalui perhitungan

dari jarak miring yang didapat di lapangan. Jarak dapat diketahui dengan

mengukur peta yang berskala, dengan menggunakan langkah si pengukur,

dengan menggunakan odometer (pengukur jarak yang ada pada kenderaan

bermotor), dengan menggunakan tacheometry (skala optik yang ada pada

peralatan surveying, misal alat sipat datar), dengan menggunakan EDM

(Electronic Distance Measuring) instrumen yang mampu mengukur jarak

berdasarkan konsep kecepatan cahaya atau gelombang electromagnetic,

dengan menggunakan meteran, dan juga dengan menggunakan GPS.

Kesalahan sistematik yang sering terjadi pada saat pengukuran jarak

dengan menggunakan pita ukur adalah (1) kesalahan pada skala jarak, (2) pita

ukur tidak dalam posisi horizontal, (3) perbedaan temperatur pada saat

melakukan pengukuran sepanjang garis ukur, (4) tidak sesuai dan

seimbangnya gaya tarik yang diberikan pada kedua ujung pita ukur, (5)

adanya lendutan pada pita ukur pada saat mengukur, dan (6) Adanya

perpanjangan akibat titik yang diukur tidak pada titik yang sebenarnya.

57
3.1 Peralatan Pengukuran Jarak.

Peralatan-peralatan yang digunakan pada suatu pengukuran jarak

adalah mulai dari mistar ukur kayu sederhana sampai kepada pita ukur

sintetik/baja yang panjangnya mencapai 30 m atau lebih. Pita ukur

(meteran) dengan panjang 30m atau 50m biasanya dalam bentuk

gulungan pada kondisi tidak digunakan. Gulungan meteran tersebut

haruslah digunakan secara hati-hati, baik pada saat memanjangkan

maupun menggulungnya. Jangan ada terjadi lipatan pada pita ukur

tersebut karena dapat merusak, baik pada skala bacaannya maupun

keberadaan pita ukur itu sendiri. Jika pita ukur tersebut tidak

dilengkapi dengan pegangan di kedua ujungnya, pen pemegang dapat

ditambahkan untuk memudahkan menarik pita ukur tersebut.

Peralatan pengukuran jarak mempunyai tingkatan- tingkatan yang

lang-sung dapat dibaca dengan jelas, sehingga tidak mendua artikan

gambaran. Tabel 3.1 di bawah ini memperlihatkan ukuran panjang dan

skala pembagi dari peralatan pengukuran jarak.

Tabel 3.1 Macam-Macam Skala Pembagi Alat Pengukuran

Jenis Alat Pengukuran Panjang (m) Tingkatan (mm)


Besar Menenga Kecil
Mistar Kayu 1, 2 10 5 1
h
Pita Baja Saku (metrol) 2, 5 10 5 1

Meteran Baja 10, 20, 30 10 5 1

Meteran Sintetik 10, 20, 30, 50 100 50 10

58
Catatan untuk pengajar:

Perlihatkan kepada mahasiswa: mistar, pita ukur, dan terangkan cara

penggunaannya dimulai dari titik nol.

Latihan:

1. Berapa panjang diagonal dari bangku saudara

2. Berapa panjang ruangan kelas saudara

3.1.1 Jalon dan Pen Serta Peralatan Lainnya Untuk Mengukur

Jarak

Pada pekerjaan ukur tanah, sebagian besar dari garis yang

akan diukur biasanya sangat panjang dan lebih panjang dari

pada panjang pita ukur itu sendiri. Untuk mengukur jarak

secara langsung di lapangan dengan panjang beberapa ratus

meter tersebut, peralatan yang biasanya digunakan adalah

sebuah meteran panjang 30m atau 50m, satu atau dua buah

jalon, beberapa buah pen, sebuah hand-level (water pass) jika

lokasinya tidak datar dan 2 buah unting-unting.

Jalon umumnya berdiameter 3/4” atau 1” dan panjangnya

2m. Salah satu ujungnya runcing agar supaya mudah

ditancapkan ke dalam tanah dan dicat selang-seling dengan

warna merah dan putih yang panjangnya 20cm. Jalon

digunakan sebagai arah acuan pengukuran dan biasanya

ditancapkan dititik awal dan akhir dari jarak yang akan diukur.

59
Beberapa pen digunakan untuk menandai posisi terkhir dari

jarak yang sudah diukur sepanjang garis ukur. Biasanya pen

terbuat dari besi padat/besi beton yang berdiameter 10mm

dengan panjang berkisar antara 30 sampai 60 cm. Salah satu

ujungnya diruncingkan dan yang lain dibuat bulatan

berdiamter 10cm untuk tempat mengikatkan pita, biasanya pita

berwarna merah ataupun kuning, agar garis ukur dapat lebih

jelas terlihat diantara rerumputan maupun belukar.

Hand-level (water-pass) digunakan untuk menjaga agar

kedua ujung me-teran/pita ukur benar-benar horizontal jika

pengukuran dilaksanakan dida-erah yang mempunyai

kemiringan.

Unting-unting digunakan untuk membantu meletakkan

titik-titik ukur agar benar-benar berada di titik yang akan

diukur jaraknya

Peralatan-peralatan tersebut di atas serta peralatan lainnya

dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:

Dari logam

Di atasnya
375 mm dikasih pita
20

berwarna
m
m

Panjang 2 meter

Gambar 3.1 Peralatan Untuk Mengukur Jarak

60
Catatan untuk pengajar:

Tunjukkan pada mahasiswa sebuah jalon dan pen. Kemudian

terangkan bagaimana menggunakan alat-alat tersebut.

3.2 Pengukuran Jarak Pada Garis Yang Panjang

Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang, Satu orang sebagai

kepala regu yang bertugas untuk menarik pita ukur ke arah yang

dikehendaki dan kemudian memberi tanda pada panjang pita ukur.

Orang ini sambil mem-bawa 10 buah pen dan satu buah jalon.

Kemudian satu orang lagi sebagai pembantu bertugas meluruskan pita

ukur dan menghitung panjang dari pita ukur

Jika suatu jarak A-B akan diukur, pertama-tama yang dilakukan

adalah memasang jalon pada masing-masing titik. Si pembantu

memegang titik nol dari pita ukur dan ditepatkan pada as jalon titik A

(gambar 3.2). Kemudian kepala regu menarik pita ukur kearah titik B

(gambar 3.3 dan gambar 3.4). Jika pita ukur sudah kencang, maka

kepala regu memegang jalon untuk siap dipasang. Sementara itu,

pembantunya memberikan aba-aba siap ditegakkan jika jalon tepat

pada garis lurus AB. Kemudian pita ukur ditarik kuat dan sebuah pen

ditancapkan ke dalam tanah pada ujung pita ukur. Tahapan di atas

diulang sampai mendekati titik B. Sambil mengikuti, si pembantu

bertu-gas mengumpulkan pen ukur yang kemudian dihitung

jumlahnya. Bagian yang tersisa, yaitu diantara pen terakhir dan titik B

diukur panjangnya kemudian ditambahkan ke jumlah panjang

sebelumnya untuk mendapatkan panjang totalnya.

61
Gambar 3.2 Jalon dan As Jalon

Gambar 3.3 Mengukur Jarak Pada Garis Yang Panjang

Gambar 3.4 Cara Melakukan Pengukuran Panjang

Jika sebuah jalon akan ditancapkan di tanah yang keras, maka akan

mengalami kesulitan. Untuk itu jalon dapat ditegakkan dengan

bantuan kaki segitiga seperti yang terlihat pada gambar 3.5 dan hasil

pengukurannya dapat dimasukkan ke dalam tabel 3.2 untuk kemudian

diambil panjang rata-rata-nya.

62
Gambar 3.5 Jalon ditegakkan dengan kaki segitiga

Tabel 3.2 Contoh Tabel Pengukuran Panjang

Pengukuran Panjang

Tanggal :

Pengukur :

Meteran # :

Pengukuran Pengukuran Pengukuran


Titik No. Rata-rata
Pertama Kedua Ketiga

1- 2

2-3

9 - 10
Panjang

Total

63
3.3 Pengukuran Bertahap

Salah satu cara untuk pengukuran jarak mendatar adalah cara

pengukuran bertahap. Cara ini adalah cara yang paling sederhana

untuk mengukur jarak mendatar pada bidang miring (gambar 3.6)

Peralatan-peralatan yang digunakan pada pekerjaan ini adalah

waterpass, rambu ukur dan unting-unting serta paling sedikit

dibutuhkan dua orang.

Salah satu ujung rambu ditempatkan di atas titik tertinggi yaitu titik

per-mukaan pengukuran. Diatas rambu ukur pada tengah-tengahnya

ditempatkan alat waterpass. Jika rambu ukur sudah dalam keadaan

mendatar dan ditempatkan dengan baik, sebuah unting-unting

digantungkan pada ujung lainnya, kemudian dijatuhkan ke atas tanah

dan jaraknya diukur serta kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam

tabel 3.3..

Salah satu kemungkinan lain adalah pengukuran dengan

menggunakan pita ukur. Tahapan pengukuranya adalah sama seperti

pada pengukuran dengan menggunakan rambu ukur. Kerugian dalam

pengukuran ini adalah:

- diperlukannya orang yang banyak

- sulit dalam mendatarkan pita ukur secara sempurna.

Gambar 3.6 Pengukuran Bertahap

64
Tabel 3.3 Contoh Tabel Pengukuran Bertahap

Proyek: Tanggal :

Pengukur :

Cuaca :

Pengukuran Bertahap - Catatan Lapangan

Pengukuran Pertama Pengukuran Kedua

Panjang Panjang

Tahap (m) Tahap (m)

Total (1) Total (2)

Panjang Rata-rata = Total (1) + Total (2)

3.4 Kesalahan-Kesalahan Dalam Pengukuran Jarak

Pada pengukuran jarak, baik dengan rambu ukur maupun dengan

pita ukur, biasanya menimbulkan beberapa bentuk kesalahan yang

sebenarnya tidak perlu terjadi jika dilaksanakan dengan hati-hati.

Kesalahan-kesalahan ini kemungkinan disebabkan karena

kecerobohan dan kurang pengalaman. Juga, karena keadaan cuaca akan

mempengaruhinya, atau karena alat itu sendiri yang salah. Kesalahan-

kesalahan dapat dibagi:

65
a. Kesalahan Besar

Kesalahan ini timbul karena pengukur kurang pengalaman atau

karena kecerobohan dalam melakukan pengukuran. Biasanya,

kesalahan-kesalahan yang sering terjadi adalah:

a. Tidak konsistennya tarikan yang diberikan pada kedua ujung

meteran.

b. Tidak horizontalnya posisi meteran pada saat melakukan

pengukuran.

c. Tidak tepatnya posisi plumb bob/unting-unting di atas ke dua

titik yang akan diukur jaraknya.

d. Salah membaca maupun menuliskan angka di buku lapangan.

Perhatian: Pengukuran jarak sebaiknya dilakukan bolak balik

sebagai koreksi untuk menghilangkan kesalahan.

b. Kesalahan Tetap

Pada kasus ini kesalahan-kesalahan yang timbul akan selalu sama

untuk setiap satu alat, atau untuk setiap keadaan tertentu.

Panjang yang sebenarnya dari sebuah meteran mungkin berbeda

dari besaran panjang yang tertulis karena kesalahan yang terjadi

pada saat pembuatannya di pabrik maupun pada saat diperbaiki.

c. Kesalahan Natural

Jarak horizontal yang didapat dari ke dua ujung meteran bisa

berbeda karena disebabkan oleh pengaruh temperatur, angin, dan

berat sendiri dari meteran tersebut.

66
3.4.1 Pita Ukur Tidak Terletak Pada Satu Garis Lurus

Untuk mengukur jarak diantara dua titik harus dilakukan

pada suatu garis lurus. Tetapi bila pada arah garis tersebut

terdapat halangan seperti adanya pohon kayu dan sebagainya,

maka perkerjaan seperti tersebut di atas tidak dapat dilakukan,

dan garisnya terpaksa harus digeser mengelilingi halangan

tersebut. Jarak yang didapat tentu akan lebih panjang dari jarak

yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena adanya

penyimpangan sebesar Δs dari garis yang sebenarnya (gambar

3.7).

Gambar 3.7 Pengukuran Jarak Tidak Terletak Pada Satu Garis

L2  s 2  L' 2
 L  L 
2

L2  s 2  L2  2 LL  L2
s 2  2 LL  L2

67
s 2
L  2 L  L  2 L
2 L  L
s 2
L 
2L
Contoh 1:

Berapakah besar s jika L = 5,00m dan L = 1 mm

Jawab:

s 2
L 
2L

s  2 LL

s  2 x5000x 1  100mm
s  100mm  10cm

3.4.2 Lendutan

Jika suatu pengukuran dilakukan diantara titik yang tinggi

dan tidak ada usaha untuk menyangga pita ukur, maka akan

terjadi lendutan yang biasanya disebabkan oleh suatu

pengukuran yang terlalu panjang.

Pada pengukuran yang teliti pita ukur dibiarkan melendut

dan dalam hal ini kemudian diterapkan perbaikan/penyesuaian

(tabel 3.4) kepada hasil pengukuran tadi. Misal, pada

pengukuran bertahap dengan menggunakan rambu ukur juga

dapat terjadi lendutan (gambar 3.8 ).

68
Gambar 3.8 Lendutan Yang Terjadi Pada Pita Ukur
Tabel 3.4 Nilai Lendutan Pada Pita Ukur

f 5 cm 10 cm
ℓ ℓ ℓ
(m) (mm) (mm)
5,0 1,3 5,3

10,0 0,7 2,7

15,0 0,4 1,8

20,0 0,3 1,3

30,0 0,2 0,9

Penting:

Dalam pengukuran di lapangan dengan pita ukur, tariklah

pita ukur kuat-kuat sehingga terlihat mendatar dan panjang

jarak yang akan diukur jangan terlalu panjang.

3.5 Pengikatan Titik-Titik Pengukuran

Titik-titik tetap harus dapat digunakan dikemudian hari, seperti

pada waktu pekerjaan pemasangan. Oleh karena itu, titik-titik tetap

harus bersifat permanen. Titik tetap harus diletakkan pada tempat

yang bebas halangan. Sebagai contoh, pilar-pilar beton tidak boleh

ditempatkan ditengah-tengah sehingga apabila titik tetap tersebut

69
akan dipergunakan kembali, maka dengan mudah dapat ditemukan.

Jika memungkinkan titik-titik tetap diletak-kan di dekat objek yang

permanen seperti pagar, pintu, halte bis, lampu jalan dan lain-lain.

Cara inilah yang disebut pengikatan tetap. Setiap titik tetap

mempunyai titik pengikatan sekurang-kurangnya 3 buah. Dua buah

untuk penentuan titik ikat dan yang ke tiga sebagai control (gambar

3.9).

Tempat pengukuran

Gambar 3.9. Pengikatan Titik Tetap

3.6 Isyarat Tangan

Untuk mempercepat pekerjaan pengukuran, penggunaan isyarat

tangan adalah penting sekali sebab perintah dengan cara berteriak-

teriak pada jarak yang jauh akan menimbulkan salah pengertian.

Ingat dan hafalkan isyarat-isyarat tangan pada gambar 3.10 di

bawah ini. Semuanya harus dilakukan dengan jelas, sehingga tidak

diperlukan teriakan-teriakan dalam memberi perintah.

70
Gambar 3.9 Bentuk-Bentuk isyarat-isyarat tangan

71

Anda mungkin juga menyukai