A. PENGUKURAN JARAK
Alat Pengukur Jarak
Alat pengukur jarak yang dapat digunakan untuk
mengukur jarak antara dua titik, baik secara langsung maupun
tidak langsung, adalah sebagai berikut :
Alat Pengukur Jarak Langsung
Alat pengukur jarak langsung terdiri atas :
Kayu ukur jarak
Rantai ukur jarak
Langkah
Pita ukur (fiber, baja, dan inver)
EDM (Electronic Distance Meter)
Alat Pengukur Jarak Tidak Langsung
Alat pengukur jarak tidak langsung ini merupakan
instrumen pengukuran jarak yang didasarkan pada metode
optik.
Didalam pelaksanaan pengukuran seringkali diper-
lukan alat bantu pengukuran dan tergantung dari metode dan
alat yang dipilih. Alat bantu tersebut antara lain: yalon,
waterpass (kayu, logam), unting-unting, spedometer, rambu
ukur (baak ukur), dan alat pengukur sudut miring.
Secara singkat akan dijelaskan alat bantu seperti diuraikan
terdahulu sebagai berikut :
a. Kayu Ukur Jarak
Kayu ukur jarak dibuat dari kayu yang kering betul dan
panjangnya 3 meter atau 5 meter. Penampangnya berbentuk
oval dengan ukuran di tengah 5 cm dan diujungnya 3 cm.
Kedua ujung kayu ukur dilengkapi besi dengan bentuk
Pengukuran Jarak 13
sedemikian rupa, hingga garis yang menyatakan ujung kayu
ukur dari dua buah kayu ukur dapat diletakkan saling tegak
lurus.
Pada pengukuran jarak dengan kayu ukur, selalu
digunakan dua batang kayu ukur jarak. Untuk dapat mem-
bedakan dua kayu ukur ini, maka satu kayu ukur diberi warna
merah-putih-merah dan kayu ukur lainnya diberi warna putih-
hitam-putih dari jarak satu meter ke satu meter lainnya. Tiap
decimeter diberi tanda dengan paku dari kuningan, sedang
jumlah centimeter harus diperkirakan.
b. Rantai Ukur
Rantai ukur jarak terdiri atas mata rantai yang dibuat
dari kawat baja atau besi galvanis dengan diameter 3 mm atau
4 mm. Tiap ujung mata rantai diberi mata rantai dan digabung
sedemikian rupa satu sama lain dengan gelangan sedemikian
rupa, hingga jarak antara dua gelangan = 0,50 meter. Pada tiap-
tiap meter gelangan dibuat dari kuningan dan tiap 5 meter
gelangan diberi bentuk lain dan dibuat lebih besar.
Panjang rantai ukur jarak ini adalah 10 m, 20 m, 25 m,
dan 30 m. Sebagai perlengkapan rantai ukur digunakan pen
dari besi untuk menyatakan ujung rantai ukur pada waktu
melakukan pengukuran jarak.
c. Langkah
Karena ketelitiannya yang rendah, dewasa ini langkah
(pacing) hanya digunakan untuk membantu penempatan
instrumen sifat datar di tengah-tengah antara dua buah rambu
pada pengukuran sipat datar. Pada hakekatnya sangatlah sukar
untuk mempertahankan jarak langkah yang tetap. Pengalaman
menunjukkan bahwa untuk jarak ukur 100 meter, seorang
petugas (pengukur) yang berpengalaman dapat membuat
kesalahan sampai beberapa meter. Sebagai contoh yang
sederhana, apabila jumlah langkah = n dan jarak satu langkah =
L, maka :
D = 2M-
= 2M- 1½M
D = M+ 1½M
atau :
D = n L (Persamaan Dasar)
= 2ML
= 2 . M . 0,75
= M (1,5)
= M (1 + ½)
D = M+
Pengukuran Jarak 15
d. Pita Ukur
Dewasa ini pita ukur (tapes) digunakan dalam
pengukuran jarak biasa (langsung). Tipe yang banyak
digunakan adalah pita ukur fiber (fiber tape), pita ukur baja (steel
tape) dan pita ukur inver (inver adalah bahan campuran tahan
panas terdiri dari baja dan nikel).
1) Pita ukur fiber
Termasuk tipe ini adalah : (a) pita ukur yang terbuat
dari serat rami dan diperkuat dengan anyaman kawat
halus, (b) pita ukur yang terbuat dari campuran serat rami
dan serat katun (Gambar 2.1), dan (c) pita ukur yang
terbuat dari campuran serat gelas (fiber glass) dan serat
kimia. Biasanya pita ukur ini dibungkus dengan semacam
lapisan cat, kemudian di atasnya angka-angka atau tanda-
tanda graduasi ditempatkan (Gambar 2.2).
Pengukuran Jarak 17
2) Pita ukur baja
Pita ukur baja (Gambar 2.3) umumnya mempunyai ketelitian
yang lebih tinggi dari pita ukur fiber dan ketahanannyapun
cukup lama. Karenanya pita ukur tipe ini dipergunakan
untuk pengukuran teliti, misalnya peng-ukuran untuk
pelaksanaan konstruksi dan penempatan titik-titik kontrol.
Pita ini terbuat dari baja karbon atau baja anti karat
yang dibungkus dengan cat putih, cat metalik atau cat
berwarna lainnya. Selain untuk meningkatkan ketahanan
terhadap asam dan karat, cat pembungkus tersebut
digunakan untuk menempatkan graduasi serta tanda-tanda
lainnya. Biasanya satuan graduasinya adalah 1 mm.
Pemuaian dan penyusutan pita ukur baja, bukanlah
disebabkan oleh pengaruh kelembaban udara, melainkan
oleh temperatur dan tegangan. Guna memberikan koreksi
terhadap hasil pengukuran, maka selama proses
pengukuran harus diketahui temperatur pita pada
ketegangan tertentu.
dimana :
dl1 = Koreksi panjang (cm)
l = Panjang pada tegangan 10 kg (standar)
W = Tegangan dalam penggunaan
A = Luas penampang pita (cm2)
E = Konstanta elastik (2,1 x 106 kg/cm2)
Apabila dalam penggunaannya temperatur pita berbeda
dengan temperatur standar, maka koreksi dilakukan dengan
persamaan sebagai berikut :
dl2 = (t – t0) l (3)
di mana :
dl2 = Koreksi panjang (cm)
t0 = Temperatur standar
t = Temperatur dalam penggunaan
l = Jarak ukur
= Koefisien perpanjangan linier pita baja
(12 x 10-6/C)
Untuk pengukuran dengan ketelitian yang tinggi, baik
sebelum maupun sesudah proses pengukuran, disarankan
Pengukuran Jarak 19
agar mengkalibrasi konstanta dari skalanya (angka
karakteristiknya).
3) Pita ukur invar
Pita ukur invar (Gambar 2.4) biasanya dipergu-
nakan untuk mengukur garis basis (basic line), di mana
kesalahan relatif yang diizinkan hanya sebesar 1/500.000 -
1/1.000.000, seperti misalnya untuk penempatan titik-titik
jaringan triangulasi tingkat pertama, pengukuran untuk
penetapan perubahan bentuk tubuh sebuah bendungan,
pengukuran dalam pelaksanaan jembatan besar, dan lain-
lain. Kelebihan dari pita ukur invar ini adalah koefisien
perpanjangan liniernya hanya sebesar 1 x 10 -6/C, yang
berarti 1/10 dari pita ukur baja.
Pengukuran Jarak 21
Gambar 2.5 Electronic Distance Meter (Sinaga, 1997 : 86)
Keterangan :
Pengukuran Jarak 23
h. Alat Pengukur Sudut Miring
Untuk mendapat jarak mendatar dari jarak miring yang
diukur diperlukan sudut miring dari lapangan. Sudut miring
ini dapat ditentukan dengan alat pengukur sudut miring.
Banyak macam alat pengukur sudut miring yang dapat dibeli
di pasaran.
1) Alat pengukur sudut miring rangka kayu/besi
Alat pengukur sudut miring ini terdiri dari suatu rangka
yang berbentuk segitiga dari kayu atau dari besi. Pada salah
satu titik sudutnya digantungkan suatu batang dengan
engsel yang dibawahnya diperberat dan diberi bentuk ujung
anak panah. Ujung ini berjalan melalui suatu skala yang
dibuat pada pelat dengan bentuk busur lingkaran. Skala
pada busur lingkaran ini dibuat dengan cara empiris dan
harus menunjuk besarnya sudut miring . Akibat beratnya,
maka batang dengan tanda panahnya, akan selalu terletak
tegak lurus. Bila alas rangka segitiga itu ditempatkan di atas
garis yang mendatar ( - 0), maka anak panah berimpit
dengan garis nol skala, dan dengan menggunakan beberapa
harga yang tertentu, dapatlah dibuat skala pada busur
lingkaran. Titik nol skala terletak di tengah-tengah busur,
sedangkan skala dengan angka-angkanya akan simetris
terhadap titik nol. Alat pengukur sudut miring rangka
kayu/besi dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Pengukuran Jarak 25
skala dengan garis yang ada pada pelat P dapat dibaca
besarnya sudut miring.
B. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak pada keadaan lapangan yang datar
tanpa halangan tidaklah menjadi masalah, namun jika
sebaliknya, yakni permukaan tanah yang akan diukur misalnya
berbukit, ada halangan sungai, danau, dan lain-lain, maka akan
timbul masalah yang harus dipecahkan dengan teknik
pengukuran tertentu. Persoalan ini akan dijelaskan lebih lanjut.
1. Pengukuran Jarak pada Lapangan Miring
a. Cara I
Kayu ukur jarak diletakkan mendatar. Kayu ukur pertama
ujung belakangnya disentuhkan pada titik P, diletakkan
mendatar dengan sebuah perantaraan nivo (waterpas) dan
di ujung mukanya diletakkan tali unting-unting yang akan
menggantung tegak lurus. Pada kaki unting-unting di atas
tanah diimpitkan ujung belakang kayu ukur kedua, sedang
Kayu ukur I
Waterpas (nivo)
P
Kayu Ukur II
Unting-unting
Kayu
ukur I
D
Q
d = L cos
Q
Gambar 2.10 Pengukuran Jarak pada Lapangan Miring Cara II
(Wongsotjitro, 1983 : 47)
Cos =
d = L cos
di mana :
d = Jarak mendatar
28 Ilmu Ukur Tanah
L = Jarak miring (diukur di lapangan)
= Sudut kemiringan permukaan tanah
Untuk menentukan besar sudut digunakan alat pengukur
sudut miring dengan cara sebagai berikut :
Alat pengukur sudut rangka kayu/besi
Alas rangka segitiga dipasang di atas permukaan tanah
yang akan diukur sudut miringnya. Dengan demikian
anak panah yang digunakan pada salah satu titik sudut
akan bergerak/berjalan dan menunjuk angka pada
busur lingkaran; angka yang ditunjuk itu sama dengan
besar sudut miring yang akan dicari.
h
Q
B D B
A C A C
30 Ilmu Ukur Tanah
(a) (b)
Danau
B
B
C
A
A D
(c) (d)
B D B
E
C C
D
A E A
(e) (f)
Gambar 2.13 Pengukuran Jarak dengan Rintangan Danau
(Sosrodarsono, 1983 : 211)
B B
Sungai
D
A D A C
B
E B B
C
E
(a) (b)
C
F A
A D
C
A D
C E
(c) E
(d) (e)
Gambar 2.14 Pengukuran Jarak dengan Rintangan Sungai
EC DC, maka : AB =
Pengukuran Jarak 33
Gambar (d) Apabila ditentukan titik C sehingga AB AC
dan titik D ditentukan pada garis BA agar
Bangunan
C
H F
F
A
G E G E
(a)
A
C
A C
(b) (c)
Gambar 2.15 Pengukuran Jarak dengan Rintangan Bangunan
(Sosrodarsono, 1983 : 212)
Pengukuran Jarak 35
C. Ketelitian Pengukuran Jarak
Berdasarkan Ilmu Hitung Kemungkinan dan
pengalaman dalam jangka waktu yang panjang, maka
kesalahan yang diperbolehkan pada waktu melakukan
pengukuran jarak dengan kayu ukur, pita ukur jarak baja, dan
rantai ukur dapat dinyatakan dengan rumus-rumus sebagai
berikut (Wongsotjitro, 1983 : 52) :
Untuk lapangan yang mudah (datar) :
D s1 s2 s3
(meter) (meter) (meter) (meter)
36 Ilmu Ukur Tanah
20 0,092 0,103 0,114
30 0,103 0,117 0,131
40 0,113 0,129 0,146
50 0,122 0,141 0,160
60 0,130 0,152 0,173
70 0,138 0,162 0,185
80 0,146 0,171 0,197
90 0,153 0,181 0,209
100 0,160 0,190 0,220
150 0,193 0,232 0,272
200 0,223 0,271 0,320
250 0,252 0,308 0,365
300 0,279 0,343 0,408
350 0,305 0,377 0,450
400 0,330 0,410 0,490
450 0,355 0,442 0,530
500 0,379 0,474 0,568
Sumber : Wongsotjitro, 1983 : 53
Dengan rumus untuk s atau daftar di atas dapat
ditentukan ketelitian pengukuran jarak. Bila kesalahan yang
dibuat lebih besar dari pada harga-harga yang ditentukan oleh
rumus, maka pengukuran jarak harus diulangi lagi.
Pengukuran Jarak 37
yang tidak teratur adalah tidak tepatnya mengimpitkan kedua
ujung alat ukur jarak dari kesalahan pada pembacaan titik akhir
alat ukur jarak.
Selanjutnya Sinaga (1997 : 94) mengemukakan beberapa
penyebab kesalahan pengukuran jarak sebagai berikut :
1. Kesalahan Ukur
Sesungguhnya kesalahan ini tidak dapat ditoleransi, sehingga
setiap kesalahan yang tidak dapat dipertang-gung-jawabkan
harus dibuang dari buku ukur serta pengukuran diulangi
kembali. Untuk menghindari kesalahan ini umumnya
dianjurkan melakukan pengukuran dua kali, yaitu dari kedua
titik yang menghubungkan garis lurus dan horizontal tersebut.
2. Kesalahan Konstan
Sebagai akibat dari beberapa faktor yang tidak mungkin
dihindarkan, baik pada peralatan ukur maupun kondisi fisik di
lapangan, maka umumnya hasil pengukuran akan mempunyai
kesalahan yang besarnya konstan. Kesalahan-kesalahan ini
meliputi :
a. Penyimpangan (misalignment) dari Pita Ukur
Apabila pada suatu jalur pengukuran terdapat sebuah
rintangan kecil sehingga pengukuran terpaksa menghindar
dari rintangan tersebut, maka akan terjadi penyimpangan
seperti yang terlukis pada Gambar 2.16.
D
d d
A B
1 2
e e
1 2
Gambar 2.16 Penyimpangan yang Terjadi pada Pita Ukur
= d1 + 2 +2 + ......
b. Standarisasi Peralatan
Sudah dimaklumi bahwa usia, benturan, dan pemakaian
alat yang berkepanjangan akan membawa akibat pada
ketelitian alat itu. Namun dengan teknik peneraan dari
setiap pita ukur yang akan dipakai terhadap pita standar
(yang diakui kebenarannya), dapat menghilangkan
kesalahan tersebut, maka koreksi kalibrasi :
Kk = c du
di mana :
c = Konstanta kalibrasi
du = Jarak yang diukur
Dengan demikian sebelum pita ukur dipakai perlu ditera
(dikalibrasi) lebih dahulu untuk menentukan nilai c dengan
membandingkan pita ukur standar.
c. Suhu Udara
Umumnya pemakaian pita ukur dari bahan logam akan
sangat dipengaruhi oleh suhu udara pada saat pengukuran
berlangsung, sehingga hasil pengukuran perlu dikoreksi
sebagai berikut :
Ks = d c (t – ta)
dimana :
d = Jarak yang diukur
c = Koefisien muai
t = Suhu lapangan
ta = Suhu standar (baku)
d. Tegangan Pita Ukur
Pengukuran Jarak 39
Umumnya pita ukur dibuat dari bahan logam, mempunyai
massa yang cukup besar, dan semakin besar dengan
bertambahnya rentangan pita tersebut. Koreksi yang dapat
diberikan pada hasil pengukuran adalah :
Kt = d (T – Ts)/AE
dimana :
T = Tegangan lapangan
Ts = Tegangan standar (baku)
E = Modulus elastis
A = Luas penampang pita ukur
d = Jarak yang diukur
Usahakan agar panjang rentangan dibuat sekecil mungkin
untuk menghindari regangan yang terjadi dan berakibat
pada penambahan panjang pita yang bersangkutan.
e. Kemiringan Pengukuran (Permukaan Tanah)
B
d ukur h
A
d dikoreksi
Koreksi :
Km = - h2/2 d ukur
Gambar 2.17 Kemiringan Pengukuran
f. Kelengkungan Pita
Kelengkungan pita sering terjadi sebagai akibat dari berat
pita ukur sendiri, secara umum koreksi kelengkungan
adalah :
Kd =
h
y
d ukur
3. Kesalahan Pengukur
Kesalahan ini terjadi disebabkan oleh kelemahan yang
dimiliki pengukur pada penglihatan dan rasa, yaitu pada saat
memberikan tanda pada titik pengukuran dan membaca hasil
pengukurannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan melakukan
pembacaan dengan orang yang berbeda, maka akan didapat
hasil yang berbeda pula.
Kesalahan ini sesungguhnya terdiri atas dua bagian,
yaitu : (1) bagian yang tetap (konstan) dan (2) bagian yang
bervariasi. Bagian yang tetap terjadi akibat dari kebiasaan atau
kecenderungan seseorang melakukan kesalahan yang sama.
Bagian yang bervariasi terjadi sebagai akibat dari gejala emosi
pengukur yang berpengaruh sesaat, yaitu pada pengukuran itu
saja.
Mengingat sumber-sumber kesalahan seperti tersebut di
atas, maka ada baiknya bila pada waktu mengerjakan
pengukuran hal-hal itu mendapat perhatian dan dikerjakan
dengan sebaik-baiknya.
Pengukuran Jarak 43
Satu orang memegang yalon a dan orang lainnya
memegang yalon b. Orang yang kedua menempatkan yalonnya
di titik b1, dan menyuruh orang pertama menempatkan
yalonnya di titik a1, sehingga orang kedua melihat tiga titik b l,
a1, dan P di satu garis lurus.
Buatlah jarak p1, p2, p3, dan p4 sebagai garis tinggi berturut-turut
di titik a, b, c, dan d, maka didapatlah titik-titik a', b', c', dan d'
yang letaknya di garis lurus PQ.
Pengukuran Jarak 45
Berikutnya dibuat sudut-sudut di titik-titik a, b, c, dan d yang
besarnya sama dengan 90.
Cara kedua ini memerlukan hitungan jarak-jarak p1, dan
seterusnya. Bila garis PQ panjang, maka banyak pula hitungan
yang harus dilakukan. Pada cara pertama tidak ada hitungan
yang harus dikerjakan, karena jarak-jarak yang harus dibuat
pada lapangan sama panjangnya dengan jarak p yang
ditentukan.