Dalam pekerjaan surveying, untuk tingkatan yang terbatas, jarak antara dua
buah titik yang elevasinya berbeda harus didapatkan jarak horizontalnya,
baik secara langsung dilapangan atau melalui perhitungan dari jarak miring
yang didapat di lapangan. Jarak dapat diketahui dengan mengukur peta yang
berskala, dengan menggunakan langkah si pengukur, dengan menggunakan
odometer (pengukur jarak yang ada pada kenderaan bermotor), dengan
menggunakan tacheometry (skala optik yang ada pada peralatan surveying,
misal alat sipat datar), dengan menggunakan EDM (Electronic Distance
Measuring) instrumen yang mampu mengukur jarak berdasarkan konsep
kecepatan cahaya atau gelombang electromagnetic, dan juga dengan
menggunakan meteran.
Kesalahan sistematik yang sering terjadi pada saat pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur adalah (1) kesalahan pada skala jarak, (2) pita ukur
tidak dalam posisi horizontal, (3) perbedaan temperatur pada saat melakukan
pengukuran sepanjang garis ukur, (4) tidak sesuai dan seimbangnya gaya
tarik yang diberikan pada kedua ujung pita ukur, (5) adanya lendutan pada
pita ukur pada saat mengukur, dan (6) Adanya perpanjangan akibat titik yang
diukur tidak pada titik yang sebenarnya.
Latihan:
1. Berapa panjang diagonal dari bangku saudara
2. Berapa panjang ruangan kelas saudara
3.1.1. Jalon dan Pen Serta Peralatan Lainnya Untuk Mengukur Jarak
Pada pekerjaan ukur tanah, sebagian besar dari garis yang akan diukur
biasanya sangat panjang dan lebih panjang dari pada panjang pita ukur itu
sendiri. Untuk mengukur jarak secara langsung di lapangan dengan panjang
beberapa ratus meter tersebut, peralatan yang biasanya digunakan adalah
sebuah meteran panjang 30m atau 50m, satu atau dua buah jalon, beberapa
buah pen, sebuah hand-level (water pass) jika lokasinya tidak datar dan 2
buah unting-unting.
Jalon umumnya berdiameter 3/4” atau 1” dan panjangnya 2m. Salah satu
ujungnya runcing agar supaya mudah ditancapkan ke dalam tanah dan dicat
selang-seling dengan warna merah dan putih yang panjangnya 20cm. Jalon
Beberapa pen digunakan untuk menandai posisi terkhir dari jarak yang sudah
diukur sepanjang garis ukur. Biasanya pen terbuat dari besi padat/besi beton
yang berdiameter 10mm dengan panjang berkisar antara 30 sampai 60 cm.
Salah satu ujungnya diruncingkan dan yang lain dibuat bulatan berdiamter
10cm untuk tempat mengikatkan pita, biasanya pita berwarna merah ataupun
kuning, agar garis ukur dapat lebih jelas terlihat diantara rerumputan maupun
belukar.
Jika suatu jarak A-B akan diukur, pertama-tama yang dilakukan adalah
memasang jalon pada masing-masing titik. Si pembantu memegang titik nol
dari pita ukur dan ditepatkan pada as jalon titik A (gambar 3.2). Kemudian
kepala regu menarik pita ukur kearah titik B (gambar 3.3 dan gambar 3.4).
Jika pita ukur sudah kencang, maka kepala regu memegang jalon untuk siap
dipasang. Sementara itu, pembantunya memberikan aba-aba siap ditegakkan
jika jalon tepat pada garis lurus AB. Kemudian pita ukur ditarik kuat dan
sebuah pen ditancapkan ke dalam tanah pada ujung pita ukur. Tahapan di atas
diulang sampai mendekati titik B. Sambil mengikuti, si pembantu bertu-gas
mengumpulkan pen ukur yang kemudian dihitung jumlahnya. Bagian yang
tersisa, yaitu diantara pen terakhir dan titik B diukur panjangnya kemudian
ditambahkan ke jumlah panjang sebelumnya untuk mendapatkan panjang
totalnya.
Jika sebuah jalon akan ditancapkan di tanah yang keras, maka akan
mengalami kesulitan. Untuk itu jalon dapat ditegakkan dengan bantuan kaki
segitiga seperti yang terlihat pada gambar 3.5 dan hasil pengukurannya dapat
dimasukkan ke dalam tabel 3.2 untuk kemudian diambil panjang rata-rata-
nya.
Pengukuran Panjang
Tanggal :
Pengukur :
Meteran # :
Pengukuran Pengukuran Pengukuran
Titik No. Rata-rata
Pertama Kedua Ketiga
1- 2
2-3
9 - 10
Panjang Total
Tabel 3.2. Contoh Tabel Pengukuran Panjang
Salah satu ujung rambu ditempatkan di atas titik tertinggi yaitu titik per-
mukaan pengukuran. Diatas rambu ukur pada tengah-tengahnya ditempatkan
alat waterpass. Jika rambu ukur sudah dalam keadaan mendatar dan
ditempatkan dengan baik, sebuah unting-unting digantungkan pada ujung
lainnya, kemudian dijatuhkan ke atas tanah dan jaraknya diukur serta
kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam tabel 3.3..
Proyek: Tanggal :
Pengukur :
Cuaca :
Pengukuran Bertahap - Catatan Lapangan
Pengukuran Pertama Pengukuran Kedua
Panjang Panjang
Tahap (m) Tahap (m)
karena keadaan cuaca akan mempengaruhinya, atau karena alat itu sendiri
yang salah. Kesalahan-kesalahan dapat dibagi:
a. Kesalahan Besar
Kesalahan ini timbul karena pengukur kurang pengalaman atau karena
kecerobohan dalam melakukan pengkuran. Biasanya, kesalahan-
kesalahan yang sering terjadi adalah:
a. Tidak konsistennya tarikan yang diberikan pada kedua ujung
meteran.
b. Tidak horizontalnya posisi meteran pada saat melakukan pengukuran.
c. Tidak tepatnya posisi plumb bob/unting-unting di atas ke dua titik
yang akan diukur jaraknya.
d. Salah membaca maupun menuliskan angka di buku lapangan.
b. Kesalahan Tetap
Pada kasus ini kesalahan-kesalahan yang timbul akan selalu sama untuk
setiap satu alat, atau untuk setiap keadaan tertentu. Panjang yang
sebenarnya dari sebuah meteran mungkin berbeda dari besaran panjang
yang tertulis karena kesalahan yang terjadi pada saat pembuatannya di
pabrik maupun pada saat diperbaiki.
c. Kesalahan Natural
Jarak horizontal yang didapat dari ke dua ujung meteran bisa berbeda
karena disebabkan oleh pengaruh temperatur, angin, dan berat sendiri
dari meteran tersebut.
L2 s 2 L' 2
L L
2
L2 s 2 L2 2 LL L2
s 2 2 LL L2
s 2
L 2 L L 2 L
2 L L
s 2
L
2L
Contoh 1:
Berapakah besar s jika L = 5,00m dan L = 1 mm
Jawab:
s 2
L
2L
s 2 LL
s 2 x5000 x 1 100mm
s 100mm 10cm
3.4.2. Lendutan
Jika suatu pengukuran dilakukan diantara titik yang tinggi dan tidak ada
usaha untuk menyangga pita ukur, maka akan terjadi lendutan yang biasanya
disebabkan oleh suatu pengukuran yang terlalu panjang.
Pada pengukuran yang teliti pita ukur dibiarkan melendut dan dalam hal ini
kemudian diterapkan perbaikan/penyesuaian (tabel 3.4) kepada hasil
pengukuran tadi. Misal, pada pengukuran bertahap dengan menggunakan
rambu ukur juga dapat terjadi lendutan (gambar 3.8 ).
f 5 cm 10 cm
ℓ ℓ ℓ
(m) (mm) (mm)
5,0 1,3 5,3
10,0 0,7 2,7
15,0 0,4 1,8
20,0 0,3 1,3
30,0 0,2 0,9
Tabel 3.4. Nilai Lendutan Pada Pita Ukur
Penting:
Dalam pengukuran di lapangan dengan pita ukur, tariklah pita ukur kuat-kuat
sehingga terlihat mendatar dan panjang jarak yang akan diukur jangan terlalu
panjang..
Cara inilah yang disebut pengikatan tetap. Setiap titik tetap mempunyai titik
pengikatan sekurang-kurangnya 3 buah. Dua buah untuk penentuan titik ikat
dan yang ke tiga sebagai control (gambar 3.9).
Tempat pengukuran
Ingat dan hafalkan isyarat-isyarat tangan pada gambar 3.10 di bawah ini.
Semuanya harus dilakukan dengan jelas, sehingga tidak diperlukan teriakan-
teriakan dalam memberi perintah