Anda di halaman 1dari 26

PENGUKURAN JARAK DAN TINGGI

( Laporan Pratikum Perpetaan)

OLEH :
Jihan Syafina Nasution
2115051040

Jurusan Teknik Geofisika


Universitas Lampung
2021/2022
Judul Pratikum : Batuan beku
Tanggal Percobaan : 24 Semptember 2021
Tempat Percobaan : Batam
Nama : Jihan Syafina Nasution
NPM : 2115051040
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Geofisika
Kelompok : 1 (Satu)

Batam , 24 Semptember 2021


Mengetahui,
Asisten

Tectona Putra
NPM :
PENGUKURAN JARAK DAN TINGGI
Oleh
Jihan Syafina Nasution

Abstrak

Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi data secara


kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasiinformasi atau data yang
dinyatakan dalam berntuk angka ataupun uraian yang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu informasi haruslah akurat (Umar,1991).
Kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu banyak bergantung pada jenis dan mutu
alat ukur yang digunakan (Hamalik,1989). Pengukuran dapat dilakukan dengan dua
cara; 1) menggunakan alat-alat yang standar, 2) menggunakan alat-alat yang tidak
standar (Hadi,1995).
Besaran jarak merupakan salah satu besaran yang diperlukan dalam pemetaan.Jarak
adalah total panjang lintasan yang ditempuh benda ketika berpindah dari satu posisi
ke posisi lain. Jarak juga termasuk ke dalam besaran skalar dan dapat memiliki
banyak nilai, tergantung pada lintasan yang ditempuh. Satuan internasional untuk
jarak adalah meter.Jarak merupakan besaran yang terletak di bidang horisontal, dan
merupakan panjangan terpendek yang menghubungkan dua titik. Pengukuran jarak
bias dilaksanakan secara langsung menggunakan Lengan,Jari-jari dan Langkah kaki
bisa juga secara tidak langsung menggunakan theodolit dan rambu ukur (disebut cara
optis) atau dengan EDM (disebut cara elektronis). Sementara tinggi adalah
pengukuran secara vertikal dari sebuah objek. Jika pengukuran tidak dilakukan secara
vertikal, pengukuran tersebut disebut diistilahkan dengan "panjang" (atau lebar).
Tinggi, seperti halnya panjang dan lebar, diukur dengan satuan panjang.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...……………………………………………….i
ABSTRAK……………………………………………………………….....ii
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….….1
B. Tujuan Penelitian………………………………………………………..1
BAB II.KAJIAN TEORI
A. Teori Dasar………………………………………………………….…..2
BAB III.METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan….…………………..……………………………….….4
B. Diagram Alir………………………………………………………….…4
BAB IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan………………………………………………………...5
B. Pembahasan………………………………………………………….…..6
BAB V.KESIMPULAN
BAB VI.DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Diagram alir ………………………………………………………….


Gambar 2.Metode stadia………………………………………………………….
Gambar 3.Odometer survey………………………………………………………
Gambar 4.Pengukuran mendatar pada lahan datar……………………………….
Gambar 5.Theodolit……………………………………………………………….
Gambar 6.Lampiran Tugas………………………………………………………..
Gambar 7.Lampiran Tugas………………………………………………………..
Gambar 8.Lampiran Tugas………………………………………………………..
Gambar 9.Lampiran Tugas………………………………………………………..
Gambar 10.Lampiran Tugas………………………………………………………
DAFTAR TABEL

Tabel 1.Hasil Pemgamatan…………………………..……………………...............


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alat ukur jarak merupakan salah satu alat ukur yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan alat ukur
yang mudah digunakan, baik pemakaian maupun pembacaan hasilnya.Akan Tetapi
pada umumnya kita jarang sekali membawa alat ukur, sehingga kita biasanya hanya
memperkirakan jarak atau tinggi obyek tersebut.
Perkiraan jarak atau tinggi dapat kita lakukan dengan memanfaatkan benda-benda
yang kita miliki tentunya apabila kita mengetahui besaran yang kita miliki tersebut.
Peralatan penunjang yang biasa digunakan misalnya :
- Lengan (berapa panjang lengan kita)
- Jari-jari (berapa panjang satu jengkal jari-jari kita)
- Langkah kaki (berapa jarak langkah kaki kita)
Agar kita dapat mengetahui besaran- besaran tersebut maka kita perlu mengukur
berapa panjang sebenarnya bagian tubuh kita tersebut sehingga dapat kita gunakan
untuk memperkirakan jarak ataupun tinggi.
B. Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran secara manual
b. Dapat melakukan taksiran jarak menggunakan langkah kaki
c. Dapat melakukan taksiran sudut
d. Dapat melakukan penaksiran tinggi suatu benda
BAB II
KAJIAN TEORI

Pengukuran suatu bidang memiliki bagian penting, yakni membuat garis lurus. Dapat
dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus di atas
kertas. Dari garis lurus yang harus dibuat, harus diketahui kedua titik ujungnya. Maka
untuk menentukan garis lurus ini, ditentukan titik-titik di lapangan yang letak di garis
lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak,
sehingga garis lurus itu kelihatan dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan dengan
syalon. Tiap-tiap bagian garis lurus yang letak antara dua syalon dianggap sebagai
garis lurus. Pengukuran- pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik di atas
permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara
titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak,
diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak
(Wongsotjitro, 1985).
Pengukuran jarak horizontal dengan pita terdiri atas penetapan panjang yang
diketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali.
Dua jenis masalah yang timbul adalah mengukur jarak antara dua jenis tertentu,
misalnya dua petak di tanah dan memasang sebuah jarak di satu titik awal saja yang
tertentu tempatnya. Pengukuran dengan pita dilaksanakan dalm enam langkah;
meluruskan, memberi tegangan, pengguntingan, penandaan panjang pita, pembacaan
pita, pembacaan jarak dan pencatatan jarak. Penerapan langkah-langkah denngan
pengukuran pita ini dapat dilakukan pada bidang datar dan miring (Brinker, 1986).
Pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada
keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik di atas permukaan bumi
terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik
hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak, diperlukan sudut yang
mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak (Wongsotjitro, 1985).
Dalam pengukuran tanah, pengukuran linear diperoleh dengan:

1. mengukur metode langkah,


2. pengukuran jarak optis,
3. takimetri atau stadia,
4. batang-batang jarak atau substense bar,
5. pengukuran jarak dengan pita, dan
6. pengukuran jarak elektronoik.
Dari metode-metode ini, pengukuran jarak dengan pita dan EDM adalah yang paling
umum dipakai oleh para juru ukur. Metode mengukur metode langkah, pembacaan
odometer, pengukuran jarak optis, takimetri atau stadia dan batang-batang jarak atau
substense bar merupakan suatu teknik yang berguna dalam membuat sketsa catatan
lapangan dan sebagai pengecek dan mengecek pengukuran untuk mencari kesalahan
(Brinker, 1986).
Bila jarak antara dua titik A dan B, dari titik-titik mana harus ditentukan beda
tingginya, menjadi sebegitu besar, sehingga mistar-mistar tidak dapat dilihat dengan
terang dan pembacaan menjadi kurang teliti, ataubila keadaan lapangan sedemikian
rupa, hingga garis bidik tidak memotong mistar-mistar karena jatuh di atas atau di
bawah mistar, maka terpaksalah jarak antara dua titik A dan B itu harus dibagi dalam
jarak-jarak yang lebih kecil, sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah dan
baik.
Jarak-jarak pengukuran diambil antara 30 m sampai 60m yang disesuaikan dengan
keadaan lapangan, tetapi ambillah jarak maksimum yaitu 60 m. untuk menentukan
beda tinggi misalnya antara titik A dan titik B yang jaraknya besar maka cara
pengukuran berjalan sebagai berikut. Ada beberapa cara mencatat pembacaan-
pembacaan dan menghitung pengukuran-pengukuran yang tergantung pada maksud
pengukuran.
Pada semua cara digunakan pencatatan dari hitungan secara tabelis. Semua
pembacaan dan jarak ditulis digaris yang terletak diantara titik-titik yang ditempati
oleh mistar, diamna titik-titik ditulis dalam daftar. Titik-titik alat ukur tidak ditulis
dalam daftar, maka maksud mengukur menyipat datar adalah mencari beda tinggi
antara dua titik. Setelah beda tinggi ditentukan, maka tinggi suatu titik dapat dicari,
beda tinggi di titik-titik lainnya telah diketahui pada awal sebelum pengukuran
(Gayo, 1992).
Dalam fisika dan teknik ,pengukuran merupakan aktivitas yang membandingkan
kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat pengukur adalah alat yang
digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut.Pengukuran juga merupakan
proses pemberian angka- angka atau label kepada unit analisis untuk
merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti
orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita
sering kali melakukan pengukuran.
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah jabatan
menempuh suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian sehari-hari,
jarak dapat berupa estimasi jarak fisik dari dua buah jabatan sesuai kriteria tertentu
(misalnya jarak tempuh selang Jakarta-Bandung). Dalam segi matematika, jarak
haruslah memenuhi kriteria tertentu.Berbeda dengan koordinat jabatan, jarak tidak
mungkin mempunyai nilai negatif. Jarak merupakan besaran skalar. Besaran skalar
adalah besaran yang memiliki nilai tapi tidak memiliki arah. Artinya, nilai besaran ini
tidak ditentukan dari arahnya.
Pada ukur tanah yang umumnya bertujuan untuk pembuatan peta, jarak yang
dimaksud adalah jarak horizontal atau jarak mendatar. Pengertian jarak mendatar dan
jarak miring ini lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 1.
Ada 2 sistem satuan ukuran jarak yang seringkali tersaji pada berbagai alat
ukur, yaitu:
(1) Sistem Metrik, seperti mm, cm, dm, m sampai km
(2) Sistem Inggris, seperti inch, feet, yard, mile.
1 inch = 2,54 cm, 1 feet = 0,305 m, 1 yard = 0,914 m dan 1 mile = 1,609
km = 5280 feet
Meskipun di kita umumya digunakan sistem metrik, tapi pita ukur terutamapita ukur
yang panjang kedua sistem ini dicantumkan secara bersebelahan. Sistem Inggris yang
juga biasa digunakan di kita adalah satuan yard padaukuran bahan kain dan satuan
mile pada speedometer kendaraan tertentu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Alat tulis
2. Meteran
3. Tongkat
4. Penggaris
5. Kalkulator

B. Diagram Alir
Mulai

Menentukan jarak sebenarnya


dengan menggunakan
meteran

Selesai

Gambar 1.Diagram Alir


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
B.Pembahasan
1.Metode metode yang digunakan dalam pengukuran jarak dan tinggi.
A. Metode langkah.
Metode langkah adalah metode yang digunakan dengan melangkahkan kaki sejauh
jarak yang diatur (biasanya 30 m) secara bolak-balik. Metode ini juga tergolong
kasar, yaitu dilakukan dengan menghitung langkah antara titik-titik yang diukur dan
mengetahui standar panjang langkah dari pelaksana.Jarak diperoleh dengan
mengalikan jumlah langkah antara titik yang diukur dengan panjang langkah yang
bersangkutan.
Langkah yang dilakukan dalam metode langkah adalah sebagai berikut:
- Menentukan jarak sebenarnya dengan menggunakan meteran
- Secara berpasangan , berjalan dari titik awal sampai titik akhir
- Hitung berapa langkah yang didapatkan dari titik awal ke akhir
- Catat langkah yang didapatakan
- Ulangi sebanyak 20 kali
- Hitung rata-rata dari langkah yang didapat
- Kemudian jarak sebenarnya dibagi langkah rata-rata
Contoh : Antara titik A dan B ditempuh dengan 120 langkah
Rata-rata panjang langkah = 60 cm
Jarak antara titik A dan B = 120 langkah x 60cm/langkah = 7.200 cm = 72m
B Metode Stadia
Metode stadia adalah pengukuran jarak optis dengan sudut paralaks konstan.
Pengukuran ini dapat dilakukan apabila menggunakan teropong yang memiliki tiga
benang bacaan, yaitu benang atas (BA), benang bawah (BB) dan benang tengah (BT)
dengan posisi teropong dapat mendatar maupun miring.

Gambar 2.Metode stadia


- Ditentukan jarak 10 m menggunakan konvensi langkah dengan rumus : 10/
rata-rata konversi langkah
- Dipasang jalon pada titik tujuan dan diletakkan rambu ukur sebagai skala baca
pengukuran
- Dilakukan pengukuran dengan menggunakan theodolit
- Dihitung jarak theodolit manual dan digital dengan rumus :
- Jarak Theodolit Manual dan Digital : (BA-BB) X 100
- Dicatat hasil pengukuran yang telah dilakukan baik sudut azimuth, jarak, dan
kelerengannya.

C. Pengukuran Jarak Dengan Odometer survey


Metode pengukuran jarak dengan Odometer survey merupakan metode sederhana
hampir mirip dengan metode langkah, yaitu mengukur jarak dengan menghitung
jumlah putaran roda yang kelilingnya diketahui, bila roda tersebut digelindingkan
antara dua titik pengukuran.Jarak dihitung dengan persamaan berikut :
Jarak = Jumlah putaran roda x keliling roda
Contoh : Antara titik A dan B ditempuh dengan 120 putaran
Keliling lingkaran = 60 cm
Jarak antara titik A dan B = 120 putaran x 60cm/putaran = 7.200 cm = 72 m

Gambar 3.Odometer survey

Alat ini sangat praktis untuk mengukur jarak suatu jalur dimana jalurnya berbelok-
belok dan naik turun, seperti halnya jalur jalan dalam rangka pengaspalan atau di
pertanian sendiri pada pengukuran luas lahan bergelombang dan bentuk petakannya
tidak beraturan.
D. Pengukuran Jarak Dengan Meteran
Pengukuran jarak dengan meteran biasa disebut dengan istilah Taping, yaitu
pengukuran jarak menggunakan tape atau pita ukur berupa rol meter atau rantai ukur.
Rol meter merupakan alat yang paling umum digunakan.Cara melakukan pengukuran
dengan meteran ini ditentukan berdasarkan :
- Kondisi lahan, miring atau datar
- Jarak yang dikehendaki, jarak mendatar atau jarak miring

Pada lahan datar.Pengukuran jarak mendatar pada lahan datar relatif lebih mudah
dibanding dengan pada lahan miring. Caranya dapat dilakukan sebagai berikut

Gambar 4.Pengukuran mendatar pada lahan datar

- Pasang atau letakan angka nol meteran ke patok di titik 1


- Tarik atau rentangkan rol meter ke titik 2, selurus dan sedater mungkin
dengan tarikan yang cukup, sehingga meteran tidak melengkung atau meral
memanjang.(Pada lahan atau objek yang diukur datar dan rata pita ukur dapat
ditempelkan pada permukaan objek yang diukur tersebut,tapi bila tidak rata,
maka meteran harus direntangkan dengan jarak tertentu dan sejajar dengan
rata-rata permukaan lahan atau objek yang di ukur tadi)
- Letakan atau impitkan pita meteran ke patok di titik 2
- Baca angka meteran yang tepat dengan patok di titik 2 tersebut.
Pada lahan miring Pengukuran jarak mendatar pada lahan miring tidak sesederhana
seperti pada lahan datar. Ada 3 metode memperoleh jarak mendatar dengan meteran,
yaitu
Metode Koreksi.Metode ini hanya digunakan untuk pemperoleh data secara
kasar.Pada metode ini yang diukur adalah jarak miringnya dan untuk memperoleh
jarak mendatar dilakukan koreksi.
Metode Taping Bertingkat.Metode ini digunakan untuk mengukur jarak yang cukup
jauh,sehingga pengukuran pada jarak tersebut dilakukan pengukuran per segmen dan
pada setiap kali melakukan dilakukan sebagai berikut :
 Sampai mendekati titik akhir pengukuran dilakukan dengan
 jarak yang sama, misalnya 25 m
 Pada setiap ujung meteran digunakan unting-unting

Breaking Taping.Metoda ini caranya hampir sama dengan Taping Bertingkat,bedanya


jarak pad setiap kali pengukuran tidak harus sama.Pada lahan berlereng heterogen
metoda ini lebih cocok digunakan daripada metode Taping Bertingkat .Dari uraian di
atas terlihat bahwa pada pengukuran jarak mendatar dengan meteran pada lahan
miring selain diperlukan patok untuk menendai titik-titik yang diukur, juga
diperlukan unting-unting untuk menepatkan angka meteran dengan patok di titik
pengukurandan bahkan untuk mengont
E.Metode dengan menggunakan alat optis
Metode ini merupakan sistem mengukur suatu jarak dengan menggunakan alat
pengukur berupa theodolit.Cara kerja alat ini adalah dengan mengatur nuvo dan
unting-unting di bawah theodolite. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai
acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi. Theodolite dapat mengecek kondisi dalam arah vertikal, juga untuk
menentukan ketinggian suatu titik.

Gambar 5.Theodolit
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran
Pada saat mengukur dengan menggunakan suatu alat,kita menginginkan suatu hasil
pengukuran yang paling teliti. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran
adalah posisi pada saat pembacaan skala, kemampuan alat, teknis penggunaan alat,
serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi, misalnya suhu dan tekanan udara.
Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala atau menghitung skalaukr juga
bisa menyebabkkan kesalahan hasil pengukuran karena itu sebelum menggunakan
alat ukur kitaharus memiliki pengetahuan teori tentang skala dari alat ukur yang akan
kita gunakan
Sikap pembacaan skala yang paling baik pada saat mengukur adalah tegak lurus.
Sebaliknya, pembacaan dengan sikap mata condong terhadap skala atau jarum
penunjuk akan menimbulkan kesalahan pembacaan. Kesalahan yang dimaksud adalah
hasil pengukuran lebih besar atau lebih kecil dari ukuran sebenarnya. Kesalahan yang
diakibatkan oleh cara pembacaan skala yang tidak tepat dinamakan kesalahan
paralaks.
Kesalahan dalam menggunakan peralatan juga mempengaruhi tingkat
akurasi.Terkadang terjadi kekurangtepatan metode yang digunakan pada saat
memegang ataupun menggunakan alat ukur sperti posisi yang tidak luurs saat
memegang meteran.
Kesalahan dari alat ukur juga bisa mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran karena
itu sebelum menggunakan alat ukur kita harus mengecek terlebih dahuku kebenaran
skala ukurnya untuk menghidari hasil yang salah
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan orang dalam pengukuran, yaitu aspek
ketepatan (akurasi), aspek ketelitian (presisi), aspek kepekaan (sensitivitas),
kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi, dan kesalahan acak (random errors).
 Ketepatan (Akurasi)
Sebagai contoh, ketika kita mengukur lebar sebuah jarak. Agar mendapatkan hasil
pengukuran yang tepat, kita perlu melakukan pengukuran secara berulang-ulang.
Berdasarkan hasil pengukuran itu, kita akan mendapatkan beberapa hasil pembacaan
skala yang berbeda walaupun kecil. Apabila seluruh pengukuran menghasilkan lebih
banyak harga yang sama, sedangkan harga yang lain berselisih sedikit dengan harga
itu, berarti pengukuran anda mempunyai ketepatan yang baik.

 Ketelitian (Presisi)
Ketelitian suatu hasil pengukuran erat hubungannya dengan alat yang kitagunakan.
Ketelitian didefinisikan sebagai persamaan antara hasil pengukuran dan hasil
sebenarnya. Hasil sebenarnya adalah hasil yang dianggap benar sesuai dengan
kenyataan. Jadi, dalam pengukuran, makin dekat hasil kita dengan hasil sebenarnya,
berarti alat ukur yang Anda gunakan mempunyai ketelitian makin baik. Namun, jika
terdapat perbedaan hasil pengukuran dengan hasil sebenarnya, itu disebabkan oleh
faktor alat termasuk kesalahan sistematik.
 Kepekaan (Sensitivitas)
Kepekaan merupakan ukuran kemampuan relatif suatu alat ukur terhadap alat ukur
lain yang sama fungsinya Sebagai contoh, Anda diberi tugas oleh Asisten dosen
untuk mengukur jarak sebuah jalan paping blok. Anda diberi dua buah meteran,
meteran A dan meteran B. Misalnya, berdasarkan meteran A, Anda mendapatkan
hasil 15 meter, sedangkan dengan meteran B, Anda mendapatkan hasil 15,5
meter.Hal itu berarti meteran B mempunyai kepekaan lebih baik dibandingkan
meteran A..
 Kesalahan Matematis
Alat ukur yang digunakan dalam percobaan atau penelitian dapat memberikan hasil
pengukuran yang tidak sebenarnya. Hal itu mungkin terjadi karena kelemahan alat
atau tergesernya pengatur posisi nol alat ukur. Kesalahn yang diakibatkan oleh
tergesernya peneraan atau posisi nol pada alat ukur itu dinamakan kesalahan
sistematis. Oleh sebab itu, sebelum menggunakan alat ukur, Anda harus
menyesuaikan posisi nol terlebih dahulu.
 Kesalahan Acak
Jika Anda mengukur resistansi (hambatan) suatu resistor menggunakan multimeter
yang sudah usang, tentu hasilnya tidak sesuai dengan nilai sebenarnya. Bukankah
Anda tidak menduga hal tersebut sebelumnya? Kesalahan pengukuran seperti itu
termasuk kesalahan acak. Kesalahan acak merupakan kesalahan yang tidak disengaja
dan tidak dapat segera kita ketahui, misalnya
 fluktuasi tegangan listrik (kadang naik turun), juga dapat merusak peralatan
listrik;
 radiasi latar belakang;
 getaran-getaran di sekitar tempat pengukuran;
 gangguan lain yang tidak terduga sebelumnya.
3.Membandingkan setiap metode pengukuran jarak dan tinggi
1.Metode langkah
- Efektifitas metode langkah bisa disebutkan kurang utuk mengukur sebuah
jarak yang lebih dari 30 m.Karena jarak yang sangat panjang atau lebih dari
30 m akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan memakan energi yang
banyak.Sehingga dapat menyebabkan pengukuran mengalami hambatan
-hambatan yang tidak diingankan seperti kurangnya atau tidak maksimalnya
hasil pengukuran yang didapatkan.
- Akurasi merupakan kedekatan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran
dengan nilai yang sebenarnya.Dalam metode langakah dilakukan pengulangan
sebanyak 20 kali agar bisa mendapatkan nilai yang tepat.
- Presisi adalah pengulangan atau sejauh mana hasil tersebut memiliki nilai
yang sama setelah dilakukan pengulangan pengukuran.Dalam metode
langkah presisi yang dilakukan sudah tepat karena metode langakh sendiri
dilakukan secara berulang ulang agar mendapatkan nilai atau hasil
pengukuran yang paling tepat.
- Sensitivitas dalam metode langakah bisa saja terjadi karena langkah kaki
setiap orang memiliki ukuran atau panjang yang berbeda sehingga terkadang
saat melakukan metode langkah didaptkan pula nila yang sedikit berbeda.
2.Metode Stadia
- Efektivitas metode stadia bisa dikatakan sangat baik karena metode ini bisa
memperoleh hasil pengukuran dengan cepat dan efisien.
- Akurasi merupakan kedekatan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran
dengan nilai yang sebenarnya.Dalam metode stadia bisa dipastikan hasil yang
didapatkan sudah akurat karena menggunkan sebuah alat.
- Presisi dalam metode stadia sudah tidak perlu dipastikan karena biasanya nilai
atau hasil pengukuran yang didapat sudah tepat.
3.Metode odometer
- Efektivitas dalam metode odometer akan tepat efektf jika kita ingin
melakukan sebuah pengukuran jarak suatu jalur dimana jalurnya berbelok-
belok dan naik turun, seperti halnya jalur jalan dalam rangka pengaspalan atau
di pertanian sendiri pada pengukuran luas lahan bergelombang dan bentuk
petakannya tidak beraturan karena bisa mendapatkan hasil yang tepat namun
metode ini juka membutuhkan waktu yang banyak karena kita menggerakan
odometer secara manual.
- Tingkat akurasi dalam metode odometer tidak terlalu baik karena metode ini
tidak terlaku teliti namun untuk pengukuran awal dimana tingkat ketelitian
tidak penting kita bisa mengugunakan metode ini.
- Presisi menunjukkan seberapa dekat sebuah perbedaan nilai saat dilakukannya
pengukuran.Dalam metode odometer bisa saja tingkat presisi atau nilai yang
berbeda memiliki selisiih yang jauh karena daerah atau lintasan yang dilalui
odometer sedikit berubah pada saat mengukur di daerah yang berbelok-belok.

4.Metode mengukur jarak dengan meteran.


- Efektivitas dalam metode ini cukup efektif namun apabila pengukuran jarak
dilakuakan dengan metode pemenggalan sehingga pengukuran dilakukan
bersambungan maka perlu dilakukan tahapan penyiapan seperti pelurusan.
- Tingkat akurasi dalam metode ini bisa dikatakan akan kurang baik karena
metode ini terkadang menggunakan pita ukur atau meteran dengan panjang
yang tidak tepat dan juga bisa dari kita sendiri saat membaca angka atau
pengukuran yang tidak dimulai dari 0 dan kesalahan dalam penarikan
meteran.
- Presisi dalam metode ini bisa menunjukan perbedaan nilai yang bisa dekat
maupun jauh tergantung seberapa tepat kita saat melakukan pengulangan
pengukuran untuk mendapatkan nilai presisi.Hal ini bisa dipengaruhi saat
pengulangan pengukuran bisa saja meteran yang digunakan saat pengulangan
mengalami pelendutan dan terkadang terjadi kecenderungan panjang akibat
penarikan meteraan di awal pengukuran pertama yang menyebabkan panjang
meteran tidak selalu memenuhi standar
5.Metode Theodolite
- Efektivitas dalam metode ini cukup efektif karena alat ini bisa mengecek
kondisi dalam arah vertical maupun horizontal.Namun pada pengukuran
tinggi digunakan sudut takhimeteri.Dalam hal ini jika terjadi kesalahan
pengamtan sudut vertical akan sangat berpengaruh terhadap hasil ukuran
tinggi.
- Tingkat akurasi dalam metode ini bisa dikatakan baik namun apabila kita
tidak teliti dalam mengunakan alat akan berpengaruh pada hasil beda
tinggi.dan juga pemahaman tentang menghting sdut atau penggunaan prinsip
trigonometri juga beroenagruh terhadap hasil pengukuran tinggi.
- Presisi dalam pengukuran dengan metode ini mungkin akan menghasilkan
nilai beda yang dekat karena secragaris besar theodolite ini cukup teliti.
5.Prinsip dari setiap metode pengukuran
a) Metode langkah adalah metode yang digunakan dengan melangkahkan kaki
sejauh jarak yang diatur (biasanya 30 m) secara bolak-balik.
b) Metode stadia adalah metode yang digunakan dari lanjutan pola metode
langkah dengan terlebih dahulu mengkonversikan langkah-langkah dengan
menentukan jarak sejauh 10 m.
c) Metode odometer ini juga merupakan salah satu metode sederhana dari lima
(5) metode yang akan dipelajari. Metode odometer menggunakan putaran roda
sebagai pengukur jaraknya.
d) Metode dengan menggunakan pita ukur atau meteran.Metode dengan
menggunakan pita ukur atau meteran ini menerapkan sistem mengukur suatu
jarak dengan menggunakan alat pengukur jarak berupa pita ukur. (Ligfensink,
1937)
e) Metode theodolite Prinsip kerja pengukuran tinggi pada Theodolit
menggunakan prinsip trigonometri dengan pengukuran sudut vertikal, jarak
horizontal. Pada pengukuran tinggi dengan Theodolit, tinggi dihitung dengan
rumus Takhimetri
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari laporan pratikum ini adalah :


1. Pengukuran merupakan aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari
objek dan kejadian dunia-nyata.
2. Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau
kejadian tersebut.
3. Pengukuran juga merupakan proses pemberian angka- angka atau label
kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep.
4. Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah
jabatan menempuh suatu lintasan tertentu.
5. Ada 2 sistem satuan ukuran jarak yang seringkali tersaji pada berbagai alat
ukur, yaitu: Sistem Metrik, seperti mm, cm, dm, m sampai km dan Sistem
Inggris, seperti inch, feet, yard, mile.
6. Metode- metode yang digunakan dalam pengukuran jarak dan tinggi
adalah metode langkah,metode stadia,metode odometer,dan metode
meteran atau pita ukur
7. .Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran adalah posisi pada
saat pembacaan skala, kemampuan alat, teknis penggunaan alat, serta
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi, misalnya suhu dan tekanan
udara.
8. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan orang dalam pengukuran,
yaitu aspek ketepatan (akurasi), aspek ketelitian (presisi), aspek kepekaan
(sensitivitas), kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi, dan
kesalahan acak (random errors).
DAFTAR PUSTAKA

Davis. 1965. Surveying. John Willey & Sons. New York

Soetomo Wongsotjitro. 1992 Ilmu Ukur Tanah. Kanisius, Jogyakarta

Purwanto, B & Azam, M. 2014. Fisika 1 untuk kelas X SMA dan MA


Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam “Kurikulum 2013”.
Solo: PT Wangsa Jatra Lestari

https://muherda.blogspot.com/2012/02/pengukuran-jarak-horizontal.html

noegsumara.wordpress.com/theodolite/metode-pengukuran-jarak/
Lampiran

Gambar 6.Lampiran Tugas


Gambar 7.Lampiran Tugas

Gambar 8.Lampiran Tugas


Gambar 9.Lampiran Tugas

Gambar 10.Lampiran Tugas

Anda mungkin juga menyukai