OLEH :
Jihan Syafina Nasution
2115051040
Tectona Putra
NPM :
PENGUKURAN JARAK DAN TINGGI
Oleh
Jihan Syafina Nasution
Abstrak
LEMBAR PENGESAHAN...……………………………………………….i
ABSTRAK……………………………………………………………….....ii
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….….1
B. Tujuan Penelitian………………………………………………………..1
BAB II.KAJIAN TEORI
A. Teori Dasar………………………………………………………….…..2
BAB III.METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan….…………………..……………………………….….4
B. Diagram Alir………………………………………………………….…4
BAB IV.HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan………………………………………………………...5
B. Pembahasan………………………………………………………….…..6
BAB V.KESIMPULAN
BAB VI.DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Alat ukur jarak merupakan salah satu alat ukur yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan alat ukur
yang mudah digunakan, baik pemakaian maupun pembacaan hasilnya.Akan Tetapi
pada umumnya kita jarang sekali membawa alat ukur, sehingga kita biasanya hanya
memperkirakan jarak atau tinggi obyek tersebut.
Perkiraan jarak atau tinggi dapat kita lakukan dengan memanfaatkan benda-benda
yang kita miliki tentunya apabila kita mengetahui besaran yang kita miliki tersebut.
Peralatan penunjang yang biasa digunakan misalnya :
- Lengan (berapa panjang lengan kita)
- Jari-jari (berapa panjang satu jengkal jari-jari kita)
- Langkah kaki (berapa jarak langkah kaki kita)
Agar kita dapat mengetahui besaran- besaran tersebut maka kita perlu mengukur
berapa panjang sebenarnya bagian tubuh kita tersebut sehingga dapat kita gunakan
untuk memperkirakan jarak ataupun tinggi.
B. Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran secara manual
b. Dapat melakukan taksiran jarak menggunakan langkah kaki
c. Dapat melakukan taksiran sudut
d. Dapat melakukan penaksiran tinggi suatu benda
BAB II
KAJIAN TEORI
Pengukuran suatu bidang memiliki bagian penting, yakni membuat garis lurus. Dapat
dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus di atas
kertas. Dari garis lurus yang harus dibuat, harus diketahui kedua titik ujungnya. Maka
untuk menentukan garis lurus ini, ditentukan titik-titik di lapangan yang letak di garis
lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak,
sehingga garis lurus itu kelihatan dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan dengan
syalon. Tiap-tiap bagian garis lurus yang letak antara dua syalon dianggap sebagai
garis lurus. Pengukuran- pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik di atas
permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara
titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak,
diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak
(Wongsotjitro, 1985).
Pengukuran jarak horizontal dengan pita terdiri atas penetapan panjang yang
diketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali.
Dua jenis masalah yang timbul adalah mengukur jarak antara dua jenis tertentu,
misalnya dua petak di tanah dan memasang sebuah jarak di satu titik awal saja yang
tertentu tempatnya. Pengukuran dengan pita dilaksanakan dalm enam langkah;
meluruskan, memberi tegangan, pengguntingan, penandaan panjang pita, pembacaan
pita, pembacaan jarak dan pencatatan jarak. Penerapan langkah-langkah denngan
pengukuran pita ini dapat dilakukan pada bidang datar dan miring (Brinker, 1986).
Pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada
keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik di atas permukaan bumi
terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik
hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak, diperlukan sudut yang
mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak (Wongsotjitro, 1985).
Dalam pengukuran tanah, pengukuran linear diperoleh dengan:
B. Diagram Alir
Mulai
Selesai
A. Hasil Pengamatan
B.Pembahasan
1.Metode metode yang digunakan dalam pengukuran jarak dan tinggi.
A. Metode langkah.
Metode langkah adalah metode yang digunakan dengan melangkahkan kaki sejauh
jarak yang diatur (biasanya 30 m) secara bolak-balik. Metode ini juga tergolong
kasar, yaitu dilakukan dengan menghitung langkah antara titik-titik yang diukur dan
mengetahui standar panjang langkah dari pelaksana.Jarak diperoleh dengan
mengalikan jumlah langkah antara titik yang diukur dengan panjang langkah yang
bersangkutan.
Langkah yang dilakukan dalam metode langkah adalah sebagai berikut:
- Menentukan jarak sebenarnya dengan menggunakan meteran
- Secara berpasangan , berjalan dari titik awal sampai titik akhir
- Hitung berapa langkah yang didapatkan dari titik awal ke akhir
- Catat langkah yang didapatakan
- Ulangi sebanyak 20 kali
- Hitung rata-rata dari langkah yang didapat
- Kemudian jarak sebenarnya dibagi langkah rata-rata
Contoh : Antara titik A dan B ditempuh dengan 120 langkah
Rata-rata panjang langkah = 60 cm
Jarak antara titik A dan B = 120 langkah x 60cm/langkah = 7.200 cm = 72m
B Metode Stadia
Metode stadia adalah pengukuran jarak optis dengan sudut paralaks konstan.
Pengukuran ini dapat dilakukan apabila menggunakan teropong yang memiliki tiga
benang bacaan, yaitu benang atas (BA), benang bawah (BB) dan benang tengah (BT)
dengan posisi teropong dapat mendatar maupun miring.
Alat ini sangat praktis untuk mengukur jarak suatu jalur dimana jalurnya berbelok-
belok dan naik turun, seperti halnya jalur jalan dalam rangka pengaspalan atau di
pertanian sendiri pada pengukuran luas lahan bergelombang dan bentuk petakannya
tidak beraturan.
D. Pengukuran Jarak Dengan Meteran
Pengukuran jarak dengan meteran biasa disebut dengan istilah Taping, yaitu
pengukuran jarak menggunakan tape atau pita ukur berupa rol meter atau rantai ukur.
Rol meter merupakan alat yang paling umum digunakan.Cara melakukan pengukuran
dengan meteran ini ditentukan berdasarkan :
- Kondisi lahan, miring atau datar
- Jarak yang dikehendaki, jarak mendatar atau jarak miring
Pada lahan datar.Pengukuran jarak mendatar pada lahan datar relatif lebih mudah
dibanding dengan pada lahan miring. Caranya dapat dilakukan sebagai berikut
Gambar 5.Theodolit
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran
Pada saat mengukur dengan menggunakan suatu alat,kita menginginkan suatu hasil
pengukuran yang paling teliti. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran
adalah posisi pada saat pembacaan skala, kemampuan alat, teknis penggunaan alat,
serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi, misalnya suhu dan tekanan udara.
Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala atau menghitung skalaukr juga
bisa menyebabkkan kesalahan hasil pengukuran karena itu sebelum menggunakan
alat ukur kitaharus memiliki pengetahuan teori tentang skala dari alat ukur yang akan
kita gunakan
Sikap pembacaan skala yang paling baik pada saat mengukur adalah tegak lurus.
Sebaliknya, pembacaan dengan sikap mata condong terhadap skala atau jarum
penunjuk akan menimbulkan kesalahan pembacaan. Kesalahan yang dimaksud adalah
hasil pengukuran lebih besar atau lebih kecil dari ukuran sebenarnya. Kesalahan yang
diakibatkan oleh cara pembacaan skala yang tidak tepat dinamakan kesalahan
paralaks.
Kesalahan dalam menggunakan peralatan juga mempengaruhi tingkat
akurasi.Terkadang terjadi kekurangtepatan metode yang digunakan pada saat
memegang ataupun menggunakan alat ukur sperti posisi yang tidak luurs saat
memegang meteran.
Kesalahan dari alat ukur juga bisa mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran karena
itu sebelum menggunakan alat ukur kita harus mengecek terlebih dahuku kebenaran
skala ukurnya untuk menghidari hasil yang salah
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan orang dalam pengukuran, yaitu aspek
ketepatan (akurasi), aspek ketelitian (presisi), aspek kepekaan (sensitivitas),
kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi, dan kesalahan acak (random errors).
Ketepatan (Akurasi)
Sebagai contoh, ketika kita mengukur lebar sebuah jarak. Agar mendapatkan hasil
pengukuran yang tepat, kita perlu melakukan pengukuran secara berulang-ulang.
Berdasarkan hasil pengukuran itu, kita akan mendapatkan beberapa hasil pembacaan
skala yang berbeda walaupun kecil. Apabila seluruh pengukuran menghasilkan lebih
banyak harga yang sama, sedangkan harga yang lain berselisih sedikit dengan harga
itu, berarti pengukuran anda mempunyai ketepatan yang baik.
Ketelitian (Presisi)
Ketelitian suatu hasil pengukuran erat hubungannya dengan alat yang kitagunakan.
Ketelitian didefinisikan sebagai persamaan antara hasil pengukuran dan hasil
sebenarnya. Hasil sebenarnya adalah hasil yang dianggap benar sesuai dengan
kenyataan. Jadi, dalam pengukuran, makin dekat hasil kita dengan hasil sebenarnya,
berarti alat ukur yang Anda gunakan mempunyai ketelitian makin baik. Namun, jika
terdapat perbedaan hasil pengukuran dengan hasil sebenarnya, itu disebabkan oleh
faktor alat termasuk kesalahan sistematik.
Kepekaan (Sensitivitas)
Kepekaan merupakan ukuran kemampuan relatif suatu alat ukur terhadap alat ukur
lain yang sama fungsinya Sebagai contoh, Anda diberi tugas oleh Asisten dosen
untuk mengukur jarak sebuah jalan paping blok. Anda diberi dua buah meteran,
meteran A dan meteran B. Misalnya, berdasarkan meteran A, Anda mendapatkan
hasil 15 meter, sedangkan dengan meteran B, Anda mendapatkan hasil 15,5
meter.Hal itu berarti meteran B mempunyai kepekaan lebih baik dibandingkan
meteran A..
Kesalahan Matematis
Alat ukur yang digunakan dalam percobaan atau penelitian dapat memberikan hasil
pengukuran yang tidak sebenarnya. Hal itu mungkin terjadi karena kelemahan alat
atau tergesernya pengatur posisi nol alat ukur. Kesalahn yang diakibatkan oleh
tergesernya peneraan atau posisi nol pada alat ukur itu dinamakan kesalahan
sistematis. Oleh sebab itu, sebelum menggunakan alat ukur, Anda harus
menyesuaikan posisi nol terlebih dahulu.
Kesalahan Acak
Jika Anda mengukur resistansi (hambatan) suatu resistor menggunakan multimeter
yang sudah usang, tentu hasilnya tidak sesuai dengan nilai sebenarnya. Bukankah
Anda tidak menduga hal tersebut sebelumnya? Kesalahan pengukuran seperti itu
termasuk kesalahan acak. Kesalahan acak merupakan kesalahan yang tidak disengaja
dan tidak dapat segera kita ketahui, misalnya
fluktuasi tegangan listrik (kadang naik turun), juga dapat merusak peralatan
listrik;
radiasi latar belakang;
getaran-getaran di sekitar tempat pengukuran;
gangguan lain yang tidak terduga sebelumnya.
3.Membandingkan setiap metode pengukuran jarak dan tinggi
1.Metode langkah
- Efektifitas metode langkah bisa disebutkan kurang utuk mengukur sebuah
jarak yang lebih dari 30 m.Karena jarak yang sangat panjang atau lebih dari
30 m akan membutuhkan waktu yang sangat lama dan memakan energi yang
banyak.Sehingga dapat menyebabkan pengukuran mengalami hambatan
-hambatan yang tidak diingankan seperti kurangnya atau tidak maksimalnya
hasil pengukuran yang didapatkan.
- Akurasi merupakan kedekatan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran
dengan nilai yang sebenarnya.Dalam metode langakah dilakukan pengulangan
sebanyak 20 kali agar bisa mendapatkan nilai yang tepat.
- Presisi adalah pengulangan atau sejauh mana hasil tersebut memiliki nilai
yang sama setelah dilakukan pengulangan pengukuran.Dalam metode
langkah presisi yang dilakukan sudah tepat karena metode langakh sendiri
dilakukan secara berulang ulang agar mendapatkan nilai atau hasil
pengukuran yang paling tepat.
- Sensitivitas dalam metode langakah bisa saja terjadi karena langkah kaki
setiap orang memiliki ukuran atau panjang yang berbeda sehingga terkadang
saat melakukan metode langkah didaptkan pula nila yang sedikit berbeda.
2.Metode Stadia
- Efektivitas metode stadia bisa dikatakan sangat baik karena metode ini bisa
memperoleh hasil pengukuran dengan cepat dan efisien.
- Akurasi merupakan kedekatan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran
dengan nilai yang sebenarnya.Dalam metode stadia bisa dipastikan hasil yang
didapatkan sudah akurat karena menggunkan sebuah alat.
- Presisi dalam metode stadia sudah tidak perlu dipastikan karena biasanya nilai
atau hasil pengukuran yang didapat sudah tepat.
3.Metode odometer
- Efektivitas dalam metode odometer akan tepat efektf jika kita ingin
melakukan sebuah pengukuran jarak suatu jalur dimana jalurnya berbelok-
belok dan naik turun, seperti halnya jalur jalan dalam rangka pengaspalan atau
di pertanian sendiri pada pengukuran luas lahan bergelombang dan bentuk
petakannya tidak beraturan karena bisa mendapatkan hasil yang tepat namun
metode ini juka membutuhkan waktu yang banyak karena kita menggerakan
odometer secara manual.
- Tingkat akurasi dalam metode odometer tidak terlalu baik karena metode ini
tidak terlaku teliti namun untuk pengukuran awal dimana tingkat ketelitian
tidak penting kita bisa mengugunakan metode ini.
- Presisi menunjukkan seberapa dekat sebuah perbedaan nilai saat dilakukannya
pengukuran.Dalam metode odometer bisa saja tingkat presisi atau nilai yang
berbeda memiliki selisiih yang jauh karena daerah atau lintasan yang dilalui
odometer sedikit berubah pada saat mengukur di daerah yang berbelok-belok.
https://muherda.blogspot.com/2012/02/pengukuran-jarak-horizontal.html
noegsumara.wordpress.com/theodolite/metode-pengukuran-jarak/
Lampiran