Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

POLA PENGALIRAN
MINGGU KE-2
*
Nisa.A.A.,Inggrid.V.,Pernandes.E.Y.,Sembiring.F.E.,Pangestu.F.U.,Harahap.Y.I.
Program Studi Teknik Geologi Institiut Teknologi Sumatera
*corresponding author : alfira.15117043@student.itera.ac.id

1. Pendahuluan
Pola pengaliran adalah bentuk dari suatu aliran yang membentuk suatu pola tertentu.
Pola pengaliran ada banyak macam, salah satunya adalah pola pengaliran dendritik
dan pola pengaliran paralel. Pola pengaliran dendritik adalah Pola pengaliran dengan
bentuk seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai
arah yang tidak beraturan.Umumnya berkembang pada batuan yang resistensinya
seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah
lipatan, daerah metamorf yang kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini,
namun biasanya pola aliran ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.

Pola pengaliran paralel adalah Pola pengaliran yang sejajar arah alirannya. Pola ini
sering dijumpai pada daerah yang lerengnya mempunyai kemiringan yang nyata, dan
berkembang pada batuan yang bertekstur halus dan homogen.

2. Interpretasi
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
a. Pola Pengaliran Dendritik
Pada peta pengaliran 3 yang praktikan analisis pola yang terlihat pada daerah I
dan daerah II adalah pola aliran dendritik. Terlihat dari polanya yang
berbentuk seperti pohon dan bercabang-cabang tidak beraturan.Pada umumnya
pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola
aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh
jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang
tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang
halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan
membentuk tekstur kasar (renggang).

Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh
pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten
cenderung akan lebih mudah di-erosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu
sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan
membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan
sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
b. Pola Pengaliran Paralel
Pada peta pola pengaliran 3, didapatkan pola pengaliran paralel pada daerah
III. Terlihat dari pola alirannya yang sejajar satu sama lain. Pola aliran paralel
terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam.
Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar
yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang
curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis,
dendritik, dan paralel. Pada daerah III, ketinggian lerengnya relatif sama
sehingga pola alirannya paralel.

2.2 Morfometri
Pada peta morfologi pengaliran 3, praktikan menarik garis morfometri
berdasarkan tingkat kerapatan garis kontur. Kemudian menghitung kelerengan
dalam sudut dengan menggunakan rumus :

Tan α = beda tinggi/jarak A-B

Dan kemiringan lereng dalam persen dihitung menggunakan rumus :

S(%) = (Beda tinggi/jarak A ke B) x 100%.

Setelah mengtahui tingkat kelerengan kemudian memberi warna berdasarkan


klasifikasi Van Zuidam, sehingga diperoleh warna-warna seperti pada peta yang
terlampir.
(perhitungan morfometri dan peta morfometri terlampir dalam lampiran)

2.3 Diagram Roset


Diagram roset pada peta pola pengaliran 3 diperoleh dari sudut-sudut yang
didapatkan pada setiap cabang sungai pada peta. Sudut dikelompokan berdasarkan
jenis pola pengalirannya, kemudian diurutkan dari sudut terkecil sampai sudut
terbesar. Setelah itu, menghitung jumlah sudut berdasarkan intervalnya
(perhitungan diagram roset terlampir pada lampiran).
a. Daerah Aliran Sungai I
Pada DAS I pola aliran yang terlihat adalah pola dendritik. Setelah diplot pada
ddiagram roset, arah aliran dominan dari Utara menuju Barat. Terlihat dari
banyaknya diagram yang diarsir pada Utara dan Barat.
b. Daerah Aliran Sungai II
Pada DAS II pola aliran yang terlihat adalah pola dendrit. Setelah diplot pada
diagram roset, arah aliran dominan dari Utara menuju Barat. Karena diagram
tersebut lebih dominan ke arah Utara-Barat
c. Daerah Aliran Sungai III
Pada DAS III pola aliran yang terlihat adalah pola paralel. Dan arah alirannya
dominan menuju arah Utara. Karena pada diagram roset sangat dominan arah
menuju Utara.
3. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan pembahasan yang telah praktikan lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
3.1 Pola pengaliran dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran
dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis
batuannya.
3.2 Pola pengaliran Paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan
lereng yang seragam. Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya
suatu patahan besar yang memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan
kemiringan yang curam.
3.3 Diagram roset dalam pola pengaliran digunakan untuk menentukan arah dominan
aliran sungai terebut.

Anda mungkin juga menyukai