Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

1. UMUM

Sejumlah percobaan fisika dilaboratorium fisika dasar adalah untuk :

- Mengecek kebenaran hukum fisika, misalnya : Hukum Newton, Archimedes,


Bernoulli, Azas Black dan lain sebagainya.

- Mencari tetapan-tetapan fisika secara kuantitatif. Misalnya : Viskositas zat


cair, koefisien muai linier dan lain sebagainya.

Untuk itu diperlukan ketelitian, dan metoda pengamatan pelajaran praktikum


fisika ini diberikan agar para mahasiswa memperoleh :

- Kecakapan yang diperlukan dalam memakai dan mengerti peralatan


laboratorium dan alat ukur di lapangan.

- Lebih menghayati materi yang diberikan dalam perkuliahan dan memahami


hubungan antara teori dan pengamatan.

- Mampu menganalisis, membuat hipotesis ataupun kesimpulan dari data-


data yang diperoleh dari hasil percobaan

- Dapat berkomunikasi secara lisan maupun tulisan.

2. TEORI KESALAHAN

Dalam melakukan percobaan diperlukan teori kesalahan. Dengannya


kita dapat memberi penilaian yang wajar dari hasil percobaan kita. Jelas hasil
percobaan kita tidak dapat diharapkan tepat sama dengan riset (=hasil benar x ),
namun selama :

xo - ∆ x < xo <xo + ∆ x, dengan : x : nilai terbaik, sebagai penganti nilai benar

∆ x : kesalahan pada pengukuran, disebabkan keterbatasan alat, pengamat


waktu dan lain-lain. Maka percobaan kita sungguh-sungguh mempunyai arti
dan dapat dipertanggung jawabkan.

1
Sumber Kesalahan :

Setiap hasil pengukuran selalu dihinggapi suatu kesalahan, ini disebabkan


oleh adanya tiga sumber kesalahan, yaitu :

1. Kesalahan bersistem, seperti :

Kesalahan kalibrasi, zero error, fatigue, paralaks, keadaan fisis yang berbeda

2. Kesalahan acak disebabkan :

Gerak Bron, fluktuansi tegangan listrik, noise, back ground, landasan bergetar.

3. Tingkat sophistication alat ukur modern,

Misalnya : Osiloskop, spectrometer, selater counter dan lain sebagainya.

Kesalahan pada hasil pengukuran

Cara mempekirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada cara


pengukuran yang dilakukan, yaitu :

- Pengukuran tunggal (tak dapat diulang )

- Pengukuran berulang

Dalam suatu percobaan hendaknya dilakukan pengukuran berulang

Pengukuran Tunggal

Sebab-sebab pengukuran tidak berulang :

1. Peristiwanya tidak dapat diulang, contohnya : Pengukuran kecepatan komet,


lamanya gerhana matahari total, dan lain-lain

2. Walaupun diulang, hasilnya tetap sama : hal ini biasanya akibat alat ukur kasar
yang dipakai untuk mengukur yang halus, contoh : mengukur tebal bulu dengan
mistar, dan lain-lain.

Dalam hal demikian hasil pengukuran dilaporkan sebagai : x ± ∆x , dengan

x = hasil pengukurn tunggal

∆ x = ½ kali skala pengukuran terkecil dari alat ukur yang digunakan.

2
Contoh : t = ( 2, 1 ± 0,05 ) cm.

Pengukuran berulang

Pengukuran berulang menghasilkan sample dari populasi x, yaitu : x1 ;


x2 ; x3 ; xn ….xn , untuk menyatakan nilai terbaik sebagai penganti nilai benar xo dari

pengukuran di atas, dipakai nilai rata-rata ( ) sample. =

Sedangkan untuk menyatakan deviasi hasil pengukuran dapat dipakai :

a. deviasi rata-rata

b. Deviasi standar nilai rata-rata sample

Hasil pengukuran dilaporkan sebagai : x ± ∆ x dengan :

∆ x = kesalahan mutlak sedimensi dengan x (makin kecil kesalahan mutlak


makin kecil kesalahan, makin halus hasil pengukurannya)

= kesalahan relatif, tak berdimensi, seringkali ditulis dalam persen

Hasil pengukuran x ± ∆ x , hendaknya ditulis dengan :


1. angka baku
2. menggunakan angka segnifikant atau angka berarti (significant number) dengan
benar.

Pedoman : * ketelitian 1 % memberi hak atas 3 angka berarti

* ketelitian 0,1 % memberi hak atas 4 angka berarti


* Ketelitian 10 % memberi hak atas 2 angka berarti

PerambatanKesalahan :

Banyak besaran fisis yang merupakan fungsi besaran-besaran fisis lainnya.


Misalnya besaran z, fungsi dari x dan y. Untuk mengetahui z, maka besaran x dan y
harus diukur terlebih dahulu. Ketidak pastian masing-masing x dan y akan
merambat pada nilai z. Ketidak pastian z juga bisa ditentukan dengan terlebih
dahulu menguraikan fungsi z = z ( x, y ) menjadi deret Taylor di sekitar x0 dan y0.

3
01. PENGGUNAAN ALAT–ALAT UKUR

A. TUJUAN :
Melatih menggunakan alat-alat ukur dan membaca skala dengan benar dan teliti..

B. ALAT DAN BAHAN


- Jangka sorong - Balok kayu
- Micrometer skrup - Silinder logam
- Mistar biasa - Bola kaca

C. PRINSIP TEORI

1. Jangka Sorong

Keterangan gambar :
X1 = Bagian untuk mengukur tebal / diameter luar suatu pipa atau tabung reaksi
X2 = Bagian untuk mengukur diameter dalam tabung atau lubang.
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang dilengkapi dengan noninus
sehingga tingkat ketelitiannya ada yang sampai 0,02 mm.

1. Mikrometer Skrup

4
Keterangan :
I : landasan penjepit V : pemutar
II : lengkap skrup VI : skrup penggeser
III : skala utama X : bagian untuk mengukur
IV : skala noninus

Mikrometer skrup adalah alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
maksimal 25 mm. Alat ini mempunyai noninus sehingga ketelitiannya dapat
mencapai 0,01 mm. Tanpa noninus, skala utama alat ini adalah 0,5 mm, karena
pada jarak 25 mm skala utama terbagi dalam 50 skala sehingga jarak antara 2 skala
utama terdekat adalah 25/50 mm atau 0,5 mm.

Mikrometer skrup mempunyai noninus dalam bentuk skala putar yang


terdiri atas 50 skala (untuk 1x putaran) yang sama harganya dengan jarak 1 skala
utama.

D. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Ukurlah panjang (P), lebar (L) dan tinggi (T) dari balok kayu dengan
menggunakan mistar kemudian diulangi dengan menggunakan jangka
sorong.

b. Ukurlah diameter (D) dan tinggi (T) silinder logan dengan jangka sorong ,
kemudian diulangi dengan menggunakan micrometer skrup.

c. Ukurlah diameter (D) bola kaca dengan memakai jangka sorong, kemudian
diulangi dengan menggunakan micrometer skrup

d. Ulangi percobaan a, b, dan c sebanyak 3 kali, dan buatlah hasil pengukuran


Saudara dalam bentuk Tabel hasil pengukuran seperti berikut :

5
Tabel Hasil Pengukuran :

Alat Ukur Obyek Hasil pengukuran (3x ulangan) Rata-rata


Mistar biasa Balok kayu P1 = P2 = P3 =
L1 = L2 = L3 =
T1 = T2 = T2 =
Jangka Sorong Balok kayu P1 = P2 = P3 =
L1 = L2 = L3 =
T1 = T2 = T3 =
Jangka Sorong Silinder logam D1 = D2 = D3 =
T1 = T2 = T3 =
Mikrometer skrup Silinder logam D1 = D2 = D3 =
T1 = T2 = T3 =
Jangka Sorong Bola kaca D1 = D2 = D3 =
Mikrometer skrup Bola kaca D1 = D2 = D3 =

E. TUGAS
a. Tampilkan hasil pengukuran anda sampai nilai skala yang ditaksir
b. Buatlah kesimpulan yang didapat dari percobaan ini !

6
02. LINEAR AIR TRACK

A. TUJUAN :

Memahami lebih lanjut hukum–hukum dasar yang berkaitan dengan : Gaya,

kecepatan dan percepatan gerak benda, dan energi mekanik yang dimiliki benda

tersebut.

B. ALAT DAN BAHAN

- Satu unit linear Air Track Experiment terdiri dari :


- Air Track (sebuah rel dari logam tempat kendaraan berjalan tanpa gesekan
dengan tiupan udara)
- Kendaraan Air Track
- Beberapa buah alat penyangga
- Beberapa buah karet gelang dan kertas karton utih.
- Blower
- Pipa (selang) dari plastik tempat saluran udara.
- Digital
- Photodioda serta kabel – kabel penghubung.
- Mistar
- Sumber tegangan 220 volt

C. PRINSIP TEORI

Bila blower dihidupkan, maka udara dari dalam tangki blower akan mengalir ke
AIR TRACK melalui pipa.

Apabila udara telah mengalir, maka kendaraan AIR TRACK yang kita letakkan
secara perlahan–lahan kepermukaannya terangkat dan jika bergerak,
gerakannya lancar tanpa gesekan.

1. Kecepatan kendaraan AIR TRACK diketahui dengan persamaan :

v = ………………..(1)

dimana : s = jarak yang ditempuh, dan t = waktu

7
2. Percepatan kendaraan diperhitungkan dengan persamaan :

a = …………….(2)

Besarnya gaya yang bekerja dapat dihitung dengan rumus :


F = m.a ………………………(3)
Dimana : m = Massa kendaraan AIR TRACK.

3. s = f (t), artinya jarak adalah fungsi dari waktu

4. Energi kinetis diformulakan


Ek = ½ m v2 ……………….(4)

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Siapkan peralatan sebagamana mestinya


2. Hidupkan Blower
3. Bersihkan permukaan AIR TRACK dengan kertas tissue
4. Letakkan kendaraan AIR TRACK secara perlahan – lahan ke atas rel
disebelah ujung kirinya.
5. Ukur jarak tempuh (jarak karton yang ada) diatas kendaraan.
6. Catat waktu (T), akan diperoleh v (ulangi 3x)
7. Untuk memperoleh percepatan :
Catat T1 dan T2 yang terlihat pada digital linier (sekali jalan) dan ulangi 3
kali
8. Ulangi untuk karton yang berbeda (jarak tempuh yan berbeda)
9. Lakukan prosedur 6 dan 7
10. Catat hasil pengamatan dalam bentuk Tabel

E. TUGAS
1. Jelaskan tentang hukum Newton I, II dan III.

2. Hitunglah : kecepatan, percepatan gaya yang bekerja, energi kinetik dan


momentum linier dari hasil data yang kamu peroleh setelah dirata–ratakan.

3. Tulis kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini.

8
03. AYUNAN SEDERHANA

A. TUJUAN :

Menentukan percepatan gravitasi bumi (g) dengan bandul matematis.

A. ALAT DAN BAHAN


- Ayunan matematis
- benang wol
- besi pejal
- Penyangga statis
- Stop watch
- Mistar 100 cm

B. PRINSIP TEORI

Sebuah benda kecil yang berat tergantung pada ujung seutas tali itu panjang
dan ringan (berat benang diabaikan) serta tidak mulur. Seluruh susunan
beragam (sebab gravitasi), dengan sudut kecil. Ini disebut bandul matematis,
dengan periode :

T=2π

Dimana : T = periode (waktu ayunan)

l = panjang benang

g = percepatan gravitasi

C. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pasanglah bandul dengan penumpu

2. Ukur panjang tali dari pusat bola titik gantung lebih kurang ± 90 cm.

3. Simpangan bola lebih kurang 10 0 sampai 15 0 kemudian lepas.

4. Catatlah waktu untuk 15 ayunan dengan menekan stop watch pada saat
bandul dilepas dan lakukan 3x

9
5. Ulangan prosedur nomor 4 untuk panjang tali 80, 70, 60, dan 50 cm.
Lakukan 3x ulangan setiap panjang tali

6. Buatlah dalam satu tabel hasil yang diperoleh.

DATA HASIL PERCOBAAN

Panjang Waktu 15 ayunan Rata-rata Waktu Perioda


Tali ( cm) (detik) 15 Ayunan (detik) (T)

90 t1 = t2 = t3 = t= T =

70 t1 = t2 = t3 = t= T=

60 t1 = t2 = t3 = t= T=

50 t1 = t2 = t3 = t= T=

D. TUGAS

a. Hitunglah percepatan grafitasi untuk setiap panjang tali yang berbeda

b. Apa kesimpulan yang anda dapat dari percobaan ini

10
04. BERAT JENIS

A. TUJUAN :

Menentukan berat jenis benda padat dan benda cair dengan mempergunakan
Hukum Archimedes.

B. ALAT DAN BAHAN

- Neraca teknis (pegas) - Balok kayu


- Gelas piala 500 ml - Air
- Logam besi - Minyak tanah
- Logam tembaga
C. PRINSIP TEORI

1. Benda padat yang dibenamkan kedalam air akan mendapat gaya apung F A
(gaya Archimedes) ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan oleh benda tersebut (volume air yang dipindahkan sama
dengan volume benda) :

FA = air Vbenda g…………………….(1)

Benda–benda padat yang ditimbang dalam air mempunyai berat semu (Ws),
karena arah dari gaya apung (FA) berlawanan dengan gaya berat (W)

Ws = W – FA atau FA = W – Ws ……………(2)

Berat jenis (BJ) suatu zat didefinisikan oleh suatu persamaan :

BJ = = = ……….(3)

Persamaan (3) dapat dipergunakan untuk menentukan berat jenis zat padat
kalau >

2. Bila < diperlukan bantuan pembenam. Jika berat benda


kita sebut W, berat benda didalam air dengan pembenam kita sebut W 1 dan
berat semu dari benda bersama pembenam didalam air kita sebut W2 maka

11
BJ = = ………..(4)

3. Untuk menentukan berat jenis zat cair dipergunakan suatu zat padat yang
mempunyai kerapatan yang lebih besar dari air maupun zat cair
bersangkutan . Kalau berat semu dalam air = W1 dan berat semu dalam zaat
cair W2 dan berat sebenarnya = W,maka :

BJzat cair = =

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbanglah benda padat (Logam besi, logam tembaga) yang akan
ditentukan berat jenis (kerapatan ralatif) di udara.
2. Kemudian timbang benda-benda itu dalam air dengan posisi benda
terbenam, tetapi tidak menyentuh dasar bejana.
3. Untuk kayu (yang tidak tenggelam dalam air) gunakan pembenam.
4. Tentukan berat jenis masing-masing (besi, tembaga dan kayu)

E. HASIL PENGAMATAN

Berat di Berat Berat semu


No Bahan udara (W) dalam (B) (Ws) BJ
1. Kayu ………….. …………… ………….. …………..
2. Besi ………….. ………….. ………….. …………..
3. Tembaga ……….. ………….. ………….. …………..

Dengan prinsip tiori yang ada di atas lakukan percobaan pengukuran BJ Minyak
tanah

12
05. HIDRODINAMIKA

A. TUJUAN :
- Menentukan zat cair yangmengalir
- Menentukan volume / debit zat cair yang mengalir.

B. ALAT DAN BAHAN

- Tabung Bonanza - Gelas piala


- Stopwatch - Jangka sorong
- Mistar - Air

C. PRINSIP TEORI

Hidrodinamika adalah ilmu yang mengkaji tentang zat cair yang bergerak.
Persamaan Bernoulli merumuskan hubungan antara tekanan, kecepatan dan
tinggi tempat suatu arus zat cair yang bergerak. (mengalir) pada satu aliran sbb

P + ½ ρ. v2 +. ρ g.h = Konstan

Jadi : P1 +½ ρ. v2 1 + ρ .g.h1 = P2 + ½ ρ v22 + ρ.g.h2

A1 P0

v1 h

h1 A2 v2 P0

h2 mistar

Pada percobaan seperti gambar persamaan tersebutmenjadi :

½ ρ. v2 1 + ρ .g.h1 = ½ ρ v22 + ρ.g.h2 , karena P1 = P2,yaitu tekanan udara luar (P0)

13
Jika A1 jauh lebih besar dari A2 , maka v2 jauh lebih besar dari v1 , dan jika A1 luas
dapat dianggap v1 ≈ 0 , sehingga : 2 g.h1 = v22 + 2 g.h2

v22 = 2 g.h1 - 2 g.h2

v2 =

Debit air adalah banyaknya air yang mengalir pada suatu pembuluh tertentu
dengan luas penampang A, yang dirumuskan sbb :

Q=v.A

Untuk menentukan jumlah volume air yang keluar dari lubang pembuluh yang
berpenampang A tersebut dalam jangka waktu (t) tertentu, adalah :

V = Q.t

D. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Pada dinding tabung bonanza / botol aqua diberi lubang kecil yang dapat
diukur diameternya
b. Masukkan air ke dalam tabung / botol tersebut, lobang ditutup dengan jari
tangan hingga air tak mengalir keluar pada lobang.
c. Ukurlah tinggi permukaan air dari dasar tabung (h1).
d. Lepaskan jari anda dari lubang tabung tersebut, bersamaan dengan itu
jalankan stopwatch.
e. Catat waktu yang diperlukan sampai zat cair itu berhenti mengalir.
f. Ukur jarak pancar air pertama yang mengalir keluar dengan mistar yang
telah disiapkan didasar tabung
g. Lakukan ulangan sebanyak 3 kali
h. Ulangi percobaan untuk tinggi permukaan air yang berbeda.
i. Catat hasil pengamatan saudara pada suatu Tabel.

14
E. HASIL PENGAMATAN

Tinggi air (h) Diameter Jarak (x) Waktu (t)


(cm) (cm) (cm) (cm)
………………… ………………….. X 1 = …………… t1 = …………….

X 2 = …………… t2 = …………….

X 3 = …………… t3 = …………….

………………… ………………….. X1 = …………… T1 = ……………

X2 = …………… T2 = ……………

X3 = …………… T3 = ……………

F. TUGAS

1. Hitunglah kecepatan air mengalir saat mulai keluar dari tabung.


2. Hitunglah debit air rata-rata dan jumlah (volume) air keluar dari tabung
selama air mengalir keluar
3. Seandainya ada dua lobang yang sama tinggi pada dinding bejana, manakah
menurut anda pancurannya yang lebih jauh ?
4. Apa yang dapat anda simpulkan pada percobaan ini ?

15
06. VISKOMETER STOKES

A. TUJUAN :
Menentukan koefisien vikositas minyak pelumas
B. ALAT DAN BAHAN
- Gelar ukur - Mikrometer Skrup
- Bola Plastik - Olie Ukuran SAE 50
- Olie ukur SAE 30 - Stopwatch
- Mistar - Neraca

C. PRINSIP TEORI

Bila kita jatuhkan benda kecil berbentuk bola ke dalam zat cair yang
diam, dimana massa jenisnya lebih besar dari pada masa jenis zat cair
tersebut, maka benda tersebut akan jatuh secara perlahan-lahan ( tenggelam).
Hal ini disebabkan benda tersebut mendapat gaya geser yang mennentang
arah pergerakkan bola tersebut (ke atas). Besarnya gaya tersebut dapat
diperoleh melalui rumus yang dikemukakan oleh Stokes ( Hukum Stokes)
yaitu :

F = 6. π. .r.v……………………………………………….. (1)
Dimana : F= gaya Stokes v = kecepatan
r = jari-jari = koefisien vikositas
Pada rumus ini terlihat bahwa gaya stokes berbanding lurus dengan
kecepatan benda. Pada kecepatan tertentu terjadi keseimbangan gaya ke atas
(gaya stokes + gaya apung) dengan gaya ke bawah (gaya berat benda),
maka benda bergerak dengan kecepatan tetap ke bawah. Pada keadaan ini
berlaku persamaan :

dimana : 1 = massa jenis bola


=
2 = massa jenis fluida diam
v = kecepatan jatuh bola
g = percepatan gravitasi bumi

16
D. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Siapkan alat dan perlengkapan lseperti berikut :


Gelas ukur A berisi olie SAE 30 dengan massa = …….g, volume =
…………..ml , kemudian tentukan
b. Ukur jari-jari bola dengan micrometer skrup lalu timbang beratnya dengan
neraca untuk menentukan
c. Berikan tanda dan ukur jarak yang akan ditempuh bola pada gelas ukur (d)
d. Jatuhkan bola perlahan-lahan pada gelas ukur A dan catat waktunya dengan
memakai stop watch, untuk jarak (d) yang telah diberi tanda lakukan 3 x
ulangan
e. Ulangi perconaa untuk gelas ukur B yang berisi olie SAE 40
f. Buat hasil pengamatan dalam Tabel data percobaan seperti di bawah.

E. DATA PERCOBAAN

NO. OBYEK Massa Volume Jarak Waktu Massa Jari-Jari


(Oli) (g) (ml) (cm) (detik) Bola (g) Bola
(cm)
1. SAE 30 ……… ……… ……… t1 = ……… ………
t2 = ………. ………
t3 = ………. ………
2. SAE 40 ……… ……… ……… t1 = ……… ………
t2 = ……… ………
t3 = ……… ………

F. TUGAS
1. Apa yag dimaksud dengan koefisien viskositas suatu zat cair ?
2. Hitunglah koefisien viskositas (kekentalan) oli SAE 30 dan SAE 50
3. Apa kesimpulan yang dapat anda peroleh dari percobaan ini ?

17
07. KAPASITAS PANAS DAN PANAS JENIS

A. TUJUAN :

1. Membuktikan azas Black melalui percobaan


2. Mengukur kapasitas panas kalorimeter

B. ALAT DAN BAHAN


- Kalorimeter
- Thermometer 00 - 1000 C
- Neraca Ohaus 2610
- Bejana kaca 1000 ml ( gelas kimia )
- Bejana kaca 200 ml ( gelas kimia )
- Ceret listrik
- Pipet
- Air

C. PRINSIP TEORI

Apabila dua benda yang temperaturnya berbeda dipersatukan, maka benda


yang temperaturnya lebih tinggi akan melepaskan kalor dan benda yang
temperaturnya lebih rendah akan menyerab kalor tersebut. Menurut Black
jumlah kalor yang dilepaskan benda pertama sama dengan jumlah kalor yang
diserab benda kedua.
q dilepas = q diserap Azas Black

Jika kalor sebesar ∆q diberikan pada suatu benda sehingga benda


mengalami perubahan suhu sebesar ∆t, maka besarnya harga ∆q/∆t dikenal
sebagai kapasitas panas ( C ) dan dirumuskan sebagai :

C = ∆q/ ∆t atau ∆q = C. ∆t

Dan besarnya kapistas kalor persatuan masa benda disebut kalor Jenis Zat (c).

c=C/m

Sehingga : ∆q = m. c. ∆t

18
Dimana : ∆q = banyaknya kalor yang diberikan pada benda (joule)
∆t = perubahan suhu
C = kapasitas panas (joul/ 0C)
C = kalor jenis zat (joul / kg 0 C)
m = Massa zat (kg)

B. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan bejana kaca 1000 ml, dan isi air 800 ml, bejana kaca 200 ml,
kalorimeter yang telah memakai termometer, neraca ohaus, lampu spritus,
kaki tiga dan kassa 1 set.
2. Isi bejana kaca 200 ml dengan air ± 100 ml, kemudian dipanaskan.
3. Timbang kalorimeter kosong termasuk perlengkapannya. Catat massanya
(M1)
4. Masukkan air (yang belum dipanaskan) kedalan kalorimeter sehingga berisi
sebahagian, kemudian catat kembali massa kalori meter sekarang (M2)
5. Hitung massa air berada dalam kalori meter (m1 = M2 – M1)
6. Ukur suhu mula–mula pada kalori meter dan catat hasil pengukuran (t1)
7. Panaskan air dalam bejana kaca 200 ml dengan bantuan lampu spritus dan
amati suhu air yang dipanasi (t2)
8. Tepat pada saat mengukur t2, tuangkan air tersebut kedalam kalori meter.
9. Aduk air kedalam kalori meter dengan tangkai pengaduk.
10. Sambil mengaduk amati suhu sampai keadaan suhu menjadi tetap, catat
suhu akhir (ta)
11. Timbang massa kalori meter sekarang, lalu catat hasil pengukuran (M3)
12. Lakukan langkah 1 – 11 sebanyak 3 kali ulangan.

19
C. DATA

No M1 M2 M3 m1 T1 T2 T3 Ket

D. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Apa yang dimaksud dengan kapasitas panas dan panas jenis suatu zat ?
2. Hitunglah kapasitas panas kalorimeter yang anda gunakan, bila kalor jenis
air ( c ) = 1 kal / g 0 C ?
3. Tulis kesimpulan yang anda dapat dari percobaan ini ?

20
08. MUAI PANJANG BENDA PADAT

A. TUJUAN :
Menentukan koefisien muai panjang berapa jenis logam.

B. ALAT DAN BAHAN


- Moechen Broek - penjepit
- Lampu spritus - batang besi
- Mistar - kuningan
- Termometer - batang aluminium
- Serbet - korek api

C. PRINSIP TEORI
Pada umumnya benda yang berwujud padat akan bertambah panjangnya
dengan meningkatnya suhu, seperti batangan besi, aluminium dan sebagainya.
Bila sebatang logam pada suhu t1 mempunyai panjang Lo, maka akibat
dipanaskan suhu menjadi t2 panjangkan akan bertambah menjadi L. Rumus
umum untuk muai panjang dapat dinyatakan sbb :

L = Lo (1 + α .t)

Jika kita ingin mengetahui pertambahan panjang benda padat (logam) akibat
kenaikan suhu dimana koefisien muai panjang (α) dapat diketahui dan
digunakan rumus :

L = Lo α . t

D. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Siapkan alat–alat serta perlengkapan lainnya dalam keadaan bersih dan
kering.
b. Ukur panjang masing–masing logam (Lo) yang ingin dipanaskan dan
letakkan pada alat moeschen broek.
c. Cata berapa suhu kamar ataupun logam tersebur sebagai suhu awal (t1).
d. Nyalakan lampu spritus, dimana pada masing–masing logam telah
ditempelkan termometer untuk mengontrol suhu sebagai pertambahan
panjang (L) logam.
e. Amati skala pada alat di saat telah menunjukkan 400, 500, dan 600 C (t2)

21
f. Ulangi prosedur a sampai e sebanyak 3x
g. Buatlah hasil pengamatan pada Tabel.

E. DATA PENGAMATAN

No OBYEK Lo T1 (0 C) T2 (0 C) PEMBACAAN
(cm) SKALA I (10-3 mm)
1 ALUMINIUM

2 KUNINGAN

3 BESI

E. TUGAS
a. Hitunglah koefisien muai panjang masing-masing logam berdasarkan rumus
yang ada ?
b. Bandingkan hasil yang anda peroleh dengan muai panjang yang ada pada
literatur ?
c. Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan ini?

22
09. PRISMA GELAS

A. TUJUAN :

- Mempelajari pembiasan berkas cahaya pada prisma.


- Menentukan sudut deviasi pada prisma

B. ALAT DAN BAHAN

- Prisma gelas - Mistar 30 cm


- Kertas HVS atau kertas gambar - Paku payung
- Busur derajat - Triplek 25 x 35 cm
- Jarum pentul 4 buah

C. PRINSIP TEORI

Prisma adalah benda bening yang dibatasi oleh bidang datar yang
membentuk sudut–sudut satu sama lainnya.

Gambar a menunjukkan penampang melintang prisma.

N N

Sinar dating Sinar keluar


K

A B

Gambar (a) Pandangan pada bidang atas prisma kaca segitiga.

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Letakkan kertas HVS diatas triplek, klem dengan paku payung agar kertas
tidak bergeser.

23
2. Letakkan prisma gelas diatas HVS, kemudian dengan pensil yang runcing
gambarlah bentuk prisma.
3. Ambil kembali prisma, pada gambar prisma tadi buat garis normal pada
salah satu titik di sisi AC (lihat gambar a)
4. Atur sinar datang (dengan memakai busur) sehingga membentuk sudut
datang (d), 400 dengan garis normal.
5. Pasangkan kembali prisma, tancapkan jarum pentul P1 dan P2 di depan sisi
AC
6. Lihat jarum dari sisi BC, kemudian tancapkan jarum pentul P3 dan P4
dimana kedua jarum kelihatan berada dalam satu garus lurus dengan
bayangan P1 dan P2. yang kelihatan.
7. Ambil kembali prisma dan tarik garis melalui P 3 dan P4 dihasilkan berkas
sinar keluar, sinar datang dan sinar keluar keduanya berpotongan dan
membentuk sudut deviasi (D).
8. Tarik garis normal melalui titik K (titik potong sinar keluar dengan sisi
BC).
9. Ukurlah sudut deviasi dan sudut keluar dengan busur.
10. Ulangi 1 sampai dengan 9 untuk sudut datang 450 , 500 , dan 600

E. TUGAS

1. Laporkan hasil pengamatan saudara ? (dalam bentuk gambar dan


keterangan).

2. Tulis kesimpulan yang anda peroleh !

24
10. KUAT ARUS DALAM RANGKAIAN BERCABANG

A. TUJUAN :

Menentukan kuat arus listrik dalam rangkaian bercabang.

B. ALAT DAN BAHAN

- 4 (empat) buah hambatan

- 1 (satu) buah amperemeter

- batu baterai/aki

- kawat nikelin/kabel

B. PROSEDUR PERCOBAAN

A E C F

D
A
S - +

Percobaan A

1. Pasang alat seperti gambar diatas


2. Tutup / sambung kawat nikelin
3. Catat arus pada Ampe A
4. Pindahkan amper ke titik B dan F serta catat kuat arus pada titik E dan F (I E
dan IF )
Percobaan B
1. Pindahkan Amperemeter ketitik B, catat kuat arusnya (1)
2. Pindahkan Amperemeter ketitik C, catat kuat arusnya (1)
3. Pindahkan Amperemeter ketitik D, catat kuat arusnya (1)

25
Percobaan C

1. Ulangi percobaan A dan B dengan memakai 2,3,4 dan 5 bateray

2. Selidiki antara A dan B

C. HASIL PENGAMATAN

Jumlah
No. Ia Ib IC ID IE IF
baterey

1. 1 buah (1,5 v) ……… ……… ……… ……… ……… ………

2. 2 buah (3,0 v) ……… ……… ……… ……… ……… ………

3. 3 buah (4,5 v) ……… ……… ……… ……… ……… ………

4. 4 buah (6,0 v) ……… ……… ……… ……… ……… ………

5. 5 buah (7,5 v) ……… ……… ……… ……… ……… ………

D. TUGAS

1. Buktikan kebenaran hukum Kirchof dari data yang anda amati ?

2. Apa kesimpulan yang anda dapat dari data yang anda amati ?

26

Anda mungkin juga menyukai