Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KERJA PRAKTIKUM

EKSPERIMEN 1
PENGUKURAN

Disusun oleh Kelompok 2 :


1. Rima Wijianti 2120303043
2. Asih Ariyanti 2120303049
3. Dhea Eka Puji Lestari 2120303059
4. Laura Ardiani Rohmah Cahyani 2120303085
5. Fadillah Fahriansyah 2140303099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
TAHUN 2022/2023
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengukur besaran menggunakan alat ukur dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu menentukan hasil pengukuran dengan tepat.
B. Landasan Teori
1. Pengukuran
a. Pengukuran Panjang
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan objek yang akan
diukur menggunkan alat ukur yang sesuai dengan objek yang akan
diukur. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur panjang yaitu :
a) Mikrometer skrup
Mikrometer Skrup adalah alat ukur yang dapat mengukur benda
mencapai ketelitian 0,01 mm (Pratiwi et al., 2018). Ketelitian
micrometer skrup lebih baik dibandingkan pengaris dan jangka
sorong. Contoh cara pembacaannya yaitu :

Skala utama = 3,5 mm


Skala Nominus = (12×0,01) = 0,12
Hasil Pembacaan alat = skala utama + skala nonius
= 3,5 + 0,12
= 3,62 mm
b) Penggaris atau mistar
Penggaris atau mistar pembacaannya kurang teliti dibandingkan
dengan micrometer skrup dan jangka sorong. Skala terkecil
penggaris atau mistar yaitu 1mm dan ketelitiannya 0,5 mm atau
0,05 cm. Contoh cara pengukurannya yaitu :

Hasil pengukurannya = 3,1 - 0,3 = 2,8 cm


Penulisan hasil ukur = (2,8 ± 0,05) cm
c) Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang memiliki tingkat ketelitan
0,1mm atau 0,01 cm (Pratiwi et al., 2018). Pada jangka sorong
ada 2 bagian yaitu skala utama dan skala vernier/nonius.
Ketelitian jangka sorong lebih baik dibandingkan dengan
penggaris. Contah cara pembacaannya :
Berdasarkan gambar di atas:
Skala utama = 0,3 m
Skala nonius = 3 × 0,01 = 0,03 cm
Hasil pembacaan alat = skala utama + skala nonius
= 0,3 + 0,03
= 0,33 cm
b. Pengukuran Volume
Volume atau kapasitas merupakan suatu penghitungan
mengenai ruang yang mampu ditempati dalam suatu objek, baik
beraturan maupun tidak beraturan. Dapat juga dikatakan bahwa semua
bangun ruang mempunyai isi, yaitu yang disebut dengan volume.
Volume pada suatu bangun ruang akan tergantung dari bentuk alasnya.
Berikut merupakan beberapa bentuk bangun ruang mengenai
volumenya secara matematis dapat ditulis :
1) Volume Prisma Segi Lima,
V = La × t
2) Volume Kerucut,
1
V = × La × t
3
3) Volume Bola
4
V = πr ²
3
4) Volume Kubus
V = d3
= (2r)3
= 8r3
5) Volume Tabung
V = πr ²× d

Keterangan : V = Volume
La = Luas alas
t = Tinggi
d = Diameter
r = Jari-jari
c. Pengukuran Massa Jenis
Massa jenis atau densitas adalah pengukuran massa setiap
satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Sebuah benda memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan
memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama
yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan S1
massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m). Massa jenis
berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan suatu zat berapapun massanya, berapapun volumenya
akan memiliki massa jenis yang sama (Soedojo, 1999).
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm’ atau sama dengan 1000
kg/m’ Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai
untuk menghitung, maka massa jenis air dipakai perbandingan untuk
rumus ke-2 menghitung massa jenis, atau yang dinamakan ‘Massa
Jenis Relatif’ (Anonim², 1998), Hubungan antara berat dan massa
suatu benda adalah massa ialah ukuran inersia suatu benda, sedangkan
berat ialah gaya berat atau gaya gravitasi suatu benda.Massa dan berat
merupakan besaran yang berbeda, tetapi mempunyai hubungan yang
erat (Soedojo. 1999). Massa jenis benda padat beraturan adalah Setiap
pengukuran besaran fisis umumnya selalu menemui batas ketelitian
dan kesalahan pengukuran (salah baca, parallax, dsb). Setiap alat ukur
mempunyai batas ketelitian dan batas maksimum kemampuan
mengukur (batas ukur).
2. Alat Ukur
Penggaris atau mistar adalah sebuah alat pengukur dan alat
bantu gambar untuk menggambar garis lurus. Penggaris dapat terbuat
dari panjang, logam, berbentuk pita dan sebagainya. Juga terdapat
penggaris yang dapat dilipat.
Meter Ukur adalah alat ukur yang sangat penting dipergunakan
dalam bangunan. Setiap pekerjaan akan sering berhubungan dengan
alat ini karena semua pekerjaan pasti berhubungan dengan ukuran. Alat
akur dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan ukuran, bahan alat
ukur ada yang terbuat dari kayu, kain, panjang dan juga dari plat
besi.Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut
juga sebagai Roll Meter ialah alat ukur panjang yang bisa digulung,
dengan panjang 25-50 meter. Meteran ini sering digunakan oleh tukang
bangunan atau pengukur lebar jalan. Ketelitian pengukuran dengan
rollmeter hingga 0,5 mm. Roll Meter ini pada umumnya dibuat dari
bahan panjang atau plat besi tipis. Satuan yang dipakai dalam Roll
Meter yaitu mm atau cm, feet tau inch. Pita ukur atau Roll Meter
tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter, 30 meter sampai 50
meter.
Timbangan atau neraca adalah alat yang dipakai dalam
melakukan pengukuran massa suatu benda. Ketelitian pengukuran
massa pada timbangan sangat beragam dan disesuaikan dengan
kegunaannya masing-masing. Timbangan untuk keperluan
perdagangan memiliki tingkat ketelitian yang rendah sedangkan neraca
untuk percobaan di laboratorium memiliki tingkat ketelitian yang
tinggi.
Gelas ukur merupakan salah satu peralatan gelas di
laboratorium kimia. Gelas ukur ini berfungsi untuk mengukur volume
larutan yang akan digunakan.
3. Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian pengukuran yaitu suatu parameter yang menetapkan
rentang nilai yang di dalamnya diperkirakan nilai benar yang diukur benda.
Dalam sebuah pengukuran pasti terdapat nilai ketidakpastian. Penyebab
ketidakpastian, yaitu Nilai Skala Terkecil (NST), Kesalahan kalibrasi,
kesalahan pegas, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan
lingkungan yang mempengaruhi hasil pengukuran. Ketidakpastian dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu ketidakpastian pengukuran tunggal dan ketidakpastian
pengukuran berulang.
1) Ketidakpastian pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal yaitu pengukuran yang kita lakukan sebanyak satu
kali. Nilai ketidakastian pada sebuah pengukuran tunggal di hitung dari
skala terkecil alat ukur yang dipakai. Nilai ketidakpastian pada pengukuran
tunggal adalah setengah dari skala terkecil pada alat ukur. Ketidakpastian
pengukuran tunggal secara matematis, dapat ditulis :
1
∆ x= × nst
2
Keterangan :
∆ x = Nilai ketidakpastian
nst = Nilai Skala Terkecil
2) Ketidakpastian Berulang
Pengukuran berulang yaitu pengurkuran yang dilakukan secara
berulang-ulang. Dalam pengukuran berulang, pengganti nilai benar adalah
nilai rata-rata dari hasil pengukuran. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut :
x 1+ x 2 + x 3+ ... x n ∑ x i
x= =
N N

Δx =
1
N √ N ∑ x i ²−(∑ x i ) ²
N −1

Keterangan :
x = hasil pengukuran yang mendekati nilai benar
Δx =ketidakpastian pengukuran
N = banyaknya pengukuran yang dilakukan

Ketidakpastian menunjukkan seberapa dekat hasil pengukuran


mendekati nilai sebenarnya. Semakin kecil nilainya maka semakin dekat hasil
pengukuran dengan nilai sebenarnya. Pada pengukuran tunggal ketidak
pastian ΔxΔx disebut ketidakpastian mutlak.
Pada pengukuran berulang dikenal istilah ketidak pastian relatif, yaitu
perbandingan ketidakpastian pengukuran berulang dengan nilai rata-rata
pengukuran.
Δx
ketidakpastian relatif = × 100%
x
Nilai ketidakpastian relatif menentukan banyaknya angka yang boleh
disertakan pada laporan hasil pengukuran. Aturan banyaknya angka yang
dapat dilaporkan dalam pengukuran berulang adalah sebagai berikut :
 relatif 10 % berhak atas dua angka
 relatif 1%berhak atas tiga angka
 relatif 0,1% berhak atas empat angka

C. Alat dan Bahan


1. Mistar
2. Timbangan / Neraca
3. Keramik
4. Buku
5. Toples Sosis Kimbo
6. Air
7. 2 buah batu
8. Gelas ukur
D. Cara Kerja
1. Pengukuran Panjang
a. Ukurlah panjang keramik dengan menggunakan mistar
b. Lakukan pengamatan hasil pengukuran oleh 3 orang pengamat yang
berbeda
c. Masukkan hasil pengukuran ke dalam tabel pengamatan
d. Lakukan langkah a-d pada keramik dengan menggunakan jengkal
tangan
e. Tuliskan data pengukuran pada tabel pengamatan
2. Pengukuran Volume
a. Ukurlah volume toples sosis kimbo menggunakan alat ukur panjang
(Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali)
b. Ukurlah volume batu 1 menggunakan gelas ukur (lakukan pengukuran
sebanyak 1 kali)
c. Ukurlah volume batu 2 menggunakan gelas ukur (lakukan pengukuran
sebanyak 3 kali)
d. Tuliskan data pengukuran pada tabel pengamatan
e. Tuliskan hasil pengukuran volume
3. Pengukuran Massa Jenis
a. Ukurlah massa buku sebanyak 3 kali
b. Ukurlah volume buku sebanyak 3 kali
c. Tuliskan data pengukuran pada tabel pengamatan
d. Tuliskan hasil pengukuran massa jenis
e. Lakukan percobaan a-d dengan 3 kali pengukuran
E. Data Pengamatan
1. Pengukuran Panjang

No Panjang keramik Xi2 Panjang


(cm) keramik
(Jengkal)
1 39,5 cm 1560,25 cm 2 jengkal
2 39,8 cm 1584,04 cm 2,1 jengkal
3 40 cm 1600 cm 2,2 jengkal
¿ cm N ∑ x i ²=¿ ¿14232
,87 cm

2. Pengukuran volume
No Diameter Tinggi Volume Volum Volume
toples toples toples sosis e batu batu 2
sosis sosis kimbo 1
kimbo kimbo (cm3)
(cm) (cm)
1 9,3 cm 15,2 cm 1031,9cm3 15 ml 25 ml
2 9,5 cm 15,3 cm 1080,9 cm3 20 ml
3 9,4 cm 15,2 1054,3 cm3 18 ml

3. Pengukuran Massa Jenis


No Volume buku Massa buku
(cm3) (gram)

1 1.327,2 cm3 920 gram


2 1318,8 cm3 920 gram
3 1.335,6 cm3 930 gram

F. ANALISIS DATA
1. Ketidakpastian pengukuran Panjang :

x 1+ x 2 + x 3+ … xn ∑ x i 119,3
x= = = =39,76 cm
N N 3

Δx=
1
N √ N −1 3√
N ∑ x i ²−(∑ x i )² 1 14.232,87−14.232,49
=
3−1
=0,145 cm
Δx
ketidakpastian relative = × 100%
x

0,145
= ×100 %
39,7

= 0,365 %

Karena ketidakpastian relative dekat dengan 0,1 % maka pelaporan hasil


pengukuran hanya berhak dengan 4 angka. Jadi penulisan hasil pengukurannya adalah
x = 39,76 ± 0,145 cm

2. pengukuran volume
Volume toples 1 = π × r ² ×t
= 3,14× 4,65 ×15,2
= 1031,9 cm3
Volume toples 2 = π × r ² ×t
= 3,14× 4,75 ×15,3
= 1080,9 cm3
Volume toples 3 = π × r ² ×t
= 3,14× 4,7 ×15,2
= 1054,3 cm3
Volume batu 1 = V.akhir air – V. awal air
= 115 ml -100 ml
= 15 ml
1. Volume batu 2 = V. akhir air -V. awal air
= 125 ml – 100 ml
= 25 ml
2. Volume batu 2 = V. akhir air -V. awal air
= 118 ml – 100 ml
= 18 ml
3. Volume batu 2 = V. akhir air -V. awal air
= 120 ml -100 ml
= 20 ml
3. Pengukuran massa jenis
massa 920
1. ρ= = =0,693 gram/ml
Volume 1327,2
massa 920
2. ρ= = =0,697 gram/ml
Volume 1318,8
massa 930
3. ρ= = =0,696 gram/ ml
Volume 1.335,6

G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai pengukuran. Praktikum
dilakukan dengan pengukuran menggunakan penggaris, timbangan/neraca, serta gelas
ukur. Percobaan pertama dilakukan pengukuran Panjang keramik menggunakan
penggaris dan jengkal tangan. Percobaan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
secara berulang-ulang. Dari percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang
menggunakan penggaris didapatkan ketidakpastian relative sebesar = 0,365 %
sehingga hasil dari ketidakpastian pengukuran tersebut yaitu 39,76 ± 0,145 cm.
Pada percobaan kedua dilakukan pengukuran volume toples sosis kimbo
dengan menggunkan penggaris sehingga didapatkan diameter dan tinggi toples.
Kemudian dengan diameter dan tinggi tersebut yang sudah diketahui dapat digunakan
untuk menghitung volume toples tersebut dengan rumus volume π × r ² ×t . Pada
percobaan kedua ini juga dilakukan pengukuran volume batu. Yaitu dengan
menuangkan air kedalam gelas ukur dengan volume air tertentu, kemudian catat
volume awal air tersebut. Setelah itu masukkan batu dengan massa tertentu kedalam
gelas ukur dan dihasilkan volume akhir air. Untuk menghitung volume batu yaitu
dengan mengurangkan volume akhir air dengan volume awal air.
Pada percobaan ketiga dilakukan pengukuran massa jenis buku. Dalam
pengukuran tersebut dilakukan dengan menggunakan neraca/timbangan dan
penggaris. Neraca digunakan untuk mengetahui sebuah massa benda (buku) dan
penggaris digunakan untuk mengetahui Panjang, lebar dan tinggi buku untuk
menghitung volume buku. Setelah massa dan volume diketahui maka dapat dihitung
massa jenisnya dengan membagikan massa dengan volume.

H. Kesimpulan
1. Dalam kegiatan pengukuran terdapat angka atau nilai ketidakpastian dari hasil
pengukuran dengan dasar ketidakpastian setengah dari nilai skala terkecil (NST)
alat ukurnya.
2. Dalam melakukan pengukuran, alat ukur yang digunakan sangat berpengaruh
dengan hasil perhitungannya.
3. Dalam kegiatan pengukuran, semakin kecil skala alat ukur yang digunakan maka
semakin akurat nilai yang didapatkan dan semakin kecil angka ketidakpastiannya.
Sebaliknya, semakin besar skala alat ukur yang digunakan maka ketelitian atau
keakuratan dari alat ukur tersebut semakin kecil dan nilai ketidakpastiannya pun
semakin besar.
4. Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar dan teliti.

Anda mungkin juga menyukai