Anda di halaman 1dari 34

PETUNJUK PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
FTP 101

Oleh

Dr. Ir. Yohanes Setiyo, MP

Ni Luh Yulianti, S.TP., M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA BALI

2011
KATA PENGANTAR

Buku ini disusun untuk menunjang kelancaran perkuliahan Kekuatan Bahan bagi semua
mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Materi buku ini diambil dari beberapa buku Sterngth of Material dan buku tentang Kekuatan
Bahan. Bahan telah disesuaikan dengan materi penulisan.

Selain bahan praktikum di dalam buku ini dicantumkan pula teori serta contoh soal berikut
pengerjaan nya. Hal ini berguna untuk menunjang kelancaran studi bagi mahasiswa yang
menempuh mata kuliah ini. Buku ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya dapat menyempurnakan buku ini akan kami terima dengan senang hati.

Bukit Jimbaran, Januari 2011

Ttd.

Penyusun
Acara I

Pengukuran
1.1 Tujuan Praktikum :

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar
atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat
ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

No Objek Alat Ukur Gambar Alat Ukur


1 Diameter dalam/luar, Venier Kaliper
kedalaman

Mikrometer

Penggaris/meteran

2 Massa benda Timbangan


Timbangan Analitik

3 Suhu benda THermometer

4 Kelembaban udara Higrometer

5 Kecepatan angin anemometer


Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut :
 Mikrometer Luar, digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok
dan batang-batang.
 Mikrometer dalam, digunakan untuk menguukur garis tengah dari lubang suatu benda
 Mikrometer kedalaman , digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah
dan slot-slot.
Mikrometer sekrup umumnya digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal
kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur
diameter benda kecil, dengan ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,0001 cm. Mikrometer sekrup
punya 2 yaitu skala utama dan skala nonius.
Skala Nonius ditunjukkan oleh selubung luarnya. Bila selubung berputar satu kali, maju atau
mundur akan memiliki nilai 0,5 mm. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian yang sama
besar, sehingga tiap bagian skala pada selubung yang tergeser sama dengan : 1/50 x 0.50 mm =
0,01 mm atau 0,001 cm. oleh karena itu batas ketelitian mikrosekrup adalah 0,001cm

Cara penggunaan mikrometer skrup


1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka
2. Buka rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga benda dapat masuk ke
rahang.
3. Letakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat.
4. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi ‘klik’.

Misalkan
terdapat sebuah objek yang diukur, angka pada skala utama menunjukkan 4 mm, sedangkan
sedangkan skala noniusnya berimpit pada angka 30. maka hasil pengukuranya adalah:
4 mm +( 30 x nst (0.01) mm) = 4,30 mm sedangkan untuk menentukan ketidakpastian atau
ketelitianya, kita menggunakan rumus:

 Pengukuran tunggal,

hasil = X ± dX = 4,30 ± 0,005


X = 4,30, dX = (1/2) x nst = (1/2) x 0,01 = 0,005

arti fisis dari hasil pengukuran tersebut adalah, panjang suatu benda dapat berkisar antara
4,305 dan 4,295

 Pengukuran ganda/berulang

1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran, misal x1, x2,…..xn


2. Cari nilai rata, yaitu xrata-rata= x1+x2+…..xn/n
3. Tentukan xmax dan xmin dari kumpulan data, dan ketidak pastian dapat ditulis
dx=(xmax-xmin)/2
4. Tuliskan hasilnya sebagai: x=xrata-rata±dx

Skala Nonius
Vernier Calliper
The meter scale enables us to measure the length to the nearest millimeter only. Engineers and
scientists need to measure much smaller distances accurately. For this a special type of scale
called Vernier scale is used.
Vernier Calliper
The Vernier scale consists of a main scale graduated in centimeters and millimeters. On the
Vernier scale 0.9 cm is divided into ten equal parts. The least count or the smallest reading which
you can get with the instrument can be calculated as under:

Least count = one main scale (MS) division - one vernier scale (VS) division.

= 1 mm - 0.09 mm

= 0.1 mm

The least count of the vernier

= 0.01 cm

The Vernier calliper consists of a main scale fitted with a jaw at one end. Another jaw,
containing the vernier scale, moves over the main scale. When the two jaws are in contact, the
zero of the main scale and the zero of the vernier scale should coincide. If both the zeros do not
coincide, there will be a positive or negative zero error.
After calculating the least count place the object between the two jaws.
Record the position of zero of the vernier scale on the main scale (3.2 cm in figure below).
Record the position of zero of the vernier scale on the main scale (3.2 cm in figure below).
Principle of Vernier

You will notice that one of the vernier scale divisions coincides with one of the main scale
divisions. (In the illustration, 3rd division on the vernier coincides with a MS division).

Reading of the instrument = MS div + (coinciding VS div x L.C.)

= 3.2 + (3 x 0.01)

= 3.2 + 0.03

= 3.23 cm

To measure the inner and outer diameter of a hollow cylinder or ring, inner and outer callipers
are used. Take measurements by the two methods as shown in figure below.
Timbangan Analitik, Kapasitas 65 gr, 110 gr dan 210 gr +/- 0,1 mg

OHaus model Scout Pro, Kapasitas 200 gr, 400 gr +/- 0,01 gr :
Higrometer
Anemometer
Flowmeter
ACARA II
BERAT JENIS

A. Tujuan

Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hokum Archimedes.

B. Alat dan Bahan

1. Jangka sorong [15,42 cm, 0,02 mm ] 1 buah.


2. Neraca pegas [ 5 N ] 1 buah
3. Neraca Ohaus Cent O Gram 1 buah
4. Aerometer [untuk massa jenis < 1gr/cm] 1 buah
5. Gelas ukur [400 ml] 7 buah
6. Beacker glass [pyrex , 250 ml] 7 buah
7. Benda padat homogen dan beraturan 1 buah
8. Benda padat dari bahan sejenis 5 buah (tidak perlu beraturan).
9. air, minyak goreng, dan gliserin [masing-masing 150 ml]
10. Loop 1 buah

C. Dasar Teori

Massa jenis sebuah benda adalah massa benda (m) tersebut tiap satu satuan volume(V) yang
dapat dinyatakan dengan
ρ = m/V (3.1)
Dalam hal ini, adalah massa jenis benda (kg.m -3), m adalah massa benda(kg ), dan V adalah
volume (m3). Berdasarkan element rapat masa per volume ada benda yang homogen dan
heterogen. Secara umum kita akan menggunakan massa jenis rata-rata yang menggambarkan
jumlah masssa total benda dibagi dengan jumlah volume total benda. Dalam menentukan massa
jenis suatu benda pada ekspeprimen ini, akanmenerapkan Hukum Archimmides : setiap benda
yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gaya ke atas sebesar
berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu. Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan
harga massa jenis yang dihitung secara konfensional (mitung massa dan volume) dan dengan
menerapkan hukum Archimides.
Besarnya gaya keatas suatu benda yang dicelupkan dalam zat cair dapat dinaytakan dengan :

F = W-W’ (3.2)
dan gaya keatas itu memenuhi hubungan
FA = V.ρ.g (3.3)
dengan V adalah volume zat cair yang dipindahkan oleh benda itu dan nilainya sama dengan
volume benda yang tercelup dalam zat cair , ρ adalah ρ massa jenis zat cair dan g adalah
percepatan gravitasi.
Benda padat ataupun cair jika ada pada cairan (fluida) apabila kerapataan massa berbeda atau
sama, maka posisi benda akan :

1. Terapung (ρb < ρf) 2. Melayang (ρb = ρf) 2. Tenggelam (ρb> ρf)

Perbedaan kerapatan massa antara fluida dengan benda padat dalam bidang keteknikan pertanian
sering dipergunakan untuk pemisahan benda yang berisi dan yang kosong, misalnya untuk
pemisahan benih padi, pemisahan buah yang rusak dari buah yang baik. Demikian pula apabila
dua fluida memiliki kerapatan massa berbeda maka dengan mudah keduanya akan dipisahkan.
D. Prosedur
1. Percobaan 1: Menentukan volume selinder berrongga.
a. Tentukan volume selinder berongga melalui pengukuran diameter dalam dan luar serta tinggi
silinder dan kedalaman lubang selinder,dengan jangka sorong, lakukan masing-masing 10 kali
pengukuran, dan hitung volumenya.
b. Perhatikan skala nol alat ukur sebelum digunakan. Gunakan loop agar pengamatan dapat
dilakukan lebih cermat, perhatikan posisi pengamatan dan hindari kesalahan paralak.
c. Timbang berat silinder tersebut di udara dan didalam zat cair ( 10 kali pengukuran). Gunakan
loop bila anda melihat skala yang ditunjukkan oleh neraca pegas, nyatakan berat selinder di
udara.
d. Ukur massa jenis air dengan menggunakan airometer untuk satu kali pengukuran.
e. Gunakan loop bila anda melihat skala yang ditunjukkan oleh aierometer, yaitu batas skala
aerometer yang tercelup dalam zat cair .
f. Bandingkan volume selinder melalui dua cara pengukuran diatas.
g. Bersihkan semua alat yang telah digunakan.

2. Percobaan 2 : Menentukan massa jenis zat cair melalui hukum dan volume benda.
a. Masukkan zat cair dalam gelas ukur, gunakan gelas ukur yang berbeda untuk setiap zat cair
yang digunakan.
b. Ukur massa jenis tiap zat cair yang tersedia dengan menggunakan airometer. Bersihkan
airometer setelah digunakan pada setiap gelasdengan zat cair yang berbeda.
c. Tertukan volume benda dengan menggunakan jangka sorong.
d. Timbang berat benda di udara dan di dalam zat cair, perhatikan skala nol neraca pegas
sebelum digunakan, gunakan loop agar pengamatantampak lebih jelas.
e. Bersihkan benda dan gunakan beacker glass yang berbeda untuk setiapzat cair yang berbeda.
f. Lakukan langkah a – e untuk sejumlah zat cair yang tersedia.
g. Bersihkan semua alat yang telah dipergunakan.

3. Percobaan 3 : Menentukan massa jenis zat fluida dengan menyelidiki hubungan antara
(W-W’) dan volume benda.
a. Sediakan macam-macam benda homogen yang bentuknya berbeda-beda tapi terbuat dari jenis
bahan yang sama ( anggap ρ-nya sama).
b. Dengan menggunakan jangka sorong, tentukan masing-masing volume dari benda yang akan
dipergunakan.
c. Timbang berat benda di udara (W) dan dalam zat cair (W’) .
d. Ukur massa jenis fluida dengan menggunakan airometer. menentukan massa jenis benda padat
yang volumenya tidak beraturan ?Bagaimanakah caranya?
d. Dengan menggunakan pers 3.2 dan 3.3 tentukanlah persamaan untuk menentukan volume
benda ?
e. Prediksikan grafik W-W’, berdasarkan grafik ini bagaimana caraanda menentukan folume
benda!
f. Prediksikan grafik W-W’=f(V), berdasarkan grafik ini bagaimana cara anda mennetukan
massa jenis zat cair (ρ)?

E. TUGAS

a. Apakah perbedaan massa jenis dan berat jenis suatu benda !


b. Dapatkah kita menentukan massa jenis sebuah benda padat? Bagaimana caranya?
c. Persamaan 3.2 merupakan pernyataan dari hukum archimides. Jika kita kita memiliki peralatan
neraca ohaus dan gelas ukur dapatkah kita
ACARA III

STATIKA FLUIDA DAN DINAMIKA FLUIDA

3.1 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kerapatan massa dan berat jenis fluida


2. Mahasiswa mampu mengimplementasikan sifat-sifat fluida pada kondisi statis dan dinamis

3.2 Tinjauan Pustaka

Definisi dari fluida adalah substansi yang mengalir karena antar partikel satu dengan
lainnya bebas. Secara umum fluida dibagi menjadi fluida compresible (mampu mampat) dan
incompresible (tak mampu mampat). Karakteristik fluida dapat dijelaskan dengan properti fluida.
Adapun properti fluida yaitu temperatur, tekanan, massa, volume spesifik, dan kerapatan
massa.

3.2.1. Massa jenis

Massa jenis suatu fluida adalah massa per volume. Pada volume fluida yang tetap, massa
jenis fluida tetap tidak berubah. Perumusannya adalah sebagai berikut :
ρ = m/V (kg/m3) (3.1)
Massa jenis fluida bervariasi bergantung jenis fluidanya. Pada kondisi atmosfer, massa
jenis air adalah 1000 kg/m3, massa jenis udara 1.22 kg/m3dan mercuri 13500 kg/m3. Untuk
beberapa fluida massajenisnya bergantung pada temperatur dan tekanan, khususnya untuk
fluida gas, perubahan keduanya akan sangat mempengari massa jenis gas. Untuk fluida cairan
pengaruh keduanya adalah kecil. Jika massa jenis fluida tidak terpengaruh oleh perubahan
temperatur tekanan dinamakan fluida incompressible atau fluida tak mampu mampat.
Properti fluida yang lain yang berhubungan langsung dengan massa jenis adalah volume
jenis, berat jenis, dan spesific gravity. Volume jenis adalah kebalikan dari massa jenis yaitu
volume fluida dibagi dengan massanya. Untuk berat jenis adalah massa jenis fluida dikalikan
dengan percepatan gravitasi atau berat fluida per satuan volume dirumuskan sebagai berikut :
γ = ρg (kg/m3)(m/s2). (3.2)
Adapun untuk spesific gravity adalah perbandingan antara massa jenis fluida dengan
massa jenis air pada kondisi standar. Pada kondisi standar( 40C, 1atm) massa jenis air adalah r =
1000 (kg/m3). Perumusan untuk menghitung spessific grafity adalah sebagai berikut:
S = ρ/ρHρ (3.3)

3.2.2. Tekanan

Jika permukaan suatu zat (padat, cair dan gas) menerima gaya-gaya luar maka bagian
permukaan zat yang menerima gaya tegak lurus akan mengalami tekanan. Bila gaya yang tegak
lurus terhadap permukaan dibagi dengan luasan permukaan A disebut dengan tekanan,
perumusannya sebagai berikut :
p = F/A[ kg/m2; lb/ft2] (3.4)
Tekan fluida pada suatu titik di dalam sebuah bejana adalah hasil pembagian berat fluida
(W) dan luas penampang dasar bejana (A), berat fluida adalah refleksi dari kerapatan massa (ρ),
gaya gravitasi (g) dan kedalaman fluida (h). Hal ini dirumuskan sebagai berikut :
W = ρ.A.h.g (3.5)
Nilai ρ.A.H adalah volume fluida, karena berat fluida identik dengan gaya berat, maka tekanan
fluida pada setiap titik dirumuskan :
p = ρ.g.h (3.6)

h
Dalam termodinamika tekanan secara umum dinyatakan dalam harga absolutnya.
Tekanan absolut bergantung pada tekanan pengukuran sistem, dan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1.Apabila tekanan pengukuran sistem di atas tekanan atmosfer, maka :
tekanan absolut (pabs)= tekanan pengukuran (pgauge) ditambah tekanan atmosfer (patm)
pabs = pgauge + patm
2.Apabila tekanan pengukuran di bawah tekanan atmosfer, maka :
tekanan absolut (pabs)= tekanan atmosfer (patm) dikurangi tekanan pengukuran
(pgauge)
pabs = patm - pgauge
1 standar atmosfer = 1,01324 x 106 dyne/cm3
= 14,6959 lb/in2
= 10332 kg/m2
= 1,01x105 N/m2

3.2.3.Aliran fluida dalam pipa dan saluran

1. Persamaan dasar Bernoulli

Fluida cair (tak mampu mampat) yang mengalir melalui suatu penampang sebuah pipa
dan saluran apabila diabaikan faktor viskositas (fluida non viskositas) akan memenuhi hukum
yang dirumuskan oleh Bernoulli. Perumusan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : Fluida
yang bergerak mempunyai tiga bentuk tenaga, yaitu energy tekanan, energy potensial, dan
energy kinetic.

Energi Potensial (Ep):


Energi ini wujud akibat dari kedudukan di atas datum, jika berat bendalir adalah W dan
Ketinggian adalah z dari datum, maka.
Energi Potensial = Wz
Energi Potensi seunit berat (W = 1 unit) = z

Energi Tekanan (P)


Apabila fluida cair mengalir secara berterusan di bawah tekanan ia boleh menghasilkan kerja.
Jika luas keratan, a tekanan ialah pa.
Isi padu fluida yang melintasi keratan rentas = W/w
Jarak pergerakan fluida = W/(w.a)
Kerja dilakukan = daya x jarak = p x a x W/(w x a)
= p x W/w
Tekanan per unit berat = p/w = p/(ρ.g)
Tekanan per unit berat = p/w

Energi Kinetik (Ek)


Energi kinetic dari masa zat yang bergerak merupakan fungsi masa (m) dan kecepatan (v),
energy tersebut dituliskan :
Ek = ½ x m x v2
= ½ x W/g x x v2

Energi kinetic per unit berat adalah = v2/(2g)

Persamaan Bernauli

Persamaan Bernauli adalah Jumlah energy tekanan, energy potensial dan energy kinetic dari
fluida yang bergerak per unit berat adalah tetap disetiap titik yang ditinjau, hal ini dituliskan :

P + Ep + Ek = tetap

P1 + Ep1 + Ek1 = P2 + Ep2 + Ek2

Atau

Z + p/w + v2/(2g) = tetap


Satu muncung berdiameter 25 mm memancutkan air secara tegak ke atas. Anggap keratan rentas
adalah bulat dan tiada kehilangan tenaga. Tentukan diameter jet air pada kedudukan 4.5 m di atas
muncung jika halajunya ialah 12 m/s.
Jawab :

Z1 + p1/w + v12/(2g) = Z2 + p2/w + v22/(2g)


p1 = p2 = 1 atm (tekanan atmosfer), maka
(v12 - v22) = z1 – z2

Air yang terletak 36 m di atas paras laut mempunyai kecepatan 4.8 m/s dan tekanan 410 kPa.
Tentukan jumlah tenaga per unit berat bagi fluida tersebut.

Jawab :

Z + p/w + v2/(2g) = 36 + (410 x 103)/(1000 x 9,81) + (4,82)/(2 x 9,81)


= 78,96 J/N
ACARA IV

AZAS BLACK

4.1. Tujuan Praktikum

1. Memahami neraca energi kalor


2. Mengitung nelai kalor yang dipindakan ke benda lain
3. Mengitung panas spesifik benda yang berbeda kadar air

4.2. Bahan Praktikum

Bahan-bahan untuk praktikum adalah : air, kentang, tomat, kedelai

4.3 Alat

Alat yang dipergunakan untuk praktikum adalah : neraca analitik, termometer, stopwatch, water
heater, gelas ukur

4.4 Teori

Azas black berbunyi energi panas (kalor) yang diberikan benda satu sama dengan kalor
yang diterima benda lainnya. Azas ini dituliskan dalam rumus sebagai berikut :

Panas diberikan = panas diterima

m1C p 1T1  m2C p  2 .T2

atau

m1C p 1T1
C p2 
m 2 T2

dan

T2  TB  2  TB 1
T1  TA  2  TA 1

Dengan m1, m2 adalah massa benda 1 dan massa benda 2, Cp adalah panas spesifik benda, dan
T adalah perubahan suhu. TB-2, TB-1 adalah suhu akhir dan suhu awal benda 2, sedangkan T A-2,
TA-1 adalah suhu akhir dan suhu awal benda 1.

5. Cara Kerja :

a. Ditimbang massa kentang, tomat atau kedelai yang akan diukur panas spesifiknya

b. Dengan gelas ukur ukurlah volume air (tentukan 500 ml)

c. Ukur suhu air sebelum dipanaskan

d. Panaskan air, dan ukurlah suhunya setiap 2 menit

e. Masukkan benda ke air panas

f. Ukurlah suhu air setelah dimasuki benda setiap 3 menit

6. Tugas

1. Hitunglah energi yang diterima air setiap menitnya akibat pemanasan

2. Hitunglah panas yang diberikan air pada tomat, kentang atau kedelai setiap selang pengukuran

3. Hitunglah panas spesifik tomat, kentang atau kedelai

4. Mengapa jika kadar air berbeda panas spesifiknya berbeda


ACARA V
RANGKAIAN DASAR
5.1. Tujuan Praktikum

1. Memahami Komponen Dasar Elektronika


2. Memahami Rangkaian Dasar Elektronika
3. Mengukur tahanan, tegangan dan kuat arus
5.2. Bahan Praktikum : fresistor, kumparan, kapasitor, kabel, sumber arus listrik (batere)

5.3. Alat : avometer, solder

5.4 Teori

1. Arus Listrik

Arus listrik merupakan aliran elektron pada kawat logam akibat adanya beda tegangan antara dua
titik yang dihubungkan dengan kawat. Kawat sebagai konduktor listrik, beda tegangan dihasilkan oleh
sumber listrik dapat berupa bateri (sumber arus DC atau dirrect current) dan sumber arus bolak-balik (AC
atau alternating current).

2. Rangkaian seri

a. Resistor

Rangkaian seri dalam elektronika dan kelistrikan secara umum digambarkan seperti gambar 1
berikut :

R1 = 20 Ω R1 = 40 Ω

V = 30 Volt

Gambar 1 Contoh rangkaian resistor secara seri


Resistor atau tahanan listrik (R) dalam rangkaian seri dirumuskan :

RT = R1 + R2 + R3 + ................. + Rn

Pada contoh di atas jumlah resistornya adalah :

RT = (20 + 40 ) Ω

= 60 Ω

Berdasarkan sifat aliran listrik pada rangkaian seri arus masuk = arus keluar, maka dalam rangkaian
jumlah arus listrik pada semua titik sama. Besarnya arus listrik (I) dirumuskan :

V
I
R

Sehingga jumlah arus pada rangkaian di atas adalah :

I = 30/60

= 0,5 A

Oleh karena sifat aliran listrik di rangkaian seri, maka pemasangan Ampermeter untuk pengukuran kuat
arus dilakukan secara seri pada rangkaian tersebut. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 2.

R1 R2 Ampermeter

Tegangan listrik dirumuskan :

V=IxR

Dengan demikian tegangan antara titik A ke B dan B ke C adalah :


VAB = 0,5 x 20 Volt = 10 Volt

VBC = 0,5 x 40 Volt = 20 Volt

Dan VAB = VAB + VBC

b. Kondensator/Kapasitor

C1 C2 C3

C = C1 + C2 + C3 + ........... + Cn

Nilai tahanan oleh kondensator (XC) pada arus listrik adalah :

1
XC 
2 . f .C

f = frekuensi, hertz

C = kapasitansi, farad

c. Impedansi

Rangkaian L-R-C yaitu terdiri atas kumparan atau induktansi yang induktansi dirinya L, tahanan
atau resistansi R, dan kondensor atau kapasitor yang kapasitansinya C, dipasang seri satu sama lain
seperti gambar berikut :

L R C

Total tahananan pada rangkaian tersebut adalah :


1
RT  R  (.L  )
.C

Dengan nilai ω adalah :

  2. . f

Nilai ω tergantung pada frekuensi atau f, rangkaian resonansi pada rangkaian seri L-R-C dengan
nilai frekuensi arus bolak balik atau f bernilai minimum pada ω = ω 0 hingga :

1
 .L  yakni 0  ( L.C )1 / 2
.C

3. Rangkaian Pararel

a. Resistor

Rangkaian pararel karena sifatnya ”tegangan pada semua titik cabang adalah sama”
dipergunakan untuk mengukur tegangan listrik. Tahanan total pada rangkaian pararel dicari dengan cara
sebagai berikut :

1 1 1 1 1
    ...... 
RT R1 R2 R3 Rn

A Volmeter

B R1

C R2 F

D R3

Tegangan listrik pada cabang AF sama dengan tegangan pada cabang BF, CF dan DF. Sedangkan kyat
arus akan mengikuti hukum kirchof “ Jumlah arus yang meninggalkan titik akan sam dengan jumlah
arus yang menuju titik tersebut”.
I = IAF + IBF + ICF + IDF

V
I 
RT

V
I BF 
R1

b. Kondensator

C1

C2

C3

1 1 1 1 1
    ...... 
CT C1 C2 C3 Cn

4. Rangkaian Gabungan

Dalam kenyataan rangkaian kelistrikan merupakan kombinasi rangkaian seri dan rangkaian
pararel. Untuk menyelesaikan jumlah tahanan total kita harus melakukan perhitungan secara bertahap.
Tahapan pertama adalah menghitung tahanan gabungan dari tahanan-tahanan yang dipasang secara
pararel. Tahap kedua menghitung total tahanan pada suatu rangkaian seri. Dengan demikian tahanan-
tahanan yang dipasang pararel dianggap menjadi satu kelompok tahanan.
TUGAS PRAKTIKUM :

2. Buatlah rangkaian seri, pararel dan kombinasinya dengan bahan-bahan : sumber


listrik (batere), resistor, dan kapasitor
3. Ukurlah tahanan, tegangan dan kuat arus pada beberapa titik

Anda mungkin juga menyukai