Anda di halaman 1dari 20

LEMBAR AKTIVITAS PESERTA DIDIDK

Nama Anggota : 1.

2.

3.

4.

Petunjuk Penggunaan LAPD


1. Setiap kelompok harus membaca LAPD dengan seksama
2. Diskusikan setiap permasalahan yang ada dalam LAPD dengan
sesama anggota kelompok
3. Mintalah bantuan Guru jika ada yang tidak dimengerti

Tujuan Pembelajaran :
Melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) peserta
didik dapat menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian dan angka
penting, serta notasi ilmiah

A. Kompetensi dasar
3.2 Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian dan angka
penting, serta notasi ilmiah
B. Indikator
3.2.1 Mengidentifikasi alat ukur besaran panjang, massa dan waktu
3.2.2 Memahami prinsip pengukuran
3.2.3 Menentukan angka penting dan notasi ilmiah
3.2.4 Menentukan hasil pengukuran panjang, massa dan waktu sesuai aturan angka
penting

PENGUKURAN
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah
ditetapkan sebagai standar pengukuran disebut mengukur. Alat bantu dalam proses
pengukuran disebut alat ukur. Berikut ini akan dijelaskan proses pengukuran dengan
menggunakan beberapa alat ukur, antara lain alat ukur panjang (mistar, jangka sorong, dan
micrometer sekrup), alat ukur massa, dan alat ukur waktu.
I. Macam-macam alat ukur
Berikut adalah alat ukur yang sering digunakan beserta ketelitian alat tersebut.
1. Alat Ukur Besaran Panjang
a. Mistar Ukur
Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran, yaitu
skala utama dan skala terkecil. Satuan untuk skala utama adalah centimeter (cm) dan satuan
untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skala terkecil pada mistar memiliki nilai 1
milimeter, seperti yang terlihat pada gambar 1.1. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di
antara skala utama1 terdapat 10 bagian skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki
×NST alat
2 cm atau 1 mm.
nilai 1 cm : 10 = 0,1

Gambar 2.1 Mistar Ukur


a. Rollmeter
Rollmeter merupakan alat ukur panjang yang dapat digulung, dengan
panjang 25 - 50 meter. Meteran ini dipakai oleh tukang bangunan atau pengukur
lebar jalan. Ketelitian pengukuran dengan rollmeter sampai 0,5 mm. Meteran ini
biasanya dibuat dari plastik atau pelat besi tipis, tampak seperti pada gambar 1.2.
Gambar 2.1. Rollmeter
b. Jangka Sorong
Anda dapat menggunakan alat ukur ini untuk mengukur diameter dalam, diameter
luar, serta kedalaman suatu benda yang akan diukur. Jangka sorong merupakan alat ukur
panjang yang terdiri atas skala utama, skala nonius, rahang pengatur garis tengah dalam,
rahang pengatur garis tengah luar, dan pengukur kedalaman. Rahang pengatur garis tengah
dalam dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam sebuah benda. Adapun
rahang pengatur garis tengah bagian luar dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian
luar sebuah benda.rahang pengatur garis tengah dalam

pengukur kedalaman

Skala nonius

rahang pengatur garis tengah luar


Gambar 2.3. Jangka sorong

Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala utama
dengan jumlah skala nonius. Skala nonius jangka sorong pada gambar 2.3 jangka sorong
mempunyai nilai ketelitian 0,01 cm. Sehinga ketidakpastian jangka sorog adalah 0,005 yaitu
1
dari nilai ketelitian.
2
1
Δx= ×0 , 01 mm=0 , 005 cm
2

c. Mikrometer Ulir (Sekrup)


Seperti halnya jangka sorong, mikrometer ulir (sekrup) terbagi ke dalam
beberapa bagian, di antaranya landasan, poros, selubung dalam
, selubung luar, roda bergerigi, kunci poros, dan bingkai (Gambar 2.4). Skala utama
dan nonius terdapat dalam selubung bagian dalam dan selubung bagian luar.

Gambar 2.4. Mikrometer Ulir


Selubung bagian luar adalah tempat skala ulir (skala nonius) yang memiliki 50
bagian skala. Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketika
Anda memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan diperoleh
nilai 0,5 mm skala utama. Oleh karena itu, nilai satu skala nonius adalah

0,5
mm=0 , 01 mm
50 sehingga nilai ketelitian atau ketidakpastian mikrometer ulir
(sekrup) adalah
1
Δx= ×0 , 01 mm=0 , 005 mm=0 ,0005 cm
2
2. Alat Ukur Besaran Massa
Besaran massa diukur menggunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi beberapa
jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, neraca lengan gantung, dan
neraca digital.
a. Neraca analitis dua lengan
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda,
misalnya emas, batu, kristal benda, dan lain-lain. Batas ketelitian
neraca analitis dua lengan yaitu 0,1 gram.
b. Neraca Ohaus
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini
adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Neraca Ohaus juga
sering disebut neraca tiga lengan. Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan
memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan
lengan paling belakang memuat angka ratusan. Cara menimbang dengan
menggunakan neraca tiga lengan adalah sebagai berikut.
a) Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan depan
dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada angka nol!
b) Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!
c) Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!
d) Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan, puluhan, dan
satuan sehingga tercapai keadaan setimbang!
e) Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk ratusan,
puluhan, satuan, dan seper sepuluhan

c. Neraca lengan gantung


Neraca ini berguna untuk menentukan massa benda, yang cara kerjanya dengan
menggeser beban pemberat di sepanjang batang.

3. Alat Ukur Waktu


Waktu merupakan besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung.
Berikut ini beberapa alat untuk mengukur besaran waktu.
a. Stopwatch
Stopwatch merupakan alat pengukur waktu yang memiliki skala utama (detik) dan
skala terkecil (milidetik). Pada skala utama, terdapat 10 bagian skala terkecil sehingga
nilai satu skala terkecil yang dimiliki oleh stopwatch analog adalah 0,1 detik.
Ketelitian atau ketidakpastian (Δx) dari alat ukur
1
Δx= ×0,1 det=0 , 05 det
stopwatch analog adalah 2
Stopwatch banyak digunakan di Laboratorium Fisika
untuk pengukran waktu berbagai percobaan.
Selain itu, diantaranya lari jarak pendek merupakan aktivitas olahraga yang paling
sering menggunakan stopwatch.
b. Arloji
Jarum arloji mekanis digerakkan oleh gerigi mekanis yang selalu berputar. Sedangkan
arloji digital berdasarkan banyaknya getaran yang dilakukan oleh sebuah kristal kuarsa yang
sangat kecil. Arloji akan bekerja sepanjang sumber energinya masih ada. Ketelitian arloji
adalah 1 sekon. Kelemahan arloji mekanis maupun digital adalah selalu bergerak sehingga
sulit dibaca secara teliti. Waktu yang terbaca pada arloji mekanis ditunjukkan oleh kerja
ketiga jarum, yaitu jarum jam, jarum menit, dan jarum detik. Jarum jam bergerak
satu skala tiap satu jam, jarum menit bergerak satu skala tiap satu menit,
jarum detik bergerak satu skala tiap satu detik.
Cara membaca untuk arloji digital sangat mudah sebab angka yang
ditampilkan pada arloji sudah menunjukkan waktunya.
4. Alat Ukur Suhu
Untuk mengukur suhu suatu sistem umumnya menggunakan termometer. Termometer
dibuat berdasarkan prinsip pemuaian. Termometer biasanya terbuat dari sebuah tabung pipa
kapiler tertutup yang berisi air raksa yang diberi skala.
Ketika suhu bertambah, air raksa dan tabung memuai. Pemuaian yang terjadi pada air
raksa lebih besar dibandingkan pemuaian pada tabung kapiler. Naiknya ketinggian
permukaan raksa dalam tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu. Berdasarkan skala
temperaturnya, termometer dibagi dalam empat macam, yaitu termometer skala Fahrenheit,
skala Celsius,skala Kelvin, dan skala Reamur.
Alat Ukur Kuat Arus Listrik
Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut amperemeter.
Amperemeter mempunyai hambatan dalam yang sangat kecil,
pemakaiannya harus dihubungkan secara seri pada rangkaian yang
diukur, sehingga jarum menunjuk angka yang merupakan besarnya
arus listrik yang mengalir.
II. Ketelitian (pressisi) dan ketepatan (akurasi) pengukuran
Ketepatan atau akurasi menyatakan kedekatan hasil pengukuran dengan hasil
sebenarnya, walaupun nilai yang sebenarnya dalam literatur merupakan pendekatan yang
dianggap benar. Perhatikan gambar 3.1 berikut :

alat A alat B
xo

Gambar 3.1. Alat A lebih akurat daripada alat B


Misalnya dilakukan pengukuran suatu besaran dari sebuah objek menggunakan dua jenis alat
yaitu alat A dan alat B. xo adalah nilai sebenarnya besaran benda tersebut. Data hasil
pengukuran menggunakan alat A mendekati nilai sebenarnya (xo) daripada pengukuran
menggunakan alat B. Pengukuran dikatakan akurat jika memiliki kesalahan yang kecil.
III. Ketidakpastian dan Kesalahan Pengukuran
Saat melakukan pengukuran mengunakan alat, tidaklah mungkin Anda mendapatkan
nilai yang pasti benar (xo), melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Secara umum penyebab
ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan
kesalahan acak.
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada pengamat saat
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan membaca skala
kecil, dan kekurang terampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang
melibatkan banyak komponen.
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang
digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan alat,
kesalahan paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.
a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau ka
librasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil pengukuran
menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatasi dengan
mengkalibrasi ulang alat menggunakan alat yang telah terstandarisasi.
b. Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat
berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat pada
skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau pengurangan
sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat diatasi dengan
melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran
c. Kesalahan Komponen Alat
Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Misalnya,
pada neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah lama dan aus, maka akan berpengaruh
pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak tepat
pada angka nol yang membuat skala berikutnya bergeser.
d. Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
a. Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan sekali saja. Pada
pengukuran tunggal, nilai yang dijadikan pengganti nilai benar adalah hasil pengukuran itu
sendiri. Sedangkan ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala terkecil instrumen
yang digunakan. Misalnya, Anda mengukur panjang sebuah benda menggunakan mistar.
Perhatikan gambar 4.1!

mistar

 
benda
Gambar 4.1. Panjang suatu benda yang diukur dengan menggunakan mistar.
Pada gambar tersebut ujung benda terlihat pada tanda 15,6 cm lebih sedikit. Berapa nilai
lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1 mm. Telah Anda sepakati bahwa
ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil alat. Jadi,
ketidakpastian pada pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
1
Δx= ×1 mm=0,5 mm=0 , 05 cm
2
Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 cm), maka hasil pengukurannya
pun harus Anda laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai x harus Anda laporkan dalam
tiga angka. Angka ketiga yang Anda laporkan harus Anda taksir, tetapi taksirannya hanya
boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka nilai taksirannya adalah
5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat Anda laporkan sebagai
berikut:
Panjang benda :
=l=x o ± Δx
¿ ( 15,6±0, 05 ) cm
Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah Anda tidak tahu nilai x (panjang benda) yang
sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali Anda mendapatkan
nilai 15,6 cm lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm. Secara statistik ini berarti
ada jaminan 100% bahwa panjang benda terdapat pada selang 15,60 cm sampai 15,7 cm atau
(15,60 ≤x ≤15,70) cm.

b. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang


Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, Anda dapat melakukan pengukuran
secara berulang. Lantas bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran berulang? Pada
pengukuran berulang Anda akan mendapatkan hasil pengukuran sebanyak N kali.
Berdasarkan analisis statistik, nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar x0 adalah nilai

rata-rata dari data yang diperoleh (


x̄ o ). Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya (x )
dapat digantikan oleh nilai simpangan baku nilai rata-rata sampel. Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut.
x 1 + x 2 + x 3 +.. ..+ x N Σx i
xo= =
N N
NΣx 2i −( Σx i )2
Δx=
1
N
Keterangan:
√ N −1

xo : hasil pengukuran yang mendekati nilai benar


x : ketidakpastian pengukuran
N : banyaknya pengkuran yang dilakukan
Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya ( x ) disebut ketidakpastian mutlak.
Makin kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran tunggal, maka hasil
pengukurannya pun makin mendekati kebenaran. Nilai ketidakpastian tersebut juga
menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran. Cara
menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada pengukuran berulang adalah
dengan mencari ketidakpastian relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian relatif
dapat ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-rata
pengukuran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Δx
= ×100 %
Ketidakpastian relatif xo

Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, Anda dapat menggunakan aturan yang telah
disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang boleh disertakan dalam
laporan hasil pengukuran berulang. Aturan banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam
pengukuran berulang adalah sebagai berikut:
• ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka
• ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka
• ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka
Contoh Soal
Suatu pengukuran berulang massa sebuah benda menghasilkan data sebagai berikut: 12,5 g;
12,3 g; 12,8 g; 12,4 g; 12,9 g; dan12,6 g. Laporkan hasil pengukuran berulang tersebut
lengkap dengan ketidakpastiannya!
Jawab:
Sebaiknya Anda buat tabel hasil pengukuran seperti berikut.
Percobaan ke- xi (g) xi (g)

1. 12,3 151,29

2. 12,4 153,76

3. 12,5 156,25

4. 12,6 158,76

5. 12,8 163,84

6. 12,9 166,41

ΣN =6 2
Σxi=75 ,50 Σxi =950 , 31

Berdasarkan tabel Anda peroleh N = 6;


Σxi=75 ,50 g ; dan Σx2i =950 , 31 g
Selanjutnya dapat Anda tentukan nilai mendekati benda, ketidakpastian, dan ketidakpastian
relatifnya.
Σxi 75 ,50 g
xo= = =12 ,5833 g
N 6
2 2
1 NΣx i −( Σxi )
Δx=
N N −1 √
2
1 6 ( 950 ,31 g )− (75 , 50 ) g
= 6 √ 6−1
1 5 .701,86 g−5.700,25 g
=
6 5 √
1 1 ,61 g
=
6 5 √
=0,167×0,32 g
=0,09 g
Δx
= ×100 %
Ketidakpastian relatif xo

0,09 g
= ×100%
12,58 g
=0,7 %
Menurut aturan yang telah disepakati, ketidakpastian relatif 0,7% berhak atas tiga angka.
Jadi, hasil pengukuran dapat dilaporkan sebagai berikut.
m=x o ±Δx

= ( 12,5±0,09 ) g

IV. Angka Penting


Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Angka
penting terdiri atas angka pasti dan angka taksiran (angka yang diragukan) sesuai dengan
tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan.
1. Aturan-aturan Angka Penting
Untuk menentukan angka penting digunakan aturan sebagai berikut:
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh:
47,5 cm memiliki 3 angka penting.
41,27 gram memiliki 4 angka penting.
b. Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting
Contoh:
1,023 gram memiliki 4 angka penting. 205 memiliki 3 angka penting.
c. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol, adalah angka penting kecuali diberi
garis bawah, maka angka setelah notasi garis bawah adalah bukan angka penting.
1000 kg memiliki 4 angka penting.
1000 km memiliki 2 angka penting
d. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang terletak di sebelah
kiri maupun sebelah kanan koma desimal, tidak termasuk angka penting
Contoh:
0,022 gram memiliki 2 angka penting.
0,105 gram memiliki 3 angka penting.

2. Aturan pembulatan
Jika angka pertama setelah angka yang akan dipertahankan kurang dari 5, maka angka
yang dipertahankan tetap, sedangkan angka yang di sebelah kanannya dihilangkan.
Contoh:
4 2, 6 1 3 dibulatkan menjadi tiga angka penting, hasil pembulatannya 42,6
1 2 , 4 1 2 dibulatkan menjadi dua angka penting, hasil pembulatannya 12
Jika angka pertama setelah angka yang akan dipertahankan lebih dari atau sama
dengan 5, maka angka yang akan dipertahankan bertambah 1, sedangkan angka di sebelah
kanannya dihilangkan.
Contoh:
1 7 , 3 6 2 dibulatkan menjadi tiga angka penting, hasil pembulatannya 17,4
2 1 , 0 1 7 2 dibulatkan menjadi tiga angka penting, hasil pembulatannya 21,0
1 2 8 1 dibulatkan menjadi dua angka penting, hasil pembulatannya 1300
3. Operasi-operasi dalam angka penting
Dalam aturan berhitung dengan angka penting yang harus diingat adalah jumlah angka
penting hasil pengukuran tidak mungkin melebihi jumlah angka penting pada hasil
pengukuran.
a. Operasi penjumlahan dan Pengurangan
Pada operasi penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan dengan
berpedoman pada aturan angka penting, hasil operasi penjumlahan atau pengurangan itu
hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan.
Contoh:
379,216 Angka 6 diragukan
24,738 Angka 8 diragukan
+
403,954 Angka 4 (satu angka terakhir) diragukan sehingga penulisannya menjadi
403,95

35,572 Angka 2 diragukan


2,2626 +
Angka 6 diragukan
37,8346 Angka 4 dan 6 diragukan sehingga hasil penjumlahan ditulis 37,835
disesuaikan dengan aturan pembulatan

Angka 7 diragukan
385,617
1 3,2 Angka 2 diragukan
+
398,817 Terdapat dua angka bergaris bawah, yaitu angka 8 dan 7 sehingga hasil
penjumlahan ditulis 398,82

379,216 Angka 6 diragukan


24,738 Angka 8 diragukan
- Angka 8 diragukan sehingga hasil pengurangan dapat ditulis 354,478
354,478

35,572
2,2626 Angka
Angka 2 diragukan
6 diragukan
33,3094 Terdapat dua angka diragukan yaitu angka 9 dan 4, sehingga hasil pengurangan
ditulis 33,309 supaya terdapat satu angka yang diragukan

385,617 Angka 7 diragukan


1 3,2 Angka 2 diragukan
372,417 Terdapat dua angka diragukan yaitu angka 4 dan 7, penulisannya menjadi 372 ,42
(disesuaikan dengan aturan pembulatan)

b. Operasi perkalian dan pembagian dengan angka penting


Pada operasi perkalian atau pembagian, jumlah penulisan angka penting
disesuikan dengan jumlah deretan angka penting yang paling sedikit. Misalnya jika
deretan bilangan pertama mengandung 5 angka penting dan deretan bilangan yang kedua
mengandung 3 angka penting, sesuai dengan jumlah angka penting yang paling sedikit.
20,4 Mengandung 3 angka penting
3,5 Mengandung 2 angka penting
×
7,140 Hasil perkalian hanya boleh mengandung dua angka penting sesuai dengan deretan
angka yang paling sedikit sehingga hasil perkalian 7,140 ditulis 7 ,1

34,231 Mengandung 5 angka penting


0,250 × Mengandung 3 angka penting
8,557750 Penulisan hasil perkalian hanya boleh mengandung tiga angka penting
sehingga hasil perkalian 8,557750 ditulis 8,56

6,7825 Mengandung 5 angka penting


2,5 Mengadung 2 angka penting
÷
2,713 Hasil pembagian hanya boleh mengandung dua angka penting sehingga hasil
pembagian 2,713 ditulis 2,7

Mengadung 5 angka penting


46,532
200 ÷
Mengandung 1 angka penting
0,2326 Hasil pembagian ditulis dengan satu angka penting yaitu 0,2
c. Operasi penarikan akar dengan angka penting
Penulisan hasil dan penarikan akar disesuiakan dengan jumlah angka penting yang
terkandung pada bilangan yang ditarik akarnya.
Contoh:

√ 46=6,7823 ; hasil akar hanya ditulis dengan dua bilangan yaitu 6,8 (dua angka
penting)

√ 225=15 ; hasil akar ditulis dengan tiga angka penting yaitu 15,0 (tiga angka
penting)
d. Perkalian antara bilangan penting dan bilangan eksak
Perkalian atau pembagian antara bilangan penting dan bilangan eksak menghasilkan
angka penting yang sesuai dengan jumlah bilangan pada angka penting
Contoh:
Massa sebuah batu 12,5 kg dan massa 15 buah batu adalah
12,5 Mengandung 3 angka penting
15 ×
187,5 Hasil perkalian bilangan penting dan bilangan eksak dapat ditulis 188 kg (tiga
angka penting)

e. Penulisan Angka penting hasil eksperimen


Didalam eksperimen, pengukuran panjang sebuah pensil dengan mistar berbeda
hasilnya jika menggunakan jangka sorong. Hal ini disebabkan nilai ketidakpastian mistar
0,05 cm sedangkan jangka sorong 0,005 cm. Banyaknya angka penting di belakang koma
pada penulisan ketidakpastian pengukuran tidak boleh melebihi perolehan hasilnya.
Misalnya nilai yang diperoleh kedua alat ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Alat Ukur Panjang

Mistar (6,15 + 0,05) cm

Jangka sorong (6,1520 + 0,005) cm

Pengukuran dengan mistar dapat Anda laporkan sebanyak tiga angka penting dan
pengukuran dengan jangka sorong sebanyak lima angka penting. Artinya penulisan
jumlah angka penting hasil pengukuran bergantung pada nilai ketidakpastian alat ukur
yang digunakan. Semakin tinggi ketelitian pengukuran, semakin banyak angka penting
yang dilaporkan.

SOAL latihan 1

1. Tentukan hasil perhitungan berikut jika dinyatakan berdasarkan aturan angka penting!
a. 112,6 m+8,005 m+13,48 m
b. 78,05 cm−32,046 cm
7,500 x 103
c.
5,0 x 10 x 5,0 x 4
d. √ 144
1. Tulislah angka-angka berikut dalam bentuk notasi ilmiah!
a. 0,00000000000052
b. 0,000000395
c. 200.000 .000
d. 52.000.000
3. Diameter sebuah bola kecil diukur dengan dengan menggunakan jangka sorong seperti tampak
pada gambar !

Tuliskan hasil pembacaan jangka sorong tersebut!

4. Dalam suatu percobaan seorang siswa mengukur panjang sisi kubus dengan menggunakan
mikrometer ( seperti pada gambar).

Tentukan volume kubus tersebut dan nyatakan dalam aturan angka penting!

Quis:
1. Tulislah nama dan fungsi alat ukur berikut!

Gambar Alat Nama Alat Ukur Fungsi

2. Tebal papan  diukur menggunakan  jangka  sorong dan diperoleh  hasil  seperti berikut.

Berdasarkan  hasil pengukuran  tersebut,  tebal papan adalah...cm.


A. 0,31 B. 0,40 C. 0,50 D. 0,65 E.
0,75
3. Sebidang  tanah berbentuk  persegi panjang memiliki ukuran  20,5 m x 4,4 m. Luas  tanah 
tersebut Sesuai aturan angka penting adalah  . . . m2.
A. 24,9 B. 80 C. 90 D. 90,2 E.
90,9
4. Adip melakukan  pengukuran massa benda dengan neraca Ohaus dan hasilnya  tampak
seperti gambar dibawah  ini.
Berdasarkan  gambar di atas, hasil  pengamatan massa benda yang benar adalah . . . gram.
A.  135 B.  155 C.  155,5 D.  160 E. 
175
5. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar.

                
Tebal pelat logam adalah...
A. 3,46 mm B. 3,49 mm C. 3,51 mm D. 3,96 mm E.
3,99 mm

TUGAS

1. Abdul mengukur massa dua jenis benda dengan


neraca O’haus, dan dari hasil pembacaan skala diperoleh hasil seperti terlihat pada gambar
berikut.

Berapa massa total dari hasil pengukuran di atas menurut arutan angka penting?

2. Umbu ingin mengetahui volume kelereng dengan menggunakan micrometer sekrup.


Dari hasil pengukuran, ia memperoleh diameter kelereng tersebut seperti tampak pada
gambar. Tentukan volume kelereng dan nyatakan hasilnya sesuai aturan angka penting.
3. Dalam sebuah eksperimen ayunan matematis, seorang siswa melakukan 10 kali
percobaan untuk 20 ayunan dengan panjang tali 1 meter. Hasil catatan waktu berturut-turut :
40,1 s ; 39,8 s ; 40,2 s ; 39,8 s ; 39,9 s ; 39,9 s ; 40,3 s ; 40,1 s ; 39,8 s ; 39,9 s. Laporkan
hasil perhitungan periode ayunan bandul matematis disertai ketidakpastiannya!

LEMBAR AKTIVITAS PESERTA DIDIK

Nama Anggota : 1.

2.

3.

4.

5.

Petunjuk Penggunaan LAPD


1. Setiap kelompok harus membaca LAPD dengan seksama
2. Diskusikan setiap permasalahan yang ada dalam LAPD dengan sesama
anggota kelompok
3. Mintalah bantuan Guru jika ada yang tidak dimengerti

Tujuan Pembelajaran :
Melalui model pembelajaran discovery learning peserta didik dapat menerapkan prinsip-prinsip
pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian dan angka penting, serta notasi ilmiah dan menyajikan
hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik yang
tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu penyelidikan ilmiah

C. Kompetensi dasar
3.2 Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian dan angka
penting, serta notasi ilmiah
IV.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan
menggunakan peralatan dan teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting
untuk suatu penyelidikan ilmiah
D. Indikator
3.2.1 Mengidentifikasi alat ukur besaran panjang, massa dan waktu
3.2.2 Memahami prinsip pengukuran
3.2.3 Menentukan angka penting dan notasi ilmiah
3.2.4 Menentukan hasil pengukuran panjang, massa dan waktu sesuai aturan angka
penting
IV.2.1 Melakukan pecobaan untuk mengukur massa jenis suatu benda
4.2.2 Menyajikan hasil pengukuran melalui laporan praktikum

STIMULUS

Seorang anak melakukan percobaan dan menemukan bahwa batu tenggelam di dalam
air, setelah menganalisis data anak tersebut menemukan bahwa batu tenggelam
dalam air karena massa jenis batu lebih besar daripada air.

IDENTIFIKASI MASALAH
Benarkah massa jenis batu lebih besar dari air. Apa yang harus dilakukan anak untuk
membuktikan hal tersebut?

COLLECTING DATA

 Carilah data tentang massa jenis suatu zat, cara menentukan massa jenis zat cair dan zat padat
yang bentuknya teratur dan tidak teratur!
 Siapkan alat dan bahan untuk mengukur!
 Timbanglah massa batu menggunakan neraca masing masing sebanyak 5 kali dan catat
hasilnya
 Ukurlah volume batu menggunakan gelas ukur berisi air sebanyak 5 kali dan catat hasilnya
 Hitunglah rata-rata massa dan volume batu beserta ketidakpastian relatifnynya
 Dari rata-rata volume dan massa batu tersebut,Hitunglah massa jenis batu.

Pertanyaan diskusi:

1. Berdasarkan kegiatan yang telah anda lakukan, manakah yang termasuk pengukuran
langsung dan tidak langsung?
2. Berapakah ketidakpastian pengukuran yang anda lakukan?
3. Bandingkan ketidakpastian yang anda peroleh dengan ketidak pastian alat ukur yang
anda gunakan. Samakah hasilnya? Jelaskan jawaban anda!
4. Apa kesimpulan anda!

Tugas: Buatlah laporan hasil pengukuran massa jenis batu, beserta ketidakpastiannya
Lembaran percobaan
Pengukuran Massa Volume batu
Ke Batu
(xi)

1
2
3
4
5
∑(xi)=......? ∑(xi)=......?
∑( xi)2=.....? ∑¿=......?

1. Dari hasil percobaan yang telah kalian lakukan,


berapakah massa jenis batu tersebut?

ρ batu =...............?

2. Berapakah ketidakpastian relatif dari masssa


batu

3. Berapakah ketidakpastian relatif dari volume


batu?

Anda mungkin juga menyukai