Anda di halaman 1dari 19

Praktium ke-1

A. JUDUL PRAKTIKUM
Dasar Pengukuran Dan Teori Ketidakpastian

B. HARI, TANGGAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Jum’at, 15 September 2023

C. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami skala ukur alat ukur dasar (jangka sorong, micrometer sekrup,
neraca digital dan neraca 4 lengan).
2. Menentukan nilai ketidakpastian pengukuran dan ralat gayut.
3. Menulis hasil besaran berdasarkan angka penting dari hasil pengukuran dan
perhitungan.

D. DASAR TEORI
Pengamatan atas suatu besaran Fisis biasanya akann berlanjut dengan
pengukuran suatu besaran Fisis. tertentu misalnya panjang, massa, waktu,
tegangan kuat arus listrik dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan melakukan
pengukuran dengan baik, kita harus memperhatikan beberapa faktor seperti
metode pengukuran, suhu lingkungan kondisi alam sampai pada analisis data hasil
pengukuran dan selanjutnya kita dapat membuat simpulan dari hasil pengukuran
yang dilakukan (paken Pandiangan,2018).
Pengukuran ketidakpastian merupakan suatu bagian penting dari suatu
kegiatan eksperimen (praktikum). Ilmu pengetahuan tersusun dari sejumlah
pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan melihatkan sekumpulan data
melalui pengamatan, eksperimen rumusan masalah dan pengujian hipotesis.
Ketidakpastian dari pengukuran harus dinyatakan untuk menunjukkan ketepatan
dan ketelitian pengukuran yang dilakukan (Ahmad Fauzi,2013).
Adapun Istilah-istilal yang harus diketahui dalam pengukuran yaitu
sebagai berikut
1) Alat ukur (instrument), yaitu alat yang digunakan untuk mengukur. Ciri pokok
dari alat ukur adalah adanya skala yang bertujuan untuk menunjukkan hasil ukur.
Skala ini terkadang dilengkapi dengan berbagai alat penunjuk, misalnya seperti
jarum dan penunjuk, namun pada dasarnya apa pun dapat digunakan sebagai alat
ukur.
2) Ketelitian (accuracy), yaitu kemampuan dari alat ukur untuk memberikan hasil
ukur yang mendekati nilai yang sebenarnya.
3) Ketepatan (precision), yaitu kemampuan dari alat ukur untuk memberikan hasil
yang mendekati atau mirip satu sama lainnya apabila dilakuk in pengukuran
secara berulang.
4) Sensitivitas (sensitivity), yaitu tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan
besaran yang diukur.
5) Resolusi (resolution), yaitu perubahan terkecil atau skala terkecil yang mampu
ditunjukkan oleh alat ukur.
6) Kesalahan yaitu perbedaan atau penyimpangan antara hasil ukur dengan nilai
yang sebenarnya.

1. Alat ukur dan nilai skala terkecilnya


a. Alat ukur Panjang
1). Jangka sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur.
Pada batang ukurnya terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama
seperti mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang
ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang
ukur tetap dan gerak maka jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur
dimensi luar dan dalam dari benda ukur (Dr.Wagiran,2013). Jangka sorong
mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01
cm (agustiana dan Tika,2013). Rahang pada jangka sorong pada skala utama
memiliki panjang 1 cm sehingga jarak antara dua skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan skala nonius memiliki panjang 0,9 cm
jadi jarak antara dua skala nonius yang berdekatan adalah 0,09 cm. Sehingga
beda antara skala utama dengan nonius adalah 0,1 cm. 0,09 cm = 0,01 cm
atau 0,1 MM.
Cara membaca skala pada jangka sorong.
1). Baca posisi nol dari skala nonius pada skala utama.
2). Angka desimal (di belakang koma) dicari dari skala nonius yang
berhimpit dengan skala utama.

Gambar 1.1 skala pada jangka sorong

Skala utama =5,7cm


Skala nonius = 0,08cm
Hasil ukur = 5,78cm
2). Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat pengukuran yang
sering digunakan untuk mengukur diameter. Dekometer sekrup merupakan
juga alat ukur dengan ketepatan yang tinggi. Digunakan untuk benda kerja
pada jarak ukur tertentu yakni 0-25m, 25-50m, 50-75m dengan tingkat
ketelitian 0,01 MM (Hasna,2011). Mikrometer sekrup memiliki ketelitian
0,005 MM, mikrometer sekrup digunakan untuk benda yang sangat tipis,
seperti tebal kertas (Muhammad Minan chusni,2016).

Gambar 1.2 skala pada mikrometer sekrup

Cara membaca skalanya adalah sebagai berikut:


1). Skala utama pada garis atas menunjukkan angka 4 MM.
2). Untuk skala putar pada garis horizontal utama terhimpit di skala 0,30
MM.
3). Jumlah skala utama dan nonius 4+0,30= 4,30

b. Alat ukur massa


1). Neraca 4 lengan
Neraca empat lengan adalah neraca yang berguna untuk mengukur
massa benda dalam praktek laboratorium. Batas ketelitian Raja Ampat
lengan yaitu 0,1 gram (Tini Wati,2016). Kapasitas beban yang ditimbang
dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Prinsip kerja neraca ini
adalah sekedar membandingkan massa benda yang akan diukur dengan
anak timbang. Kemampuan pengukuran rasa ini dapat diubah dengan
menggeser posisi anak setimbang sepanjang lengan (Ruby, Saskia, Windi,
Zoel, 2016).

Cara baca skala pada neraca 4 lengan:

Gambar 1.3 skala pada neraca 4 lengan


Skala lengan pertama : 0g
Skala lengan kedua : 40g
Skala lengan ketiga : 6g
Skala lengan keempat : 0,4g

2). Neraca digital


Neraca digital merupakan neraca elektronik yang difungsikan
untuk menimbang muatan. Timbangan digital tidak sama dengan neraca
analog bekerja berdasarkan prinsip teknologi (Erik,2014).

Gambar 1.4 Neraca digital


Ditunjuk dan terbaca pada layarnya ketelitian rasa digital yang digunakan
dalam praktikum adalah 0,9 g.

2. Ketidakpastiaan pengukuran
a. Ketidakpastiaan pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan
sekali saja, besarnya ketidakpastian pada pengukuran tunggal adalah 0,5 NST (nilai
skala terkecil) (Rita,2003).
Contoh :
1). Pengukuran panjang paku menggunakan jangka sorong menunjukkan 1,5 cm
NST = 0,1cm
1 1
∆x= 2×NST = 2×0,1=0,05CM
Keterangan:
∆x = ketidakpastian pengukuran
NST = nilai skala terkecil

b. Ketidakpastian pengukuran berulang


Pengukuran berulang merupakan pengukuran yang dilakukan lebih dari satu
kali, akan tetapi dapat dibedakan antara pengukuran yang dilakukan beberapa kali
dengan pengukuran yang cukup sering atau lebih (Heryanti,2014). Tidak semua
pengukuran tunggal itu akurat, Oleh karena itu di YouTube akan pengukuran
berulang agar hasil pengukuran yang kita ukurkan lebih akurat.
1. Untuk mencari nilai ketidakpastian nilai pengukuran berulang, kita perlu
terlebih dahulu menghitung rata-rata dari hasil yang t elah di coba. Secara
sistematis dapat ditulis sebagai berikut ;

…………………………….……. (1.1)
Keterangan ;
= Nilai rata-rata
N = Banyaknya data
Data ke 1,2 dst

2. Kemudian kita menghitung besar ketidakpastian pengukuran berulang


yang dapat di peroleh dari standar deviasi atau simpangan baru (∆x), nilai
rata-rata sampel, secara sistematis dapat dicari sebagai berikut ;

∆x = ……………………………………………. (1.2)

Keterangan ;
∆x = Standar deviasi
3. Selanjutnya untuk penulisan hasil ukuran beserta ketidakpastiannya dapat
ditulis sebagai berikut :
X = ( ±∆x)satuan…………………………………………………….. (1.3)
4. Setelah mendapatkan hasil pengukuran dan nilai ketidakpastiannya, tentu
hasil yang kita peroleh memiliki error data yang dapat kita tentukan besar
presentasinya menggunakan rumus berikut :
∆𝑥
Error data = × 100%…………………………………………….. (1.4)

3. Angka penting(sifnificant Figures)

Angka penting terdiri dari angka yang terbaca pada skala alat ukur dan
angka perkiraan yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang
digunakan. Oleh karena itu, jumlah angka penting hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong mikrometer sekrup tentunya
akan berbeda. Semua hasil pengukuran adalah angka penting
(Prof.Dr.Susilo,M.s,2016).
a. Aturan angka penting

1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.


Contoh : 123 kg, memiliki 3 angka penting.
2. Semua angka nol yang terletak diantara angka-angka bukan nol adalah
angka penting.
Contoh : 150,31 kg, memiliki 5 angka penting.
3. Semua angka nol yang terletak disebelah angka kanan angka bukan nol
tanpa desimal tidak termasuk angka penting.
Contoh : 1900 kg, memiliki 2 angka penting
4. Semua angka nol di sebelah kiri angka bukan nol tidak termasuk angka
penting.
Contoh : 0,0019 kg, memiliki 2 angka penting.
5. Setiap angka nol dibelakang angka bukan nol yang terakhir tetapi di
belakang tanda desimal adalah angka penting.
Contoh : 190,50 kg, memiliki 4 angka penting.

b. Pembulatan bilangan penting

Untuk membulatkan banyak angka penting, hitung banyaknya angka dari


kiri ke kanan kemudian bulatkan (catatan : jika terdapat 0 di belakang koma
(misal, 0,006) jangan dihitung (Febry,2012).
1. Bila angka itu lebih besar daripada angka 5, maka angka terakhir yang di
pertahankan harus di naikkan 1.
Contoh : 19,18 m, dibulatkan menjadi menjadi 19,2 m.
2. Bila angka itu lebih kecil daripada nagka 5, maka angka terakhir yang
dipertahankan tidak berubah.
Contoh : 19,81 m, dibulatkan menjadi 19,8 m.
3. Bila angka kitu 5, maka angka terakhir yang di pertahankan harus di
naikkan 1 jika angka itu tadinya angka ganjil dan tidak berubah jika angka
terakhir yang di pertahankan itu tadinya ngka genap.
Contoh : 19,75 m, dibulatkan menjadi 19,8 m.
19,65 m, dibulatkan menjadi 19,6 m.

4. Ralat Gayut dan Tak Gayut

a. Ralat Gayut
Apabila saat eksperimen yang kita lakukan tidak dapat menghindari
korelasi antara variable satu dengan variable lainnya, seperti pada
pengukuran volume balok dengan dimensi v (x;y;z). pengukuran besaran
tersebut menggunakan alat yang sama, dan diamati oleh orang yang sama.
Hal ini di perbolehkan pengamat untuk menggunakan rumus perambatan
ralat bergayut.
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣
∆v = | 𝜕𝑥 | ∆x + | 𝜕𝑦 | ∆y + | 𝜕𝑧 | ∆z………………………….…………..(1.5)

b. Ralat tak gayut


Apabila saat eksperimen yang kita lakukan fungsi besaran v yang
bergantungan dengan besaran variabel yang terukur langsung saling bebas
antara satu dengan lainnya, maka dari besaran (v) merupakan ralat
perambatan yang tak gayut atau bisa dibilang tidak ada koorelasi sama
sekali antara ralat x, ralat y, ralat z. contoh pada eksperimen yang
menentukan nilai percepatan gravitasi bumi dengan rumus eksperimen
4𝜋2
g= × L. Pengukuran Panjang tali (L) menggunakan alat ukur panjang
𝑇2
dan pengukuran periode ayunan (T) menggunakan alat ukur waktu.
Sehingga hasil ukur dari kedua besaran tidak saling mempengaruhi,
sehingga hal ini dapat dikatakan saling bebas. Hal ini dapat dinyatakan ralat
dari besaran gravitas (g) merupakan kasus ralat perambatan yang saling
bebas atau tak gayut.
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣
∆v = √[𝜕𝑥 ∆𝑋]2 + [𝜕𝑉 ∆𝑉]2 + [𝜕𝑍 ∆𝑍]2 ……………………………(1.6)

E. ALAT DAN BAHAN

1. Jangka sorong 1
2. Mikrometer sekrup 1
3. Neraca digital 1
4. Neraca 4 lengan 1
5. Kubus 1
6. Kertas 1
7. Bola Pejal 1
8. Uang Logam 1
9. Gelas 1
10. Kelereng 1
11. Silinders 1
F. PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan 1 : Menentukan Panjang Benda

1. Tentukan nilai NST dari alat ukur yang digunakan.


2. Ukur diameter silinder, diameter bola pejal, ketebalan uang dan ketebalan
kertas menggunakan mikrometer sekrup masing-masing sebanyak 5 kali.
3. Kemudian catat hasilnya pada blanko percobaan.
4. Ulangi langkah 1-3 dengan mengukur Panjang kubus, tinggi silinder, tinggi
gelas, diameter gelas dan kedalaman gelas menggunakan jangka sorong.

Percobaan 2 : Menentukan Massa Benda

1. Tentukan nilai NST dari alat ukur yang digunakan.


2. Timbang massa kubus dan kelereng menggunakan neraca 4 lengan masing-
masing sebanyak 5 kali pengulangan.
3. Kemudian catat hasilnya pada blanko percobaan.
4. Ulangi langkah 1-3 dengan menggunakan neraca digital.

G. HASIL DATA DAN PENGAMATAN

Tabel 1.1 Pengukuran Panjang menggunakan mikrometer sekrup (mm)


Silinder Bola pejal Kertas Uang logam
No. Diameter Diameter Ketebalan Ketebalan

1. 10,42 mm 6,81 mm 0,08 mm 2,06 mm


2. 10,41 mm 6,77 mm 0,07 mm 2, 09 mm
3. 10,42 mm 6,75 mm 0,05 mm 2,04 mm
4. 10,40 mm 6,78 mm 0,06 mm 2,01 mm
5. 10,41 mm 6,77 mm 0,07 mm 2,45 mm

Table 1.2 Pengukuran Panjang menggunakan jangka sorong (cm)


Kubus Silinder Gelas
No. Panjang Tinggi Tinggi Diameter Kedalaman
dalam
1. 1,96 cm 3,04 cm 7,01 cm 6,75 cm 6,96 cm
2. 1,81 cm 3,07 cm 7,01 cm 6,7 cm 6,995 cm
3. 1,81 cm 3,04 cm 6,95 cm 6,76 cm 7,045 cm
4. 1,81 cm 3,04 cm 6,94 cm 6,76 cm 6,92 cm
5. 1,81 cm 3,04 cm 7,02 cm 6,76 cm 7,06 cm
Tabel 1.3 Pengukuran Massa menggunakan neraca 4 lengan dan neraca digital
(gram)
Neraca 4 lengan Neraca digital
No. Kubus Kelereng Kubus Kelereng

1. 61 gram 5,3 gram 60,4 gram 5,1 gram


2. 61 gram 5,35 gram 60,4 gram 5,1 gram
3. 61 gram 5,3 gram 60,4 gram 5,1 gram
4. 61 gram 5,35 gram 60,4 gram 5,1 gram
5. 61 gram 5,35 gram 60,4 gram 5,1 gram

H. PERHITUNGAN

Tabel 1.4 Perhitungan pengukuran diameter silinder menggunakan mikrometer


sekrup (m)
NO d |d̅-d| |𝐝̅ − 𝐝|𝟐
1. 0,01042 m 0,010412 m 0,000008 m 0,000000000064 m
2. 0,01041 m 0,010412 m 0,000002 m 0,000000000004 m
3. 0,01042 m 0,010412 m 0,000008 m 0,000000000064 m
4. 0,01040 m 0,010412 m 0,000012 m 0,000000000144 m
5. 0,01041 m 0,010412 m 0,000002 m 0,000000000004 m
∑ 0,05206 m 0,010412 m 0,000000000280 m
∑𝐝 𝟎,𝟎𝟓𝟐𝟎𝟔
𝐝̅ = = = 0,010412 m
𝒏 𝟓

∑ |𝑑̅−d |2 0,000000000280
∆d =√ = =√0,00000000007 = 0,00000836660026534m
𝑛−1 4

d= (d̅±∆d)

= (0,010412±0,00000836660026534)m

∆d 0,00000836660026534
Error data = × 100% = × 100% = 0,08035536174%
𝑑̅ 0,010412
Tabel 1.5 Perhitungan pengukuran diameter bola pejal menggunakan mikrometer
sekrup (m)
NO d |d̅-d| |𝐝̅ − 𝐝|𝟐
1. 0,00681 m 0,006776 m 0,000034 m 0,00000000115 m
2. 0,00677 m 0,006776 m 0,000006 m 0,000000000036 m
3. 0,00675 m 0,006776 m 0,000026 m 0,000000000676 m
4. 0,00678 m 0,006776 m 0,000004 m 0,000000000016 m
5. 0,00677 m 0,006776 m 0,000006 m 0,000000000036 m
∑ 0,03388 m 0,000000000879 m
∑𝐝 𝟎,𝟎𝟑𝟑𝟖𝟖
𝐝̅ = = = 0,006776 m
𝒏 𝟓

∑ |𝑑−d | ̅ 2
0,000000000879
∆d=√ = =√0,00000000021975= 0,0000148239670803m
𝑛−1 4

d= (d̅±∆d)

= (0,03388±0,0000148239670803)m

∆d 0,0000148239670803
Error data = × 100% = × 100% = 0,0437543302252%
𝑑̅ 0,03388
Tabel 1.6 Perhitungan pengukuran ketebalan kertas menggunakan mikrometer
sekrup (m)
NO b ̅
b ̅ -b|
|b |𝐛̅ − 𝐛|𝟐
1. 0,00008 m 0,000066 m 0,000014 m 0,000000000196 m
2. 0,00007 m 0,000066 m 0,000004 m 0,000000000016 m
3. 0,00005 m 0,000066 m 0,000016 m 0,000000000256 m
4. 0,00006 m 0,000066 m 0,000006 m 0,000000000036 m
5. 0,00007 m 0,000066 m 0,000004 m 0,000000000016 m
∑ 0,00033 m 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟓𝟐𝟎 𝐦
∑𝐛 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟑𝟑
𝐛̅ = 𝒏 = 𝟓 = 0,000066 m
∑ |𝑏̅−b |2 0,000000000520
∆b =√ = =√0,000000000130 = 0,0000228035085019m
𝑛−1 4
̅ ±∆b)
b= (b

= (0,00033±0,0000228035085019)m

∆b 0,0000228035085019
Error data = × 100% = × 100% = 7,60116950063%
𝑏̅ 0,00033
Tabel 1.7 Perhitungan pengukuran ketebalan uang logam menggunakan
mickometer sekrup (m)
NO b ̅
b ̅ -b|
|b |𝐛̅ − 𝐛|𝟐
1. 0,00206 m 0,00213 m 0,00007 m 0,0000000049 m
2. 0,00209 m 0,00213 m 0,00004 m 0,0000000016 m
3. 0,00204 m 0,00213 m 0,00009 m 0,0000000081 m
4. 0,00201 m 0,00213 m 0,00012 m 0,0000000144 m
5. 0,00245 m 0,00213 m 0,00032 m 0,0000001024 m
∑ 0,01065 m 0,0000001314 m
∑𝐛 𝟎,𝟎𝟏𝟎𝟔𝟓
𝐛̅ = 𝒏 = 𝟓 = 0,00213 m
∑ |𝑏̅−b |2 0,0000001314
∆b =√ = =√0,00000003285 = 0,0001812456896m
𝑛−1 4
̅ ±∆b)
b= (b

= (0,00213±0,0001812456896)m

∆b 0,0001812456896
Error data = × 100% = × 100% = 8,5091873051643%
𝑏̅ 0,00213

Tabel 1.8 Perhitungan pengukuran Panjang kubus menggunakan jangka sorong (m)
NO p p̅ |p̅-p| ̅ − 𝐩|𝟐
|𝐩
1. 0,0196 m 0,0184 m 0,0012 m 0,00000144 m
2. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
3. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
4. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
5. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
∑ 0,092 m 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟏𝟖 m
∑𝐩 𝟎,𝟎𝟗𝟐
̅=
𝐩 = = 0,0184 m
𝒏 𝟓
∑ |𝑝̅−p |2 0,0000018
∆p =√ = =√0,00000045 = 0,0021213203435m
𝑛−1 4

p= (p̅±∆p)

= (0,0184±0,0021213203435)m

∆p 0,0021213203435
Error data = × 100% = × 100% = 11,528914910650%
𝑝̅ 0,0184
Tabel 1.9 Perhitungan pengukuran tinggi silinder menggunakan jangka sorong (m)
NO T ̅
T |T̅-T| ̅ − 𝐓|𝟐
|𝐓
1. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
2. 0,0307 m 0,03046 m 0,00024 m 0,0000000576 m
3. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
4. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
5. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
∑ 0,1523 m 0,000000072 m
̅ = ∑𝐓 = 𝟎,𝟏𝟓𝟐𝟑 = 0,03046 m
𝐓 𝒏 𝟓

∑ |𝑇̅ −T |2 0,000000072
∆T =√ = =√0,000000018 = 0,0001341640786m
𝑛−1 4
̅±∆T)
T= (T

= (0,1523±0,0001341640786)m

∆T 0,0001341640786
Error data = ̅
× 100% = × 100% = 0,0880919754432%
T 0,1523

Tabel 1.10 Perhitungan pengukuran tinggi gelas menggunakan jangka sorong (m)
NO T ̅
T |T̅-T| ̅ − 𝐓|𝟐
|𝐓
1. 0,0701 m 0,06986 m 0,00024 m 0,0000000576 m
2. 0,0701 m 0,06986 m 0,00024 m 0,0000000576 m
3. 0,0695 m 0,06986 m 0,00036 m 0,0000001296 m
4. 0,0694 m 0,06986 m 0,00046 m 0,0000002116 m
5. 0,0702 m 0,06986 m 0,00034 m 0,0000001156 m
∑ 0,3493 m 0,000000572 m
̅ = ∑𝐓 = 𝟎,𝟑𝟒𝟗𝟑 = 0,06986 m
𝐓 𝒏 𝟓

∑ |𝑇̅ −T |2 0,000000527
∆T =√ = =√0,000000143 = 0,000378153408m
𝑛−1 4
̅±∆T)
T= (T

= (0,06986±0,000378153408)m

∆T 0,000378153408
Error data = ̅
× 100% = × 100% = 0,5413017578013%
T 0,06986
Tabel 1.11 Perhitungan pengukuran diameter dalam gelas menggunakan jangka
sorong (m)
NO d |d̅-d| |𝐝̅ − 𝐝|𝟐
1. 0,0675 m 0,06746 m 0,00004 m 0,0000000016 m
2. 0,067m 0,06746 m 0,00046 m 0,0000002116 m
3. 0,0676 m 0,06746 m 0,00014 m 0,0000000196 m
4. 0,0676 m 0,06746 m 0,00014 m 0,0000000196 m
5. 0,0676 m 0,06746 m 0,00014 m 0,0000000196 m
∑ 0,3373 m 0,000000272 m
∑𝐝 𝟎,𝟑𝟑𝟕𝟑
𝐝̅ = = = 0,06746 m
𝒏 𝟓

∑ |𝑑−d | ̅
0,000000272 2
∆d=√ 𝑛−1 = =√0,000000068= 0,0002607680962m
4

d= (d̅±∆d)

= (0,3373±0,0002607680962)m

∆d 0,0002607680962
Error data = × 100% = × 100% = 0,0773104346872%
𝑑̅ 0,3373

Tabel 1.12 Perhitungan pengukuran kedalaman gelas menggunakan jangka sorong


(m)
NO h h̅ |h̅-h| |𝐡̅ − 𝐡|𝟐
1. 0,0696 m 0,06996 m 0,00036 m 0,0000001296 m
2. 0,06995 m 0,06996 m 0,00001 m 0,0000000001 m
3. 0,07045 m 0,06996 m 0,00049 m 0,0000002401 m
4. 0,0692 m 0,06996 m 0,00076 m 0,0000005776 m
5. 0,0706 m 0,06996 m 0,00064 m 0,0000004096 m
∑ 0,3498 m 0,000001357 m
∑𝐡 𝟎,𝟑𝟒𝟗𝟖
𝐡̅ = 𝒏 = 𝟓 = 0,06996 m
∑ |ℎ −h | ̅ 2
0,000001357
∆h =√ 𝑛−1 = =√0,00000033925 = 0,0005824517147m
4

h= (h̅±∆h)

= (0,06996±0,0005824517147)m

∆h 0,0005824517147
Error data = ̅ × 100% = × 100% = 0,8325496207833%
h 0,06996
Tabel 1.13 Perhitungan pengukuran massa kubus menggunakan neraca 4 lengan
(Kg)
NO m m
̅ |m̅ -m| ̅ − 𝐦|𝟐
|𝐦
1. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
2. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
3. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
4. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
5. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
∑ 0,305 Kg 0 Kg
∑𝐦 𝟎,𝟑𝟎𝟓
̅=
𝐦 = = 0,061 Kg
𝒏 𝟓

̅ −m |2
∑ |m 0
∆m =√ = 4 =√0 = 0m
𝑛−1
̅ ±∆m)
m= (m

= (0,061±0)m

∆m 0
Error data = × 100% = 0,061 × 100% = 0%
m
̅

Tabel 1.14 Perhitungan pengukuran massa kelereng menggunakan neraca 4 lengan


(Kg)
NO m m
̅ |m̅ -m| |𝐦̅ − 𝐦|𝟐
1. 0,053 Kg 0,0533 Kg 0,0003 Kg 0,00000009 Kg
2. 0,0535 Kg 0,0533 Kg 0,0002 Kg 0,00000004 Kg
3. 0,053 Kg 0,0533 Kg 0,0003 Kg 0,00000009 Kg
4. 0,0535 Kg 0,0533 Kg 0,0002 Kg 0,00000004 Kg
5. 0,0535 Kg 0,0533 Kg 0,0002 Kg 0,00000004 Kg
∑ 0,2665 Kg 0,00000026 Kg
∑𝐦 𝟎,𝟐𝟔𝟔𝟓
̅=
𝐦 = = 0,0533 Kg
𝒏 𝟓

̅ −m |2
∑ |m 0,00000026
∆m ==√ = =√0,000000065 = 0,0002549509756m
𝑛−1 4
̅ ±∆m)
m= (m

= (0,0533±0,0002549509756)m

∆m 0,0002549509756
Error data = × 100% = × 100% = 0,4783320367729%
m
̅ 0,0533
Tabel 1.15 Perhitungan pengukuran massa kubus menggunakan neraca digital (Kg)
NO m m
̅ |m̅ -m| |𝐦̅ − 𝐦|𝟐
1. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
2. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
3. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
4. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
5. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
∑ 0,302 Kg 0 Kg
∑𝐦 𝟎,𝟑𝟎𝟐
̅=
𝐦 = = 0,0604 Kg
𝒏 𝟓

̅ −m |2
∑ |m 0
∆m =√ = 4 =√0 = 0m
𝑛−1

̅ ±∆m)
m= (m

= (0,0604±0)m

∆m 0
Error data = × 100% = 0,0604 × 100% = 0%
m
̅

Tabel 1.16 Perhitungan pengukuran massa kelereng menggunakan neraca 4 digital


(Kg)
NO m m
̅ |m̅ -m| |𝐦̅ − 𝐦|𝟐
1. 0,051 Kg 0,051 Kg 0 Kg 0 Kg
2. 0,051 Kg 0,051 Kg 0 Kg 0 Kg
3. 0,051 Kg 0,051 Kg 0 Kg 0 Kg
4. 0,051 Kg 0,051 Kg 0 Kg 0 Kg
5. 0,051 Kg 0,051 Kg 0 Kg 0 Kg
∑ 0,255 Kg 0 Kg
∑𝐦 𝟎,𝟐𝟓𝟓
̅=
𝐦 = = 0,051 Kg
𝒏 𝟓
̅ −m |2
∑ |m 0
∆m =√ = =√0 = 0m
𝑛−1 4
̅ ±∆m)
m= (m

= (0,051±0)m

∆m 0
Error data = × 100% = 0,051 × 100% = 0%
m
̅
Perhitungan Volume Silinder

Dik :

d̅ = 0,010412 m

𝑡̅ = 0,3046 m

Dit :

𝑣̅ = ?

𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏 :

1 ̅̅̅2 × 𝑡̅
𝑣̅ = 4 𝜋𝑑

1
𝑣̅ = 4 × 3,14 × 0,0104122 × 0,03046

= 0,0004147513967 𝑚3

Perhitungan Ralat Gayut


Dik :
= 0,010412
= 0,03046
∆d = 0,00000836660026534
∆t = 0,0001341640786

Jawab:

∆v =

= . 0,010412. 0,03046. 0,00000836660026534 + . 3,14.( 0,010412)2.


0,0001341640786
= 0,00000000416593731534+0,00000000363617335375
= 0,0000000080211066909
I. PEMBAHASAN
Pada praktikum pertama, Praktikan melakukan pengukuran dan
perhitungan atas dasar teori ketidakpastian untuk mengukur silinder bola pejal,
kertas, uang logam, kubus, dan gelas, menggunakan alat ukur jangka sorong dan
mikrometer sekrup praktikkan juga mengukur massa kubus dan kelereng
menggunakan alat ukur neraca 4 lengan dan neraca digital.
Sebagaimana biasa dalam pengamatan atau pengukuran secara umum, hasil yang
diperoleh pasti tidak dapat terlepas dari kesalahan yang biasa disebut dengan error
data.
Faktor penyebab kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti
faktor peralatan, penggunaan, kondisi lingkungan dll. Contohnya seperti pada saat
pengukuran panjang menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong terdapat
kesalahan di setiap pengukurannya karena saat melakukan perhitungan pada skala
utama dan skala nonius terjadi kerancuan di skala nonius.
Pada pengukuran panjang menggunakan mikrometer sekrup dan jangka
sorong, praktikan membuat beberapa kesalahan misalnya kurang kalibrasi, kalibrasi
sangatlah penting untuk menentukan kebenaran nilai yang ditunjukkan oleh alat
ukur. Kesalahan berikutnya terjadi karena bahan yang digunakan memiliki bentuk
yang berbeda pada setiap sisinya, dan juga ada yang memiliki kerusakan pada alat.
Kesalahan tidak terjadi pada pengukuran jangka sorong dan micrometer sekrup
tetapi pada pengukuran neraca 4 lengan dan neraca digital juga.
Pada saat praktikan melakukan pengukuran menggunakan neraca 4 lengan,
praktikan menemukan kesalahan yang praktikan lakukan, yaitu dengan menaruh di
tempat atau sisi yang berbeda dan pada alat juga memiliki kerusakan karena tidak
mau berhenti ketengah. Sedangkan saat menggunakan neraca digital praktikan
menaruh dengan posisi yang berbeda juga ternyata semua percobaan memiliki hasil
yang sama.
Pada saat menghitung praktikan memiliki kendala saat menghitng ralat
gayut dan error data, karena pada data praktikan harus teliti karena jika tidak teliti
praktikan akan salah perhitungan atau salah menempatkan angka pada tabel. Pada
menghitung error data praktikan harus melakukan dengan perlahan supaya tidak
salah pada perhitungan.

Jawaban Tugas Akhir


1. Terlampir pada point G, hasil data dan pengamatan
2. Terlampir pada point H, perhitungan
3. Terlampir pada point H, perhitungan
4. Karena pada setiap pengukuran memiliki beberapa keterbatasan, misalnya
alat ukur, serta penggunaan alat ukur tersebut,maupun keterbatasan kondisi
lingkungan yang akhirnya hasildari pengukuran tidak akurat.
J. KESIMPULAN
Pada praktiktikum kali ini para praktikan sudah dapat memahami skala alat
ukur dasar pada jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca 4 lengan dan neraca
digital, serta para praktikan mengetahui skala terkecilnya dari keempat alat tersebut.
Pada praktikum pertama ini juga, para praktikan dapat menentukan nilai
ketidakpastian pada pengukuran dan ralat gayut dari hasil pengukuran, dan untuk
contoh seperti pengukuran ralat gayut pada silinder. Praktikan juga jadi mengetahui
bahwa untuk mencari nilai ketidakpastian harus mencari terlebih dahulu rata-rata
dari pengukuran setelah itu standar deviasi dan penulisannya dan yang terakhir kita
bisa menentukan error data, jadi dari nilai ketidakpastian praktikan memahami
beberapa materi lainnya.
Dan untuk menuliskan hasil dari perhitungan praktikan sudah dapat
menuliskannya sesuai dengan aturan dari angka penting itu sendiri,serta sudah
dapat membulatkan hasil pengukuran dari angka penting

K. DAFTAR PUSTAKA

Paken Pandiangan,Artoto Akundato,2018. Ketidakpastian dan


pengukuran. Masthura,4-6.

Ahmad Fauzi. 2013. Pengembangan model praktikum fisika berbasis analisi


ketidakpastian pengukuran. Jurnal materi dan pembelajaran fisika, volume
3.

Fathiah, 2020. Alat ukur dan Teknik pengukuran Alatas,4-7

Tim Labolatorium Sains Fisika FKIP UNTIRTA. 2023. Modul Praktikum

Fisika dasar I.Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


L. LAMPIRAN
1. Blanko Pecobaan Dasar Pengukuran Dan Teori Ketidakpasian

Anda mungkin juga menyukai