A. JUDUL PRAKTIKUM
Dasar Pengukuran Dan Teori Ketidakpastian
C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami skala ukur alat ukur dasar (jangka sorong, micrometer sekrup,
neraca digital dan neraca 4 lengan).
2. Menentukan nilai ketidakpastian pengukuran dan ralat gayut.
3. Menulis hasil besaran berdasarkan angka penting dari hasil pengukuran dan
perhitungan.
D. DASAR TEORI
Pengamatan atas suatu besaran Fisis biasanya akann berlanjut dengan
pengukuran suatu besaran Fisis. tertentu misalnya panjang, massa, waktu,
tegangan kuat arus listrik dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan melakukan
pengukuran dengan baik, kita harus memperhatikan beberapa faktor seperti
metode pengukuran, suhu lingkungan kondisi alam sampai pada analisis data hasil
pengukuran dan selanjutnya kita dapat membuat simpulan dari hasil pengukuran
yang dilakukan (paken Pandiangan,2018).
Pengukuran ketidakpastian merupakan suatu bagian penting dari suatu
kegiatan eksperimen (praktikum). Ilmu pengetahuan tersusun dari sejumlah
pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan melihatkan sekumpulan data
melalui pengamatan, eksperimen rumusan masalah dan pengujian hipotesis.
Ketidakpastian dari pengukuran harus dinyatakan untuk menunjukkan ketepatan
dan ketelitian pengukuran yang dilakukan (Ahmad Fauzi,2013).
Adapun Istilah-istilal yang harus diketahui dalam pengukuran yaitu
sebagai berikut
1) Alat ukur (instrument), yaitu alat yang digunakan untuk mengukur. Ciri pokok
dari alat ukur adalah adanya skala yang bertujuan untuk menunjukkan hasil ukur.
Skala ini terkadang dilengkapi dengan berbagai alat penunjuk, misalnya seperti
jarum dan penunjuk, namun pada dasarnya apa pun dapat digunakan sebagai alat
ukur.
2) Ketelitian (accuracy), yaitu kemampuan dari alat ukur untuk memberikan hasil
ukur yang mendekati nilai yang sebenarnya.
3) Ketepatan (precision), yaitu kemampuan dari alat ukur untuk memberikan hasil
yang mendekati atau mirip satu sama lainnya apabila dilakuk in pengukuran
secara berulang.
4) Sensitivitas (sensitivity), yaitu tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan
besaran yang diukur.
5) Resolusi (resolution), yaitu perubahan terkecil atau skala terkecil yang mampu
ditunjukkan oleh alat ukur.
6) Kesalahan yaitu perbedaan atau penyimpangan antara hasil ukur dengan nilai
yang sebenarnya.
2. Ketidakpastiaan pengukuran
a. Ketidakpastiaan pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan
sekali saja, besarnya ketidakpastian pada pengukuran tunggal adalah 0,5 NST (nilai
skala terkecil) (Rita,2003).
Contoh :
1). Pengukuran panjang paku menggunakan jangka sorong menunjukkan 1,5 cm
NST = 0,1cm
1 1
∆x= 2×NST = 2×0,1=0,05CM
Keterangan:
∆x = ketidakpastian pengukuran
NST = nilai skala terkecil
…………………………….……. (1.1)
Keterangan ;
= Nilai rata-rata
N = Banyaknya data
Data ke 1,2 dst
∆x = ……………………………………………. (1.2)
Keterangan ;
∆x = Standar deviasi
3. Selanjutnya untuk penulisan hasil ukuran beserta ketidakpastiannya dapat
ditulis sebagai berikut :
X = ( ±∆x)satuan…………………………………………………….. (1.3)
4. Setelah mendapatkan hasil pengukuran dan nilai ketidakpastiannya, tentu
hasil yang kita peroleh memiliki error data yang dapat kita tentukan besar
presentasinya menggunakan rumus berikut :
∆𝑥
Error data = × 100%…………………………………………….. (1.4)
Angka penting terdiri dari angka yang terbaca pada skala alat ukur dan
angka perkiraan yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang
digunakan. Oleh karena itu, jumlah angka penting hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong mikrometer sekrup tentunya
akan berbeda. Semua hasil pengukuran adalah angka penting
(Prof.Dr.Susilo,M.s,2016).
a. Aturan angka penting
a. Ralat Gayut
Apabila saat eksperimen yang kita lakukan tidak dapat menghindari
korelasi antara variable satu dengan variable lainnya, seperti pada
pengukuran volume balok dengan dimensi v (x;y;z). pengukuran besaran
tersebut menggunakan alat yang sama, dan diamati oleh orang yang sama.
Hal ini di perbolehkan pengamat untuk menggunakan rumus perambatan
ralat bergayut.
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑣
∆v = | 𝜕𝑥 | ∆x + | 𝜕𝑦 | ∆y + | 𝜕𝑧 | ∆z………………………….…………..(1.5)
1. Jangka sorong 1
2. Mikrometer sekrup 1
3. Neraca digital 1
4. Neraca 4 lengan 1
5. Kubus 1
6. Kertas 1
7. Bola Pejal 1
8. Uang Logam 1
9. Gelas 1
10. Kelereng 1
11. Silinders 1
F. PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan 1 : Menentukan Panjang Benda
H. PERHITUNGAN
∑ |𝑑̅−d |2 0,000000000280
∆d =√ = =√0,00000000007 = 0,00000836660026534m
𝑛−1 4
d= (d̅±∆d)
= (0,010412±0,00000836660026534)m
∆d 0,00000836660026534
Error data = × 100% = × 100% = 0,08035536174%
𝑑̅ 0,010412
Tabel 1.5 Perhitungan pengukuran diameter bola pejal menggunakan mikrometer
sekrup (m)
NO d |d̅-d| |𝐝̅ − 𝐝|𝟐
1. 0,00681 m 0,006776 m 0,000034 m 0,00000000115 m
2. 0,00677 m 0,006776 m 0,000006 m 0,000000000036 m
3. 0,00675 m 0,006776 m 0,000026 m 0,000000000676 m
4. 0,00678 m 0,006776 m 0,000004 m 0,000000000016 m
5. 0,00677 m 0,006776 m 0,000006 m 0,000000000036 m
∑ 0,03388 m 0,000000000879 m
∑𝐝 𝟎,𝟎𝟑𝟑𝟖𝟖
𝐝̅ = = = 0,006776 m
𝒏 𝟓
∑ |𝑑−d | ̅ 2
0,000000000879
∆d=√ = =√0,00000000021975= 0,0000148239670803m
𝑛−1 4
d= (d̅±∆d)
= (0,03388±0,0000148239670803)m
∆d 0,0000148239670803
Error data = × 100% = × 100% = 0,0437543302252%
𝑑̅ 0,03388
Tabel 1.6 Perhitungan pengukuran ketebalan kertas menggunakan mikrometer
sekrup (m)
NO b ̅
b ̅ -b|
|b |𝐛̅ − 𝐛|𝟐
1. 0,00008 m 0,000066 m 0,000014 m 0,000000000196 m
2. 0,00007 m 0,000066 m 0,000004 m 0,000000000016 m
3. 0,00005 m 0,000066 m 0,000016 m 0,000000000256 m
4. 0,00006 m 0,000066 m 0,000006 m 0,000000000036 m
5. 0,00007 m 0,000066 m 0,000004 m 0,000000000016 m
∑ 0,00033 m 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟓𝟐𝟎 𝐦
∑𝐛 𝟎,𝟎𝟎𝟎𝟑𝟑
𝐛̅ = 𝒏 = 𝟓 = 0,000066 m
∑ |𝑏̅−b |2 0,000000000520
∆b =√ = =√0,000000000130 = 0,0000228035085019m
𝑛−1 4
̅ ±∆b)
b= (b
= (0,00033±0,0000228035085019)m
∆b 0,0000228035085019
Error data = × 100% = × 100% = 7,60116950063%
𝑏̅ 0,00033
Tabel 1.7 Perhitungan pengukuran ketebalan uang logam menggunakan
mickometer sekrup (m)
NO b ̅
b ̅ -b|
|b |𝐛̅ − 𝐛|𝟐
1. 0,00206 m 0,00213 m 0,00007 m 0,0000000049 m
2. 0,00209 m 0,00213 m 0,00004 m 0,0000000016 m
3. 0,00204 m 0,00213 m 0,00009 m 0,0000000081 m
4. 0,00201 m 0,00213 m 0,00012 m 0,0000000144 m
5. 0,00245 m 0,00213 m 0,00032 m 0,0000001024 m
∑ 0,01065 m 0,0000001314 m
∑𝐛 𝟎,𝟎𝟏𝟎𝟔𝟓
𝐛̅ = 𝒏 = 𝟓 = 0,00213 m
∑ |𝑏̅−b |2 0,0000001314
∆b =√ = =√0,00000003285 = 0,0001812456896m
𝑛−1 4
̅ ±∆b)
b= (b
= (0,00213±0,0001812456896)m
∆b 0,0001812456896
Error data = × 100% = × 100% = 8,5091873051643%
𝑏̅ 0,00213
Tabel 1.8 Perhitungan pengukuran Panjang kubus menggunakan jangka sorong (m)
NO p p̅ |p̅-p| ̅ − 𝐩|𝟐
|𝐩
1. 0,0196 m 0,0184 m 0,0012 m 0,00000144 m
2. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
3. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
4. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
5. 0,0181 m 0,0184 m 0,0003 m 0,00000009 m
∑ 0,092 m 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟏𝟖 m
∑𝐩 𝟎,𝟎𝟗𝟐
̅=
𝐩 = = 0,0184 m
𝒏 𝟓
∑ |𝑝̅−p |2 0,0000018
∆p =√ = =√0,00000045 = 0,0021213203435m
𝑛−1 4
p= (p̅±∆p)
= (0,0184±0,0021213203435)m
∆p 0,0021213203435
Error data = × 100% = × 100% = 11,528914910650%
𝑝̅ 0,0184
Tabel 1.9 Perhitungan pengukuran tinggi silinder menggunakan jangka sorong (m)
NO T ̅
T |T̅-T| ̅ − 𝐓|𝟐
|𝐓
1. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
2. 0,0307 m 0,03046 m 0,00024 m 0,0000000576 m
3. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
4. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
5. 0,0304 m 0,03046 m 0,00006 m 0,0000000036 m
∑ 0,1523 m 0,000000072 m
̅ = ∑𝐓 = 𝟎,𝟏𝟓𝟐𝟑 = 0,03046 m
𝐓 𝒏 𝟓
∑ |𝑇̅ −T |2 0,000000072
∆T =√ = =√0,000000018 = 0,0001341640786m
𝑛−1 4
̅±∆T)
T= (T
= (0,1523±0,0001341640786)m
∆T 0,0001341640786
Error data = ̅
× 100% = × 100% = 0,0880919754432%
T 0,1523
Tabel 1.10 Perhitungan pengukuran tinggi gelas menggunakan jangka sorong (m)
NO T ̅
T |T̅-T| ̅ − 𝐓|𝟐
|𝐓
1. 0,0701 m 0,06986 m 0,00024 m 0,0000000576 m
2. 0,0701 m 0,06986 m 0,00024 m 0,0000000576 m
3. 0,0695 m 0,06986 m 0,00036 m 0,0000001296 m
4. 0,0694 m 0,06986 m 0,00046 m 0,0000002116 m
5. 0,0702 m 0,06986 m 0,00034 m 0,0000001156 m
∑ 0,3493 m 0,000000572 m
̅ = ∑𝐓 = 𝟎,𝟑𝟒𝟗𝟑 = 0,06986 m
𝐓 𝒏 𝟓
∑ |𝑇̅ −T |2 0,000000527
∆T =√ = =√0,000000143 = 0,000378153408m
𝑛−1 4
̅±∆T)
T= (T
= (0,06986±0,000378153408)m
∆T 0,000378153408
Error data = ̅
× 100% = × 100% = 0,5413017578013%
T 0,06986
Tabel 1.11 Perhitungan pengukuran diameter dalam gelas menggunakan jangka
sorong (m)
NO d |d̅-d| |𝐝̅ − 𝐝|𝟐
1. 0,0675 m 0,06746 m 0,00004 m 0,0000000016 m
2. 0,067m 0,06746 m 0,00046 m 0,0000002116 m
3. 0,0676 m 0,06746 m 0,00014 m 0,0000000196 m
4. 0,0676 m 0,06746 m 0,00014 m 0,0000000196 m
5. 0,0676 m 0,06746 m 0,00014 m 0,0000000196 m
∑ 0,3373 m 0,000000272 m
∑𝐝 𝟎,𝟑𝟑𝟕𝟑
𝐝̅ = = = 0,06746 m
𝒏 𝟓
∑ |𝑑−d | ̅
0,000000272 2
∆d=√ 𝑛−1 = =√0,000000068= 0,0002607680962m
4
d= (d̅±∆d)
= (0,3373±0,0002607680962)m
∆d 0,0002607680962
Error data = × 100% = × 100% = 0,0773104346872%
𝑑̅ 0,3373
h= (h̅±∆h)
= (0,06996±0,0005824517147)m
∆h 0,0005824517147
Error data = ̅ × 100% = × 100% = 0,8325496207833%
h 0,06996
Tabel 1.13 Perhitungan pengukuran massa kubus menggunakan neraca 4 lengan
(Kg)
NO m m
̅ |m̅ -m| ̅ − 𝐦|𝟐
|𝐦
1. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
2. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
3. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
4. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
5. 0,061 Kg 0,061 Kg 0 Kg 0 Kg
∑ 0,305 Kg 0 Kg
∑𝐦 𝟎,𝟑𝟎𝟓
̅=
𝐦 = = 0,061 Kg
𝒏 𝟓
̅ −m |2
∑ |m 0
∆m =√ = 4 =√0 = 0m
𝑛−1
̅ ±∆m)
m= (m
= (0,061±0)m
∆m 0
Error data = × 100% = 0,061 × 100% = 0%
m
̅
̅ −m |2
∑ |m 0,00000026
∆m ==√ = =√0,000000065 = 0,0002549509756m
𝑛−1 4
̅ ±∆m)
m= (m
= (0,0533±0,0002549509756)m
∆m 0,0002549509756
Error data = × 100% = × 100% = 0,4783320367729%
m
̅ 0,0533
Tabel 1.15 Perhitungan pengukuran massa kubus menggunakan neraca digital (Kg)
NO m m
̅ |m̅ -m| |𝐦̅ − 𝐦|𝟐
1. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
2. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
3. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
4. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
5. 0,0604 Kg 0,0604 Kg 0 Kg 0 Kg
∑ 0,302 Kg 0 Kg
∑𝐦 𝟎,𝟑𝟎𝟐
̅=
𝐦 = = 0,0604 Kg
𝒏 𝟓
̅ −m |2
∑ |m 0
∆m =√ = 4 =√0 = 0m
𝑛−1
̅ ±∆m)
m= (m
= (0,0604±0)m
∆m 0
Error data = × 100% = 0,0604 × 100% = 0%
m
̅
= (0,051±0)m
∆m 0
Error data = × 100% = 0,051 × 100% = 0%
m
̅
Perhitungan Volume Silinder
Dik :
d̅ = 0,010412 m
𝑡̅ = 0,3046 m
Dit :
𝑣̅ = ?
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏 :
1 ̅̅̅2 × 𝑡̅
𝑣̅ = 4 𝜋𝑑
1
𝑣̅ = 4 × 3,14 × 0,0104122 × 0,03046
= 0,0004147513967 𝑚3
Jawab:
∆v =
K. DAFTAR PUSTAKA