PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan berbasis eksperimen. Dalam melakukan
eksperimen, kita memerlukan pengukuran pengukuran. Biasanya untuk
menggambarkan hasil pengukuran kita menggunakan angka angka. Setiap
ukuran yan kita gunakan untuk menggambarkan gejala fisika secara kuantitatif
disebut dengan besaran. Sebagai contoh dua besaran fisika yang menggambarkan
diri kita adalah massa dan tinggi badan kita. Ketika kita mengukur suatu besaran,
kita selalu membandingkan dengan standar acuan tertentu yang disebut dengan
satuan.
Mengukur ialah proses membandingkan suatu besaran yang diukur dengan
besaran tertentu yang diketahui atau ditentukan sebagai satuan. Dalam melakukan
pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh karena itu, kita harus
menyertakan angka angka kesalahan agar kita dapat memberikan penilaian yang
wajar dari suatu hasil pengukuran.
Besaran fisika tidak dapat diukur secara pasti dengan setiap alat ukur.
Hasil pengukuran selalu mempunyai derajat ketidak pastian. Pada saat kita
menggunakan penggaris untuk mengukur besaran panjang, bacaan akan diambil
ke skala millimeter tersebut.
Dalam percobaan kali ini dilakukan pengukuran panjang, lebar, dan tinggi
balok ; diameter bola besi ; serta massa balok dan bola bola besi. Percobaan kali
ini dilakukan untuk mengetahui cara mengguakan alat alat ukurnya yan benar.
1.2
1.
2.
3.
1.3
1.
Tujuan Percobaan
Mampu menggunakan alat alat ukur dasar
Mengetahui analisis kesalahan
Memahami penggunakan metode kuadrat terkecil dalam pengolahan data
Manfaat percobaan
Dapat memahami cara menggunakan dan fungsi alat ukur dasar
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam
bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang
diterima sebagi satuan. (soejoto, 1993).
Dalam melakukan pengukuran kita harus berusaha agar sedikit mungkin
menimbulkan gangguan pada sistem yang sedang diamati. Dalam pengukuran
suhu thermometer dapat mengambil atau memberian kalor pada sistem yang
diukur sehingga mempengaruhi suhu sistem yang diukur, ini perlu disadari dan
diperhitungkan agar pengaruh tersebut sekecil mungkin, lebih kecil dari sesaat
eksperimen (experimental error) ini akan dibicarakan lebih lanjut dalam
pembahasan berikut mengenai ketidakpastian pada pengukuran. (soejoto,1993).
Suatu pengukuran yang akurat dan persis sangat bergantung pada metode
pengukuran dan alat ukur. SI juga mengunakan dua buah satuan pelengkap :
1. Suatu bidang, dalam radian (rad)
2. Suatu ruang, dalam sterdian (sr)
Sangat bergantung pada metode pengukuran dan alat ukur. Hasil
pengamatan yang baik akan bermanfaat jika pengolahan dikerjakan secara tetap
oleh karena itu harus ada pengetahuan yang lengkap tentang presisi pengukuran,
cara analisis, teori ralat, dan statistik. Contoh contoh alat ukur berbagai
pengukuran yang berkaitan dengan panjang benda yang presisi adalah jangka
sorong, mikrometer dan sferometer. (Hikam, 2004).
Jangka sorong dapat digunakan untuk menentukan dimensi dalam, luar
dan kedalam dari benda uji. Skala vernier dari jangka sorong meningkatkan
akurasi pengukuran hingga 1/20 mm. (Hikam, 2004).
Pada alat ukur mikrometer, benda uji diletakan diantara batang
pengukuran, kemudian batang bergerak didekatkan kebenda uji dengan memutar
sekrup. Pembacaan penuh dan setengah milimeter dapat dibaca pada skala dan
nilai perseratus milimeter dibaca pada skala vefnier. Jika skala vernier tidak
menutupi. (Young, 2002).
Pengukuran dengan mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian yang
lebih kecil, ini menghasilkan suatu pengukuran yang lebih akurat. Ketidakpastian
juga disebut galat (error), karena hal tersebut juga mengindikasikan selisih
maksimum yang mungkin terjadi antara nilai terukur dan nilai sebenarnya.
Ketidak pastian atau galat dari sebuah nilai terukur bergantung pada teknik
pengukuran yang dilakukan.
Kita juga dapat menyatakan akurasi dengan galat fraksional (fractional
error) atau galat persen (percent error) maksimum (disebut juga fraksi ketidak
pastian dan persen ketidakpastian). (Young, 2002).
Ketidakpastian dari suatu bilangan tidak dicantumpak secara eksplisit.
Sebaiknya, ketidakpastian dinyatakan dengan banyaknya angka-angka penuh arti,
atau angka signifikan (significant figure),dalam nilai terukur. (young, 2002).
Dua nilai dengan jumlah angka signifikan yang sama dapat memberikan
ketidakpastian yang berbeda suatu jarak yang dinyatakan sebagai 135 km juga
memiliki tiga angka signifikan, tetapi ketidakpastiannya sekitar 1 km. (Young,
2002).
Suatu pengukuran yang akurat dan presisi setengah millimeter, ini harus
ditambahkan pada perseratusan milimeter. (Hikam, 2004).
Alat ukur sferometer terdiri dari 3 kaki yang membentuk segitiga sama
sisi. Melalui pusat 3 kaki dipassang sekrup micrometer dan alat pengukurnya.
Sekrup ini memiliki sebuah pelat dengan sekala lingkaran. Jarak pengukuran skala
0,5 mm, dan angka sekala dari 0 sampai 500, sehingga perubahan vertikal dari
ujung pengukur dapat dibaca dengan ketepatan
1 m .
6
( 1 m=10 ).
(Hikam, 2004).
Berbagai metode digunakan untuk menggunakan massa jenis sutu benda
yang bergantung pada bentuk dan homogenitas dari benda ter sebut.
=
M
( 2.1)
V
Massa dan volume dari benda uji biasanya diukur terpisah kemudian
digunakan persamaan (2.1) untuk menentukan massa jenis benda. (Hikam, 2004).
Mistar ingsut berfungsi untuk mengukur. Bagian luar panjang, lebar, tebal
dan diameter. Bagian dalam, dalamnya lubang, diameter lubang dan lebar lubang.
Mistar ingsut memiliki ketelitian 0,1 sampai 0,02 mm, selain mistar ingsut biasa
seperti tersebut diatasmasih ada macam yang lain yaitu mistar ingsut kedalam dan
mistar ingsut gigi. (Daryanto, 2000).
Untuk menentukan hasil suatu pengukuran, diperlukan keterampilan
membaca mistar ingsut tersebut. Adapun pembacaan mistar ingsut dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Setelah selesai mengukur lihat kedudukan strip nol pada rangka mulut geser
mistar ingsut, misalnya menunjukan strip ke-21 pada rangka tetap berarti
hasil pengukuran 21 mm.
2. Perhatikan strip nonius mana yang paling segaris/lurus, jika misalnya nonius
yang paling lurus dengan strip-strip pada rangka adalah strip ke-3 ini berarti
mempunyai harga 0,3 mm. untuk ketelitian 0,1 mm, maka hasil pengukuran
selengkapnya 21,3 mm.
0
10
20
30
dengan 0,9 mm. jadi, skala nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala
utama. Angka 0,1 mm menyatakan ketelitian jangka sorong, misalkan kedudukan
skala nonius terhadap skala uatama.
Mikrometer sekrup mempunyai bagian bagian utama, antara lain :
poros tetap, poros geser, skala uatam dan skala nonius yang merupakan pemutar.
Biasanya alat ini digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan, diameter bola,
dan diameter kawat yang sangat kecil. Skala utama memiliki skala mm dan 0,5 m.
Skala nonius mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran. Oleh karena
itu satu skala nonius sama dengan 0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat
ketelitian mikrometer sekrup. Misalkan kedudukan skala nonius dan skala utama
seperti pada gambar di bawah ini :
unit
adalah
cara
mengungkapkan
suatu
ukuran
dengan
Nama satua
Meter
Kilomgram
lambang
m
kg
Definisi
Meter adalah suatu panjang
Kilogram adalah massa yang
Detik
kilogram international
Detik adalah waktu
Arus listrik
Suatu
Ampere
Kelvin
A
K
91926311770 periode
Amper adalah arus tetap
Adalah satuan suhu
termudinamika
Jumlah substansi
Mole
Mol
termodinamika
Mole adalah jumlah subtansi
Intensitas cahaya
candela
ccl
(Daryanto,2000).
Ukuran keperluan pengukuran terdapat besaran dan satuan
fundamental dan yang di turunkan. Fisikawan mengenal empat
besaran fundamental yang tak bergantung pada yang lain:
panjang, massa, waktu, dan muataan listrik.
Panjang dan waktu adalah konsep-konsep utama yang kita
terima semua secara ilmiah: adalah sulit untuk berusaha
mendefinisikan konsep-konsep demikian. Meskipun demikian,
massa dan muatan listrik bukanlah sesuatu yang naluriah massa
adalah suatu koefisien, yang khas bagi setiap partikel, yang
menentukan sifat partikel bila berinteraksi dengan partikel lain,
yaitu massa suatu partikel menentukan reaksinya atas suatu
gaya. Massa suatu partikel juga menentukan kuat antaraksi
grativikasinya
dengan
partikel-partikel
lain.
Demikian
juga
muatan listrik adalah sebuah koefisien lain. Yang khas bagi tiap
partikel yang menentukan kuat antaraksi elektromagnetiknya
dengan partikel-partikel lain.
Meter di singkat dengan M, adalah satuan panjang.
Besarnya sama dengan 1.650.763,73 panjang gelombang radiasi
elektromagnetik dalam ruang hampa yang di pancarkan oleh
Panjang
Massa
Waktu
Suhu
Kuat arus listrik
Sebuah balok mempunyai panjang. Besaran panjang dapat di ukur baik
dalam satuan baku maupun dalam satuan tak baku. Di dalam SI besaran panjang
di ukur dalam satuan meter. Meter adalah satuan baku untuk besaran panjang, di
singkat m, kilometer, hektometer, sentimeter, yard, inci, jengkal, hasta, dan depa
adalah beberapa contoh satuan tak baku untuk besaran panjang.
Lebar, tinggi, tebal, dan jarak suatu benda adalah besaran yang sejenis
dengan besaran panjang karena satuannya sama dengan satuan besaran panjang.
Sebagai patokan satuan meter, maka konferensi internasional yang di
selenggarakan khusus untuk membahas sistem satuan memutuskan untuk
membuat sebuah meter standar yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Panjang tidak dapat di ubah
b. Mudah di tiru bila di perlukan
Untuk pertama kalinya, meter standar di buat dalam bentuk batang logam
campuran platina iridium. Pada batang standar ini di buat 2 buah garis lurus yang
jaraknya satu meter. Meter standar yang asli di simpan di kantor internasional
tentang berat dan ukuran diserves, Prancis. Sekarang meter standar itu di anggap
kurang memenuhi syarat karena :
a. Panjangnya mengalami perubahan walaupun kecil sekali.
b. Kurang praktis (tidak dapat segera di tiru).
Ketidakpastian
juga
disebut
galat
(error),
karena
hal
tersebut
juga
mengindikasikan selisih maksimum yang mungkin terjadi antara nilai ukur dan
nilai sebenarnya. Ketidakpastian atau galat dari sebuah nilai sebenarnya
bergantung
pada
teknik
pengukuran
yang
dilakukan.
Ketika
sering
mengindikasikan akurasi dari nilai terukur yaitu, seberapa dekat nilai terukur itu
terhadap nilai sebenarnya dengan menuiskan bilangan diikuti
dan bilangan
kedua yang menyatakan ketidak pastian pengukuran. Kita juga dapat menyatakan
akurasi dengan galat fraksional (fractional error) atau gala persen (percent error)
maksimum (disebut juga fraksi ketidakpastian dan persen ketidakpastian).
(Zemansky, 2002).
Ketidakpastian dinyatakan dengan banyaknya angka-angka penuh arti,
atau angka signifikasi (signifikasi figure), dalam nilai terukur. Besaran dibagi
menjadi 2 yaitu : (1) Besar vector, yaitu besaran yang mempunyai arah, misalnya :
gaya. (2) Besaran skala, yaitu besaran yang tidak mempunyai arah, misalnya :
massa, waktu, suhu, dan lain-lain. (young, 2002).
Satuan (unit) adalah cara mengungkapkan suatu ukiran dengan
menggunakan bilangan. Contoh : satuan panjang adalah kg, gr, dan sebagainya.
Ada 3 macam sistem satuan digunakan saat ini yaitu :
1. British Gravitational System (BGS).
2. Metric System (MKSA).
3. System International Des Unites (SI).
Sistem satuan internasional (SI) adalah suatu sistem yang telah diolah
dan dikembangkan oleh komisi teknik dan ISO (International Organization For
Standaridization).
Standar
satuan
ini
tercampur
dalam
international
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
3.2
1.
2.
3.
4.
5.
Alat alat
Jangka sorong
Neraca ohaus
Mikrometer sekrup
Balok-balok kuningan 5 buah
Bola-bola besi 5 buah
3.3
Prosedur Percobaan
1. Disiapkan alat-alatpengukuran dasar
2. Ditimbang balok-balok kuningan untuk mencari massa menggunakan
neraca ohauss
3. Diukur panjang,
4.
5.
6.
7.
balok-balok
kuningan
dengan
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Balok
No.
1
2
3
4
5
4.1.2
Panjang ( cm )
4,55
4,61
4,61
4,61
4,61
Lebar ( cm )
1,71
1,91
1,93
1,91
1,91
Tinggi ( cm )
1,08
1,27
1,27
1,27
1,27
Massa ( gr )
92,47
92,71
92,66
92,79
92,67
Bola
No.
1
Diameter ( cm )
1,873
Jari Jari ( cm )
1
9,365 10
Massa ( gr )
28,15
1,873
1
9,39 10
1,871
9,355 10
28,14
1,875
9,375 101
28,15
1,876
1
9,38 10
= 4,55
1,71
1,08
= 8,40 cm3
V2 = p l t
= 4,61 1,91 1,27
= 11,18 cm3
V3 = p l t
= 4,61 1,93 1,27
= 11,29 cm3
V4 = p l t
28,14
28,14
4
3,14 (0,936)
3
= 3,438 cm3
4
r 3
V2 = 3
=
4
3,14 (0,939)
3
= 3,466 cm3
4
r 3
V3 = 3
=
4
3,14 (0,935)
3
= 3,427 cm3
4
r 3
V4 = 3
=
4
3,14 (0,937)
3
= 3,449 cm3
4
r 3
V5 = 3
=
4
3,14 (0,938)
3
= 3,455 cm3
4.2.1.3 Massa Jenis Balok
m
1 = v
92,47 103
8,40 106
= 11,01 gr/cm3
m
= v
3
= 8,29 gr/cm3
m
= v
=
92,66 103
6
11,2910
= 8,20 gr/cm3
m
= v
=
92,7110
6
11,18 10
92,79 103
11,18 106
= 8,29 gr/cm3
m
= v
=
92,67 103
6
19,35 10
= 8,28 gr/cm3
4.2.1.4 Massa Jenis Bola
m
1 = v
=
28,15
3,438
= 8,187 gr/cm3
m
= v
=
28,14
3,466
= 8,118 gr/cm3
3 =
=
28,14
3,427
= 8,211 gr/cm3
m
= v
=
m
v
28,15
3,449
= 8,161 gr/cm3
m
= v
=
28,14
3,455
= 8,165 gr/cm3
4.2.2
2
= t= l= nst jangka sorong
3
2
0 , 05
3
0,033
3,33 103
cm
2
r = nst mikrometer sekrup
3
2
0,01
3
4
6,667 10
2
m= nst neraca ohauss
3
cm
2
0,01
3
6,67 103 gr
[( ) ( ) ( ) ]
2
v
v 2 2 v 2 2
2
v 1=
p +
l +
t
p
l
t
1
2 2
{( l t ) ( p ) + ( p t ) ( l ) + ( p l ) ( t ) }
=
1
{( 1,71 1,08 ) ( 3,33 103 ) + ( 4,55 1,08 )2 ( 3,33 10 )2 +( 4,55 1,71 )2 ( 3,33 10 )2 } 2
2
976,7 106
= 31,25 10
cm3
1 /2
[( ) ( ) ( ) ]
v 2
v 2 2 v 2 2
2
v 2=
p +
l +
t
p
l
t
1
2 2
{( l t ) ( p ) + ( p t ) ( l ) + ( p l ) ( t ) }
{( 1,91 1,27 )
=
3
= 36,12 10
cm3
1 /2
[( ) ( ) ( ) ]
1304,93 106
v 2
v 2 2 v 2 2
2
v 3=
p +
l +
t
p
l
t
1
2 2
{( l t )2 ( p )2 + ( p t )2 ( l )2 + ( p l )2 ( t )2 }2
=
2
( 3,33 10 )
1324,33 106
3
= 36,39 10 cm3
1/ 2
[( ) ( ) ( ) ]
v 2
v 2 2 v 2 2
v 4=
p 2+
l +
t
p
l
t
{( l t )2 ( p )2 + ( p t )2 ( l )2 + ( p l )2 ( t )2 }2
=
{( 1,91 1,27 )
=
1
2 2
1304,93 106
= 36,12 10
cm3
1 /2
[( ) ( ) ( ) ]
v 5=
v 2
v 2 2 v 2 2
p2 +
l +
t
p
l
t
=
1
2 2
{( l t ) ( p ) + ( p t ) ( l ) + ( p l ) ( t ) }
=
1
1304,93 106
3
= 36,12 10 cm3
1
2 2
2
2 2
= {( 4 r ) r }
1
4 2 2
{( 4 3,14(0,9365) ) (6,67 10 ) }
5,398 105
2 2
= 7,34 10
2 2
cm3
1
2 2
{( 4 r ) r }
1
4 2 2
5,456 105
2 2
3
= 7,38 10
cm3
2 2
1
2 2
{( 4 r ) r }
{( 4 3,14(0,9355) ) (6,67 10 ) }
5,375 105
2 2
3
= 7,33 10
cm3
2 2
1
2 2
{( 4 r ) r }
1
4 2 2
1
4 2 2
{( 4 3,14(0,9375) ) (6,67 10 ) }
5,421105
2 2
= 7,36 10
cm3
1
2 2
2 2
{( 4 r ) r }
5,433 105
1
4 2 2
2 2
3
= 7,37 10
cm3
[( ) ( ) ]
{( ) ( ) }
)
( )(
{( ) (
1
8,40
6,67 10
3 2
92,47
2
(8,40)
[( ) ( ) ]
{( ) ( ) }
2
gr
3
cm
= 0,040
2 =
1
2
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
m 2+
v2
m
v
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
1
2
3
31,25 10 )
1
2 2
{(
7,103 104
2
2
1 2(
92,71 2 (
6,67 103 ) +
36,12 103 )
2
11,18
( 11,18 )
= 0,027
2 2
m+
v
v
2
( )
m 2+
( )
{( )
{(
7,001104
2
2
1 2(
92,63 2 (
6,67 103 ) +
36,39 103 )
2
11,29
(11,29 )
1
2
gr
3
cm
{( )
{(
7,193 104
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
( )
1
2
2
2
1 2(
92,79 2 (
6,67 103 ) +
36,12 103 )
2
11,18
( 11,18 )
gr
cm3
= 0,027
( )
( )
1
2
]
=
2 2
v
v
gr
cm3
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
= 0,026
m +
v2
v
]
=
{( )
1
2
m
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
( )
1
2
1
2
1
2
m 2+
m 2+
m 2+
{(
7,175
2
2
1 2(
92,67 2 (
6,67 103 ) +
96,12 103 )
2
11,18
( 11,18 )
gr
3
cm
= 0,027
( v ) v ]
2
{( )
{(
3,122104
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
( )
]
=
{( )
{(
3,046 104
1
2
m
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
( )
1
2
2
1 2(
28,14 2 (
3 2
)
6,67 10 +
7,38 103 )
2
3,46
(3,46)
= 0,017
( )
1
2
gr
cm3
2 2
v
v
2
2
1 2(
28,15 2 (
6,67 103 ) +
7,34 103 )
2
3,43
( 3,43)
= 0,018
2 2
v
v
( )
1
2
gr
cm3
1
2
1
2
{( )
{(
3,147 104
=
2 2
v
v
( )
m2 +
m 2+
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
2
( )
0,018
1
2
1
2
2
2
1
( 6,67 103 ) + 28,142 ( 7,33 103 )
3,42
( 3,42 )
gr
cm3
{( )
{(
3,073 104
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
( )
1
2
2
2
1
( 6,67 103 ) + 8,372 ( 7,36 103 )
3,44
(3,44)
= 0,018
2
]
=
v2
v
( )
1
2
gr
cm3
]
=
{( )
{(
3,073 104
1 2
2
m 2
2
( m) +
( v )
2
v
(v)
2
1 (
8,37 (
3 2
3 2
6,67 10 ) +
7,37 10 )
2
3,45
(3,45)
= 0,018
4.2.3
( )
1
2
gr
3
cm
1
2
gr
cm3
gr
3
cm
4 =( 8,29 0,027 )
gr
3
cm
gr
3
cm
gr
cm 3
gr
cm3
gr
3
cm
4 =( 8,18 0,018 )
gr
3
cm
gr
3
cm
4.2.4
V1
31,25 103
100 =
100 =0,372
V1
8,40
V2 =
V2
36,12 103
100 =
100 =0,323
V2
11,18
V3 =
V3
36,39 103
100 =
100 =0,322
V3
11,19
V4 =
V4
36,12 103
100 =
100 =0,323
V4
11,18
V5 =
3
V5
36,12 10
100 =
100 =0,323
V5
11,18
V1
7,34 103
100 =
100 =0,215
V1
3,43
V2 =
V2
7,38 103
100 =
100 =0,213
V2
3,46
V3 =
V3
7,33 103
100 =
100 =0,214
V3
3,42
V4 =
V4
7,36 103
100 =
100 =0,214
V4
3,44
V5 =
V5
7,37 103
100 =
100 =0,213
V5
3,45
2
0,027
100 =
100 =0,325
2
8,29
3=
3
0,026
100 =
100 =0,317
3
8,20
4=
4
0,027
100 =
100 =0,325
4
8,29
5=
5
0,027
100 =
100 =0,326
5
8,28
2
0,017
100 =
100 =0,206
2
8,13
3=
3
0,018
100 =
100 =0,218
3
8,122
4=
4
0,018
100 =
100 =0,220
4
8,18
5=
5
0,018
100 =
100 =0,220
5
8,15
4.3
Analisi Grafik
4.3.1
Massa ( gr )
Volume ( cm )
.
1
2
3
4
5
4.3.2
11
8,3
8,2
8,3
8,3
8,402
11,182
11,299
11,182
11,182
Massa ( gr )
8,187
8,118
8,211
8,161
8,168
Volume ( cm )
3,438
3,466
3,427
3,449
3,455
4.4 Grafik
4.4.1 Grafik Balok Kuningan
12,000
10,000
8,000
Volume
6,000
4,000
Grafik Balok
2,000
0
11
8,3
8,2
Massa
4.4.2
8,3
8,3
3,470
3,460
3,450
3,440
Volume 3,430
Grafik Bola
3,420
3,410
3,400
8187 8118 8211 8161 8168
Massa
4.5 Pembahasan
Dalam pengukuran, sedikit banyaknya di pengaruhi oleh kesalahan
eksperimen karena ketidak sempurnaan yang terdapat dalam alat ukur atau karena
batasan yang ada pada indra kita (penglihatan dan pendengaran) atau karena itu
seorang fisikawan merancang suatu teknik pengukuran sedemikian sehingga
gangguan pada besaran yang di ukur lebih kecil daripada kesalahan eksperimental.
Agar pengukur menghasilkan bilangan yang teliti, maka kedudukan mata harus di
atur sehingga garis penglihatan tegak lurus terhadap bidang penglihatan dan tepat
di titik sasaran.
Kesalahan dalam teknik pengukuran juga merupakan salah satu faktor
kesalahan. Misalnya jika mengukur ketebalan sampul sebuah buku dengan
menggunakan mistar biasa, hasil pengukuran hanya bias di andalkan
kebenarannya sampai pada milimeter terdekat, dan hasil pengukuran adalah 3
mm. Pernyataan hasil pengukuran ini sebagai 3,00 mm atau 3,11 mm. Tetapi jika
menggunakan mikrometer sekrup, suatu alat yang dapat mengukur sampai
ketelitian 0,01 mm, hasil pengukurannya adalah 2,91 mm. Perbedaan antara hasil
kedua pengukuran ini adalah pada ketidakpastian pengukuran tersebut.
Pengukuran dengan mikrometer sekrup memiliki ketidakpastian yang lebih kecil,
ini menghasilkan suatu pengukuran yang lebih akurat.
Skala nonius atau skala vernier adalah skala bantu yang membuat
pengukuran menjadi semakin teliti . skala nonius bergerak sepanjang skala utama
yang menunjukkan cabibrated pecahan divisi utama dari skala. Skala nonius
ditemukan oleh Pedro Nunes , seorang portagis matematika, cosnografer, dan
professor dari new Christian. Nunes, dianggap sebagai matematikan terbesar
dalam zamannya, yang terbaik dikenal untuk kontribusinya dibidang teknik
navigasi, yang penting dari portugies periode penemuan . dia adalah yang pertama
mengusulkan ide loksodrome dan juga penemu beberapa alat ukur, termasuk
nonius.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Praktikan mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar seperti :
a. Jangka sorong
Berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, tinggi, maupun diameter.
Alat ini mempunyai tingkat ketelitian sebesar 1,01 mm
b. Mikrometer sekrup
Berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi, bahkan suatu
ketebalan
c. Neraca ohaus
Berfungsi untuk mengukur massa benda dengan tingkat ketelitian
sebesar 0,01 gr
2. Berikut adalah sifat sifat analisis kesalahan
a. Penjumlahan
Z Z =(X+Y)( X+ Y)
b. Pengurangan
Z Z =(XY)( X+ Y)
c. Perkalian
Z Z =(X.Y)(Y X+ X Y)
d. Pembagian
Z Z=(
X
Y
e. Eksponensial
Z Z=(
Xa
)(
)(a
X
Y
X a 1
Y
XY
X)
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2000. FISIKA TEKNIK. Jakarta : Rineka Cipta
Giancoli. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Hikam, Muhammad. FISIKA DASAR untuk Perguruan Tinggi. Depok :
Universitas Indonesia
Soejoto. 1993. PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA DASAR. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Young. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Zemansky, Sears. 2002. FISIKA UNIVERSITAS. Jakarta : Andi