PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari
yang ada pada diri sendiri, seperti gerak yang kita lakukan setiap hari. Selain itu
gaya eksternal seperti gaya gravitasi juga mempengaruhi dalam kehidupan seharihari. Gaya gravitasi yang kita alami setiap hari adalah gaya gravitasi bumi, dengan
arah gayanya ke pusat bumi sehingga kita dapat berpijak di permukaan bumi
dengan nyaman.
Ada banyak sekali metode yang dilakukan untuk mengukur besarnya gaya
gravitasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan pegas dan bandul. Dengan
menggunakan konsep getaran selaras dari bandul dan pegas gravitasi dapat
dihitung dan ditentukan. Getaran selaras itu sendiri adalah gerakan bolak-balik
pada suatu lintasan yang tetap dengan melewati suatu titik setimbang. Dalam
percobaan ini akan digunakan pegas dan bandul dengan konsep getaran selaras
untuk menentukan percepatan gravitasi di tempat percobaan.
Gravitasi merupakan interaksi yang terjadi di alam. Newton menemukan pada
abad ke-17 bahwa ada interaksi yang sama yang menyebabkan apel jatuh dari
pohon. Penemuan Newton tentang gravitasi ini sangat berpengaruh di bidang
sains. Gravitasi sangat penting dalam kehidupan karena gaya gravitasi yang
menahan kita tetap berpijak di bumi.
Oleh karena itu, percobaan ini sangat penting dilakukan agar dapat
memahami konsep getaran selaras untuk menentukan percepatan gravitasi bumi di
tempat percobaan. Selain itu, akan dipelajari pula cara menentukannya dengan
menggukan pegas dan bandul serta menentukan konstanta pegas dan memahami
konsep ayunan bandul matematis.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
Fisikawan gemar mengkaji fenomena yang tampaknya tidak bertahan untuk
membuktikan bahwa suatu pertalian dapat ditemukan jika mereka dikaji secara
cukup teliti. Penyelidikan demi unifikasi ini telah berkembang selama berabadabad. Pada tahun 1665, Isaac Newton yang berusia 23 tahun memberikan
kontribusi dasar fisika ketika ia membuktikan bahwa gaya yang mempertahankan
bulan pada orbitnya adalah gaya yang sama menyebabkan apel jatuh. Sedmikian
pastinya kita menganggap ini sebagai kebenaran sehingga tidaklah mudah bagi
kita untuk memahami kepercayaan purba bahwa gerak benda-benda terikat atau
terbatasi pada bumi dan gerak benda-benda langit berbeda jenisnya dikuasai oleh
hukum-hukum yang berlainan. Newton menyimpulkan bahwa bukan hanya bumi
yang menarikn apel dan bulan, tetapi setiap benda-benda di alam semesta menari
setiap benda lainnya (Halliday, 2001).
Suatu cangkang bermateri yang berbentuk bola seragam menarik sebuah
partikel yang berada di luar cangkang bersangkutan seakan-akan seluruh massa
cangkang terkonsentrasi pada pusatnya. Bumi dianggap sebagai sekumpulan
cangkang semacam itu, yang satu di dalam yang lain, dan dengan setiap cangkang
menarik sebuah partikel di luar permukaan bumi seakan-akan massa cangkang itu
berkedudukan di pusat cangkang bersangkutan. Dengan demilkian, dari sudut
pandang apel, bumi seakan benar-benar berperilaku seperti suatu pertikel yang
berkedudukan di pusat bumi dan mempunyai massa sama dengan massa planet
tersebut (Halliday, 2001).
Gravitasi adalah salah satu dari empat kelas interaksi yang terjadi di alam,
empat gaya tersebut adalah gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya kuat dan
gaya lemah. Newton mempublikasikan hukum gravitasi (Law og Gravitation)
pada tahun 1687. Hukum itu berbunyi sebagai berikut :
Setiap partikel dari bahan di alam semesta menari setiap partikel lain dengan
gaya yang berbanding lurus dengan hasil kali massa-massa partikel dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara partikel-partikel tersebut
(Young, 2004).
Gaya gravitasi dapat dijelaskaan dengan menyatakaan hukum-hukum empiris
keppler tentang gerakan planet dan kemudiaan membahas bagaimana hukum ini
berhubungan dengan hukum newton dan hukum keppler : Hukum 1, Semua planet
bergerak dalam orbit elips dengan matahari disalah satu fokusnya. Hukum 2,
Garis yang menghubungkan tiap planet ke matahari menyapu luasan yang sama
dalam waktu yang sama. Hukum 3, Kuadrat periode tiap planet sebanding dengan
pangkat tiga jarak rata-rata planet dari matahari. Ketiga hukum ini dijelaskan
kepler ketika menunjukaan bahwa lintasan planet mengelilingi matahari
sebenarnya adalah elips , ia juga menunjukaan bahwa planet tidak bergerak
dengan kelajuaan konstanta tetapi bergerak lebih cepat ketika bergerak dengan
matahari dibandingkan dengan lebih jauh . akhirnya , kepler mengembangkaan
hubungan matematika yang tepat antara periode planet dan jarak rata-ratanya dari
matahari . keppler menyatakan hasil dalam tiga hukum empiris tentang gerakan
planet . pada akhirnya hukum-hukum ini merupakan dasar bagi penemuan newton
tentang hukum gravitasi. Lintasan planet yang empiris secara bentuk elips dengan
matahari disalah satu titik fokusnya. titik p , dimana planet paling dekat dengan
matahari , dinamakan aphelion , dengan titik A dinamakan perihelion yang
merupakan titik terjauh jarak rata-rata antara planet dengan matahari sama dengan
sumbu semimayor . sumbu semimayor sama dengan separoh jumlah jarak tersebut
( Prasasto, 1999).
Hukum ketiga keppler menghubungkan periode tiap planet dengan jarak rataratanya ke matahari yang sama dengan sumbu semimayor lintasan elipstisnya
dalam bentuk aljabar , jika r adalah jarak rata-rata antara planet dan matahari dan
T adalah periode revolusi planet , maka hukum ketiga kepler menyatakan bahwa :
T= Cr
G m mb
R2B
Tetapi kita mengetahui bahwa berat W dari sebuah benda adalah gaya yang
menyebabkan percepatan g dari benda, jatuh bebas, jadi dengan hukum kedua
Newton W = m.g menyatakan ini dengan persamaan () dan membaginya dengan
m kita dapatkan:
g=G
mB
2
RB
Percepatan akibat gravitasi g tidak tergantung pada massa (m) dari benda
karena m tidak digunakan dalam persamaan ini. Kita baru saja mengetahui itu,
tetapi kita sekarang dapat melihat bagaimana hal ini mengikuti bentuk hukum
gravitasi (Young, 2004).
Gaya gravitasi adalah gaya interaksi terlemah di antara empat interaksi dasar
yang terjadi di antara partikel-partikel elementer. Dalam interaksi partikel
elementer juga sulit untuk mengamati gaya gravitasi antara benda-benda dalam
kehidupan sehari-hari walaupun massa benda itu beribu-ribu kilogram. Namun
gravitasi tetap sangat penting bila kita memperhatikan interaksi yang melibatkan
benda-benda yang sangat besar seperti planet, bulan dan bintang-bintang (Tipler,
1998).
Pada suatu kelompok partikel-partikel, kita mendapatkan gaya gravitasi neto
(atau resultan) yang dikerahkan pada setiap dari partikel-partikel itu dengan
menggunakan asas superposisi. Ini merupakan asas umum yang menyatakan
bahwa efek neto sama dengan jumlah efek-efek individual. Di sini asas, tersebut
mempunyai maksud agar kita menghitung terlebih dahulu gaya gravitasi yang
beraksi pada partikel pilihan kita yang berasal dari masing-masing partikel
lainnya, secara bergantian. Kita lalu mencari gaya neto dengan menjumlahkan
gaya-gaya ini secara vertical, seperti biasa. Untuk n partikel yang berinteraksi,
kita dapat menuliskan asas superposisi untuk gaya-gaya gravitasi sebagai:
F1=F 12+ F 13 + F14 + F 15+ + F1 n
Disini F1 adalah gaya neto pada partikel 1 dan sebagai contoh, F13 adalah
gaya yang dikerahkan partikel 1 oleh partikel 3. Kita dapat mengekspresikan
persamaan ini secara lebih kompak sebagai jumlah vektor:
n
F 1= F 1
i=2
(Halliday, 2001).
Hukum Newton universal gravitasi menyatakan bahwa setiap dua benda
mengerahkan gaya gravitasi tarik-menarik satu sama lain. Arah gaya adalah
sepanjang garis bergabung (joing) obyek. Besarnya gaya adalah sebanding dengan
hasil kali massa gravitasi dari benda-benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara mereka. Besarnya gaya gravitasi adalah:
F12=G
m1 m 2
r
MF
2
RF
=mg
MF
R
2
F
=9,8 m/s
(Sutarno, 2005).
Hukum Newton tentang gravitasi umum kadang disebut hukum Newton
yang keempat. Tiap-tiap partikel dalam alam semesta ini selalu menarik partikel
materi lainnya dengan gaya yang besarnya berbanding lurus dengan massa
partikel-partikel itu dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Hal penting
dari hukum gravitasi umum Newton adalah gaya gravitasi berupa vektor yang
arahnya berada pada garis lurus yang menghubungkan antara kedua titik massa.
Hukum hanya bekerja pada titik massa dan titik massa yang dimaksud adalah
massa gravitasi (bukan massa inersia). Gaya yang bekerja pada tiap titk massa,
sama besar dana arahnya saling berlawanan gaya yang terjadi selalu gaya tarikmenarik (tidak ada tolak-menolak seperti pada gaya antar dua muatan bisa tarikmenarik atau tolak-menolak tergantung jenis muatannya). Gaya gravitasi bekerja
pada semua objek dalam alam (Yao Tung, 2004).
Medan adalah daerah dalam ruangan di mana pengaruh suatu gaya pada
meteri tertentu masih dapat dirasakan. Medan gravitasi adalah daerah di mana
pengaruh gaya tarik gravitasi masih dapat dirasakn oleh benda yang memiliki
massa. Kuat medan gravitasi adalah gaya gravitasi per satuan massa benda yang
dialami benda yang diletakkan di suatu titik atau gaya yang bekerja pada suatu
massa yang bermassa satu satuan. Kuat medan gravitasi merupakan besaran
vector, dengan massa titik dianggap sebesar satu satuan (Yao Tung, 2004).
Energi
potensial
gravitasi
adalah
usaha
yang
diperlukan
untuk
memindahkan suatu massa dari titik yang jauh tak hingga ke suatu titik. E p dalam
satuan energi, yaitu Joule.
E p=G
m1 m2
r
F=G
m1 m2
r2
besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan. Pada permukaan bumi, gaya
gravitasi menghasilkan percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s2. Karena bulan
bergerak dengan melingkar yang mendekati beraturan, percepatan harus dihitung
dengan menggunakan percepatan sentripetal. Dari hasil perhitungan, Newton
menyimpulkan bahwa gaya gravitasi yang diberikan oleh bumi pada sembarang
benda berkurang terhadap kuadrat jaraknya (R) dari bumi:
Gaya gravitasi 1R2
Percepatan gravitasi pada sebuah benda tidak hanya bergantung pada jarak,
tetapi juga massa benda tersebut. Hal ini juga disadari oleh Newton. Menurut
hukum II Newton, ketika bumi memberikan gaya gravitasinya ke benda lain,
(misalnya, bulan), bulan tersebut akan memberikan gaya yang sama besar, tetapi
berlainan arah terhadap bumi. Dengan demikian, besar gaya gravitasi sebanding
dengan kedua massa dan dapat dituliskan sebagai berikut:
F mMR2
Setelah Newton dapat menganalisis gaya gravitasi antara bumi dan benda
lain, Newton mengadakan penelitian tentang orbit-orbit planet. Dari hasil
penelitiannya, Newton menyimpulkan bahwa untuk mempertahankan planetplanet supaya berada pada orbitnya dalam mengelilingi matahari diperlukan gaya.
Dengan kesimpulan tersebut, Newton makin yakin bahwa terdapat gaya gravitasi
yang bekerja antara matahari dan planet-planet tersebut (Alonso, 1980).
Bandul sederhana (simple pendulum) adalah benda ideal yang terdiri dari
sebuah titik massa, yang digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur.
Jika bandul ditarik ke samping dan posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka
bandul akan berayun dalam bidang vertical karena pengaruh gravitasi. Geraknya
merupakan gerak osilasi dan periodik. Bandul puntiran (torsional pendulum)
adalah berbentuk sebuah piringan yang digantungkan pada ujung sebuah batang
kawat yang dipasang pada pusat massa piringan. Batang kawat tersebut dibuat
tetap terhadap sebuah penyangga yang kokoh terhadap pringan tersebut. Pada
posisi seimbang piringan ditarik sebuah garis radial dari pusat piringan. Bandul
fisis (physical pendulum) sembarang benda tegar yang digantungkan sehingga
benda dapat berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu yang melalui benda
tersebut disebut bandul fisis. Ini adalah perluasan bandul sederhana terdiri dari tali
tak bermassa yang digantungi sebuah partikel tunggal. Pada kenyataannya, semua
bandul berayun yang ada adalah bandul fisis (Prasastio, 1999).
Gerak periodik adalah gerak yang kondisi serupa dapat dijumpai lagi pada
waktu berikutnya atau tempat yang lain. Di alam biasa dijumpai gerak benda yang
bersifat periodik, baik menyangkut waktu ataupun koordinat (posisi). Selang
waktu ataupun beda posisi dari dua keadaan sejenis yang berlangsung berurutan
disebut periode. Getaran selaras sederhana (GSS) hanya melibatkan sebuah gaya.
Gaya ini berperan sebagai penggetar dan selalu berarah ke titik setimbangnya.
Gaya ini disebut juga gaya pembalik (restoring force). Ciri gerak ini, benda
melakukan gerak osilasi atau bergetar selamanya. Berhubung benda bergetar
bolah-balik di sekitar titik setimbangnya maka posisi benda dapat dinyatakan oleh
fungsi periodik. Contoh gerak periodik yang berperiode wakti adalah gerak jarum
jam pada arloji. Gerak jarum pendeknya berperiode 12 jam, sementara untuk
jarum panjangnya 1 jam. Demikian pula pada gerak rotasi bumi pada sumbunya
yang berperiode 24 jam. Waktu satu hari 24 jam sehingga kita mengenal jam
01.00, jam 13.00 dan seterusnya. Berhubung keliling arloji berupa lintasan
tertutup, maka di sekeliling arloji dibagi menjadi 12 jam. Agar angka skalarnya
tidak rumit jarum menunjukkan jam 01.00 sama dengan jam 13.00. Hanya saja
jam 01.00 berarti pagi hari dan jam 13.00 berarti siang hari. Benda bergetar berarti
benda itu melakukan gerak bolak-balik di sekitar titik setimbangnya. Getaran
merupakan peristiwa yang disebabkan oleh benda bergetar. Berdasarkan jumlah
gaya yang terlibat pada getaran, getaran dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Ketiga
jenis getaran itu adalah getaran selaras sederhana, yang biasa di sebut pula gerak
harmonik. Getaran selaras teredam, serta getaran selaras teredam terpaksa
(Priyambodo, 2009).
Hukum Hooke dapat dinyatakan sebagai berikut: Jika sebuah benda diubah
bentuknya, maka benda itu akan melawan perubahan bemtuk (deformasi) dengan
gaya sebanding dengan besar deformasi, asalkan deformasi ini tidak terlalu besar.
Untuk deformasi dalam satu dimensi, atau perubahan panjang saja, maka Hukum
Hooke dapat ditulis sebagai:
F=kx
Di sini x adalah deformasi atau perubahan panjang, F adalah gaya balik oleh
badan dan k adalah suatu konstanta pegas. Tanda negative menyatakan bahwa
gaya selalu melawan deformasi. Hukum Hooke berlaku pada suatu bahan selama
perubahan panjang tidak terlalu besar. Daerah di mana Hukum Hooke berlaku
disebut daerah elastik. Jika suatu bahan mengalami perubahan panjang melampaui
daerah elastik, maka benda akan mengalami perubahan bentuk permanen. Daerah
deformasi di luar daerah elastik, disebut daerah plastik. Dalam daerah plastik
perubahan bersifat permanen. Jika suatu pegas ditarik melebihi daerah elastic,
pegas tidak kembali lagi pada panjang semula, karena struktur- atom-atom dalam
pegas telah mengalami perubahan (Sutrisno, 1996).
Jadi gaya pada partikel selalu menuju posisi setimbang x = 0. Dari Hukum
II Newton kita peroleh hubungan:
F=kx=m
d2 x
dt2
Atau
m
d2 x
+kx=0
dt2
Semua gerak mempunyai perioda osilasi yang sama dan ini ditentukan oleh
massa m dari partikel yang bergetar dan tegangan pegas k. Frekuesi osilator
adalah banyaknya getaran penuh dalam satuan waktu, dan diberikan oleh:
1
1
f= = =
T 2 2
k
m
Dan
=2 f =
2
T
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum fisika dasar I tentang Gaya Gravitasi dilaksanakan pada hari
Selasa, 19 November 2013, pada pukul 10.00 sampai 12.00 WITA. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Dasar, Gedung C, lantai 3, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Kalimantan Timur.
6. Tiang statif
7. Busur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Pegas Tunggal
X0 = 0,27 m
No
m (kg)
Xt (m)
T2
0,1
29 10-2
1,633
0,3266
0,1066
0,15
31 10-2
2,034
0,4068
0,1654
0,2
33 10-2
2,104
0,4208
0,1770
0,25
35 10-2
2,471
0,4942
0,2442
0,3
37 10-2
2,729
0,5452
0,2972
No
m (kg)
Xt (m)
T2
0,1
64 10-2
2,318
0,4636
0,2149
0,15
66 10-2
2,931
0,5862
0,3436
0,2
68 10-2
3,189
0,6378
0,4067
0,25
70 10-2
3,257
0,6514
0,4243
0,3
72 10-2
3,446
0,6892
0,4749
m (kg)
Xt (m)
T2
0,1
28 10-2
1,509
0,3018
0,0910
0,15
29 10-2
1,517
0,3034
0,0920
0,2
30 10-2
1,639
0,3278
0,1074
0,25
31 10-2
1,890
0,378
0,1428
0,3
32 10-2
1,1932
0,3864
0,1493
4.1.4 Bandul
No
.
L (m)
t1
t2
t3
t4
t5
T2
3,61
3
15 10-2
3,355
20 10-2
3,819
25 10-2
4,350
30 10-2
4,880
35 10-2
5,228
3,87
1
4,63
9
4,98
9
3,703
3,742
3,764
3,623
0,724
0,525
3,889
4,040
4,041
3,904
0,780
0,609
4,683
4,757
4,757
4,606
0,921
0,848
5,012
5,037
5,067
4,992
0,998
0,996
5,732
5,741
5,744
5,571
1,114
1,241
5,42
0
Pegas Tunggal
m
= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg
T2
= T25 T21
= 0,297 0,106
= 0,190 s2
4 2
( Tm )
4 ( 3,14 )2
0,2
( 0,190
)
= 41,389 Kg/s
4.2.1.1.2
Pegas Seri
m
= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg
T2
= T25 T21
= 0,474 0,214
= 0,260 s2
4 2
( Tm )
2
4 ( 3,14 )2
0,2
( 0,260
)
= 30,329 Kg/s
4.2.1.1.3
Pegas Paralel
m
= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg
T2
= T25 T21
= 0,149 0,091
= 0,058 s2
4 2
m
T2
( )
4 ( 3,14 )2
0,2
( 0,058
)
= 135,476 Kg/s
4.2.1.2 Gravitasi Pegas
4.2.1.2.1
Pegas Tunggal
Xt
= Xt5 Xt1
= 0,37 0,29
= 0,08 m
= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg
( Xm )
t
41,389
( 0,08
0,2 )
= 16,555 m/s
4.2.1.2.2
Pegas Seri
Xt
= Xt5 Xt1
= 0,72 0,64
= 0,08 m
= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg
( Xm )
t
30,329
( 0,08
0,2 )
= 12,131 m/s
4.2.1.2.3
Pegas Paralel
Xt
= Xt5 Xt1
= 0,32 0,28
= 0,04 m
= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg
( Xm )
t
135,476
( 0,04
0,2 )
= 27,095 m/s
4.2.1.2.4
Bandul Matematis
L
= L5 L1
= 0,35 0,15
= 0,2 Kg
T2
= T25 T21
= 1,242 0,527
= 0,715 s
4 2
( TL )
2
4 ( 3,14 )2
0,2
( 0,715
)
= 11,003 m/s2
4.2.2
1
3
. Nst pegas =
T =
1
3
. Nst stopwatch =
4.2.2.1.1
1
3
1
3
Kg
4
. 0,001 = 3,33 x 10
{( )
( )
1
2
4 2
8 m 1 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 1
T1
{(
2 2
1
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,1
3 2
4 2
. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 10 )
2
3
( 0,326 )
( 0,326 )
{ ( 1,517 ) + ( 0,005 ) }
=
Pegas Tunggal
K 2
2
K 2
2
K 1=
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
. 0,01 = 3,33 x 10
1,522
= 1,233 Kg/s
1
2
1
2
K 2=
{( )
K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
( )
{( )
4 2
8 2 m2
2
.
(
m
)
+
. ( T )2
2
3
T2
T2
{(
1
2
1
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,15
3
(
)
.
3,33
x
10
+
.( 3,33 x 104 )
2
3
(0,406)
( 0,406 )
{ 0,630+0,003 }
1
2
1
2
0,633
= 0,79 Kg/s
{( )
K 2
2
K 2
2
K 3=
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
( )
1
2
4 2
8 m 3 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 3
T3
{(
1
2
}
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,2
3
4
. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,420)
( 0,420 )
1
{ 0,550+0,005 } 2
=
0,555
= 0,744 Kg/s
1
2
K4=
{(
{( )
K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
( )
1
2
4 2
8 m 4 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 4
T4
{(
1
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
3
. ( 3,33 x 10 ) +
.( 3,33 x 104 )
2
3
(0,494)
( 0,494 )
{ 0,289+0,002 }
1
2
0,291
= 0,539 Kg/s
K 5=
{(
{( )
K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
( )
1
2
4 2
8 m 5 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 5
T5
{(
1
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,3
3
4
. ( 3,33 x 10 ) +
. (3,33 x 10 )
2
(0,545)
( 0,545 )3
{ 0,195+0,002 }
=
1
2
0,197
= 0,443 Kg/s
4.2.2.1.2
Pegas Seri
1
2
1
2
K 1=
{(
{( )
K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
( )
1
2
4 2
8 m 1 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 1
T1
{(
1
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,1
3
4
. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
(0,463)
( 0,463 )3
1
{ 0,376+0,0007 }2
0,3767
= 0,613 Kg/s
{( )
K 2=
{(
K
2
K
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
( )
1
2
4 2
8 m 2 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 2
T2
{(
1
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,15
3
4
. ( 3,33 x 10 ) +
.( 3,33 x 10 )
2
3
(0,586)
( 0,586 )
1
{ 0,146+0,0003 }2
=
0,1463
= 0,382 Kg/s
K 3=
{( )
K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
( )
1
2
1
2
1
2
{(
4 2
8 m 3 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 3
T3
{(
1
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,2
3
. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 104 )
2
3
(0,637)
( 0,637 )
{ 0,104+ 0,0004 }
1
2
1
2
0,1044
= 0,323 Kg/s
{( )
K 2
2
K 2
2
K4=
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
( )
1
2
4 2
8 m 4 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 4
T4
{(
1
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
3
4
(
)
.
3,33
x
10
+
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,651)
( 0,651 )
{ 0,095+0,0005 } 2
=
0,0955
= 0,309 Kg/s
{( )
K 2
2
K 2
2
K 5=
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
( )
1
2
4 2
8 m 5 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 5
T5
1
2
1
2
{(
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,3
3
. ( 3,33 x 10 ) +
. (3,33 x 104 )
(0,689)2
( 0,689 )3
1
2
{ 0,076+0,0005 }2
0,0765
= 0,276 Kg/s
4.2.2.1.3
Pegas Paralel
{( )
K 2
2
K 2
2
K 1=
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
( )
1
2
4 2
8 m 1 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 1
T1
{(
1
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,1
3
4
. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,301)
( 0,301 )
1
{ 2,082+ 0,00009 } 2
2,08209
= 1,442 Kg/s
{( )
K 2=
K
2
K
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
( )
1
2
1
2
{(
4 2
8 m 2 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 2
T2
{(
1
2
1
2
1
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,15
3
4
. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,303)
( 0,303 )
1
2
{ 2,037+0,027 }
=
2,058
= 1,434 Kg/s
{( )
K 2
2
K 2
2
K 3=
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
( )
1
2
4 2
8 m 3 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 3
T3
{(
1
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,2
3
(
)
.
3,33
x
10
+
.(3,33 x 104 )
2
3
(0,327)
( 0,327 )
{ 1,506+0,022 } 2
=
1,528
= 1,236 Kg/s
{( )
K 2
2
K 2
2
K4=
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
( )
1
2
4 2
8 m 4 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 4
T4
1
2
{(
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
3
. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 104 )
(0,378)2
( 0,378 )3
{ 0,855+0,014 } 2
3,08
= 1,755 Kg/s
K 5=
{( )
K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T
{(
( )
1
2
4 2
8 m 5 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 5
T5
{(
1
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,3
3
(
)
.
3,33
x
10
+
. (3,33 x 104 )
2
3
(0,386)
( 0,386 )
1
2
{ 0,776+0,019 }2
0,795
= 0,891 Kg/s
4.2.2.2 Gravitasi Pegas
m =
1
3
. Nst pegas =
x =
1
3
. Nst penggaris =
4.2.2.2.1
Pegas Tunggal
1
3
3
. 0,01 = 3,33 x 10
Kg
1
3
. 0,001= 3,33 x 10
1
2
g1=
{( )
g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 1 2
K 2
2
. ( x ) +
. ( m )2
2
m1
m1
{(
1
2
2
41,389 2 (
41,389.0,29 2 (
4 2
)
. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,1
( 0,1 )
{ 0,018+15,975 }
1
2
1
2
15,993
= 3,999 m/s2
{( )
g 2
2
g 2
2
g2=
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 2 2
K 2
2
. ( x ) +
. ( m )2
2
m2
m2
{(
1
2
2
2
41,389 2 (
41,389. 0,31 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,15
( 0,15 )
{ 0,008+3,605 }
=
1
2
3,613
= 1,900 m/s2
g3=
{( )
g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m
( )
1
2
1
2
{(
K . X t 3 2
K 2
2
. ( x ) +
. ( m )2
2
m3
m3
{(
1
2
41,389
41,389. 0,33
4 2
3 2
. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 10 )
2
0,2
( 0,2 )
1
2
{ 0,004+1,292 } 2
1,296
= 1,138 m/s2
{( )
g4 =
g
2
g
2
. ( X ) +
.( m )
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 4 2
K 2
. ( x )2 +
. ( m )2
2
m4
m4
{(
1
2
41,389 2
41,389. 0,35 2
4 2
3 2
. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 10 )
2
0,25
( 0,25 )
{ 0,003+0,595 }
=
1
2
0,598
= 0,773 m/s2
{( )
g 2
2
g 2
2
g5=
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 5 2
K 2
2
. ( x ) +
. ( m )2
2
m5
m5
1
2
1
2
{(
1
2
2
2
41,389 2 (
41,389. 0,37 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,3
( 0,3 )
{ 0,002+0,321 } 2
=
0,323
= 0,568 m/s2
4.2.2.2.2
Pegas Seri
{( )
g 2
2
g 2
2
g1=
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 1 2
K 2
. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m1
m1
{(
1
2
2
30,329 2 (
30,329.0,64 2 (
4 2
)
. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103)
2
0,1
( 0,1 )
{ 0,010+41,779 }2
41,789
= 6,464 m/s2
{( )
g 2
2
g 2
2
g2=
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 2 2
K 2
2
. ( x ) +
. ( m )2
2
m2
m2
1
2
1
2
{(
2
2
30,329 2 (
30,329. 0,66 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,15
( 0,15 )
1
2
{ 0,004+8,776 } 2
8,78
= 2,963 m/s2
{( )
g 2
2
g 2
2
g3=
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 3 2
K 2
. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m3
m3
{(
1
2
2
2
30,329 2 (
30,329. 0,68 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,2
( 0,2 )
{ 0,002+2,947 }
1
2
1
2
2,959
= 1,717 m/s2
{( )
g 2
2
g 2
2
g4 =
. ( X ) +
.( m )
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 4 2
K 2
2
.( x ) +
. ( m )2
2
m4
m4
{(
1
2
2
2
30,329 2 (
30,329. 0,70 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,25
( 0,25 )
1
2
{ 0,001+1,279 } 2
1,28
= 1,132 m/s2
g5=
{( )
g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 5 2
K 2
. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m5
m5
{(
1
2
2
30,329 2 (
30,329. 0,72 2 (
4 2
)
. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,3
( 0,3 )
{ 0,001+0,652 }
1
2
1
2
0,653
= 0,808 m/s2
4.2.2.2.3
g1=
Pegas Paralel
{( )
g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 1 2
K 2
. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m1
m1
{(
1
2
135,476 (
135,476 .0,28 (
4 2
3 2
. 3,33 x 10 ) +
. 3,33 x 10 )
2
0,1
( 0,1 )
{ 0,203+159,561 }
1
2
1
2
159,764
= 12,639 m/s2
{( )
g 2
2
g 2
2
g2=
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 2 2
K 2
2
. ( x ) +
. ( m )2
2
m2
m2
{(
1
2
2
2
135,476 2 (
135,476 .0,29 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,15
( 0,15 )
{ 0,090+33,809 }
1
2
1
2
33,89
= 5,822 m/s2
g3=
{( )
g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 3 2
K 2
. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m3
m3
{(
1
2
2
135,476 2 (
135,476 .0,30 2 (
4 2
)
. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,2
( 0,2 )
1
2
{ 0,050+11,448 }
=
11,498
= 3,390 m/s2
1
2
g4 =
{( )
g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
.( m )
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 4 2
K 2
2
.( x ) +
. ( m )2
2
m4
m4
{(
1
2
2
135,476 2 (
135,476 .0,31 2 (
4 2
)
. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,25
( 0,25 )
{ 0,670+5,614 }
=
1
2
1
2
5,038
= 2,255 m/s2
{( )
g 2
2
g 2
2
g5=
. ( X ) +
. ( m)
X
m
{(
( )
1
2
K . X t 5 2
K 2
2
. ( x ) +
. ( m )2
2
m5
m5
{(
1
2
2
2
135,476 2 (
135,476 .0,32 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,3
( 0,3 )
{ 0,022+2,572 }
=
1
2
2,594
= 1,610 m/s2
4.2.2.3
Bandul Matematis
Gravitasi Bandul
1
2
T =
1
2
. Nst stopwatch =
L =
1
2
. Nst meteran =
g1=
{( )
1
2
1
2
g 2
2
g 2
2
x ( L) +
x ( T )
L
T
( )
{( )
4
. 0,001 = 3,33 x 10
4
. 0,001 = 3,33 x 10
{(
1
2
2
8 2 L1
4 2
2
2
x ( L) +
x ( T )
2
3
T1
T1
1
2
2
2
2
4 (3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.15
4 2
(
)
.
3,33
x
10
+
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,726)
( 0,726 )
{ 0,0006+0,000105 }2
=
0,00705
= 0,026 m/s
{( )
g 2
2
g 2
2
g2=
x ( L) +
x ( T )
L
T
( )
{( )
1
2
2
8 2 L2
4 2
2
2
x ( L) +
x ( T )
2
3
T2
T2
{(
1
2
2
2
2
4 (3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.2
4 2
. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,786)
( 0,786 )
{ 0,00045+0,000116 }
1
2
1
2
1
2
0,000566
= 0,023 m/s
{( )
g 2
2
g 2
2
g3=
x ( L) +
x ( T )
L
T
( )
{( )
1
2
2
8 2 L3
4 2
2
2
x ( L) +
x ( T )
2
3
T3
T3
{(
1
2
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.2
4 2
. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,922)
( 0,922 )
{ 0,000238+0,000069 }
=
1
2
1
2
0,000307
= 0,017 m/s
{( )
1
2 2
( ) x(T) }
g 2
2
g
g4 =
x ( L) +
L
T
{( )
2
8 2 L3
4 2
2
2
(
)
L
+
x ( T )
2
3
T3
T3
{(
1
2
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
4 2
(
)
.
3,33
x
10
+
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,999)
( 0,999 )
{ 0,00017+0,000062 } 2
=
0,000232
= 0,015 m/s
1
2
g5=
{( )
g 2
2
g 2
2
x ( L) +
x ( T )
L
T
( )
{( )
1
2
2
8 2 L3
4 2
2
2
(
)
x L +
x ( T )
2
3
T3
T3
{(
1
2
2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.3
4 2
(
)
.
3,33
x
10
+
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(1,114 )
( 1,114 )
{ 0,00011+0,000044 } 2
=
0,000154
= 0,012 m/s
t(s)
t ( s )
3,335
11,222
3,613
13,053
3,703
13,712
3,742
14,002
3,764
14,167
t
18,157
t
66,156
1
2
2
2
1 n ( t )( t )
S d= n
n1
2
1 5 ( 66,156 )(18157)
5
51
= 0,105
L = 0,20 m
No
.
t(s)
t ( s )
3,819
14,584
4,871
14,984
3,899
15,202
4,040
16,321
4,041
16,329
19,67
1 n ( t )( t )
S d= n
n1
2
1 5 ( 77,42 )(19,67)
5
51
= 0,044
L = 0,25 m
t
77,42
No
.
t(s)
t ( s )
4,350
18,922
4,639
21,520
4,642
21,548
4,683
21,930
4,757
22,629
23,071
106,549
2
2
1 n ( t )( t )
S d= n
n1
2
1 5 ( 106,549 )(23,071)
5
51
= 0,068
L = 0,30 m
No
.
t(s)
t ( s )
4,880
23,814
4,989
24,890
5,012
25,120
5,037
25,371
5,067
25,674
t
24,985
t
124,869
2
2
1 n ( t )( t )
S d= n
n1
2
1 5 ( 124,869 )(24,985)
5
51
= 0,0308
L = 0,35 m
No
.
t(s)
t ( s )
5,228
27,331
5,420
29,376
5,732
32, 855
5,741
32,959
5,744
32,993
27,865
155,514
1 n ( t )( t )
S d= n
n1
1 5 ( 155,514 ) (27,865)
5
51
= 0,105
4.2.3
4.2.3.1
4.2.3.1.1
Pegas Tunggal
0,539 ) kg/s2
( k k 5 kg/s2 = (41,389
0,443 ) kg/s2
4.2.3.1.2
Pegas Seri
Pegas Paralel
Gravitasi Pegas
0,891 ) kg/s2
4.2.3.2.1
Pegas Tunggal
Pegas Seri
Pegas Pararel
4.2.4
Pegas Seri
k 1
0,613
x 100 =
x 100 =2,02
k
30,329
k 2
0,382
x 100 =
x 100 =1,25
k
30,329
k 3
0,323
x 100 =
x 100 =1,06
k
30,329
k 4
0,309
x 100 =
x 100 =1,01
k
30,329
k 5
0,276
x 100 =
x 100 =0,91
k
30,329
4.2.4.1.3
Pegas Pararel
k 1
1,442
x 100 =
x 100 =1,06
k
135,476
k 2
1,434
x 100 =
x 100 =1,05
k
135,476
k 3
1,236
x 100 =
x 100 =0,91
k
135,476
k 4
0,932
x 100 =
x 100 =0,68
k
135,476
k 5
0,891
x 100 =
x 100 =0,65
k
135,476
Pegas Tunggal
g1
3,999
x 100 =
x 100 =24,15
g
16,555
g2
1,900
x 100 =
x 100 =11,47
g
16,555
g3
1,138
x 100 =
x 100 =6,87
g
16,555
g 4
0,773
x 100 =
x 100 =4,66
g
16,555
g5
0,568
x 100 =
x 100 =3,43
g
16,555
4.2.4.2.2
Pegas Seri
g1
6,464
x 100 =
x 100 =53,28
g
12,131
g2
2,963
x 100 =
x 100 =24,42
g
12,131
g3
1,717
x 100 =
x 100 =14,15
g
12,131
g 4
1,131
x 100 =
x 100 =9,32
g
12,131
g5
0,808
x 100 =
x 100 =6,66
g
12,131
4.2.4.2.3
Pegas Paralel
g1
12,638
x 100 =
x 100 =46,64
g
27,095
g2
5,822
x 100 =
x 100 =21,48
g
27,095
g3
3,390
x 100 =
x 100 =12,51
g
27,095
g 4
2,244
x 100 =
x 100 =8,28
g
27,095
g5
1,610
x 100 =
x 100 =5,94
g
27,095
4.2.4.3
4.2.5.2
No.
1
2
3
4
5
Pegas Tunggal
Xn ( T )
0,106
0,165
0,175
0,244
0,297
Yn ( Xt )
0,29
0,31
0,33
0,35
0,37
Xn
Yn
= 0,989
a=
= 1,65
n
X n .Y ( X n ) ( Y n )
= 0,317
Yn
Xn
Xn
Xn
Xn
b=
Xn
0,011
0,027
0,031
0,059
0,086
Xn =
0,217
Xn . Yn
0,030
0,051
0,058
0,085
0,109
Xn . Yn=
0,333
= 7,485
Y = aX + b
X=1
X=2
X=3
X=4
X=5
4.2.5.2
No.
1
2
3
4
5
Pegas Seri
Xn ( T )
0,214
0,343
0,406
0,424
0,474
Yn ( Xt )
0,64
0,66
0,68
0,70
0,72
Xn
Yn
= 1,861
a=
= 3,4
n
X n .Y ( X n ) ( Y n )
= 0,263
Xn
0,045
0,117
0,164
0,179
0,224
Xn
= 0,729
Xn . Yn
0,136
0,226
0,276
0,296
0,341
Xn . Yn=
1,275
Yn
Xn
Xn
Xn
Xn
b=
= 57,868
Y = aX + b
X=1
X=2
X=3
X=4
X=5
Xn ( T )
0,091
0,092
0,107
Yn (Xt )
0,28
0,29
0,30
Xn
0,008
0,008
0,011
Xn . Yn
0,025
0,026
0,032
4
5
0,142
0,149
0,33
0,32
Xn
= 0,581
a=
Yn
= 1,5
n
X n .Y ( X n ) ( Y n )
= 27,25
Yn
Xn
Xn
Xn
Xn
b=
= -8
0,020
0,022
Xn
= 0,069
0,044
0,047
Xn . Yn=
0,218
Y = aX + b
X=1
X=2
X=3
X=4
X=5
4.2.5.4
No.
1
2
3
4
5
Pegas Pararel
Xn ( T )
0,527
0,619
0,826
0,998
1,242
Yn (L )
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
Xn
= 4,248
a=
Yn
= 1,25
n
X n .Y ( X n ) ( Y n )
= 0,265
Xn
0,277
0,383
0,743
0,996
1,542
Xn
= 3,941
Xn . Yn
0,079
0,123
0,215
0,299
0,434
Xn . Yn=
1,15
Yn
Xn
Xn
Xn
Xn
b=
= 12,278
Y = aX + b
X=1
X=2
X=3
X=4
X=5
4.3 Grafik
4.3.1
Pegas (tunggal, seri, paralel)
4.3.1.1
Pegas Tunggal
Pegas Tuggal
9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
8
7.8
7.6
7.4
7.2
1
4.3.1.2
Pegas Seri
Pegas Seri
60.2
59.7
59.2
58.7
58.2
57.7
57.2
56.7
56.2
1
4.3.1.3
Pegas Paralel
Pegas Paralel
140
120
100
80
60
40
20
0
1
4.3.1.4
Bandul Matematis
Bandul Matematis
13.6
13.4
13.2
13
12.8
12.6
12.4
12.2
1
4.4 Pembahasan
Dalam menemukan hukum gravitasinya Newton secara tidak sengaja
memperolehnya ketika sebuah apel jatuh dan mengenai kepalanya. Cerita tersebut
hampir bisa kita katakana tidak benar. Tetapi jauh sebelum itu, hukum gravitasi
sudah lama menjadi bahan pemikirannya, meskipun ketika apel tersebut mengenai
kepalanya dia mulai berpikir dan bendanya bahwa apakah gaya yang beberapa itu
bekerja pada buah apel ini sama dengan gaya yang bekerja antara bulan dan
bumi? Tetapi seandainya memang seperti itu, kenapa apel yang jatuh ke bumi?
Pertanyaan itulah yang mendapati proses pencarian yang menghantarkan dirinya
pada hukum gravitasi seperti tertulis dalam bukunya yang terkenal Philosophiae
Naturalis
Principilia
Mathematica
(Mathematical
Prinsiple
Of
Natural
m1 m 2
r2
Dimana F1 dan F2 adalah gaya yang bekerja pada benda, G adalah konstanta
Gravitasi, m1 dan m2 adalah massa partikel serta r adalah jarak antara kedua
partikel.
Pada percobaan gaya gravitasi ini akan dilakukan pengukuran percepatan
gravitasi di tempat percobaan dengan menggunakan pegas dan bandul percepatan
gravitasi akan ditentukan dari getaran selaras pegas dan bandul. Dengan
menggunakan persamaan:
Xt
g K m
( )
( )
Pegas yang digunakan terdiri atas tiga tipe pegas yaitu pegas tunggal, pegas
seri dan pegas parallel. Panjang akhir pegas akan diukur dengan beban yang
tergantung padanya. Dengan semua data yang telah didapatkan, percepatan
gravitasi di tempat percobaan dapat diukur. Pengukuran tidak hanya dilakukan
dengan pegas tetapi juga digunakan bandul untuk mengukur dan menghitung
percepatan gravitasi di tempat percobaan. Dengan persamaan:
L
4 2
2
g
T
( )
bandul yang terjadi. Dalam percobaan ini banyak ayunan bandul yang dihitung
adalah 5 kali ayunan, massa beban yang digantungkan pada bandul diabaikan.
Dalam percobaan ini dapat ditentukan percepatan gravitasi di tempat percobaan
dengan menggunakan pegas dan bandul.
Fungsi alat dalam percobaan ini, pegas digunakan untuk menggantungkan
beban atau massa agar dapat diberi gaya. Pemberat digunakan untuk digantungkan
pada pegas sebagai pemberat. Bandul digunakan sebagai obyek percobaan dalam
mengukur percepatan gravitasi. Penggaris dan meteran digunakan untuk
mengukur panjang pegas dan bandul. Stopwatch digunakan untuk mengukur
waktu pegas dan bandul dalam melakukan getaran. Busur derajat digunakan untuk
menentukan batas simpangan sudut 10.
Dari percobaan gaya gravitasi ini kita dapat memahami nilai massa benda
setiap percobaan, serta nilai gravitasi setiap bendanya juga. Aplikasi gravitasi
dalam kehidupan adalah kita dapat mengetahui gaya jatuh benda adalah gaya
gravitasi, contohnya buah yang jatuh dari pohonnya.
Dalam percobaan ini ada grafik yang menunjukkan perbandingan antara
penjang pegas saat diberi beban yang bervariasi dengan waktu. Grafik ini
menunjukkan semakin panjang pegas akibat adanya beban yang semakin besar
pula. Waktu yang diperlukan untuk melakukan getaran semakin lama begitu juga
sebaliknya. Begitu juga yang terjadi pada bandul matematis. Semakin panjang tali
maka waktu yang dibutuhkan dalam melakukan ayunan akan semakin lama.
Dalam percoaan ini terdapat beberapa faktor kesalahan seperti kesalahan
pengukuran waktu karena keterbatasan repons saat menggunakan stopwatch.
Selain itu kesalahan dalam pengukuran panjang pegas dan bandul juga dapat
terjadi karena kurangnya ketelitian dalam melakukan pengukuran dengan
menggunakan penggaris atau meteran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Getaran selaras adalah gerakan bolak-balik pada suatu lintasan yang
tetap melalui sebuah titik yang disebut titik keseimbangan, pada pegas
dan bandul yang digetarkan akhirnya dapat diam pada titik seimbang
yang sebelumnya dilewati bolak-balik.
2. Melalui percobaan ini dapat ditentukan konstanta pegas yang merupakan
perubahan massa per satuan waktu kuadrat dan didapatkan konstanta
pegas tunggal 41,389 Kg/s2, pegas seri 30,329 Kg/s2 dan pegas parallel
135,476 Kg/s2
3. Melalui percobaan ini dapat ditentukan percepatan gravitasi di tempat
percobaan yang merupakan perubahan panjang per satuan waktu kuadrat
dan didapatkan percepatan gravitasi melalui perhitungan pegas tunggal
16,555 m/s2, pegas seri 12,131 m/s2, pegas parallel 27,095 m/s2 dan
bandul matematis 11,003 m/s2
5.2 Saran
Sebaiknya, percobaan Gaya Gravitasi tidak hanya menggunakan pegas atau
bandul saja untuk mengukur percepatan gravitasi, tetapi juga bisa dilakukan
pengukuran dengan prinsip gerak jatuh bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo dan Edward J.Finn.1980. Dasar-dasar Fisika Universitas.
Jakarta : Erlangga.
Halliday, David. 2001. Dasar-Dasar Fisika. Jakarta : Binarupa Aksara
Ir. Sutarno, M.Sc. 2005. Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Graha Ilmu
Prasasto, Satwika. 1999. FISIKA edisi 3 jilid 1. Jakarta : Erlangga
Priyambodo, Tri Kuntoro. 2009. FISIKA DASAR. Jakarta : Erlangga
Tipler. 1998. FISIKA. Jakarta : Erlangga
Young Hugh, Freedman, Roger A. 2004. FISIKA Universitas edisi 10 jilid 1.
Jakarta : Erlangga
Yao Tung, Khoe. 2004. Komputasi Simbolik Fisika Mekanika. Jakarta : ANDI