Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari
yang ada pada diri sendiri, seperti gerak yang kita lakukan setiap hari. Selain itu
gaya eksternal seperti gaya gravitasi juga mempengaruhi dalam kehidupan seharihari. Gaya gravitasi yang kita alami setiap hari adalah gaya gravitasi bumi, dengan
arah gayanya ke pusat bumi sehingga kita dapat berpijak di permukaan bumi
dengan nyaman.
Ada banyak sekali metode yang dilakukan untuk mengukur besarnya gaya
gravitasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan pegas dan bandul. Dengan
menggunakan konsep getaran selaras dari bandul dan pegas gravitasi dapat
dihitung dan ditentukan. Getaran selaras itu sendiri adalah gerakan bolak-balik
pada suatu lintasan yang tetap dengan melewati suatu titik setimbang. Dalam
percobaan ini akan digunakan pegas dan bandul dengan konsep getaran selaras
untuk menentukan percepatan gravitasi di tempat percobaan.
Gravitasi merupakan interaksi yang terjadi di alam. Newton menemukan pada
abad ke-17 bahwa ada interaksi yang sama yang menyebabkan apel jatuh dari
pohon. Penemuan Newton tentang gravitasi ini sangat berpengaruh di bidang
sains. Gravitasi sangat penting dalam kehidupan karena gaya gravitasi yang
menahan kita tetap berpijak di bumi.
Oleh karena itu, percobaan ini sangat penting dilakukan agar dapat
memahami konsep getaran selaras untuk menentukan percepatan gravitasi bumi di
tempat percobaan. Selain itu, akan dipelajari pula cara menentukannya dengan
menggukan pegas dan bandul serta menentukan konstanta pegas dan memahami
konsep ayunan bandul matematis.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk menjelaskan konsep getaran selaras dengan menggunakan pegas
dan bandul
2. Untuk menentukan konstanta pegas yang disusun secara tunggal, seri dan
paralel
3. Untuk menentukan percepatan gravitasi di tempat percobaan dengan
menggunakan pegas dan bandul

1.3 Manfaat Percobaan


1. Dapat menjelaskan konsep getaran selaras dengan menggunakan pegas
dan bandul
2. Dapat menentukan konstanta dari pegas tunggal, seri dan parallel
3. Dapat menentukan percepatan gravitasi di tempat percobaan dengan
menggunakan pegas dan bandul

BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
Fisikawan gemar mengkaji fenomena yang tampaknya tidak bertahan untuk
membuktikan bahwa suatu pertalian dapat ditemukan jika mereka dikaji secara
cukup teliti. Penyelidikan demi unifikasi ini telah berkembang selama berabadabad. Pada tahun 1665, Isaac Newton yang berusia 23 tahun memberikan
kontribusi dasar fisika ketika ia membuktikan bahwa gaya yang mempertahankan
bulan pada orbitnya adalah gaya yang sama menyebabkan apel jatuh. Sedmikian
pastinya kita menganggap ini sebagai kebenaran sehingga tidaklah mudah bagi
kita untuk memahami kepercayaan purba bahwa gerak benda-benda terikat atau
terbatasi pada bumi dan gerak benda-benda langit berbeda jenisnya dikuasai oleh
hukum-hukum yang berlainan. Newton menyimpulkan bahwa bukan hanya bumi
yang menarikn apel dan bulan, tetapi setiap benda-benda di alam semesta menari
setiap benda lainnya (Halliday, 2001).
Suatu cangkang bermateri yang berbentuk bola seragam menarik sebuah
partikel yang berada di luar cangkang bersangkutan seakan-akan seluruh massa
cangkang terkonsentrasi pada pusatnya. Bumi dianggap sebagai sekumpulan
cangkang semacam itu, yang satu di dalam yang lain, dan dengan setiap cangkang
menarik sebuah partikel di luar permukaan bumi seakan-akan massa cangkang itu
berkedudukan di pusat cangkang bersangkutan. Dengan demilkian, dari sudut
pandang apel, bumi seakan benar-benar berperilaku seperti suatu pertikel yang
berkedudukan di pusat bumi dan mempunyai massa sama dengan massa planet
tersebut (Halliday, 2001).
Gravitasi adalah salah satu dari empat kelas interaksi yang terjadi di alam,
empat gaya tersebut adalah gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya kuat dan
gaya lemah. Newton mempublikasikan hukum gravitasi (Law og Gravitation)
pada tahun 1687. Hukum itu berbunyi sebagai berikut :

Setiap partikel dari bahan di alam semesta menari setiap partikel lain dengan
gaya yang berbanding lurus dengan hasil kali massa-massa partikel dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara partikel-partikel tersebut
(Young, 2004).
Gaya gravitasi dapat dijelaskaan dengan menyatakaan hukum-hukum empiris
keppler tentang gerakan planet dan kemudiaan membahas bagaimana hukum ini
berhubungan dengan hukum newton dan hukum keppler : Hukum 1, Semua planet
bergerak dalam orbit elips dengan matahari disalah satu fokusnya. Hukum 2,
Garis yang menghubungkan tiap planet ke matahari menyapu luasan yang sama
dalam waktu yang sama. Hukum 3, Kuadrat periode tiap planet sebanding dengan
pangkat tiga jarak rata-rata planet dari matahari. Ketiga hukum ini dijelaskan
kepler ketika menunjukaan bahwa lintasan planet mengelilingi matahari
sebenarnya adalah elips , ia juga menunjukaan bahwa planet tidak bergerak
dengan kelajuaan konstanta tetapi bergerak lebih cepat ketika bergerak dengan
matahari dibandingkan dengan lebih jauh . akhirnya , kepler mengembangkaan
hubungan matematika yang tepat antara periode planet dan jarak rata-ratanya dari
matahari . keppler menyatakan hasil dalam tiga hukum empiris tentang gerakan
planet . pada akhirnya hukum-hukum ini merupakan dasar bagi penemuan newton
tentang hukum gravitasi. Lintasan planet yang empiris secara bentuk elips dengan
matahari disalah satu titik fokusnya. titik p , dimana planet paling dekat dengan
matahari , dinamakan aphelion , dengan titik A dinamakan perihelion yang
merupakan titik terjauh jarak rata-rata antara planet dengan matahari sama dengan
sumbu semimayor . sumbu semimayor sama dengan separoh jumlah jarak tersebut
( Prasasto, 1999).
Hukum ketiga keppler menghubungkan periode tiap planet dengan jarak rataratanya ke matahari yang sama dengan sumbu semimayor lintasan elipstisnya
dalam bentuk aljabar , jika r adalah jarak rata-rata antara planet dan matahari dan
T adalah periode revolusi planet , maka hukum ketiga kepler menyatakan bahwa :
T= Cr

Dengan konstanta C bernilai sama untuk semua planet . walaupun hukum


keppler merupakan langkah penting untuk mengerti gerakan planet-planet , namun
hukum tersebut tetap hanya aturan empiris yang diperoleh dari pengamatan
astronomi Brahe . tinggalah bagi newton untuk mengambil langkah raksasa
kedepan dan menghubungkan percepatan sebuah planet dengan orbitnya dengan
gaya yang dilakukan oleh matahari pada planet yang berubah secara terbalik
dengan kuadrat jarak dengan matahari dan planet. Hukum gravitasi newton
mempostulakan bahwa tiap benda mengadakan gaya tarik pada setiap benda lain
yang sebenarnya dengan massa kedua benda itu dibandingkan terbalik dengan
kuadrat jarak jarak pisah antara mereka . Hukum Gravitasi newton dapat ditulis
sebagai persamaan vektor sederhana (Prasasto, 1999).
Berat dari sebuah benda adalah gaya gravitasi total yang bekerja pada sebuah
benda yang disebabkan oleh semua benda lain di alam semesta. Jika sekali lagi
kita menganggap bumi sebagai bentuk bola simetris dengan jari-jari Rb dan massa
mb. Berat W dari benda kecil bermassa m pada permukaan bumi berjarak R b dari
pusatnya adalah:
W =F g=

G m mb
R2B

Tetapi kita mengetahui bahwa berat W dari sebuah benda adalah gaya yang
menyebabkan percepatan g dari benda, jatuh bebas, jadi dengan hukum kedua
Newton W = m.g menyatakan ini dengan persamaan () dan membaginya dengan
m kita dapatkan:
g=G

mB
2

RB

Percepatan akibat gravitasi g tidak tergantung pada massa (m) dari benda
karena m tidak digunakan dalam persamaan ini. Kita baru saja mengetahui itu,
tetapi kita sekarang dapat melihat bagaimana hal ini mengikuti bentuk hukum
gravitasi (Young, 2004).

Gaya gravitasi adalah gaya interaksi terlemah di antara empat interaksi dasar
yang terjadi di antara partikel-partikel elementer. Dalam interaksi partikel
elementer juga sulit untuk mengamati gaya gravitasi antara benda-benda dalam
kehidupan sehari-hari walaupun massa benda itu beribu-ribu kilogram. Namun
gravitasi tetap sangat penting bila kita memperhatikan interaksi yang melibatkan
benda-benda yang sangat besar seperti planet, bulan dan bintang-bintang (Tipler,
1998).
Pada suatu kelompok partikel-partikel, kita mendapatkan gaya gravitasi neto
(atau resultan) yang dikerahkan pada setiap dari partikel-partikel itu dengan
menggunakan asas superposisi. Ini merupakan asas umum yang menyatakan
bahwa efek neto sama dengan jumlah efek-efek individual. Di sini asas, tersebut
mempunyai maksud agar kita menghitung terlebih dahulu gaya gravitasi yang
beraksi pada partikel pilihan kita yang berasal dari masing-masing partikel
lainnya, secara bergantian. Kita lalu mencari gaya neto dengan menjumlahkan
gaya-gaya ini secara vertical, seperti biasa. Untuk n partikel yang berinteraksi,
kita dapat menuliskan asas superposisi untuk gaya-gaya gravitasi sebagai:
F1=F 12+ F 13 + F14 + F 15+ + F1 n
Disini F1 adalah gaya neto pada partikel 1 dan sebagai contoh, F13 adalah
gaya yang dikerahkan partikel 1 oleh partikel 3. Kita dapat mengekspresikan
persamaan ini secara lebih kompak sebagai jumlah vektor:
n

F 1= F 1
i=2

(Halliday, 2001).
Hukum Newton universal gravitasi menyatakan bahwa setiap dua benda
mengerahkan gaya gravitasi tarik-menarik satu sama lain. Arah gaya adalah
sepanjang garis bergabung (joing) obyek. Besarnya gaya adalah sebanding dengan

hasil kali massa gravitasi dari benda-benda dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara mereka. Besarnya gaya gravitasi adalah:
F12=G

m1 m 2
r

G adalah konstanta Newton: G = 6,67 10 -4 Nm2/kg2. Massa inersia dari


sebuah benda menentukan jmlah gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
percepatan yang diberikan benda itu. Massa gravitasi menentukan gaya tarik
gravitasi antara dua benda. Dalam mekanikan Newton, kedua massa tidak
memiliki hubungan yang jelas dengan satu sama lain. Meskipun, itu diamati
secara empiris bahwa mereka secara numerik adalah sama. Ini fakta yang luar
biasa dikenal selama berabad-abad, namun tetap tidak dijelaskan sampai teori
umum Relativitas Einstein. Konstanta gravitasi Newton sangat kecil ketika
dinyatakan dalam bentuk benda berukuran laboratorium, gaya gravitasi antara dua
benda 1 kg dipisahkan oleh 1 m hanya 6,67 10 -4 Newton. Untuk benda bermassa
m di dekat permukaan bumi:
F grav=g

MF
2

RF

=mg

Di mana MF = 5,98 1024 kg adalah massa bumi, dan R = 6,38 106 m


adalah jari-jari bumi, sehingga g adalah:
g =G

MF
R

2
F

=9,8 m/s

(Sutarno, 2005).
Hukum Newton tentang gravitasi umum kadang disebut hukum Newton
yang keempat. Tiap-tiap partikel dalam alam semesta ini selalu menarik partikel
materi lainnya dengan gaya yang besarnya berbanding lurus dengan massa
partikel-partikel itu dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Hal penting

dari hukum gravitasi umum Newton adalah gaya gravitasi berupa vektor yang
arahnya berada pada garis lurus yang menghubungkan antara kedua titik massa.
Hukum hanya bekerja pada titik massa dan titik massa yang dimaksud adalah
massa gravitasi (bukan massa inersia). Gaya yang bekerja pada tiap titk massa,
sama besar dana arahnya saling berlawanan gaya yang terjadi selalu gaya tarikmenarik (tidak ada tolak-menolak seperti pada gaya antar dua muatan bisa tarikmenarik atau tolak-menolak tergantung jenis muatannya). Gaya gravitasi bekerja
pada semua objek dalam alam (Yao Tung, 2004).
Medan adalah daerah dalam ruangan di mana pengaruh suatu gaya pada
meteri tertentu masih dapat dirasakan. Medan gravitasi adalah daerah di mana
pengaruh gaya tarik gravitasi masih dapat dirasakn oleh benda yang memiliki
massa. Kuat medan gravitasi adalah gaya gravitasi per satuan massa benda yang
dialami benda yang diletakkan di suatu titik atau gaya yang bekerja pada suatu
massa yang bermassa satu satuan. Kuat medan gravitasi merupakan besaran
vector, dengan massa titik dianggap sebesar satu satuan (Yao Tung, 2004).
Energi

potensial

gravitasi

adalah

usaha

yang

diperlukan

untuk

memindahkan suatu massa dari titik yang jauh tak hingga ke suatu titik. E p dalam
satuan energi, yaitu Joule.
E p=G

m1 m2
r

Potensial gravitasi suatu titik adalah usaha yang dilakukan untuk


memindahkan massa sebesar atau satu satuan massa dari titik tak terhingga ke titik
itu. Potensial gravitasi dalam Joule/kg (Yao Tung, 2004).
Gaya di antara sembarang dua partikel yang mempunyai massa m 1 dan m2
yang dipisahkan oleh suatu jarak r adalah suatu tarikan yang bekerja sepanjang
garis yang menghubungkan partikel-partikel tersebut dan yang besarnya adalah:

F=G

m1 m2
r2

Di mana G adalah sebuah konstanta universal yang mempunyai nilai yang


sama untuk semua pasangan partikel. Mula-mula gaya gravitasi di antara dua
partikel adalah suatu pasangan aksi-reaksi. Partikel pertama mengerahkan sebuah
gaya pada partikel kedua yang diarahkan menuju partikel pertama sepanjang garis
yang menghubungkan kedua partikel tersebut. Demikian juga, partikel kedua
mengerahkan sebuah gaya pada partikel pertama yang diarahkan menuju partikel
kedua sepanjang garis yang menghubungkan kedua partikel tersebut. Besarnya
gaya-gaya ini adalah sama tetapi arahnya adalah berlawanan. Konstanta G
janganlah dikacaukan dengan yang menyatakan percepatan sebuah benda yang
berasal dari tarikan gravitasi bumi pada benda tersebut. Konstanta G mempunyai
dimensi L3/MT2 dan adalah sebuah skalar, g mempunyai dimensi L/T2 adalah
sebuah vektor dan bukan bersifat universal maupun konstan (Zemansky, 1982).
Gaya gravitasi selalu bekerja sepanjang garis yang menghubungkan dua
buah partikel dan membentuk pasangan aksi-reaksi. Gaya tarik yang dikeluarkan
badan anda yang bekerja pada bumi akan mempunyai besar yang sama seperti
gaya bumi yang bekerja pada anda (Zemansky, 2001).
Benda yang jatuh mengalami percepatan (dipercepat). Newton berpikir
bahwa pasti ada gaya yang bekerja pada benda itu. Gaya yang dimaksud Newton
adalah gaya gravitasi. Menurut hukum III Newton bahwa setiap benda yang
mempunyai gaya maka gaya itu akan diberkan oleh benda lain. Lalu, bagaimana
dengan gaya gravitasi? Setiap benda yan berada di dekat permukaan bumi
merasakan gaya gravitasi, di mana pun tempatnya. Dalam suatu kisah ketika
Newton sedang duduk di kebun, melihat buah apel jatuh dari pohonnya. Dari
peristiwa tersebut, Newton menyimpukan bahwa bumi memberikan gaya gravitasi
pada benda-benda di permukaannya (Alonso, 1980).
Selain itu, Newton mempunyai gagasan bahwa gravitasi bui dapat menahan
bulan pada orbitnya. Dengan gagasan tersebut, Newton berusaha menentukan

besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan. Pada permukaan bumi, gaya
gravitasi menghasilkan percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s2. Karena bulan
bergerak dengan melingkar yang mendekati beraturan, percepatan harus dihitung
dengan menggunakan percepatan sentripetal. Dari hasil perhitungan, Newton
menyimpulkan bahwa gaya gravitasi yang diberikan oleh bumi pada sembarang
benda berkurang terhadap kuadrat jaraknya (R) dari bumi:
Gaya gravitasi 1R2
Percepatan gravitasi pada sebuah benda tidak hanya bergantung pada jarak,
tetapi juga massa benda tersebut. Hal ini juga disadari oleh Newton. Menurut
hukum II Newton, ketika bumi memberikan gaya gravitasinya ke benda lain,
(misalnya, bulan), bulan tersebut akan memberikan gaya yang sama besar, tetapi
berlainan arah terhadap bumi. Dengan demikian, besar gaya gravitasi sebanding
dengan kedua massa dan dapat dituliskan sebagai berikut:
F mMR2
Setelah Newton dapat menganalisis gaya gravitasi antara bumi dan benda
lain, Newton mengadakan penelitian tentang orbit-orbit planet. Dari hasil
penelitiannya, Newton menyimpulkan bahwa untuk mempertahankan planetplanet supaya berada pada orbitnya dalam mengelilingi matahari diperlukan gaya.
Dengan kesimpulan tersebut, Newton makin yakin bahwa terdapat gaya gravitasi
yang bekerja antara matahari dan planet-planet tersebut (Alonso, 1980).
Bandul sederhana (simple pendulum) adalah benda ideal yang terdiri dari
sebuah titik massa, yang digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur.
Jika bandul ditarik ke samping dan posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka
bandul akan berayun dalam bidang vertical karena pengaruh gravitasi. Geraknya
merupakan gerak osilasi dan periodik. Bandul puntiran (torsional pendulum)
adalah berbentuk sebuah piringan yang digantungkan pada ujung sebuah batang
kawat yang dipasang pada pusat massa piringan. Batang kawat tersebut dibuat
tetap terhadap sebuah penyangga yang kokoh terhadap pringan tersebut. Pada

posisi seimbang piringan ditarik sebuah garis radial dari pusat piringan. Bandul
fisis (physical pendulum) sembarang benda tegar yang digantungkan sehingga
benda dapat berayun dalam bidang vertikal terhadap sumbu yang melalui benda
tersebut disebut bandul fisis. Ini adalah perluasan bandul sederhana terdiri dari tali
tak bermassa yang digantungi sebuah partikel tunggal. Pada kenyataannya, semua
bandul berayun yang ada adalah bandul fisis (Prasastio, 1999).
Gerak periodik adalah gerak yang kondisi serupa dapat dijumpai lagi pada
waktu berikutnya atau tempat yang lain. Di alam biasa dijumpai gerak benda yang
bersifat periodik, baik menyangkut waktu ataupun koordinat (posisi). Selang
waktu ataupun beda posisi dari dua keadaan sejenis yang berlangsung berurutan
disebut periode. Getaran selaras sederhana (GSS) hanya melibatkan sebuah gaya.
Gaya ini berperan sebagai penggetar dan selalu berarah ke titik setimbangnya.
Gaya ini disebut juga gaya pembalik (restoring force). Ciri gerak ini, benda
melakukan gerak osilasi atau bergetar selamanya. Berhubung benda bergetar
bolah-balik di sekitar titik setimbangnya maka posisi benda dapat dinyatakan oleh
fungsi periodik. Contoh gerak periodik yang berperiode wakti adalah gerak jarum
jam pada arloji. Gerak jarum pendeknya berperiode 12 jam, sementara untuk
jarum panjangnya 1 jam. Demikian pula pada gerak rotasi bumi pada sumbunya
yang berperiode 24 jam. Waktu satu hari 24 jam sehingga kita mengenal jam
01.00, jam 13.00 dan seterusnya. Berhubung keliling arloji berupa lintasan
tertutup, maka di sekeliling arloji dibagi menjadi 12 jam. Agar angka skalarnya
tidak rumit jarum menunjukkan jam 01.00 sama dengan jam 13.00. Hanya saja
jam 01.00 berarti pagi hari dan jam 13.00 berarti siang hari. Benda bergetar berarti
benda itu melakukan gerak bolak-balik di sekitar titik setimbangnya. Getaran
merupakan peristiwa yang disebabkan oleh benda bergetar. Berdasarkan jumlah
gaya yang terlibat pada getaran, getaran dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Ketiga
jenis getaran itu adalah getaran selaras sederhana, yang biasa di sebut pula gerak
harmonik. Getaran selaras teredam, serta getaran selaras teredam terpaksa
(Priyambodo, 2009).

Hukum Hooke dapat dinyatakan sebagai berikut: Jika sebuah benda diubah
bentuknya, maka benda itu akan melawan perubahan bemtuk (deformasi) dengan
gaya sebanding dengan besar deformasi, asalkan deformasi ini tidak terlalu besar.
Untuk deformasi dalam satu dimensi, atau perubahan panjang saja, maka Hukum
Hooke dapat ditulis sebagai:
F=kx
Di sini x adalah deformasi atau perubahan panjang, F adalah gaya balik oleh
badan dan k adalah suatu konstanta pegas. Tanda negative menyatakan bahwa
gaya selalu melawan deformasi. Hukum Hooke berlaku pada suatu bahan selama
perubahan panjang tidak terlalu besar. Daerah di mana Hukum Hooke berlaku
disebut daerah elastik. Jika suatu bahan mengalami perubahan panjang melampaui
daerah elastik, maka benda akan mengalami perubahan bentuk permanen. Daerah
deformasi di luar daerah elastik, disebut daerah plastik. Dalam daerah plastik
perubahan bersifat permanen. Jika suatu pegas ditarik melebihi daerah elastic,
pegas tidak kembali lagi pada panjang semula, karena struktur- atom-atom dalam
pegas telah mengalami perubahan (Sutrisno, 1996).
Jadi gaya pada partikel selalu menuju posisi setimbang x = 0. Dari Hukum
II Newton kita peroleh hubungan:
F=kx=m

d2 x
dt2

Atau
m

d2 x
+kx=0
dt2

Semua gerak mempunyai perioda osilasi yang sama dan ini ditentukan oleh
massa m dari partikel yang bergetar dan tegangan pegas k. Frekuesi osilator
adalah banyaknya getaran penuh dalam satuan waktu, dan diberikan oleh:

1
1
f= = =
T 2 2

k
m

Dan
=2 f =

2
T

Besaran seringkali disebut sebagai frekuensi sudut, karena mempunyai


nilai 2 kali frekuensi f sehingga mempunyai satuan radial/detik (Sutrisno, 1996).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum fisika dasar I tentang Gaya Gravitasi dilaksanakan pada hari
Selasa, 19 November 2013, pada pukul 10.00 sampai 12.00 WITA. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Dasar, Gedung C, lantai 3, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


1. 2 buah pegas
2. Beban pemberat pegas
3. Bola besi yang digantung pada seutas tali
4. Sebuah penggaris/ meteran
5. Stopwatch

6. Tiang statif
7. Busur

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Pegas
1. Disiapkan alat-alat
2. Diambil pegas dan digantung pada tiang statif, kemudian diukur
panjang awal pegas (X0)
3. Digantungkan pegas dengan beban 100 gram, diukur panjang pegas
(Xt)
4. Ditarik beban ke bawah dan dilepaskan, diukur waktu hingga terjadi 5
getaran, dicatat waktu
5. Diulang langkah 2 sampai 4 untuk beban 150 gram, 200 gram, 250
gram dan 300 gram
6. Diulang langkah 2 sampai 5 untuk pegas seri dan parallel
3.1.1 Bandul
1. Disiapkan alat-alat
2. Diukur panjang tali 15 cm dan diganting pada tiang statif
3. Dibuat sudut simpangan 10
4. Dilepaskan bandul dan dihitung waktu hingga terjadi 5 kali ayunan,
diulang sebanyak 5 kali
5. Diulang langkah 2 sampai 4 dan dilakukan untuk panjang tali 20 cm,
25 cm, 30 cm dan 35 cm

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Pegas Tunggal
X0 = 0,27 m
No

m (kg)

Xt (m)

T2

0,1

29 10-2

1,633

0,3266

0,1066

0,15

31 10-2

2,034

0,4068

0,1654

0,2

33 10-2

2,104

0,4208

0,1770

0,25

35 10-2

2,471

0,4942

0,2442

0,3

37 10-2

2,729

0,5452

0,2972

4.1.2 Pegas Seri


X0 = 0,58 m

No

m (kg)

Xt (m)

T2

0,1

64 10-2

2,318

0,4636

0,2149

0,15

66 10-2

2,931

0,5862

0,3436

0,2

68 10-2

3,189

0,6378

0,4067

0,25

70 10-2

3,257

0,6514

0,4243

0,3

72 10-2

3,446

0,6892

0,4749

m (kg)

Xt (m)

T2

0,1

28 10-2

1,509

0,3018

0,0910

0,15

29 10-2

1,517

0,3034

0,0920

0,2

30 10-2

1,639

0,3278

0,1074

0,25

31 10-2

1,890

0,378

0,1428

0,3

32 10-2

1,1932

0,3864

0,1493

4.1.3 Pegas Paralel


X0 = 0,27 m
No
.

4.1.4 Bandul
No
.

L (m)

t1

t2

t3

t4

t5

T2

3,61
3

15 10-2

3,355

20 10-2

3,819

25 10-2

4,350

30 10-2

4,880

35 10-2

5,228

3,87
1
4,63
9
4,98
9

3,703

3,742

3,764

3,623

0,724

0,525

3,889

4,040

4,041

3,904

0,780

0,609

4,683

4,757

4,757

4,606

0,921

0,848

5,012

5,037

5,067

4,992

0,998

0,996

5,732

5,741

5,744

5,571

1,114

1,241

5,42
0

4.2 Analisis Data


4.2.1

Perhitungan Tanpa KTP

4.2.1.1 Konstanta Pegas


4.2.1.1.2

Pegas Tunggal
m

= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg

T2

= T25 T21
= 0,297 0,106
= 0,190 s2

4 2

( Tm )

4 ( 3,14 )2

0,2
( 0,190
)

= 41,389 Kg/s
4.2.1.1.2

Pegas Seri
m

= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg

T2

= T25 T21
= 0,474 0,214
= 0,260 s2

4 2

( Tm )
2

4 ( 3,14 )2

0,2
( 0,260
)

= 30,329 Kg/s
4.2.1.1.3

Pegas Paralel
m

= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg

T2

= T25 T21
= 0,149 0,091
= 0,058 s2

4 2

m
T2

( )

4 ( 3,14 )2

0,2
( 0,058
)

= 135,476 Kg/s
4.2.1.2 Gravitasi Pegas
4.2.1.2.1

Pegas Tunggal
Xt

= Xt5 Xt1
= 0,37 0,29
= 0,08 m

= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg

( Xm )
t

41,389

( 0,08
0,2 )

= 16,555 m/s
4.2.1.2.2

Pegas Seri
Xt

= Xt5 Xt1
= 0,72 0,64
= 0,08 m

= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg

( Xm )
t

30,329

( 0,08
0,2 )

= 12,131 m/s
4.2.1.2.3

Pegas Paralel
Xt

= Xt5 Xt1
= 0,32 0,28
= 0,04 m

= m5 m1
= 0,3 0,1
= 0,2 Kg

( Xm )
t

135,476

( 0,04
0,2 )

= 27,095 m/s
4.2.1.2.4

Bandul Matematis
L

= L5 L1
= 0,35 0,15
= 0,2 Kg

T2

= T25 T21
= 1,242 0,527
= 0,715 s

4 2

( TL )
2

4 ( 3,14 )2

0,2
( 0,715
)

= 11,003 m/s2
4.2.2

Perhitungan Dengan KTP

4.2.2.1 Konstanta Pegas


m =

1
3

. Nst pegas =

T =

1
3

. Nst stopwatch =

4.2.2.1.1

1
3

1
3

Kg

4
. 0,001 = 3,33 x 10

{( )

( )

1
2

4 2
8 m 1 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 1
T1

{(

2 2

1
2

4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,1
3 2
4 2

. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 10 )
2
3
( 0,326 )
( 0,326 )

{ ( 1,517 ) + ( 0,005 ) }
=

Pegas Tunggal

K 2
2
K 2
2
K 1=
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

. 0,01 = 3,33 x 10

1,522

= 1,233 Kg/s

1
2

1
2

K 2=

{( )

K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

( )

{( )

4 2
8 2 m2
2

.
(

m
)
+
. ( T )2
2
3
T2
T2

{(

1
2

1
2

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,15
3
(
)

.
3,33
x
10
+
.( 3,33 x 104 )
2
3
(0,406)
( 0,406 )

{ 0,630+0,003 }

1
2

1
2

0,633

= 0,79 Kg/s

{( )

K 2
2
K 2
2
K 3=
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

( )

1
2

4 2
8 m 3 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 3
T3

{(

1
2

}
2

4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,2
3
4

. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,420)
( 0,420 )
1

{ 0,550+0,005 } 2
=

0,555

= 0,744 Kg/s

1
2

K4=

{(

{( )

K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

( )

1
2

4 2
8 m 4 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 4
T4

{(

1
2

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
3

. ( 3,33 x 10 ) +
.( 3,33 x 104 )
2
3
(0,494)
( 0,494 )

{ 0,289+0,002 }

1
2

0,291

= 0,539 Kg/s
K 5=

{(

{( )

K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

( )

1
2

4 2
8 m 5 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 5
T5

{(

1
2

4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,3
3
4

. ( 3,33 x 10 ) +
. (3,33 x 10 )
2
(0,545)
( 0,545 )3

{ 0,195+0,002 }
=

1
2

0,197

= 0,443 Kg/s

4.2.2.1.2

Pegas Seri

1
2

1
2

K 1=

{(

{( )

K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

( )

1
2

4 2
8 m 1 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 1
T1

{(

1
2

4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,1
3
4

. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
(0,463)
( 0,463 )3
1

{ 0,376+0,0007 }2

0,3767

= 0,613 Kg/s

{( )

K 2=

{(

K
2
K
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

( )

1
2

4 2
8 m 2 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 2
T2

{(

1
2

4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,15
3
4

. ( 3,33 x 10 ) +
.( 3,33 x 10 )
2
3
(0,586)
( 0,586 )
1

{ 0,146+0,0003 }2
=

0,1463

= 0,382 Kg/s
K 3=

{( )

K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

( )

1
2

1
2

1
2

{(

4 2
8 m 3 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 3
T3

{(

1
2

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,2
3

. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 104 )
2
3
(0,637)
( 0,637 )

{ 0,104+ 0,0004 }

1
2

1
2

0,1044

= 0,323 Kg/s

{( )

K 2
2
K 2
2
K4=
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

( )

1
2

4 2
8 m 4 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 4
T4

{(

1
2

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
3
4
(
)

.
3,33
x
10
+
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,651)
( 0,651 )

{ 0,095+0,0005 } 2
=

0,0955

= 0,309 Kg/s

{( )

K 2
2
K 2
2
K 5=
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

( )

1
2

4 2
8 m 5 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 5
T5

1
2

1
2

{(

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,3
3

. ( 3,33 x 10 ) +
. (3,33 x 104 )
(0,689)2
( 0,689 )3

1
2

{ 0,076+0,0005 }2

0,0765

= 0,276 Kg/s
4.2.2.1.3

Pegas Paralel

{( )

K 2
2
K 2
2
K 1=
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

( )

1
2

4 2
8 m 1 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 1
T1

{(

1
2

4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,1
3
4

. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,301)
( 0,301 )
1

{ 2,082+ 0,00009 } 2

2,08209

= 1,442 Kg/s

{( )

K 2=

K
2
K
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

( )

1
2

1
2

{(

4 2
8 m 2 2
2
. ( m ) +
. ( T )
3
T 2
T2

{(

1
2

1
2

1
2

4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,15
3
4

. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 10 )
2
3
(0,303)
( 0,303 )
1
2

{ 2,037+0,027 }
=

2,058

= 1,434 Kg/s

{( )

K 2
2
K 2
2
K 3=
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

( )

1
2

4 2
8 m 3 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 3
T3

{(

1
2

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,2
3
(
)

.
3,33
x
10
+
.(3,33 x 104 )
2
3
(0,327)
( 0,327 )

{ 1,506+0,022 } 2
=

1,528

= 1,236 Kg/s

{( )

K 2
2
K 2
2
K4=
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

( )

1
2

4 2
8 m 4 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 4
T4

1
2

{(

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
3

. ( 3,33 x 10 ) +
.(3,33 x 104 )
(0,378)2
( 0,378 )3

{ 0,855+0,014 } 2

3,08

= 1,755 Kg/s
K 5=

{( )

K 2
2
K 2
2
. ( m) +
. ( T )
m
T

{(

( )

1
2

4 2
8 m 5 2
2

. ( m ) +
. ( T )
3
T 5
T5

{(

1
2

2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,3
3
(
)

.
3,33
x
10
+
. (3,33 x 104 )
2
3
(0,386)
( 0,386 )

1
2

{ 0,776+0,019 }2

0,795

= 0,891 Kg/s
4.2.2.2 Gravitasi Pegas
m =

1
3

. Nst pegas =

x =

1
3

. Nst penggaris =

4.2.2.2.1

Pegas Tunggal

1
3

3
. 0,01 = 3,33 x 10
Kg

1
3

. 0,001= 3,33 x 10

1
2

g1=

{( )

g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 1 2
K 2
2

. ( x ) +
. ( m )2
2
m1
m1

{(

1
2

2
41,389 2 (
41,389.0,29 2 (
4 2
)

. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,1
( 0,1 )

{ 0,018+15,975 }

1
2

1
2

15,993

= 3,999 m/s2

{( )

g 2
2
g 2
2
g2=
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 2 2
K 2
2

. ( x ) +
. ( m )2
2
m2
m2

{(

1
2

2
2
41,389 2 (
41,389. 0,31 2 (

. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,15
( 0,15 )

{ 0,008+3,605 }
=

1
2

3,613

= 1,900 m/s2
g3=

{( )

g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m

( )

1
2

1
2

{(

K . X t 3 2
K 2
2

. ( x ) +
. ( m )2
2
m3
m3

{(

1
2

41,389
41,389. 0,33
4 2
3 2

. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 10 )
2
0,2
( 0,2 )

1
2

{ 0,004+1,292 } 2

1,296

= 1,138 m/s2

{( )

g4 =

g
2
g
2
. ( X ) +
.( m )
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 4 2
K 2

. ( x )2 +
. ( m )2
2
m4
m4

{(

1
2

41,389 2
41,389. 0,35 2
4 2
3 2

. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 10 )
2
0,25
( 0,25 )

{ 0,003+0,595 }
=

1
2

0,598

= 0,773 m/s2

{( )

g 2
2
g 2
2
g5=
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 5 2
K 2
2

. ( x ) +
. ( m )2
2
m5
m5

1
2

1
2

{(

1
2

2
2
41,389 2 (
41,389. 0,37 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,3
( 0,3 )

{ 0,002+0,321 } 2
=

0,323

= 0,568 m/s2

4.2.2.2.2

Pegas Seri

{( )

g 2
2
g 2
2
g1=
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 1 2
K 2

. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m1
m1

{(

1
2

2
30,329 2 (
30,329.0,64 2 (
4 2
)

. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103)
2
0,1
( 0,1 )

{ 0,010+41,779 }2

41,789

= 6,464 m/s2

{( )

g 2
2
g 2
2
g2=
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 2 2
K 2
2

. ( x ) +
. ( m )2
2
m2
m2

1
2

1
2

{(

2
2
30,329 2 (
30,329. 0,66 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,15
( 0,15 )

1
2

{ 0,004+8,776 } 2

8,78

= 2,963 m/s2

{( )

g 2
2
g 2
2
g3=
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 3 2
K 2

. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m3
m3

{(

1
2

2
2
30,329 2 (
30,329. 0,68 2 (

. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,2
( 0,2 )

{ 0,002+2,947 }

1
2

1
2

2,959

= 1,717 m/s2

{( )

g 2
2
g 2
2
g4 =
. ( X ) +
.( m )
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 4 2
K 2
2

.( x ) +
. ( m )2
2
m4
m4

{(

1
2

2
2
30,329 2 (
30,329. 0,70 2 (
. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,25
( 0,25 )

1
2

{ 0,001+1,279 } 2

1,28

= 1,132 m/s2
g5=

{( )

g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 5 2
K 2

. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m5
m5

{(

1
2

2
30,329 2 (
30,329. 0,72 2 (
4 2
)

. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,3
( 0,3 )

{ 0,001+0,652 }

1
2

1
2

0,653

= 0,808 m/s2
4.2.2.2.3
g1=

Pegas Paralel

{( )

g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 1 2
K 2

. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m1
m1

{(

1
2

135,476 (
135,476 .0,28 (
4 2
3 2

. 3,33 x 10 ) +
. 3,33 x 10 )
2
0,1
( 0,1 )

{ 0,203+159,561 }

1
2

1
2

159,764

= 12,639 m/s2

{( )

g 2
2
g 2
2
g2=
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 2 2
K 2
2

. ( x ) +
. ( m )2
2
m2
m2

{(

1
2

2
2
135,476 2 (
135,476 .0,29 2 (

. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,15
( 0,15 )

{ 0,090+33,809 }

1
2

1
2

33,89

= 5,822 m/s2
g3=

{( )

g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 3 2
K 2

. ( x ) 2+
. ( m )2
2
m3
m3

{(

1
2

2
135,476 2 (
135,476 .0,30 2 (
4 2
)

. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,2
( 0,2 )

1
2

{ 0,050+11,448 }
=

11,498

= 3,390 m/s2

1
2

g4 =

{( )

g 2
2
g 2
2
. ( X ) +
.( m )
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 4 2
K 2
2
.( x ) +
. ( m )2
2
m4
m4

{(

1
2

2
135,476 2 (
135,476 .0,31 2 (
4 2
)

. 3,33 x 10 +
. 3,33 x 103 )
2
0,25
( 0,25 )

{ 0,670+5,614 }
=

1
2

1
2

5,038

= 2,255 m/s2

{( )

g 2
2
g 2
2
g5=
. ( X ) +
. ( m)
X
m

{(

( )

1
2

K . X t 5 2
K 2
2

. ( x ) +
. ( m )2
2
m5
m5

{(

1
2

2
2
135,476 2 (
135,476 .0,32 2 (

. 3,33 x 104 ) +
. 3,33 x 103 )
2
0,3
( 0,3 )

{ 0,022+2,572 }
=

1
2

2,594

= 1,610 m/s2
4.2.2.3

Bandul Matematis

Gravitasi Bandul

1
2

T =

1
2

. Nst stopwatch =

L =

1
2

. Nst meteran =

g1=

{( )

1
2
1
2

g 2
2
g 2
2
x ( L) +
x ( T )
L
T

( )

{( )

4
. 0,001 = 3,33 x 10

4
. 0,001 = 3,33 x 10

{(

1
2

2
8 2 L1
4 2
2
2

x ( L) +
x ( T )
2
3
T1
T1

1
2

2
2
2
4 (3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.15
4 2
(
)

.
3,33
x
10
+
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,726)
( 0,726 )

{ 0,0006+0,000105 }2
=

0,00705

= 0,026 m/s

{( )

g 2
2
g 2
2
g2=
x ( L) +
x ( T )
L
T

( )

{( )

1
2

2
8 2 L2
4 2
2
2

x ( L) +
x ( T )
2
3
T2
T2

{(

1
2

2
2
2
4 (3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.2
4 2

. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,786)
( 0,786 )

{ 0,00045+0,000116 }

1
2

1
2

1
2

0,000566

= 0,023 m/s

{( )

g 2
2
g 2
2
g3=
x ( L) +
x ( T )
L
T

( )

{( )

1
2

2
8 2 L3
4 2
2
2

x ( L) +
x ( T )
2
3
T3
T3

{(

1
2

2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.2
4 2

. ( 3,33 x 10 ) +
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,922)
( 0,922 )

{ 0,000238+0,000069 }
=

1
2

1
2

0,000307

= 0,017 m/s

{( )

1
2 2

( ) x(T) }

g 2
2
g
g4 =
x ( L) +
L
T

{( )

2
8 2 L3
4 2
2
2
(
)

L
+
x ( T )
2
3
T3
T3

{(

1
2

2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0,25
4 2
(
)

.
3,33
x
10
+
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(0,999)
( 0,999 )

{ 0,00017+0,000062 } 2
=

0,000232

= 0,015 m/s

1
2

g5=

{( )

g 2
2
g 2
2
x ( L) +
x ( T )
L
T

( )

{( )

1
2

2
8 2 L3
4 2
2
2
(
)

x L +
x ( T )
2
3
T3
T3

{(

1
2

2
2
2
4 ( 3,14 )
8 ( 3,14 ) 0.3
4 2
(
)

.
3,33
x
10
+
. ( 3,33 x 104 )
2
3
(1,114 )
( 1,114 )

{ 0,00011+0,000044 } 2
=

0,000154

= 0,012 m/s

4.2.2.4 Sudut Deviasi Bandul Matematis


L = 0,15 m
No
.

t(s)

t ( s )

3,335

11,222

3,613

13,053

3,703

13,712

3,742

14,002

3,764

14,167

t
18,157

t
66,156

1
2

2
2
1 n ( t )( t )
S d= n
n1

2
1 5 ( 66,156 )(18157)
5
51

= 0,105

L = 0,20 m
No
.

t(s)

t ( s )

3,819

14,584

4,871

14,984

3,899

15,202

4,040

16,321

4,041

16,329

19,67

1 n ( t )( t )
S d= n
n1

2
1 5 ( 77,42 )(19,67)
5
51

= 0,044

L = 0,25 m

t
77,42

No
.

t(s)

t ( s )

4,350

18,922

4,639

21,520

4,642

21,548

4,683

21,930

4,757

22,629

23,071

106,549

2
2
1 n ( t )( t )
S d= n
n1

2
1 5 ( 106,549 )(23,071)
5
51

= 0,068

L = 0,30 m
No
.

t(s)

t ( s )

4,880

23,814

4,989

24,890

5,012

25,120

5,037

25,371

5,067

25,674

t
24,985

t
124,869

2
2
1 n ( t )( t )
S d= n
n1

2
1 5 ( 124,869 )(24,985)
5
51

= 0,0308

L = 0,35 m
No
.

t(s)

t ( s )

5,228

27,331

5,420

29,376

5,732

32, 855

5,741

32,959

5,744

32,993

27,865

155,514

1 n ( t )( t )
S d= n
n1

1 5 ( 155,514 ) (27,865)
5
51

= 0,105

4.2.3

Perhitungan KTP Mutlak

4.2.3.1

Konstanta Pegas ( Tunggal, Seri, dan Pararel )

4.2.3.1.1

Pegas Tunggal

( k k 1 kg/s2 = ( 41,389 1,232 ) kg/s2


( k k 2 kg/s2 = (41,389 0,79 ) kg/s2
( k k 3 kg/s2 = (41,389 0,744 ) kg/s2
( k k 4 kg/s2 = (41,389

0,539 ) kg/s2

( k k 5 kg/s2 = (41,389

0,443 ) kg/s2

4.2.3.1.2

Pegas Seri

( k k 1 kg/s2 = ( 30,329 0,613 ) kg/s2


( k k 2 kg/s2 = (30,329 0,382 ) kg/s2
( k k 3 kg/s2 = (30,329 0,323 ) kg/s2
( k k 4 kg/s2 = (30,329 0,309 ) kg/s2
( k k 5 kg/s2 = (30,329 0,276) kg/s2
4.2.3.1.3

Pegas Paralel

( k k 1 kg/s2 = ( 135,476 1,442 ) kg/s2


( k k 2 kg/s2 = (135,476 1,434 ) kg/s2
( k k 3 kg/s2 = (135,476 1,236 ) kg/s2
( k k 4 kg/s2 = (135,476 0,932) kg/s2
( k k 5 kg/s2 = (135,476
4.2.3.2

Gravitasi Pegas

0,891 ) kg/s2

4.2.3.2.1

Pegas Tunggal

( g g 1 kg/s2 = ( 16,555 3,999 ) m/s2


( g g 2 kg/s2 = (16,555 1,900 ) m/s2
( g g 3 kg/s2 = (16,555 1,138 ) m/s2
( g g 4 kg/s2 = (16,555 0,773 ) m/s2
( g g 5 kg/s2 = (16,555 0,568 ) m/s2
4.2.3.2.2

Pegas Seri

( g g 1 kg/s2 = ( 12,131 6,464 ) m/s2


( g g 2 kg/s2 = (12,131 2,963 ) m/s2
( g g 3 kg/s2 = (12,131 1,717 ) m/s2
( g g 4 kg/s2 = (12,131 1,131 ) m/s2
( g g 5 kg/s2 = (12,131 0,808 ) m/s2
4.2.3.2.3

Pegas Pararel

( g g 1 kg/s2 = ( 27,095 12,638 ) m/s2


( g g 2 kg/s2 = (27,095 5,822 ) m/s2
( g g 3 kg/s2 = (27,095 3,390 ) m/s2
( g g 4 kg/s2 = (27,095 2,244 ) m/s2
( g g 5 kg/s2 = (27,095 1,610 ) m/s2
4.2.3.3 Bandul Matemamatis

( g g 1 kg/s2 = ( 11,252 0,026 ) m/s2


( g g 2 kg/s2 = (11,252 0,023 ) m/s2
( g g 3 kg/s2 = (11,252 0,017 ) m/s2
( g g 4 kg/s2 = (11,252 0,015 ) m/s2
( g g 4 kg/s2 = (11,252 0,012 ) m/s2

4.2.4

Perhitungan KTP Relatif

4.2.4.1 Konstanta Pegas ( Tunggal, Seri, dan Pararel )


4.2.4.1.1 Pegas Tunggal
k 1
1,233
x 100 =
x 100 =2,97
k
41,389
k 2
0,79
x 100 =
x 100 =1,90
k
41,389
k 3
0,744
x 100 =
x 100 =1,79
k
41,389
k 4
0,539
x 100 =
x 100 =1,30
k
41,389
k 5
0,443
x 100 =
x 100 =1,07
k
41,389
4.2.4.1.2

Pegas Seri

k 1
0,613
x 100 =
x 100 =2,02
k
30,329

k 2
0,382
x 100 =
x 100 =1,25
k
30,329
k 3
0,323
x 100 =
x 100 =1,06
k
30,329
k 4
0,309
x 100 =
x 100 =1,01
k
30,329
k 5
0,276
x 100 =
x 100 =0,91
k
30,329
4.2.4.1.3

Pegas Pararel

k 1
1,442
x 100 =
x 100 =1,06
k
135,476
k 2
1,434
x 100 =
x 100 =1,05
k
135,476
k 3
1,236
x 100 =
x 100 =0,91
k
135,476
k 4
0,932
x 100 =
x 100 =0,68
k
135,476
k 5
0,891
x 100 =
x 100 =0,65
k
135,476

4.2.4.2 Gravitasi Pegas


4.2.4.2.1

Pegas Tunggal

g1
3,999
x 100 =
x 100 =24,15
g
16,555
g2
1,900
x 100 =
x 100 =11,47
g
16,555
g3
1,138
x 100 =
x 100 =6,87
g
16,555
g 4
0,773
x 100 =
x 100 =4,66
g
16,555
g5
0,568
x 100 =
x 100 =3,43
g
16,555
4.2.4.2.2

Pegas Seri
g1
6,464
x 100 =
x 100 =53,28
g
12,131
g2
2,963
x 100 =
x 100 =24,42
g
12,131
g3
1,717
x 100 =
x 100 =14,15
g
12,131
g 4
1,131
x 100 =
x 100 =9,32
g
12,131
g5
0,808
x 100 =
x 100 =6,66
g
12,131

4.2.4.2.3

Pegas Paralel

g1
12,638
x 100 =
x 100 =46,64
g
27,095
g2
5,822
x 100 =
x 100 =21,48
g
27,095
g3
3,390
x 100 =
x 100 =12,51
g
27,095
g 4
2,244
x 100 =
x 100 =8,28
g
27,095
g5
1,610
x 100 =
x 100 =5,94
g
27,095
4.2.4.3

Gravitasi Bandul Matematis


g1
0,026
x 100 =
x 100 =4,47
g
11,003
g2
0,023
x 100 =
x 100 =3,012
g
11,003
g3
0,017
x 100 =
x 100 =2,58
g
11,003
g 4
0,015
x 100 =
x 100 =2,133
g
11,003
g5
0,012
x 100 =
x 100 =1,813
g
11,003

4.2.5 Analisis Grafik

4.2.5.2
No.
1
2
3
4
5

Pegas Tunggal
Xn ( T )
0,106
0,165
0,175
0,244
0,297

Yn ( Xt )
0,29
0,31
0,33
0,35
0,37

Xn

Yn

= 0,989

a=

= 1,65

n
X n .Y ( X n ) ( Y n )

5 ( 0,333 )( 0,989 ) ( 1,65 )


5 ( 0,217 )( 0,989 )

= 0,317
Yn
Xn
Xn

Xn
Xn
b=

Xn
0,011
0,027
0,031
0,059
0,086

Xn =
0,217

Xn . Yn
0,030
0,051
0,058
0,085
0,109

Xn . Yn=
0,333

5 ( 1,65 ) ( 0,217 ) ( 0,989 )


5 ( 0,217 )( 0,989 )

= 7,485
Y = aX + b
X=1

maka Y = 0,317. 1 + 7,485 = 7,802

X=2

maka Y = 0,317. 2 + 7,485 = 8,119

X=3

maka Y = 0,317. 3 + 7,485 = 8,436

X=4

maka Y = 0,317. 4 + 7,485 = 8,753

X=5

maka Y = 0,317. 5 + 7,485 = 9,07

4.2.5.2
No.
1
2
3
4
5

Pegas Seri
Xn ( T )
0,214
0,343
0,406
0,424
0,474

Yn ( Xt )
0,64
0,66
0,68
0,70
0,72

Xn

Yn

= 1,861

a=

= 3,4

n
X n .Y ( X n ) ( Y n )

5 ( 1,275 ) ( 1,861 )( 3,4 )


5 ( 0,729 )( 1,861 )

= 0,263

Xn
0,045
0,117
0,164
0,179
0,224

Xn
= 0,729

Xn . Yn
0,136
0,226
0,276
0,296
0,341

Xn . Yn=
1,275

Yn
Xn
Xn

Xn
Xn
b=

5 ( 3,4 )( 0,729 )( 1,861 )


5 ( 0,729 )( 1,861 )

= 57,868
Y = aX + b
X=1

maka Y = 0,263. 1 + 57,868 = 58,131

X=2

maka Y = 0,263. 2 + 57,868 = 58,394

X=3

maka Y = 0,263. 3 + 57,868 = 58,675

X=4

maka Y = 0,263. 4 + 57,868 = 58,92

X=5

maka Y = 0,263. 5 + 57,868 = 59,183

4.2.5.3 Pegas Pararel


No.
1
2
3

Xn ( T )
0,091
0,092
0,107

Yn (Xt )
0,28
0,29
0,30

Xn
0,008
0,008
0,011

Xn . Yn
0,025
0,026
0,032

4
5

0,142
0,149

0,33
0,32

Xn
= 0,581

a=

Yn
= 1,5

n
X n .Y ( X n ) ( Y n )

5 ( 0,218 )( 0,581 ) (1,5 )


2
5 ( 0,069 ) (0,581)

= 27,25
Yn
Xn
Xn

Xn
Xn
b=

5 ( 1,5 ) ( 0,069 ) ( 0,581 )


5 ( 0,069 )( 0,581 )

= -8

0,020
0,022

Xn
= 0,069

0,044
0,047

Xn . Yn=
0,218

Y = aX + b
X=1

maka Y = 27,25. 1 + (-8)= 19,25

X=2

maka Y = 27,25. 2 + (-8) = 46,5

X=3

maka Y = 27,25. 3 + (-8) = 73,75

X=4

maka Y = 27,25. 4 + (-8) = 101

X=5

maka Y = 27,25. 5 + (-8) = 128,25

4.2.5.4
No.
1
2
3
4
5

Pegas Pararel
Xn ( T )
0,527
0,619
0,826
0,998
1,242

Yn (L )
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35

Xn
= 4,248

a=

Yn
= 1,25

n
X n .Y ( X n ) ( Y n )

5 ( 1,15 ) ( 4,248 ) ( 1,25 )


5 ( 3,941 )(4,248)2

= 0,265

Xn
0,277
0,383
0,743
0,996
1,542

Xn
= 3,941

Xn . Yn
0,079
0,123
0,215
0,299
0,434

Xn . Yn=
1,15

Yn
Xn
Xn

Xn
Xn
b=

5 ( 1,25 ) ( 3,941 )( 4,248 )


5 (3,941 ) ( 4,248 )

= 12,278
Y = aX + b
X=1

maka Y = 0,265. 1 + 12,278 = 12,543

X=2

maka Y = 0,265. 2 + 12,278 = 12,808

X=3

maka Y = 0,265. 3 + 12,278 = 13.073

X=4

maka Y = 0,265. 4 + 12,278 = 13,338

X=5

maka Y = 0,265. 5 + 12,278 = 13,603

4.3 Grafik
4.3.1
Pegas (tunggal, seri, paralel)
4.3.1.1
Pegas Tunggal

Pegas Tuggal
9.2
9
8.8
8.6
8.4
8.2
8
7.8
7.6
7.4
7.2
1

4.3.1.2

Pegas Seri

Pegas Seri
60.2
59.7
59.2
58.7
58.2
57.7
57.2
56.7
56.2
1

4.3.1.3

Pegas Paralel

Pegas Paralel
140
120
100
80
60
40
20
0
1

4.3.1.4

Bandul Matematis

Bandul Matematis
13.6
13.4
13.2
13
12.8
12.6
12.4
12.2
1

4.4 Pembahasan
Dalam menemukan hukum gravitasinya Newton secara tidak sengaja
memperolehnya ketika sebuah apel jatuh dan mengenai kepalanya. Cerita tersebut
hampir bisa kita katakana tidak benar. Tetapi jauh sebelum itu, hukum gravitasi
sudah lama menjadi bahan pemikirannya, meskipun ketika apel tersebut mengenai
kepalanya dia mulai berpikir dan bendanya bahwa apakah gaya yang beberapa itu
bekerja pada buah apel ini sama dengan gaya yang bekerja antara bulan dan
bumi? Tetapi seandainya memang seperti itu, kenapa apel yang jatuh ke bumi?
Pertanyaan itulah yang mendapati proses pencarian yang menghantarkan dirinya
pada hukum gravitasi seperti tertulis dalam bukunya yang terkenal Philosophiae
Naturalis

Principilia

Mathematica

(Mathematical

Prinsiple

Of

Natural

Philosophy) atau yang menceritakan tentang prinsip matematika filsafat alam


akhirnya Newton sampai pada kesimpulan bahwa pada kenyataannya baik apel
atau bulan sepenuhnya dipengaruhi oleh kekuatan yang sama.

Selanjutnya dia menamakan kekuatan tersebut dengan sebutan Gaya


Gravitasi yang secara harfiah berarti berat dalam bukunya Principia dia
menjelaskan sebagai berikut.
Setiap partikel yang ada di dalam alam semesta menarik partikel lainnya
denagn kekuatan yang berbanding lurus dengan massa partikel itu dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara mereka. Persamaan matematikanya
dituliskan dengan:
F1=F 2=G

m1 m 2
r2

Dimana F1 dan F2 adalah gaya yang bekerja pada benda, G adalah konstanta
Gravitasi, m1 dan m2 adalah massa partikel serta r adalah jarak antara kedua
partikel.
Pada percobaan gaya gravitasi ini akan dilakukan pengukuran percepatan
gravitasi di tempat percobaan dengan menggunakan pegas dan bandul percepatan
gravitasi akan ditentukan dari getaran selaras pegas dan bandul. Dengan
menggunakan persamaan:
Xt
g K m

( )

Akan ditentukan percepatan gravitasi dengan menggunakan pegas. Pertama


akan ditentukan konstanta pegas dengan persamaan:
m
4 2
K
T2

( )

Pegas yang digunakan terdiri atas tiga tipe pegas yaitu pegas tunggal, pegas
seri dan pegas parallel. Panjang akhir pegas akan diukur dengan beban yang
tergantung padanya. Dengan semua data yang telah didapatkan, percepatan
gravitasi di tempat percobaan dapat diukur. Pengukuran tidak hanya dilakukan
dengan pegas tetapi juga digunakan bandul untuk mengukur dan menghitung
percepatan gravitasi di tempat percobaan. Dengan persamaan:
L
4 2
2
g
T

( )

Percepatan gravitasi dapat ditentukan dengan menggunakan bandul. Untuk


itu, data harus dipenuhi terlebih dahulu seperti L yang merupakan selisih
panjang awal dan panjang akhir. Waktu diukur berdasarkan banyaknya ayunan

bandul yang terjadi. Dalam percobaan ini banyak ayunan bandul yang dihitung
adalah 5 kali ayunan, massa beban yang digantungkan pada bandul diabaikan.
Dalam percobaan ini dapat ditentukan percepatan gravitasi di tempat percobaan
dengan menggunakan pegas dan bandul.
Fungsi alat dalam percobaan ini, pegas digunakan untuk menggantungkan
beban atau massa agar dapat diberi gaya. Pemberat digunakan untuk digantungkan
pada pegas sebagai pemberat. Bandul digunakan sebagai obyek percobaan dalam
mengukur percepatan gravitasi. Penggaris dan meteran digunakan untuk
mengukur panjang pegas dan bandul. Stopwatch digunakan untuk mengukur
waktu pegas dan bandul dalam melakukan getaran. Busur derajat digunakan untuk
menentukan batas simpangan sudut 10.
Dari percobaan gaya gravitasi ini kita dapat memahami nilai massa benda
setiap percobaan, serta nilai gravitasi setiap bendanya juga. Aplikasi gravitasi
dalam kehidupan adalah kita dapat mengetahui gaya jatuh benda adalah gaya
gravitasi, contohnya buah yang jatuh dari pohonnya.
Dalam percobaan ini ada grafik yang menunjukkan perbandingan antara
penjang pegas saat diberi beban yang bervariasi dengan waktu. Grafik ini
menunjukkan semakin panjang pegas akibat adanya beban yang semakin besar
pula. Waktu yang diperlukan untuk melakukan getaran semakin lama begitu juga
sebaliknya. Begitu juga yang terjadi pada bandul matematis. Semakin panjang tali
maka waktu yang dibutuhkan dalam melakukan ayunan akan semakin lama.
Dalam percoaan ini terdapat beberapa faktor kesalahan seperti kesalahan
pengukuran waktu karena keterbatasan repons saat menggunakan stopwatch.
Selain itu kesalahan dalam pengukuran panjang pegas dan bandul juga dapat
terjadi karena kurangnya ketelitian dalam melakukan pengukuran dengan
menggunakan penggaris atau meteran.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Getaran selaras adalah gerakan bolak-balik pada suatu lintasan yang
tetap melalui sebuah titik yang disebut titik keseimbangan, pada pegas
dan bandul yang digetarkan akhirnya dapat diam pada titik seimbang
yang sebelumnya dilewati bolak-balik.
2. Melalui percobaan ini dapat ditentukan konstanta pegas yang merupakan
perubahan massa per satuan waktu kuadrat dan didapatkan konstanta
pegas tunggal 41,389 Kg/s2, pegas seri 30,329 Kg/s2 dan pegas parallel
135,476 Kg/s2
3. Melalui percobaan ini dapat ditentukan percepatan gravitasi di tempat
percobaan yang merupakan perubahan panjang per satuan waktu kuadrat
dan didapatkan percepatan gravitasi melalui perhitungan pegas tunggal

16,555 m/s2, pegas seri 12,131 m/s2, pegas parallel 27,095 m/s2 dan
bandul matematis 11,003 m/s2
5.2 Saran
Sebaiknya, percobaan Gaya Gravitasi tidak hanya menggunakan pegas atau
bandul saja untuk mengukur percepatan gravitasi, tetapi juga bisa dilakukan
pengukuran dengan prinsip gerak jatuh bebas.

DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcelo dan Edward J.Finn.1980. Dasar-dasar Fisika Universitas.
Jakarta : Erlangga.
Halliday, David. 2001. Dasar-Dasar Fisika. Jakarta : Binarupa Aksara
Ir. Sutarno, M.Sc. 2005. Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Graha Ilmu
Prasasto, Satwika. 1999. FISIKA edisi 3 jilid 1. Jakarta : Erlangga
Priyambodo, Tri Kuntoro. 2009. FISIKA DASAR. Jakarta : Erlangga
Tipler. 1998. FISIKA. Jakarta : Erlangga
Young Hugh, Freedman, Roger A. 2004. FISIKA Universitas edisi 10 jilid 1.
Jakarta : Erlangga
Yao Tung, Khoe. 2004. Komputasi Simbolik Fisika Mekanika. Jakarta : ANDI

Zemansky, Sears. 1982. Fisika untuk Universitas 1. Mekanika. Panas. Bunyi.


Jakarta : Bina Cipta
Zemansky, Sears. 2001. FISIKA UNIVERSITAS JILID 1. Bandung : ANDI

Anda mungkin juga menyukai