Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah beribu ribu tahun manusia tinggal dan hidup dibumi dengan selalu
dinaungi langit. Di langit yang cerah kita dapat melihat benda-benda langit berupa
planet, matahari, bulan, bintang, meteor. Kemunculan benda-benda langit dan
berbagai fenomena alam lainnya yang berulang secara teratur, menyebabkan kita
dapat mengenal dimensi waktu. Selanjutnya dimensi waktu ini menjadi penting sekali
dalam pengamatan fenomena alam secara umum.

Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda


langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi)
serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi
latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai
sisi dari benda - benda langit seperti asal - usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, gerak
dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan
dan perkembangan alam semesta.

Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui
dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-
monumen dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-
orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Cina, India,
dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit
malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat
berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.

1
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut disertakan sebagai bagian dari
astronomi dan apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat beragam:
dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa, astronomi observasional, sampai dengan
penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian, dewasa ini astronomi
profesional dianggap identik dengan astrofisika
Astronomi sebagian bagian dari sains merupakan ilmu yang paling awal
dalam peradaban manusia, yang sudah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum jaman
Babilonia kuno. Pada masa itu sudah tertarik untuk mengetahui gejala-gejala alam
dengan mengamati perubahan yang terjadi di langit yang kemudian banyak
melahirkan mitos-mitos dan muncul ilmu astrology yang mempelajari tentang
pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan, planet-planet dan bintang-
bintang yang dipercaya mempunyai dampak atau pengaruh terhadap kehidupan
seseorang. Orang-orang Romawi mempunyai andil yang sangat besar dalam
perkembangan ilmu astronomi maupun astrologi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada materi ini adalah

1. Bagaimana pengertian benda langit ?

2. Bagaimana sistem dua benda langit ?

3. Bagaimana pengaruh gravitasi terhadap bentuk bumi ?

4. Bagaimana terjadinya pasang surut ?

5. Bagaimana orbit planet terjadi ?

2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah pada materi ini adalah

1. Untuk mengetahui pengertian benda langit.

2. Untuk mengetahui sistem dua benda langit.

3. Untuk mengetahui pengaruh gravitasi terhadap bentuk bumi .

4. Untuk mengetahui terjadinya pasang surut.

5. Untuk mengetahui orbit planet terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Benda Langit


Langit adalah bagian atas dari permukaan bumi, dan digolongkan sebagai
lapisan tersendiri yang disebut atmosfer. Langit terdiri dari banyak gas dan udara,
dengan komposisi berbeda di tiap lapisannya. Langit sering terlihat berwarna biru,
disebabkan karena pemantulan cahaya, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa
langit bisa berwarna selain itu, misalnya merah ketika senja, atau hitam saat turun
hujan.
Benda langit adalah semua objek yang berada di lengkungan langit, baik yang
terlihat di siang hari maupun di malam hari. Pada siang hari, kita melihat Matahari,
sedangkan pada malam hari kita melihat Bulan, Bintang, dan sebagainya.
Benda langit yang paling dekat adalah bulan. Jaraknya ke Bumi hanya
sekitar 384.000 kilometer. Bulan adalah satelit Bumi, selalu setia mengelilingi dan
mengikuti ke mana pun Bumi bergerak. Bulan tampak bersinar karena memantulkan
cahaya dari Matahari.

3
2.2 Sistem Dua Benda Langit
Gerak planet mengitari matahari, satelit yang mengelilingi bumi dan bintang-
bintangyang mengitari pusat galaksi, diatur oleh gaya sentral yang bekerja sepanjang
garis lurus yang menghubungkan benda langit terhadap sumber gaya tersebut. Aturan
untuk menerangkan gaya sentral ini lazim disebut hukum gravitasi Newton, Gaya
tarik menarik antara dua titik massa adalah berbanding lurus dengan hasil kali massa
mereka serta berbanding terbalik denganjarak kuadratnya. Dinyatakan dalam
pernyataan, Hukum Newton yaitu :
M1 M2
F=G r
2

Dimana :

F = gaya tarik-menarik antara benda yang berinteraksi (N)


M1 dan M2 = massa benda yang berinteraksi (kg)
r = jarak pusat kedua benda yang berinteraksi (m)
G = tetapan gravitasi (6,67x10-11Nm2/kg2)

2.3 Pengaruh Gravitasi Terhadap Bumi

Menurut cerita terkenal, ketika Newton duduk di bawah pohon apel muncul
ide bahwa pengaruh gravitasi meluas ke luar Bumi. Ketika Newton mendongak ke
atas melihat asal apel jatuh, dia melihat Bulan. Newton berpikir bahwa gaya antara
Bumi dan apel yang jatuh sama dengan kekuatan bumi menarik Bulan pada orbit
sekitar Bumi, sama dengan planet mengelilingi matahari. Untuk menguji hipotesis ini,
Newton membandingkan jatuhnya sebuah apel dengan "jatuh" Bulan. Bulan jatuh
pada garis lurus jika tidak ada gaya lain yang bekerja padanya. Karena kecepatan
tangensialnya, ia "jatuh di sekitar" Bumi. Dengan geometri sederhana, jarak Bulan
jatuh per detik dapat dibandingkan dengan jarak apel atau apapun yang jauh akan

4
jatuh dalam satu detik. Perhitungan Newton tidak memuaskan, tapi mengakui bahwa
fakta kasar harus selalu menang atas hipotesis yang indah, dia menempatkan kertas di
laci, di mana mereka tinggal selama hampir 20 tahun. Selama periode ini, ia
mengembangkan bidang optik geometris, yang membuat pertama kali ia terkenal.
Minat Newton dalam mekanika muncul kembali dengan munculnya komet
spektakuler tahun 1680 dan dua tahun kemudian. Karena dorongan dari teman
astronomnya, Edmund Halley, Newton kembali ke masalah di Bulan. Dia membuat
perbaikan pada data eksperimen yang digunakan dalam metode sebelumnya dan
memperoleh hasil luar biasa. Saat itulah ia mempublikasikan sesuatu yang masih jauh
dari jangkauan generalisasi pikiran manusia : hukum gravitasi universal. Semua
benda di lama semesta ini memiliki massa, sehingga juga memiliki gravitasi. Selain
memiliki gravitasi, juga memiliki medan gravitasi yang saling mempengaruhi satu
sama lainnya. Contohnya pengaruh gravitasi matahari dan gravitasi bumi
mengakibatkan revolusi bumi agar bumi tidak tertarik ke dalam matahari, begitu juga
pengaruh gravitasi bumi dan bulan, mengakibatkan bulan mengelilingi bumi.
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Menurut Newton, setiap benda menarik benda
lain dengan sebuah gaya yang besarnya berbanding lurus dengan perkalian massa
kedua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Pernyataan ini dapat
dinyatakan sebagai:
M1 M2
F=G r2

atau dilambangkan :
dengan m1 dan m2 adalah massa benda dan r adalah jarak antara kedua pusat benda.
Dengan demikian, semakin besar massa m1 dan m2, semakin besar gaya tarik-menarik
di antara kedua benda yang berarti berbanding lurus dengan massa benda. Semakin
besar jarak pisah r, gaya tarik kedua benda semakin lemah, yang berarti berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak kedua pusat benda.

5
Pengaruh Gaya Gravitasi Matahari dan Gravitasi Bumi
Nilai gravitasi matahari adalah 27.94 G (nilai G yang diakui sekarang = 6,67
x 10-11 Nm2/kg2 (kekuatan gravitasi bumi)), yaitu sekitar 28 kali kekuatan gravitasi
bumi. Dengan percepatan gravitasi permukaan yaitu = 274.0 m/s2, dibanding kan
bumi = 9.8 m/s2.
Pengaruh gaya gravitasi matahari dan gravitasi bumi mengakibatkan bumi
berputar pada porosnya (berotasi) dan bumi mengelilingi matahari (berevolusi).
Gravitasi matahari menarik bumi ke pusat matahari, sedang gaya gravitasi bumi tetap
mempertahankan posisi bumi, sehingga menghasilkan gaya sentrifugal yang membuat
bumi berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari agar tidak tertarik ke pusat
gravitasi matahari atau tetap berada pada orbitnya.

Pengaruh Gaya Gravitasi Bumi dan Gravitasi Bulan


Nilai gravitasi bulan adalah 17% G (1 G = kekuatan gravitasi bumi), yaitu
sekitar 0,17 kali kekuatan gravitasi bumi. Dengan percepatan gravitasi permukaan
yaitu = 1,6 m/s2, dibanding kan bumi = 9.8 m/s2.Gravitasi bumi menarik bulan ke
pusat bumi, sedang gaya gravitasi bulan tetap mempertahankan posisi bulan, sehingga
menghasilkan gaya sentrifugal yang membuat bulan berputar pada porosnya dan
mengelilingi bumi agar tidak tertarik ke pusat gravitasi bumi atau tetap berada pada
orbitnya.
Pengaruh gaya gravitasi bumi dan bulan adalah pasang-surut air laut. Gaya
gravitasi bulan menarik air laut ke arah bulan sehingga memengaruhi ketinggian
ombak dan permukaan laut. Karena bulan mengitari bumi, maka akan ada saat di
mana satu sisi dari bumi lebih dekat dengan bulan. Bagian yang dekat dengan bulan
inilah yang akan mengalami air laut pasang, sedangkan bagian lainnya yang tidak
dekat dengan bulan mengalami air laut surut. Pasang-surut air laut juga berkaitan

6
dengan fase bulan. Biasanya, air laut akan mengalami pasang tinggi pada saat bulan
purnama.
Selain itu juga, pengaruh gaya gravitasi bumi dan bulan adalah menjauhnya
bulan dari bumi sekitar 3,8 cm tiap tahun.

2.4 Pasang Surut


1) Definisi Pasang Surut
Terdapat berbagai jenis definisi tentang pasang surut, yang kesemuanya
menjelaskan peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah
peristiwa naik turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara
vertikal disertai gerakan horisontal massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda
angkasa, dan gejala ini mudah dilihat secara visual.

2) Fenomena Pasang Surut


Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naik
turunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala,
maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan
dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini
digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang harmonik. Pada grafik
tersebut menunjukkan terjadinya air tertinggi setiap 12 jam 25 menit, atau setengah
hari siderius (sidereal day), sedang air terendah akan terjadi setelah 6 jam 12.5 menit
dari kedudukan air pasang. Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara
fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24
jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian
ganda (semi diurnal tide). Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air
pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal
(diurnal tide). Jika dilakukan pengukuran pasang surut selama satu bulan dan coba
dihubungkan dengan pergerakan bulan, maka akan diperoleh range (jangkauan)
terbesar. Jangkauan tersebut merupakan nilai dari beda air tertinggi dan air terendah

7
yang terjadi ketika bulan purnama penuh, ini disebut pasang surut perbani (spring
tide), sedangkan jangkauan terkecil disebut pasang surut anak (neap tide).

Gambar. Proses terjadinya pasang surut akibat pengaruh pergerakan bulan mengelilingi bumi

Selain keadaan di atas, jika dianggap bulan berada pada deklinasi 20 utara dan
keterlambatan waktu antara tinggi air pada saat bulan mencapai zenit diabaikan,
perhitungan hanya pada bumi bagian utara, ketika air tertinggi, saat itu akan terjadi
pada titik X dan Y, air terendah akan terjadi di titik A dan A. Dengan demikian, titik-
titik yang berada pada garis sejajar latitud 20 utara berturut-turut C air pasang
maksimum, D air surut dan E air pasang tetapi pada waktu ini air tidak lagi setinggi
permukaan air di titik C. Sedangkan pada titik A dan A yang berada pada latitud 90
air paling rendah. Pada titik D mengambil masa yang lebih panjang untuk surut
dibandingkan sewaktu air naik, hal ini karena titik D lebih dekat dengan titik E. Di
Khatulistiwa, pasang surut harian harian ganda adalah tetap, pada titik I adalah air

8
pasang dan pada J meridian 90 adalah air surut. Pada titik K, dengan meridian 180
jauh daripada titik I, ialah pasang sekali lagi dan ketinggian adalah hampir sama
seperti di titik I. Jangkauan untuk pasang surut ini tidak sebesar jangkauan sewaktu
bulan berada pada deklinasi 0. Pasang surut harian akan selalu lewat kebelakang
karena pasang surut menghasilkan gaya akibat pergeseran dan inersial bagi air.

Gambar. Pengaruh bulan pada deklinasi 20

Pasang dan surut air taut dipengaruhi oleh gaya gravitasi atau gaya tarik bulan
dan matahari. Bulan yang lebih dekat dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih
besar pada pasang dan surutnya air laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi
matahari. Pasang dan surut terbesar terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama
karena pada saat itu, matahari, bulan, dan bumi berada dalam bidang segaris.Pasang
terendah terjadi pada saat bulan perbani.Oleh karena itu, pasang terendah disebut juga
pasang perbani. Ketika pasang perbani, pasang terjadi serendah-rendahnya karena

9
kedudukan matahari dan bulan terhadap bumi membentuk sudut 90 derajat. Oleh
karena itu, gravitasi bulan dan matahari akan datang memperlemah. Perbedaan tinggi
air pada saat pasang dan surut di laut terbuka mencapai 3 m.

Gambar. Pengaruh pasang surut

Tetapi, di tempat-tempat sempit seperti di selat atau di muara sungai,


perbedaan tinggi air ini dapat mencapai 16 m. Bumi yang diselubungi air laut akan
sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan. Akibatnya, daerah yang berhadapan
dengan bulan akan mengalami pasang, sedangkan daerah yang tegak lurus terhadap
kedudukan bulan akan mengalami surut.

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan
efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi
bulandua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan
pasangsurut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Gayatarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan

10
pasangsurut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori


kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar.
Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapatmempengaruhi pasang surut
disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut.

Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut,
gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti
gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya
coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin ( Gross,
1990).

Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi


massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan,
dan gaya sentrifugal.Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi
tiga komponen yaitu gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya
datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari
gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya
Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan
pasang surut.

Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas
permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi
permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan
gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin,
semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar

11
aruspermukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat
menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen
(Supangat,2003).

Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan


angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang
berdekatan secara periodik, hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida.
Gaya viskositas dapat dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan
viskositas eddy. Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari transfer momentum
diantara bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam
aliran laminer, transfer momentum terjadi hasil transfer antara batas yang berdekatan
yang disebut viskositas molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah
laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-kelompok air, bukan molekul individu,
ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang dihasilkan lebih
besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran molekul individu dan disebut
viskositas eddy.

Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan
membelokan arah angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari
perputaran bumi pada porosnya.Gaya Coriolis ini yang membelokan arus dibagian
bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat kecepatan arus
berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya Coriolis akan
meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif
cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran
arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah
besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan
maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan dibelokan arahnya.
Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman, Arah arus menyimpang 450 dari arah
angin dan sudut penyimpangan.bertambah dengan bertambahnya kedalaman
(Supangat, 2003).

12
2.5 Planet
A. Definisi Planet

Planet merupakan benda langit dalam sistem tata surya yang bergerak
mengelilingi matahari pada lintasan (orbit) yang stabil. Dahulu kita mengenal
sembilan planet dalam sistem tata surya yaitu merkurius, venus, bumi, mars, jupiter,
saturnus, uranus, neptunus dan pluto . tetapi saat ini yang diakui sebagai planet
anggota tata surya hanya delapan kecuali pluto.

B. Syarat-syarat Planet
1) Benda langit yang mengitari matahari, bentuknya bulat, dan merupakan satu-
satunya objek dominan di orbitnya.
2) Mengorbit pada matahari.
3) Mempunyai massa yang cukup bagi gaya gravitasinya untuk mengatasi gaya-
gaya luar lainnya, sehingga dengan keseimbangan hidrostatiknya mempunyai
bentuk hampir bulat.
4) Telah menyingkirkan objek-objek lain disekitar orbitnya.
selain mendefinisikan sebuah planet, hasil revolusi IAU yang berlangsung di
Praha juga mendefinisikan tentang dwarf planet atau planet kerdil.
Syarat-syarat mendefinisikan dwarf planet antara lain sebagai berikut.
1) Mengorbit pada matahari.
2) Mempunyai bentuk hampir bulat.
3) Mempunyai massa yang cukup bagi gaya grafirasinya.
4) Belum menyingkirkan objek-objek lain disekitar orbitnya.
5) Bukan satelit.

C. Orbit Planet

Orbit planet-planet di Tata Surya memang semuanya berada dalam satu


bidang. Demikian juga dengan orbit satelit dari planet-planet tersebut. Semuanya

13
berada dalam satu bidang yang sama. Semua planet bisa memiliki orbit pada bidang
yang sama ini terkait dengan pembentukannya di dalam Tata Surya.

Tata Surya terbentuk dari awan gas dan debu raksasa yang kita kenal sebagai
nebula.Di dalam nebula inilah bintang dilahirkan. Atau kalau di dalam Tata Surya,
Matahari lahir di dalam nebula ini. Awalnya partikel-partikel debu berkumpul
membentuk awan sferis. Awan gas dan debu ini berputar dan kemudian menarik lebih
banyak materi. Interaksi gravitasi partikel-partikel di awan menyebabkan awan
berkondensasi. Pada saat itu radiusnya mengecil, tapi momentum sudutnya tidak
mengecil sehingga rotasinya makin cepat. Awan pun mengalami keruntuhan.

Saat terjadi keruntuhan, rotasi awan semakin cepat. Tapi tidak semua bagian
dari awan ini ditarik ke pusat. Partikel di sekitar bidang yang tegak lurus sumbu rotasi
mengalami gaya sentrifugal yang membuat mereka tidak mendekati pusat melainkan
melawan gravitasi. Akibatnya awan memipih dan membentuk piringan yang berputar
di sekeliling inti yang sangat rapat.

Semakin banyak massa yang dikumpulkan di pusat piringan, maka temperatur


juga meningkat tajam sehingga memberi kemampuan yang cukup untuk terjadinya
reaksi nuklir. Atom hidrogen kemudian mengalami pembakaran menjadi helium
menandai kelahiran Bintang. Sementara itu gas dan debu di piringan pipih yang
berputar disekeliling bintang pun saling berinteraksi di dalam piringan. Bertabrakan
dan berakumulasi membentuk planet-planet yang kemudian mengitari Bintang. Inilah
yang menyebabkan planet-planet memiliki orbit pada bidang yang sama dengan
Bintang.

Telah ditunjukkan oleh Kepler bahwa orbit planet berupa elip. Makin dekat
fokus-fokus elip, maka elip mendekati bentuk lingkaran. Penyimpangan elip dari
lingkaran diukur dengan eksentrisitas yaitu perbandingan jarak kedua fokus dengan
diameter panjang (major diameter) elip. Eksentrisitas sebuah lingkaran adalah nol,
dan eksentrisitas orbit bumi hanya 0, 017 jadi mendekati lingkaran.

14
Selama planet berevolusi (berputar) mengelilingi matahari satu kali disebut
tahun planeter, maka jarak antara planet dan matahari berubah. Bila planet mendekati
matahari, dikatakan planet berada pada perihelion (bahasa Yunani peri artinya di
sekitar atau dekat dan helios artinya matahari). Bila planet berada pada jarak terjauh
dari matahari, dikatakan planet berada pada aphelion (bahasa Yunani ap artinya jauh
dan helios artinya matahari). Bumi berada pada aphelion dalam bulan Juli dan pada
perihelion dalam bulan januari. Jarak aphelion bumi adalah 94,5 juta mil dan jarak
perihelionnya adalah 91,5 juta mil. Jarak rata-rata bumi matahari adalah 93,0 juta
mil 150 juta km, atau 1 SA (Satuan Astronomi).

Empat planet yang terdekat dengan matahari yaitu Merkurius, Venus, Bumi
dan Mars disebut planet dalam dan planet sisanya yaitu Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus dan Pluto disebut planet luar. Pluto belum pasti planet, beberapa ahli
astronomi percaya bahwa pluto adalah sebuah satelit Neptunus yang terlepas. Antara
orbit Mars dan Jupiter terletak sabuk (belt) asteroid yaitu ribuan planet kecil-kecil dan
pecahan-pecahan yang asalnya masih diperdebatkan. Semua planet berevolusi
(berputar) mengelilingi matahari dalam arah yang sama, demikian juga revolusi bulan
mengelilingi bumi dan rotasi bumi di sekitar sumbunya mempunyai arah sama.
Semua planet kecuali Uranus juga berotasi dalam arah yang sama disekitar
sumbunya. Selain itu semua orbit planet kecuali Merkurius dan Pluto terletak hampir
dalam bidang yang sama. Bidang orbit bumi disebut ekliptika.

Telah ditunjukkan oleh Newton bahwa bentuk eliptik orbit planet disebabkan
oleh atraksi gravitasional antara matahari dan planet. Newton membuktikan bahwa
lintasan setiap benda yang berputar (misalnya sebuah planet) yang dilakukan oleh
gaya sentral (atraksi gravitasional antara matahari dan planet) yang mempunyai besar
(magnitude) bervariasi secara terbalik dengan kuadrat jarak antara harus sebuah elip.

Hukum Kepler kedua menyatakan planet-planet menyapu luas yang sama


dalam waktu sama, ini berarti planet-planet akan bergerak lebih cepat dalam

15
orbitnya jika planet dekat dengan matahari (perihelion) dibandingkan jika planet jauh
dari matahari. Hukum area sama dalam waktu sama adalah konsekuensi fakta
bahwa planet-planet mengekalkan (mengawetkan) momentum sudutnya ketika
berputar disekitar matahari. Momentum adalah hasil kali massa benda (m) dengan
kecepatannya (v), sedangkan momentum sudut (I) adalah momentum linier (p) kali
jarak radikal benda (r) dari sumbu rotasi. Jika momentum sudut kekal di sekitar
matahari, maka planet harus bergerak lebih cepat bila dekat dengan matahari daripada
bila jauh dari matahari. Planet-planet yang berputar mengelilingi matahari tanpa
perubahan momentum sudut karena tidak ada gaya dalam arah geraknya. Gaya tarik
matahari membuat sudut siku-siku (righ angle) terhadap lintasan planet. Sekali planet
bergerak mengelilingi matahari, maka planet akan terus berputar dengan momentum
sudut konstan kecuali dikenakan gaya dengan arah sepanjang orbitnya. Satelit buatan
di luar atmosfer bumi akan bergerak dalam orbit eliptik mengelilingi bumi dengan
momentum sudut konstan. Di dalam atmosfer bumi, momentum sudutnya berkurang
dengan waktu karena gaya gesekan atmosfer bumi.

Hukum Kepler ketiga menyatakan hubungan antara jarak planet dari matahari
dan periode revolusi. Periode revolusi atau tahun planeter dari planet meningkat dari
88 hari untuk planet terdekat Merkurius sampai 248 tahun untuk planet terjauh Pluto.
Untuk memahami hukum Kepler ketiga lebih menguntungkan jika dikemukakan
gagasan gaya sentrifugal. Benda yang berotasi menunjukkan aksi dua gaya : gaya
yang berarah ke dalam yaitu gaya gravitasional antara matahari dan planetdan gaya
yang berarah keluar yang disebuat gaya sentrifugal. Untuk benda yang bergerak
dalam lingkaran dengan kecepatan sudut konstan, maka kedua gaya tersebut
seimbang. Kecepatan sudut adalah sudut yang disapu oleh radius per satuan waktu.
Kecepatan sudut rata-rata sebuah planet sama dengan satu revolusi (360 0 = 2 radian)
dibagi dengan periode revolusinya yang sebenarnya konstan untuk setiap planet.
Gaya sentrifugal sebanding dengan jarak planet matahari kali kuadrat kecepatan
sudutnya. Atraksi gravitasional matahari berbanding terbalik dengan jarak planet

16
matahari. Jika atraksi gravitasional diimbangi secara tepat oleh gaya sentrifugal,
maka hukum Kepler ketiga harus mengikutinya.

D. Periode orbit

Periode orbit adalah waktu yang diperlukan bagi suatu benda


untuk melakukan satu orbit penuh mengitari benda lain.Jika
disebutkan tanpa mendalami astronomi, maka rujukannya adalah
periode sidereal suatu benda astronomis, yang dihitung terhadap
bintangnya.

Ada beberapa jenis periode orbit untuk benda-benda yang


mengitari Matahari (atau benda langit lainnya) :

1. Periode sidereal adalah siklus sementara yang dibutuhkan suatu benda untuk
melakukansatu orbit penuh relatif terhadap bintangnya. Ini dianggap sebagai
periode orbit sejati benda tersebut.

2. Periode sinodis adalah interval sementara yang dibutuhkan suatu benda untuk
muncul kembali di titik yang sama relatif terhadap dua benda lain (node
linier), contohnya ketika Bulan relatif terhadap Matahari dilihat dari Bumi
kembali ke fase iluminasi yang sama. Periode sinodis adalah waktu yang
berlangsung antara dua konjungsi berturut-turut dengan garis Matahari-Bumi
dalam urutan linier yang sama. Periode sinodis berbeda dari periode sidereal
karena Bumi mengorbit Matahari.

3. Periode drakonitik atau periode drakonik adalah waktu yang berlangsung


antara dua perlintasan benda melalui node menaiknya, titik orbitnya tempat
benda tersebut melintasi ekliptika dari belahan selatan ke utara. Periode ini
berbeda dari periode sidereal karena kedua bidang orbit benda dan bidang

17
ekliptika berpresesi terhadap bintang tetap, sehingga persimpangan mereka,
yaitu garis node, juga berpresesi terhadap bintang tetap. Meski bidang
ekliptika sering bersifat tetap di posisi yang ia tempati pada epos tertentu,
bidang orbit benda tersebut masih berpresesi dan mengakibatkan periode
drakonitik berbeda dari periode sidereal.

4. Periode anomalistik adalah waktu yang berlangsung antara dua perlintasan


benda di periapsis-nya (pada planet di tata surya, disebut perihelion), titik
pendekatan terdekatnya terhadap benda yang menariknya. Periode ini berbeda
dari periode sidereal karena sumbu semimayor benda berjalan dengan sangat
lambat.

5. Periode tropis Bumi (atau disebut juga "tahun") adalah waktu yang
berlangsung antara dua penjajaran sumbu rotasinya dengan Matahari, juga
dilihat sebagai dua perlintasan benda di asensio rekta nol. Satu tahun Bumi
memiliki interval yang sedikit lebih pendek daripada orbit Matahari (periode
sidereal) karena sumbu inklinasi dan bidang khatulistiwanya secara perlahan
berpresesi (berotasi dalam istilah sidereal), kembali sejajar sebelum orbit
selesai dengan interval yang sama dengan kembalinya siklus presesi (sekitar
25.770 tahun).

E. Hukum-Hukum Tentang Planet

1) Hukum I kepler. Pada hukum persamaannya, Kepler menjelaskan tentang


bentuk lingkaran orbit planet. Bunyi hukum ini sebagai berikut : Lintasan
setiap planet mengelilingi matahari merupakan sebuah elips dengan matahari
terletak pada salah satu titik fokusnya.

18
Gambar orbit planet sesuai hukum I Kepler

2) Hukum II Kepler, Hukum kedua kepler menjelaskan tentang kecepatan orbit


planet. Bunyi hukum ini sebagai berikut : Setiap planet bergerak sedemikian
sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari matahari ke planet tersebut
mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang sama.

Gambar orbit planet sesuai hukum II Kepler

Dimana garis AM akan menyapu lurus hingga garis BM, luasnya sama dengan
daerah yang disapu garis CM hingga DM, jika tAB = tCD. Hukum kedua ini
juga menjelaskan bahwa dititik A dan B planet harus lebih cepat dibanding
saat dititik C dan D.

3) Hukum III Kepler, Pada hukum ketiganya Kepler menjelaskan tentang periode
revolusi planet. Periode revolusi planet ini dikaitkan dengan jari-jari orbit
rata-ratanya. Bunyi hukum ini sebagai berikut : Kuadrat periode planet
mengitari matahari sebanding dengan pangkat tiga rata-rata planet dari

19
matahari. Hubungan di atas dapat dirumuskan secara matematis seperti
persamaan berikut :

T2 ~ R 3
T1 R1
( )
T2
2
= ( )
R2
3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
1. Benda langit adalah semua objek yang berada di lengkungan langit, baik yang
terlihat di siang hari maupun di malam hari. Pada siang hari, kita melihat
Matahari, sedangkan pada malam hari kita melihat Bulan, Bintang, dan
sebagainya.
2. Gerak planet mengitari matahari, satelit yang mengelilingi bumi dan bintang-
bintang yang mengitari pusat galaksi, diatur oleh gaya sentral yang bekerja
sepanjang garis lurus yang menghubungkan benda langit terhadap sumber
gaya tersebut.

3. Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Menurut Newton, setiap benda menarik
benda lain dengan sebuah gaya yang besarnya berbanding lurus dengan
perkalian massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jaraknya. Pernyataan ini dapat dinyatakan sebagai:
M1 M2
F=G r
2

4. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori


kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori
dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya
coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal
yang dapatmempengaruhi pasang surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar
laut.
5. Planet berevolusi (berputar) mengelilingi matahari satu kali disebut tahun
planeter, maka jarak antara planet dan matahari berubah. Bila planet
mendekati matahari, dikatakan planet berada pada perihelion (bahasa Yunani
peri artinya di sekitar atau dekat dan helios artinya matahari). Bila planet
berada pada jarak terjauh dari matahari, dikatakan planet berada pada aphelion

21
(bahasa Yunani ap artinya jauh dan helios artinya matahari). Bumi berada
pada aphelion dalam bulan Juli dan pada perihelion dalam bulan januari.

DAFTAR PUSTAKA

22
Anonim.2011.Gravitasi Universal : Sistem Dua Benda Langit, Pengaruh Gravitasi
Terhadap Bumi, Pasang surut, dan Orbit Planet. http://momentumsudutdan
rotasibendategar.blogspot.co.id/2013/11/gravitasiuniversal-sistem-dua-benda.
html ( diakses 8 Februari 2016)

Bayong Tjasyono, H.2006. Ilmu Kebumian Dan Antariksa. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Hidayat, Bambang, dkk. 1978. Bumi dan Antariksa 1. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

23

Anda mungkin juga menyukai