Anda di halaman 1dari 54

PORTOFOLIO

PRAKTEK FISIKA TEKNIK

JOB,
1. PENGUKURAN GRAVITASI
2. KESETIMBANGAN BENDA PARTIKEL
3. HUKUM HOOKE
4. BIDANG MIRING
5. KEREK GANDA
6. WHEEL AND AXEL DIFFERENTIAL
7. DONGKRAK ULIR
8. RODA GIGI LURUS
9. MOMEN INERSIA LUASAN
10. RODA GIGI CACING

Disusun oleh,
DIKI SAPUTRA
18503241001

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI RI


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
PENGUKURAN GRAVITASI

A. PENGERTIAN HUKUM GRAVITASI


Hukum ini diperkenalkan oleh seorang ahli fisika dan matematikawan asal Inggris bernama
Isaac Newton (1642-1727). Pada sejarahnya, Newton menemukan hukum ini ketika dia
memperhatikan peristiwa apel jatuh. Ketika itu dia berpikir ada suatu gaya belum diketahui
yang menyebabkan benda yang awalnya diam menjadi bergerak. Newton juga menyadari
bahwa gaya itu juga yang menyebabkan bulan selalu berada didekat bumi dan tetap dalam
lintasan orbit yang mengelilingi bumi. Newton menyebut gaya tersebut sebagai gaya
‘gravitasi’ dan menetapkan bahwa gaya ini pasti ada diantara semua benda.

Pada sejarahnya, sebenarnya hukum gravitasi sudah pernah dipikirkan oleh orang-orang pada
zaman Yunani kuno dulu. Persoalan yang menjadi dasar pemikiran mereka tentang fenomena
gravitasi yaitu, pertama, mengapa benda-benda selalu jatuh ke permukaan tanah dan yang
kedua tentang pergerakan planet-planet. Ini juga merupakan pemikiran dasar Newton tentang
gravitasi. Namun, yang membedakan antar keduanya adalah orang-orang Yunani pada waktu
itu menganggap antara peristiwa benda yang jatuh dengan pergerakan planet merupakan dua
hal yang berbeda. Sedangkan Newton memandang kedua peristiwa tersebut disebabkan oleh
satu hal saja dan diikat oleh hukum yang sama yakni gaya gravitasi.

Gaya gravitasi adalah gaya tarik menarik antar dua benda yang memiliki massa. Gravitasi
matahari menyebabkan benda-benda disekitar matahari beredar mengelilinginya. Begitu juga
dengan gravitasi bumi yang menarik benda disekitarnya baik itu didalam atau diluar angkasa
(bulan, meteor, satelit dan sebagainya) asalkan benda tersebut memiliki massa.

Hukum gravitasi universal menyatakan bahwa setiap massa benda menarik massa benda
lainnya dengan gaya yang menghubungkan kedua benda. Besar gaya ini yaitu berbanding
lurus dengan perkalian kedua massa dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
kedua massa benda tersebut.

Jika dua buah benda bermassa m1 dan m2 dipisahkan oleh jarak R, maka besar gaya gravitasi
antar kedua benda adalah :
Keterangan :
F = gaya tarik gravitasi (N)
G = konstanta gravitasi umum (6,673 x 10–11 Nm2/kg2)
m1, m2 = massa masing-masing benda (kg)
R2 = jarak antara kedua benda (m)

DUA BENDA YANG MENGALAMI GRAVITASI


Pada gambar diatas, F12 merupakan gaya gravitasi yang dikerjakan m1 pada m2 sedangkan
F21 merupakan gaya yang dikerjakan m2 pada m1. F12 bekerja pada m2 menuju m1, begitu
juga sebaliknya F21 bekerja pada m1 dan menarik m1 menuju m2. F12 dan F21 mempunyai
besar yang sama dengan arah yang saling berlawanan sehingga disebut dengan pasangan aksi
reaksi. Pada gambar juga terdapat unsur r, dimana r merupakan jarak antara pusat m1 dan
pusat m2.

Pada gambar sudah terdeskripsikan bagaimana hubungan antara gaya, massa dan jarak.
Namun, ada yang kurang bila dilihat berdasarkan rumusnya yaitu nilai konstanta gravitasi
umum. Nilai konstanta gravitasi umum (G) ditentukan dari hasil percobaan yang dilakukan
oleh Henry Cavendish pada tahun 1798 dengan menggunakan peralatan neraca Cavendish.

NERACA CAVENDISH
Seperti yang terlihat pada gambar diatas neraca Cavendish mempunyai dua bola kecil yang
bermassa masing-masing m1 yang diletakkan di ujung batang kecil yang digantungkan
dengan seutas tali. Selain bola kecil ada dua bola besar dengan massa m2. Pada bagian atas
serat penggantung diletakkan sebuah cermin kecil untuk memantulkan berkas cahaya yang
akan diamati puntiran seratnya. Dengan keberadaan gaya gravitasi antara kedua bola maka
serat akan terpuntir. Puntiran ini menggeser berkas cahaya pada skala pengukur. Setelah gaya
antara dua massa dan massa masing-masing bola terukur, maka akan didapatkan konstanta
gravitasi umum seperti yang ditemukan Cavendish yaitu sebesar 6,673 x 10–11 Nm2/kg2.

B. APLIKASI HUKUM GRAVITASI


Menghitung Massa Bumi
Massa bumi dapat dihitung dengan menggunakan nilai konstanta gravitasi umum (G).
Berdasarkan rumus dari percepatan gravitasi bumi, setelah diketahuinya besar jari-jari bumi
yaitu R = 6,37 × 106 m (bumi dianggap bulat sempurna) maka kita dapat menghitung massa
bumi, dengan cara sebagai berikut :

1. Menghitung Massa Matahari


Diketahui rata-rata jari-jari lintasan orbit bumi yaitu sebesar rB=1,5 x 1011m dan periode
revolusi bumi selama 1 tahun = 3 x 107 s. Berdasarkan itu, kita dapat mencari massa matahari
dengan cara sebagai berikut :

2. Menghitung Kecepatan Satelit


Satelit merupakan benda luar angkasa yang mengitari benda lainnya yang memiliki massa
yang lebih besar dari massa satelit tersebut, seperti bulan yang merupakan satelitnya bumi.
Menghitung kecepatan satelit dapat digunakan dalam dua cara yaitu dengan hukum gravitasi
dan gaya sentrifugal. Berdasar hukum kedua Newton kita dapat menghitung kecepatan satelit
yaitu dengan memanfaatkan nilai massa Bumi (M) dan jari-jari bumi (R). Rumus dan caranya
yaitu sebagai berikut :
3. Menghitung Jarak Satelit yang Mengorbit Bumi
Dengan rumus gaya sentripetal dan rumus gaya gravitasi kita dapat mencari nilai dari jarak
satelit yang mengorbit bumi, yaitu sebagai berikut :
KESETIMBANGAN BENDA PARTIKEL

Penyebab gerak sumbu benda adalah gaya, dimana semakin besar gaya, maka semakin besar
pula percepatan yang dialami. Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan
sehingga dapat digambarkan sebagai suatu titik materi. Akibatnya, jika gaya bekerja pada
partikel titik tangkap gaya berada tepat pada partikel-partikel tersebut. Oleh karena itu,
partikel hanya mengalami gerak translasi dan tidak mengalami gerak rotasi.

Suatu partikel dikatakan dalam keadaan setimbang apabila resultan gaya yang bekerja pada
partikel sama dengan nol.

ΣF = 0

Apabila partikel pada bidang xy, maka syarat kesetimbangan adalah resultan gaya pada
komponen sumbu x dan sumbu y sama dengan nol.

ΣFx = 0
ΣFy = 0

Berdasarkan Hukum I Newton, jika resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol,
maka percepatan benda menjadi nol. Artinya, bahwa partikel dalam keadaan diam atau
bergerak dengan kecepatan tetap. Apabila partikel dalam keadaan diam disebut mengalami
kesetimbangan statis, sedangkan jika bergerak dengan kecepatan tetap disebut kesetimbangan
dinamis.

2. Kesetimbangan Benda Tegar


Benda tegar adalah benda yang apabila dipengaruhi gaya-gaya tidak mengalami perubahan
bentuk. Meskipun benda berotasi namun bentuknya tetap sehingga jarak antara partikel-
partikelnya tetap.

a. Momen Kopel
Kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar, dan arahnya berlawanan.
Pengaruh kopel terhadap sebuah benda adalah memungkinkan benda berotasi. Besarnya kopel
dinyatakan dengan momen kopel yang merupakan hasil kali antara gaya dengan jarak antara
kedua gaya tersebut.
Secara matematis dituliskan:

M = F.d

dengan:
M = momen kopel (Nm)
F = gaya (N)
d = jarak antara gaya (m)

Momen kopel merupakan besaran vektor. Momen kopel bertanda positif jika arah putarannya
searah dengan putaran jarum jam dan negatif jika berlawanan dengan arah putaran jarum jam.
Perhatikan gambar berikut.

Momen gaya positif dan negatif.

b. Menentukan Titik Tangkap Gaya Resultan


Pada bidang datar xy terdapat beberapa gaya F1, F2, dan F3 saling sejajar dan bertitik tangkap
di (x1,y1), (x2,y2), (x3,y3) seperti pada gambar berikut.

Sejumlah gaya bekerja pada bidang xy.


Resultan ketiga gaya tersebut adalah R yang bertitik tangkap di (x,y). Jika komponen gaya
yang searah sumbu x adalah F1x, F2x, dan F3x, sedangkan komponen gaya pada arah sumbu y
adalah F1y, F2y, dan F3y dengan jarak x1, x2, dan x3 terhadap sumbu y, maka berlaku:

Στy = τ1y + τ2y + τ3y


Ry xR = F1y .x1 + F2y .x2 + F3y .x3

c. Syarat Kesetimbangan Benda


Pada umumnya benda yang sedang bergerak mengalami gerak translasi dan rotasi. Suatu
benda dikatakan setimbang apabila benda memiliki kesetimbangan translasi dan
kesetimbangan rotasi. Dengan demikian, syarat kesetimbangan benda adalah resultan gaya
dan momen gaya terhadap suatu titik sembarang sama dengan nol. Secara matematis dapat
dituliskan:

ΣFx = 0, ΣFy = 0, dan Στ = 0

HUKUM HOOKE

Pengertian Hukum Hooke


Hukum Hooke dan elastisitas adalah dua istilah yang saling berkaitan. Untuk
memahami arti kata elastisitas, banyak orang menganalogikan istilah tersebut dengan benda-
benda yang terbuat dari karet, walaupunpada dasarnya tidak semua benda dengan bahan dasar
karet bersifat elastis. Kita ambil dua contoh karet gelang dan peren karet. Bila karet gelang
tersebut ditarik, maka panjangnya akan terus bertambah sampai batas tertentu. Kemudian,
Jika tarikan dilepaskan panjang karet gelang akan kembali seperti semula. Berbeda halnya
dengan permen karet, Bila ditarik panjangnya akan terus bertambah sampai batas tertentu tapi
jika tarikan dilepaskan panjang permen karet tidak akan kembali seperti semula. Hal ini bisa
terjadi karena karet gelang sifatnya elastis sedangkan permen karet bersifat plastis. Tapi, jika
karet gelang ditarik terus menerus adakalanya bentuk kareng gelang tidak kembali seperti
semula yang artinya sifat elastisnya sudah hilang. Sehingga diperlu tingkat kejelian yang
tinggi untuk menggolongkan mana benda yang sifatnya elastis dan plastis.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa elastisitas yaitu kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk awal sesudah gaya pada benda tersebut dihilangkan. Keadaan dimana suatu benda
tidak bisa lagi kembali ke bentuk semula akibat gaya yang diberikan terhadap benda terlalu
besar disebut sebagai batas elastis. Sedangkan hukum Hooke adalah gagasan yang
diperkenalkan oleh Robert Hooke yang menyelidiki hubungan antar gaya yang bekerja pada
sebuah pegas/benda elastis lainnya supaya benda tersebut dapat kembali ke bentuk semua
atau tidak melampaui batas elastisitasnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Hukum Hooke mengkaji jumlah gaya maksimum yang dapat diberikan pada sebuah benda
yang sifatnya elastis (seringnya pegas) agar tidak melewati batas elastisnya dan
menghilangkan sifat elastis benda tersebut.
Aplikasi Hukum Hooke Dalam pengaplikasian hukum Hooke sangat berkaitan
eratdengan benda benda yang prinsip kerjanya memakai pegas dan yang bersifat elastis.
Prinsip hukum Hooke sudah diterapkan pada beberapa benda-benda berikut ini. Mikroskop
yang fungsinya untuk melihat jasad-jasad renik yang sangat kecil yang tidak bisa dilihat oleh
mata telanjang Teleskop yang fungsinya untuk melihat benda-beda yang letaknya jauh supaya
tampak dekat, seperti benda luar angkasa Alat pengukur percepatan gravitasi bumi Jam yang
memakai peer sebagai pengatur waktu Jam kasa atau kronometer yang dimanfaatkan untuk
menentukan garis atau kedudukan kapal yang berada di laut Sambungan tongkat-tongkat
persneling kendaraan baik sepeda motor maupun mobil Ayunan pegas. Beberapa benda yang
sudah disebutkan diatas mempunyai peranan penting dalam
kehidupan manusia. Dengan kata lain, gagasan Hooke memberi dampak positif
terhadap kualitas hidup maunsia.
Bunyi Hukum Hooke Hukum Hooke berbunyi bahwa besarnya gaya yang bekerja pada benda
sebanding dengan pertambahan panjang bendanya. Tentu hal ini berlaku padan beda yang
elastis (dapat merenggang).
F=k.x
Keterangan :
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)
Besaran Dan Rumus Dalam Hukum Hooke Dan
Elastisitas
1. Tegangan
Tegangan adalah suatu keadaan dimana sebuah benda mengalami pertambahan panjang
ketika sebuah benda diberi gaya pada salah satu ujungnya sedangkan ujung lainnya ditahan.
Contohnya. seutas kawat dengan luas penampang x m2, dengan panjang mula-mula x meter
ditarik dengan gaya sebesar N pada salah satu ujungnya sedangkan pada ujung yang lain
ditahan maka kawat akan mengalami pertambahan panjang sebesar x meter. Fenomena ini
mengambarkan suatu tegangan yang mana dalam fisika disimbolkan dengan σ dan secara
matematis bisa ditulis seperti berikut ini.
Keterangan:
F = Gaya (N)
A = Luas penampang (m2)
σ = Tegangan (N/ m2 atau Pa)
2. Regangan
Regangan adalah suatu perbandingan antara pertambahan panjang kawat dalam x meter
dengan panjang awal kawat dalam x meter. Regangan ini bisa terjadi dikarenakan gaya yang
diberikan pada benda ataupun kawat tersebut dihilangkan, sehingga kawat kembali ke bentuk
awal.
Hubungan ini secara matematis bisa dituliskan seperti berikut ini :
Keterangan:
e = Regangan
∆L = Pertambahan panjang (m)
Lo = Panjang mula-mula (m)
Sesuai dengan persamaan di atas, regangan (e) tidak mempunyai satuan dikarenakan
pertambahan panjang (∆L) dan panjang awal (Lo) adalah besaran dengan satuan yang sama.
3. Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Dalam fisika, modulus elastisitas disimbolkan dengan E.Modulus elastisitas menggambarkan
suatu perbandingan antara tegangan dengan regangan yang dialami bahan. Dengan kata lain,
modulus elastis sebanding dengan tegangan dan
berbanding terbalik regangan.
Keterangan:
E = Modulus elastisitas (N/m)
e = Regangan
σ = Tegangan (N/ m2 atau Pa)
4. Mampatan
Mampatan adalah suatu keadaan yang hampir serupa dengan regangan. Perbedaannya terletak
pada arah perpindahan molekul benda sesudah diberi gaya. Berbeda halnya pada regangan
dimana molekul benda akan terdorong keluar setelah diberi gaya. Pada mampatan, sesudah
diberi gaya, molekul benda akan terdorong ke dalam (memampat).
5. Hubungan Antara Gaya Tarik dan Modulus Elastisitas
Bila ditulis secara matematis, hubungan antara gaya tarik dan modulus elastisitas
meliputi:
Keterangan:
F = Gaya (N)
E = Modulus elastisitas (N/m)
e = Regangan
σ = Tegangan (N/ m2 atau Pa)
A = Luas penampang (m2)
E = Modulus elastisitas (N/m)
∆L = Pertambahan panjang (m)
Lo = Panjang mula-mula (m)
6. Hukum Hooke
Hukum Hooke menyatakan bahwa “bila gaya tari tidak melampaui batas elastis pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya”.
Secara matematis ditulis sebagai berikut.
Keterangan:
F = Gaya luar yang diberikan (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
∆x = Pertanbahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)
Hukum Hooke untuk Susuna Pegas
6a. Susunan Seri
Jika dua buah pegas yang mempunyai tetapan pegas yang sama dirangkaikan secara seri,
maka panjang pegas menjadi 2x. Oleh sebab itu, persamaan pegasnya yaitu sebagai berikut :
Keterangan:
Ks = Persamaan pegas
k = Konstanta pegas (N/m)
Sedangkan persamaan untuk n pegas yang tetapannya dan disusun seri ditulis seperti
berikut ini.
Keterangan:
n = Jumlah pegas
6b. Susunan Paralel
Jika pegas disusun secara paralel, panjang pegas akan tetap seperti semula,
sedangkan luas penampangnya menjadi lebih 2x dari semula bila pegas disusun 2
buah. Adapun persamaan pegas untuk dua pegas yang disusun secara paralel, yaitu:
Keterangan:
Kp = Persamaan pegas susunan paralel
k = Konstanta pegas (N/m)
Sedangkan persamaan untuk n pegas yang tetapannya sama dan disusun secara
paralel, akan dihasilkan pegas yang lebih kuat karena tetapan pegasnya menjadi lebih
besar. Persamaan pegasnya dapat ditulis sebagai berikut.
Keterangan:
n = Jumlah pegas
BIDANG MIRING

Pengertian Bidang Miring


Bidang miring adalah permukaan suatu bidang yang dimiringkan. Salah satu manfaat bidang
miring adalah untuk mempermudah menaikan benda yang berat ke atas, nah sekarang kita
ketahui pengertian dan manfaat dari bidang miring. Sekarang coba di bayangkan ketika
terdapat benda yang sangat berat, kemudian kita ingin memindahkannya ke atas mobil kita,
alangkah lebih mudahnya kalau kita memanfaatkan prinsip bidang miring agar barang yang di
pindahkan bisa terasa lebih ringan lagi. Jika kita langsung mengangkatnya keatas mobil
barang tersebut akan terasa lebih berat.

Lalu bagaimanakah prinsip dari bidang miring itu sendiri? Mengenai prinsip bidang miring
kita bisa ketahui dari rumus bidang miring itu sendiri. Rumus bidang miring adalah sebagai
berikut.
Rumus Bidang Miring
Sebelum kita masuk ke dalam rumus bidang miring, kita ingin menunjukkan gambar dari
bidang miring beserta keterangnnya, agar ketika nanti masuk ke dalam rumus bidang miring
akan lebih mudah di mengerti. Gambar dan keterangan dari bidang miring adalah sebagai
berikut.

Setelah kita melihat gambar dari bidang miring, selanjutnya kita hubungkan dengan rumus
bidang miring. Secara matematis rumus dari bidang miring dapat dituliskan sebagai berikut.

Keterangan: KM = keuntungan mekanik


w = berat benda (Newton atau N)
F = gaya yang diberikan (Newton atau N)
s = panjang bidang miring (m)
h = tinggi bidang miring (m)

Dari rumus di atas terlihat bahwa jika panjang bidang miring nilainya kita perbesar dengan
ketinggian tetap maka keuntungan mekanik juga akan semakin besar. Apa sebenarnya
maksud dari keuntungan mekanik bidang miring ini? Sekarang kita berikan beberapa contoh
dari kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika kita mengendarai kendaraan pada jalan menuju
gunung yang menanjak naik, pasti lintasan jalan tersebut dibuat melingkari gunung tersebut.
Ini bertujuan agar kerja mesin kendaraan tidak terlalu keras dan dapat dengan baik menaiki
gunung. Ada juga yang pernah merasakan ketika kendaraan naik keatas tetapi kendaraan
tersebut belok ke kanan dan ke kiri sampai sepanjang lintasan tersebut, ini juga salah satu
prinsip bidang miring.
Jadi prinsip bidang miring yaitu memperpanjang jarak lintasan bidang miring dengan berat
benda dan tinggi bidang miring tetap maka gaya yang di berikan akan menjadi lebih mudah.
Dengan menggunakan bidang miring gaya yang di berikan akan semakin kecil dengan
panjang lintasannya semakin panjang. Adapun contoh dari bidang miring yang lain adalah
pasak, sekrup kayu, dan dongkrak.

PULI & SISTEM PULI

Definisi
• Puli : cakra (disc) yang dilengkapi dengan tali (rope), terbuat dari logam atau non logam,
misalnya besi tuang, kayu, atau plastik.
• Pinggiran cakra diberi alur (groove) yang • Pinggiran cakra diberi alur (groove) yang
berguna untuk laluan tali.
Cakra Puli (Rope Sheave)

Jenis Puli
1. Puli tetap (fixed pulley) : terdiri dari sebuah cakra dan sebuah tali yang dilingkarkan pada
alur (groove) di bagian atasnya dan pada ujungnya digantungi beban.
2. Puli bergerak (movable pulley): terdiri dari cakra dan poros yang bebas, tali dilingkarkan
dalam alur bawah, salah satu ujung tali dilingkarkan tetap dan ujung lainnya ditahan atau
ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan
pada kait (hook).
Gambar Movable Pulley

Sistem Puli
Adalah kombinasi dari beberapa puli tetap dan puli bergerak. Biasanya menggunakan sistem
puli ganda untuk Biasanya menggunakan sistem puli ganda untuk menghindari kesalahan
pada waktu operasi pengangkatan yang menggantungkan beban langsung pada ujung tali.

Gambar Gambar--gambar berikut memperlihatkan sistem puli ganda yang dirancang dari
gambar berikut memperlihatkan sistem puli ganda yang dirancang dari kombinasi simple
pulley dengan ujung tali digulung pada drum (tromol) dengan alur ke kombinasi simple
pulley dengan ujung tali digulung pada drum (tromol) dengan alur ke kiri dan ke kanan.
Gambar di atas menunjukkan sistem puli yang terdiri dari 4 bagian yang dipakai untuk
mengangkat beban sampai 25 ton, angka transmisi i = 2, panjang tali tergulung pada tiap
bagian drum 1 = 2h (h= tinggi angkat), kecepatan tali c = 2 v (v= kecepatan pengangkatan),
efisiensi η = 0,94
Gambar berikut menunjukkan sistem puli yang terdiri dari 6 bagian suspensi. Angka transmisi
i = 3, panjang tali tergulung pada tiap bagian drum 1 = 3h (h= tinggi angkat), kecepatan tali c
= 3 v (v= kecepatan pengangkatan), efisiensi η = 0,92

Gambar berikut menunjukkan sistem puli yang terdiridari 8 bagian yang dipakai untuk
mengangkat beban sampai 75 ton, angka transmisi i =4, panjang tali tergulung pada tiap
bagian drum 1 = 4h (h= tinggi angkat), kecepatan tali c = 4 v (v= kecepatan pengangkatan),
efisiensi η = 0,90

Gambar berikut menunjukkan sistem puli yang terdiri dari 8bagian yang dipakai untuk
mengangkat beban sampai 100 ton, angka transmisi i = 5, panjang tali tergulung pada tiap
bagian drum 1 = 5h (h= tinggi angkat), kecepatan tali c = 5 v (v= kecepatan pengangkatan),
efisiensi η = 0,87
WHEEL AXEL AND DEFFRENTIAL
Mesin kerek adalah aplikasi roda dan gandar yang terkenal.

Roda dan gandar adalah salah satu dari enam mesin sederhana yang diidentifikasi
oleh para ilmuwan Renaisans yang mengambil gambar dari teks-teks Yunani tentang
teknologi. [1] Roda dan gandar terdiri dari roda yang dipasang pada poros yang lebih
kecil sehingga kedua bagian ini berotasi bersama-sama di mana gaya ditransfer dari
satu ke yang lain. Engsel atau bantalan mendukung poros, memungkinkan rotasi. Ini
dapat memperkuat kekuatan; gaya kecil yang diterapkan ke pinggiran roda besar dapat
memindahkan beban yang lebih besar yang terpasang ke poros.
Roda dan gandar dapat dilihat sebagai versi tuas , dengan gaya penggerak yang
diterapkan secara tangensial ke perimeter roda dan gaya beban yang diterapkan ke
gandar, masing-masing, yang seimbang di sekitar engsel yang merupakan titik
tumpu. Keuntungan mekanis dari roda dan poros adalah rasio jarak dari titik tumpu ke
beban yang diterapkan, atau apa yang sama dengan rasio diameter roda dan
poros. [2]Aplikasi utama adalah kendaraan beroda , di mana roda dan gandar
digunakan untuk mengurangi gesekan kendaraan yang bergerak dengan tanah. Contoh
lain dari perangkat yang menggunakan roda dan gandar adalah topi , sabuk
penggerak dan roda gigi .

Bilah penggulung yang dimasukkan ke dalam penggulung memberikan keuntungan


mekanis dari roda dan poros untuk mengangkat jangkar.

DONGKRAK ULIR
Dongkrak ulir merupakan alat yang sudah dikenal di masyarakat yang digunakan untuk
membantu sebuah pekerjaan. Dongkrak ulir ini digunakan pada suatu keadaan tertentu
dimana ada pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan tenaga murni sehingga dibutuhkan
alat-alat bantu yang dapat mempermudah pekerjaan tersebut. Sebagai contoh kasus
pekerjaannya adalah untuk menopang atau mengangkat benda yang berat.
Pada Dongkrak ulir salah satu elemen yang terpenting adalah poros. Poros ini berfungsi
sebagai untuk meneruskan daya / mentrasmisikan gaya, poros yang digunakan pada dongkrak
ulir ini adalah poros ulir. Poros ulir ini berfungsi untuk mengubah gerakan dan meneruskan
gaya . Gerakan rotasi yang diterima poros diubah menjadi gerakan translasi dan poros
meneruskan gaya sehingga beban dapat terangkat. Salah satu contoh penggunaannya adalah
untuk mengangkat mobil. Poros juga digunakan pada alat-alat bantu yang menggunakan
motor maupun tanpa motor. Alat bantu yang menggunakan motor, input geraknya berasal dari
putaran motor, sedangkan alat bantu yang tidak menggunakan motor input gerak putarnya
berasal dari gaya luar (gaya yang diberikan oleh manusia).
Pada sebuah alat bantu dongkrak ulir, putaran inputnya dapat berasal dari tangan melalui
engkol pemutar yang dihubungkan dengan sebuah poros ulir dimana berfungsi mengubah
gerak rotasi menjadi gerak translasi. Topik yang akan dibahas dalam laporan ini tentang
“Perancangan Ulang Poros Dongkrak Ulir” dari segi dimensi poros, kekuatan poros, dan hal-
hal lainnya yang perlu diperhitungkan. Karena dongkrak ulir ini secara luas telah dipakai
dalam kehidupan sehari-hari yang berguna untuk mengangkat kendaraan, khususnya pada
kendaraan roda empat.

Sistem Dongkrak
Sistem dongkrak mempunyai fungsi sebagai alat bantu angkat. Pada proses kerjanya dongrak
biasanya menggunakan ulir, roda gigi dan tekanan fluida seperti zat cair ataupun udara.
Konstruksi daripada dongkark harus disesuaikan denagn kapasitas beban yang akan diangkat.
Dongkrak akan sangat membantu dan mempermudah manusia untuk mengangkat beban
untuk jangka waktu lama dengan beban yang tidak mampu diangkat oleh manusia.
2.1.1 Jenis-jenis Dongkrak
Dongkrak terdiri dari beberapa jenis menurut fungsinya, beban yang dapat diangkat, dan
elemen-elemen penggeraknya.
1. Dongkrak ulir sederhana
Dongkrak ini biasanya digunakan untuk mengangkat beban yang berat. Keuntungan dari
dongkrak ini adalah bentuknya yang sederhana dan relatif ringan. Contoh dari dongkrak ini
adalah dongkrak mobil yang biasa digunakan untuk mengangkat mobil untuk mengganti ban
bila terjadi kebocoran.
Mekanisme Kerja :
Pada dongkrak ulir sederhana ini, elemen dasar yang paling penting adalah batang ulir atau
poros berulir yang berfungsi untuk mengangkat atau menurunkan beban. Adapun ulir yang
digunakan adalah ulir pembawa segi empat, ulir ini dipilih karena pembuatannya lebih mudah
dan dapat menahan beban yang cukup berat.
Bila dongkrak digunakan untuk mengangkat beban, maka poros berulir digerakan secara
rotasi dengan bantuan engkol pemutar sehingga batang dongkrak yang berhubungan dengan
poros ulir akan bergerak ke dalam dan mengangkat beban diatasnya. Begitu pula sebaliknya
jika hendak menurunkan beban.
Hal yang perlu diperhatikan dalam dongkrak ulir sederhana ini adalah beban yang diangkat
terbatas, karena kemungkinan terjadi defleksi pada ulir bila dibebankan dengan beban yang
sangat berat.
Elemen utama dari dongkrak ulir ini adalah poros ulir, lengan dongkrak body dongkrak, cup,
ulir dalam, baut dan mur.

Gbr. 2.1 Dongkrak ulir sederhana


Pada laporan ini akan di bahas jenis dongkrak lainnya antara lain ;
1. Dongkrak dengan ulir pada roda gigi
Prinsipnya hampir sama dengan dongkrak ulir sederhana. Ciri utama dari dongkrak ini adalah
pada poros dan roda gigi.
Mekanisme kerja :
Gerakan rotasi tangan diterima oleh roda gigi yang berhubungan dengan poros ulir. Poros ulir
ini berputar dengan mengangkat tabung ulir, sehingga ulir bergerak dengan arah vertikal
sehingga kemungkinan defleksi pada poros ulir kecil. Dongkrak jenis ini dapat digunakan
untuk mengangkat benda yang relatif lebih berat.
2. Dongkrak Hidrolik
Dongkrak jenis ini mengangkat beban dengan tekanan zat cair yang terdapat didalam
dongkrak.
Mekanisme kerja :
Alat pemegang digerakan secara translasi ( naik atau turun ). Pada saat pegangan diangkat
keatas, katup pada dongkrak tersebut atau pada wadah penampung (tangki) cairan terbuka,
sehingga cairan mengalir keluar. Pada saat pegangan ditekan kebawah, katup pada tabung
tertutup, sedangkan pada tabung tempat poros terbuka. Hal ini akan mengakibatkan cairan
masuk kedalam tabung dan mengangkat poros.
Dongkrak Pneumatik
Dongkrak ini biasanya digunakan untuk mengangkat beban yang sangat berat. Dongkrak ini
menggunakan tekanan udara yang dapat diatur sesuai beban.
Mekanisme kerja :
Alat pengontrol elektrik diberi perintah sesuai keinginan beban yang akan diangkat dan juga
sesuai dengan seberapa tinggi beban akan diangkat. Dari pengontrol tersebut akan
meneruskan perintah ke pemompa udara otomatis yang kemudian memberikan tekanan pada
udara didalam selang dan mendorong dongkrak ke atas, sampai pada batas yang
diperintahkan. Kemudian untuk menurunkan dongkrak diperintah lagi dari pengontrol untuk
mengembalikan ke posisi semula
RODA GIGI LURUS

I. PENDAHULUAN

Roda gigi pada umumnya dimaksudkan adalah suatu benda dari logam atau
non logam yang bulat dan pipih pada pinggirnya bergerigi. Roda gigi sangat
berguna untuk memindahkan gaya dari suatu roda gigi ke gigi yang lain. Pada
umumnya roda gigi dibuat dari bahan logam untuk memindahkan beban yang
berat, kalau gaya yang dipindahkan tidak berat dapat digunakan roda gigi dari
bahan non logam. Teknik pembuatan roda gigi dapat dikerjakan dengan cara di cor,
dikerjakan pada mesin frais, dan hober. Transmisi yang berubah – ubah berangsur-
angsur juga dapat diperoleh menggunakan roda-roda gigi. Salah satu maksud
tersebut adalah dipergunakan pada perkakas pemindah kecepatan, dan merubah
beban yang berat menjadi seringan mungkin. Roda gigi dipergunakan pada
kendaraan atau mesin yang memiliki gerakan putar.

Secara umum fungsi roda gigi yaitu untuk meneruskan gaya dari poros
penggerak ke poros yang digerakkan, mengubah putaran tinggi ke putaran rendah
atau sebaliknya, dapat juga memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang
lain, seperti yang digunakan pada pompa roda gigi. Roda gigi dikelompokan
menjadi tiga kelompok, sesuai kedudukan yang diambil oleh poros yang
dipergunakan dalam industri, yaitu posisi poros yang satu terhadap poros yang lain.

1. Poros sejajar satu sama lain. Roda gigi yang dipergunakan bentuk dasarnya
adalah dua buah silinder yang saling bersinggungan menurut sebuah garis
lukis.
2. Poros saling memotong. Roda gigi yang dipergunakan adalah roda gigi
kerucut dengan puncak gabungan yang saling menyinggung menurut sebuah
garis lukis.
3. Poros saling menyilang, gigi yang dipergunakan berbentuk roda ulir.

Jenis roda gigi menurut bentuk gigi.

Berdasarkan dari bentuk giginya roda gigi yang dibahas pada bahasan ini adalah
roda gigi lurus. Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi
yang sejajar dengan poros, pada roda gigi jenis ini pemotongan giginya searah
dengan poros gigi. Untuk permukaan memanjang pemotongan giginya kadang-
kadang dilakukan dengan arah membentuk sudut terhadap batang gigi rack.

II. METODE DESIGN / PENGHITUNGAN

Pemakaian Nama Nama dan Pengertiannya


Pada gambar profil gigi, gambar 2, terdapat nama bagian gigi yang penting
yang harus diketahui.

1. Lingkaran puncak, adalah lingkaran yang melalui puncak roda gigi.


Diameter lingkaran puncak ini dinyatakan dengan Dk.

2. Lingkaran alas, adalah lingkaran pada alas roda gigi. Diameter dari lingkaran
ini dinyatakan dengan Dv.

3. Lingkaran jarak, dua roda yang kerja sama dinamakan lingkaran-lingkaran


khayal yang bersinggungan dengan kecepatan keliling yang sama. Diameter
lingkaran jarak dinyatakan dengan huruf D. Garis sumbu melalui titik-titik
tengah dari roda disebut juga pusat lingkaran.

4. Jumlah gigi dari suatu roda gigi dinyatakan dengan huruf z, jumlah putaran
tiap-tiap menit dengan n.

5. Angka transmisi i adalah perbandingan jumlah putaran roda gigi yang


berputar dan yang diputar.

𝑛1 𝑍2
𝑖= = (1)
𝑛2 𝑍1

6. Jarak antara t adalah jarak dua gigi berturut-turut, diukur pada lingkaran
jarak. Jadi, jarak antara ialah busur A-C. Jarak antara adalah juga sama
dengan lebar lekuk+ tebal gigi, diukur pada lingkaran jarak. Lebar lekuk
ialah busur A-B, tebal gigi ialah busur B-C.

7. Jari kutub m adalah bilangan yang diperbanyak dengan 𝜋 menghasilkan jarak


antara gigi-gigi.

𝑡=𝑚𝑥𝜋 (2)
Banyaknya gigi-gigi kali jarak antara adalah sama dengan keliling lingkaran
jarak :

𝑍 𝑥 𝑡 = 𝜋 𝑥 𝐷(3)

Oleh karena itu 𝑡 = 𝑚 𝑥 𝜋 , dapat juga ditulis :

𝑍 𝑥 𝑚 𝑥 𝜋 = 𝜋 𝑥 𝐷(4)

Jadi,

𝑍 𝑥 𝑚 = 𝐷(5)

8. Tinggi puncak Hk, adalah jarak dari lingkaran puncak sampai lingkaran
jarak.

𝐻𝑘 = 𝑚 (6)

9. Tinggi alas Hv, adalah jarak dari lingkaran – jarak sampai lingkaran – alas.

𝐻𝑣 = 1,166 𝑚 (7)

10. Puncak gigi ialah bagian gigi diatas lingkaran jarak.

11. Alas gigi ialah bagian gigi antara lingkaran jarak dan lingkaran alas.

12. Profil gigi ialah bentuk penampang lintang tegak lurus dari gigi.

Perbandingan Putaran Dan Roda Gigi

Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan 𝑛1 pada poros
penggerak dan 𝑛2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter lingkaran jarak bagi
(pitch diameter) 𝑑1 dan𝑑2 (mm), jumlah gigi𝑧1 dan 𝑧2, dan 𝑚 adalah modul ( Daftar
Modul Standar JIS B 1701 – 1973 ), maka perbanddingan putaran 𝑢 adalah :
𝑛 𝑑 𝑚.𝑧 𝑧 1
𝑢= 2= 1= 1= 1=
𝑛1 𝑑2 𝑚.𝑧2 𝑧2 𝑖
(8)
𝑧2
=𝑖
𝑧1

Harga imerupakan perbandinganantara jumlah gigi pada roda gigi dan pada
pinion yang disebut sebagai perbandingan roda gigi atau perbandingan roda gigi
atau perbandingan transmisi.
Roda gigi biasanya dipakai untuk reduksi ( u < 1 atau i > 1 ), tetapi
adakalanya juga bisa dipakai untuk menaikkan putaran ( u > 1 atau i < 1 ). Jarak
sumbu poros a (mm) dan diameter pitch bagi 𝑑1 dan 𝑑2 (mm) dapat dinyatakan
sebagai berikut :
(𝑑1 + 𝑑2 ) 𝑚(𝑧1 + 𝑧2 )
𝑎= =
2 2

2𝑎 𝑖
𝑑1 = 𝑑2 = 2𝑎.
(1 + 𝑖) (1 + 𝑖)
(9)

Profil batang gigi standar memiliki tebal gigi 𝜋𝑚/2 (mm). Sudut tekan 20°,
tinggi kepala gigi (addendum) :

ℎ𝑘 = 𝑘. 𝑚 (mm) (10)

Dan tinggi kaki gigi (deddendum) :

ℎ𝑘 = 𝑘. 𝑚 + 𝑐𝑘 (mm) (11)

Dimana k adalah faktor tinggi kepala yang besarnya = 1 dan adakalanya = 0,8 ,
1,2 , dst, kelonggaran puncak (clearance) 𝑐𝑘 (mm), berharga = 0,25 x modul atau
lebih. Batang gigi yang mempunyai tinggi kepala ℎ𝑘 = 𝑚 , 𝑘 = 1 dan tinggi kaki
ℎ𝑓 = 1,25. 𝑚 , 𝑘 = 1. Agar profil pahat dapat memotong kelonggaran puncak,
harus dipertinggi dengan 𝑐𝑘 = 0,25. 𝑚 dibandingkan dengan batang gigi
dasarnya. Dengan demikian tinggi kepala pahat menjadi

ℎ𝑘𝑐 = ℎ𝑘 + 𝑐𝑘 = 𝑚 + 0,25 𝑚 (12)

Roda gigi yang disebut roda gigi lurus standar dibentuk pada posisi dimana
lingkaran jarak bagi yang berdiameter 𝑧. 𝑚 menggelinding tanpa slip pada garis
datum batang gigi dasar.
III. CONTOH KASUS

Perencanaan roda gigi lurus sebagai berikut

Kemudian dibuat flow chart untuk merencanakan roda gigi lurus standar
TABEL PERHITUNGAN KELONGGARAN BELAKANG GIGI 𝐶0

TABEL FAKTOR BENTUK GIGI

TABEL FAKTOR DINAMIS 𝑓𝑣

TABEL TEGANGAN LENTUR YANG DIIZINKAN 𝜎𝑎 PADA BAHAN RODA GIGI


TABEL FAKTOR TEGANGAN KONTAK PADA BAHAN RODA GIGI
TABEL HARGA K STANDAR RODA GIGI LURUS

TABEL KAPASITAS BEBAN RODA GIGI


TABEL BEBAN, BAHAN, DAN CARA PERLAKUAN PANAS BAHAN RODA GIGI
MOMEN INERSIA LUASAN
Momen inersia disebut juga dengan momen kelembaman. Data momen inersia suatu
penampang dari struktur diperlukan pada perhitungan-perhitungan tegangan lentur, tegangan
geser, tegangan torsi dan sebagainya . Adapun momen inersia adalah suatu sifat kekakuan
yang ditimbulkan perkalian luas dengan kuadrat jarak ke suatu garis lurus atau sumbu.
Momen inersia dilambangkan dengan I
Ada dua macam momen inersia yaitu
a. Momen Inersia linier yaitu momen inersia terhadap suatu garis lurus atau sumbu. Jika
terhadap sumbu x adalah Ix dan jika terhadap sumbu y adalah Iy
b. Momen inersia polar yaitu momen inersia terhadap suatu titik perpotongan dua garis lurus
atau sumbu. Dengan kata lain, bahwa inersia polar adalah jumlah momen inersia linier
terhadap sumbu x dan sumbu y . Momen inersia polar dilambangkan dengan Ip

2. Rumus Momen Inersia

- Persegi

- Segitiga
- Lingkaran
Contoh

Hitunglah momen inersia ( Ix, Iy,Ip ) penampang tersebut terhadap sumbu x dan y yang
melalui titik berat penampang

Jawab :

- Mencari titik berat bangun datar


- Mencari Momen inersia tiap Bidang Datar
Jadi Momen Inersia Penampang di atas adalah
RODA GIGI CACING
Roda gigi cacing ialah suatu elemen transmisi yang dapat meneruskan daya
dan putaran pada poros yang bersilang. Roda gigi cacing mempunyai gigi yang
dipotong menyudut seperti pada roda gigi helik dan dipasangkan dengan ulir yang
dinamakan ulir cacing. Penggunaan roda gigi ini biasanya untuk mereduksi
kecepatan, roda gigi ini dalam operasionalnya akan “mengunci sendiri” sehingga
tidak dapat diputar pada arah yang berlawanan. Keuntungan dari roda gigi ini
adalah dengan memberikan input minimal dapat dihasilkan output dengan
kekuatan maksimal. Roda gigi ini biasanya digunakan untuk kecepatan-kecepatan
tinggi dengan kemampuan mereduksi kecepatan yang maksimal.
Pasangan roda gigi cacing terdiri dari seuah poros yang mempunyai ulir luar
dan sebuah roda cacing yang berkait dengan poros cacing tersebut. Perbandingan
transmisi roda gigi cacing dapat dibuat hingga perbandingan reduksi 1 : 100 dan
cara kerjanya halus atau hampir tanpa bunyi. Namun pada umumnya transmisi
tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran, yakni pada roda cacing ke cacing.
Adapun kekurangan dari transmisi roda gigi cacing adalah memiliki efisiensi
mekanis (η) yang rendah, terutama jika sudut kisarnya (γ) kecil. Dalam kerjanya,
cacing dan roda cacing terjadi gesekan yang cukup besar sehingga dapat
menimbulkan banyak panas, oleh sebab itu kapasitas transmisi roda gigi sering
dibatasi jumlah panas yang timbul.

Gambar -1 Pasangan roda gigi cacing

1
Antara cacing dan rodanya terjadi gesekan besar, sehingga menimbulkan
banyak panas. Itulah sebabnya mengapa kapasitas transmisi roda gigi cacing
sering dibatasi oleh jumlah panas yang timbul. Dalam praktek, roda gigi cacing
sering menggunakan permukaan cacing dari baja paduan dengan pengerasan
kulit dan roda cacing dari perunggu. Permukaan gigi harus difinish dengan baik,
dan pelumasan harus sesuai serta dijaga kelangsungannya. Konstruksi rumah dan
poros serta pemasangannya harus kokoh untuk menghindari lenturan dan
pergeseran aksial poros cacing.

B. Aplikasi roda gigi cacing


Pada umumnya roda gigi cacing digunakan untuk menghasilkan
perbandingan reduksi yang besar, sehingga dapat menghasilkan putaran yang
rendah namun mendapatkan torsi yang tinggi. Penggunaan roda gigi cacing
antara lain;

Gambar-2 Worm gear untuk mekanisme power stearing pada mobil

Gambar-3 Worm gear pada dongkrak mekanik

2
C. Istilah-istilah pada roda gigi cacing

a
γ

Gambar-4 Cacing dan roda gigi cacing

1. Axial pitch (pa); disebut juga sebagai linear pitch, yaitu jarak aksial antara
puncak ke puncak ulir gigi cacing. Sedangkan untuk roda gigi cacing disebut
dengan circular pitch (pc).
2. Lead (l) adalah jarak lurus yang melalui titik putar ulir dalam satu putaran.
Untuk ulir single, lead sama dengan axial pitch, sedangkan untuk ulir putaran
banyak (multiple), lead adalah hasil perkalian antara axial pitch dan jumlah
putaran.
l = pa . nn = jumlah putaran
3. Sudut lead (γ), adalah sudut antara ulir helix dan sumbu cacing.

pa n
tan γ   →(pa = pc ; dan pc = π.m)
π DW π DW

 pc n  π m n  m n
π DW π DW DW
m = modul, Dw = diameter lingkaran pitch (PCD)

Sudut lead (γ) besarnya antara 9o sampai dengan

45o.

3
4. Sudut tekan gigi, untuk roda gigi cacing sudut tekan umumnya diambil
berdasarkan sudut lead.

5. Pitch normal, adalah jarak tegak lurus antara dua ulir gigi cacing.
pn  pa cos γ maka n  cosγ
6. Sudut helix (αW), adalah sudut yang dibentuk antara ulir helix dengan sumbu
cacing. αW + γ = 90o
7. Rasio kecepatan (vR); adalah perbandingan antara jumlah gigi cacing
dengan jumlah gigi roda gigi cacing.
z
vR  zW
G

c. Efisiensi roda gigi cacing


Efisiensi roda gigi cacing didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja
roda gigi cacing dengan kerja cacing.

η  tan γcosφ  μ tan


γ cosφ tan γ  μ
Dimana; φ = sudut tekan normal
γ = sudut lead
μ = koefisien gesek

Efisiensi akan maksimum jika; tan γ  1 μ 2  μ


Untuk menghitung efisiensi bisa dilakukan juga dengan mengasumsikan sebagai
ulir segiempat, maka diperoleh pendekatan:
tan γ1 μ tan γ 1 μ tan γ tan γ
η  tan γ  μ 1 μ tan γ  tanγ  φ1 
φ1= sudut gesek, yang mana tan φ1 = μ

d. Gaya-gaya pada roda gigi cacing


Pada saat ulir cacing meneruskan putaran, sehingga akan menerima
beberapa gaya. Gaya-gaya pada cacing dan roda gigi cacing antara lain:
- Gaya Aksial; gaya yang bekerja sejajar dengan poros roda gigi cacing.
- Gaya Radial; gaya yang tegak lurus garis singgung, gaya ini menuju titik pusat
roda gigi.

4
- Gaya Tangensial; gaya yang sejajar dengan garis singgung, perputaran gaya
tangensial tergantung pada alur ulir gigi cacing tersebut, apakah ulir tersebut
bentuk ulir kanan atau ulir kiri.

FR
FR
FA FT

Gambar-5 Gaya-gaya pada roda gigi cacing

1) Gaya tangensial pada cacing (FT):


2T
F
DWW

T

TW = Torsi pada roda cacing


DW = Pitch circle diameter roda gigi cacing
Gaya tangensial sama dengan gaya aksial pada gear.
2) Gaya aksial pada cacing (FA):
F
F  T
A tan γ

Gaya aksial sama dengan gaya tangensial pada worm gear.


3) Gaya radial pada cacing (FR):
FR  FA  tanθ

θ = sudut tekanan normal (14,5o dan 20o)

5
e. Perencanaan roda gigi cacing

(a) Diameter luar cacing


(b) Diameter jarak bagi cacing
(c) Diameter inti cacing
(d) Sudut kisar
(e) Jarak bagi
(f) Kisar
(g) Tinggi gigi
(h) Tinggi kepala
(i) Tinggi kaki
(j) Jarak sumbu
(k) Diameter lingkaran kaki dari roda cacing
(l) Diameter jarak bagi dari roda cacing
(m) Diameter tenggorok roda cacing
(n) Diameter luar roda cacing
(o) Lebar roda cacing

Gambar-6 Profil roda gigi cacing

Rumus-rumus yang diperlukan dalam merencanakan roda gigi cacing adalah;


a. Perbandingan gigi
Perbandingan transmisi atau perbandingan gigi untuk roda gigi cacing adalah
z
i 2

z1
dimana: z2 = jumlah gigi pada roda gigi cacing
z1 = jumlah ulir cacing
b. Menentukan modul
Jika mn adalah modul normal, ms adalah modul aksial dan γ adalah sudut kisar,

mn
maka: ms 
cos

6
Untuk menentukan harga taksiran kasar ms dari jarak sumbu poros a dan
jumlah gigi z2 adalah:
2a 12,7
ms 
z2  6,28
c. Diameter lingkaran jarak bagi
Diameter masing-masing lingkaran jarak bagi adalah:

d  z1 mn dan d m z
1 sin 2 s 2

a d1  d2 
2
d. Proporsi bagian-bagian roda gigi cacing
Untuk cacing:hk  mn ; hf  1,157mn ; c  0,157mn ; H  2,157mn
dk1  d1  2hk ; dr1  d1  2hf
Untuk roda cacing:
dt  d2  2hk ; dr 2  d1  2hf
e. Lebar roda gigi cacing
Jika sudut yang dibentuk oleh lengkungan gigi roda cacing adalah Ф, maka
lebar roda cacing dapat dipilih disekitar harga yang ditentukan yaitu:
.m 
b  0,577d atau b  2,38 n  6,35
k1  

 cos 
Lebar sisi gigi efektif be adalah:

be  dk1.sin 
2 
f. Jari-jari lengkungan puncak gigi roda cacing rt dan diameter luar roda cacing
dk2 adalah:
d1
rt   hk
2
d 
dk 2  dt  2  hk 1 cos
1

 2 
g. Beban lentur yang diijinkan Fab, adalah:
Fab ba be mn  Y
h. Beban permukaan gigi yang diijinkan Fac, adalah:
Fac  Kc  d2 be K 
Dimana: Kc = faktor ketahanan terhadap keausan (tabel 3)
Kγ = faktor sudut kisar (tabel 4)
Harga terkecil diantara Fab dan Fac diambil sebagai Fmin
7
Tabel 1 Tegangan lentur yang diijinkan σba (kg/mm2)

Cacing Roda gigi cacing Kc (kg/mm2)

Baja (kekerasan HB 250) Perunggu fosfor 0,042


Baja celup dingin Besi cor 0,035
Baja celup dingin Perunggu fosfor 0,056
Baja celup dingin Perunggu fosfor yang dicil 0,085
Baja celup dingin Perunggu antimon 0,085
Baja celup dingin Damar sintesis 0,087
Besi cor Perunggu fosfor 0,106

Tabel 2 Faktor bentuk roda gigi cacing Y


Sudut tekanan normal Faktor bentuk

14,5o 0,100
20o 0,125
25o 0,150
30o 0,175

Tabel 3 Faktor ketahanan terhadap keausan Kc (kg/mm2)


Pembebanan satu
Bahan roda gigi cacing arah Pembebanan dua arah
Besi cor 8,5 5,5
Perunggu untuk roda gigi 17 11
Perunggu antimon 10,5 7
Damar sintetis 3 2

Tabel 4 Faktor sudut kisar Kγ


Sudut kisar Kγ
o
γ < 10 1
γ = 10o ~ 25o 1,25
o
γ > 25 1,50

8
i. Gaya tangensial
Beban tangensial roda gigi Ft biasanya dihitung tanpa memperhatikan efisiensi
mekanis, persamaannya adalah:
P M
Ft  102 
Untuk mesin khusus seperti derek kapstan, daya dikalikan hanya dengan
efisiensi roda cacing ηw, sehingga persamaannya:
P .
F  102 M w
t

Harga Fmin harus lebih besar dari Ft.
Dalam penerapannya, ada beberapa macam roda gigi cacing seperti roda gigi
cacing globoid dan roda gigi cacing samping. Roda gigi tersebut umumnya
dibuat dengan maksud untuk mengatasi kekurangan yang ada pada roda gigi
cacing silinder.

Contoh 1;
Sebuah roda gigi cacing ulir tiga (triple) dengan modul gigi 6 mm dan
diameter lingkaran jarak bagi (PCD) 50 mm. Jika jumlah roda gigi cacing 30,
sudut tekan 14,5o dan koefisien gesek 0,05.
Hitung; sudut lead gigi cacing, perbandingan kecepatan, jarak antar sumbu
dan efisiensi roda gigi.
Penyelesaian:
Diketahui: n= 3; m=6 ; DW = 50 mm ; zG = 30
φ = 14,5o ; μ = 0,05
a) Sudut lead :

tan γ m n  6  3  0,36 maka γ  tan1 0,36  19,8o


DW 50
b) Perbandingan kecepatan:

z 30
vR  nG  3  10
c) Jarak antar sumbu:
DG  m zG  6 30  180
D D
  115 mm
50 180
a W G

2 2

9
d) Efisiensi roda gigi:
η  tan γcosφ  μ tan
γ cosφ tan γ  μ
o o

η  tan19,8 cos14,5  0,05  tan19,8
o
  0,858 atau 85,8%
cos14,5o  tan19,8o  0,05

Atau: η  1 μ tan γ  1 0,05  tan19,8  0,86 atau


o
86%
1 μ tan γ 1 0,05 tan19,8o

Contoh 2;
Sebuah roda gigi cacing dipergunakan untuk mentransmisikan daya 15 kW
pada putaran 2000 rpm untuk sebuah mesin dengan putaran 75 rpm. Cacing
mempunyai ulir triple dan diameter pitch 65 mm. Jumlah gigi pada roda gigi
cacing 90 dengan modul 6 mm. Sudut kontak gigi 20° dengan koefisien
gesek antar gigi 0,1.
Hitung: gaya tangensial yang beraksi pada gigi, gaya aksial dan radial pada
cacing, dan efisiensi roda gigi penggerak.
Penyelesaian:
Diketahui: P = 15 kW ; NW = 2000 rpm ; NG = 75 rpm ; n=3
DW = 65 mm ; ZG = 90 ; m = 6 ; φ = 20o ; μ = 0,1
a) Gaya tangensial:

T  P  60  15000 60  71,6 N.m  71600 N.mm


2π NW 2π  2000

F  2  T  2  71600  2203 N
T
DW 65
b) Gaya aksial:
m n 6 3
γ  tan1   tan1   15,5o
DW 65
F
A

tan
FT
γtan15,52203o7953 N

FR  FA  tanφ  7953 tan20o  2895 N


c) Efisiensi roda gigi:
η  tan γcosφ  μ tan γ
cosφ tan γ  μ

η  tan15,5o cos20o  0,1 tan15,5o   0,701 atau 70,1%


cos20  tan15,5  0,1
o o

1
0
Contoh 3;
Sebuah derek kapstan mempunyai beban gulung 6000 kg, kecepatan gulung
4,8 m/min dan diameter drum 1300 mm. Reduksi putaran pada tingkat
pertama dilakukan oleh roda gigi miring ganda dengan efisiensi mekanis 95%
dan tingkat kedua dan ketiga oleh roda gigi lurus dengan efisiensi mekanis
92% dan 85%. Pada tingkat terakhir, terdapat roda gigi cacing dengan
efisiensi mekanis 57%. Jarak yang dikehendaki antara poros cacing dan
poros roda cacing adalah 800 mm. Faktor koreksi putaran motor 1,2.
Rencanakan pasangan roda gigi cacing yang memenuhi persyaratan diatas.
Penyelesaian:
Diketahui: W = 6000 kg , υ = 4,8 m/min, D = 1300 mm
η1 = 0,95 ; η2 = 0,92 ; η3 = 0,85 ; η4 = 0,57
C ≈ 800 mm ; i = 40
a) Menghitung beban rencana
Wd  1,2  6000  7200 kg
b) Menghitung daya yang diperlukan
D n
Putaran drum:   D

1000
1300nD
4,8 
1000
nD 4,8 1000  1,18 rpm
1300
Wd 
P 102 60   
1 2 3 4

7200 4,8
P  102 60  0,95  0,92 0,85  0,57  13,3 kW
Daya motor listrik adalah:
PM  1,213,3  15,96  16 kW
c) Menghitung momen puntir
- Momen puntir poros drum (T2):

T  9,74 105  16  13,2 106 kg.mm


2
1,18
- Momen puntir poros cacing (T1):

T  9,74 105  16  3,3 105 kg.mm


1
40 1,18
1
1
d) Menentukan diameter poros
- Bahan untuk poros SF50, σB = 50 kg/mm2, Sf1 = 6 , Sf2 = 2,5
σ
B 50
σa    3,33 kg mm2
S S
6 2,5 f1 f2

- Diameter poros drum ds2 adalah:

d  3 5,1  T  3 5,1 12,4 106  267 mm


S2 2
a 3,33
- Diameter poros cacing ds1 adalah:

d  3 5,1  T  3 5,1  3,1105  78 mm


S1 1
a 3,33
(diambil ds1 = 80 mm)
e) Menentukan jumlah gigi, dengan perbandingan reduksi; i = 40
z
i  2
→ 40  z2 → Z2  40
z1 1
Cacing dan porosnya merupakan satu benda kerja
f) Menentukan modul aksial dan modul
normal; - Modul aksial:

ms 2a 12,7  2  800 12,7  34,3 mm


z2  6,28 40  6,28
- Modul normal:
25,4
mn  (misalkan DP = 0,75)
DP

mn 25,4  25,4  33,87 mm


DP 0,75
- Sudut kisar:
m 33,87
  cos1 n   9,082o 
9o ms 34,3

g) Menentukan diameter lingkaran jarak bagi dan jarak sumbu
- Diameter lingkaran jarak bagi cacing (d1)
z m
d1  1 n  
1 33,87
216,51 mm
sin sin9o
- Diameter lingkaran jarak bagi roda cacing (d2)
d2  ms  z2  34,3  40  1372 mm

1
2
- Jarak sumbu poros:
d d 216,511372
a 1 2   794,255 mm
2 2
h) Menentukan bagian-bagian roda gigi
cacing - Untuk cacing:
hk  mn  33,87 mm
hf  1,157mn  1,15733,87  39,188 mm
c  0,157mn  0,15733,87  5,318 mm

H  2,157mn  2,15733,87  73,058 mm


dk1  d1  2hk  216,51 233,87  284,25 mm

dr1  d1  2hf  216,51 239,188  294,886 mm


- Untuk roda cacing:
dt  d2  2hk  1372  2 33,87  1439,74 mm

dr 2  d2  2hf  1372 239,188  1293,624 mm


- Lebar roda cacing
b  0,577dk1  0,577 284,25  164,012 mm, atau;

.mn   33,87 


b  2,38  6,35  2,38    6,35  262,752 mm
  o

 cos    cos9 
Dari hasil perhitungan diperoleh lebar roda cacing antara 164 ~ 263 mm Maka
dipergunakan b = 240 mm dengan sudut lengkungan sisi gigi Ф = 90o
- Lebar sisi gigi efektif be adalah:
 o
be  dk1.sin   284,25  sin45  201 mm

2 
- Jari-jari lengkungan puncak gigi roda cacing rt dan diameter luar roda
cacing dk2 adalah:

r  d1  h  216,51  33,87  74,385 mm


t k
2 2
d 
dk 2  dt  2 1
 hk 1 cos
 2 
  o

 1439,74  2216,51  33,871 cos90  1588,51 mm


d
k2

 2 

13
i) Beban lentur yang diijinkan Fab,
- Bahan untuk cacing SF50
- Bahan untuk roda cacing FC19
σba = 5,5 kg/mm2, (dipergunakan untuk dua arah putaran) dan

60
Y  0,475 90  0,317

Fab ba be mn  Y  5,5  20133,870,317  11869,5 kg


j) Beban permukaan gigi yang diijinkan Fac, adalah:
Kc = 0,035 kg/mm2dan Kγ = 1
Fac  Kc  d2 be K   0,0351372 2011  9652 kg
Diperoleh beban minimum; Fmin = 9652 kg
k) Beban statis gigi (W s):
W  fc D 60001,2 1300
Ws    6822,16 kg
d2 1372
l) Beban/gaya tangensial (Ft):

F  102 PM .w  102 PM .w  10216  0,57  10973,88 kg


t
 .d2 .nD 13721,18
60 1000 60000
m) Karena Fmin < Ft, maka rancangan roda gigi tidak baik, maka dilakukan
perancangan ulang.
n) Sudut kisar, dipilih 8o dan PM = 15 kW, maka;
o) Menentukan diameter lingkaran jarak bagi dan jarak
sumbu - Diameter lingkaran jarak bagi cacing (d1)
z m
d1  1 n  
1 33,87
243,37 mm
sin sin8o
- Diameter lingkaran jarak bagi roda cacing (d2)
d2  ms  z2  34,3  40  1372 mm
- Jarak sumbu poros:
d d 243,37 1372
a 1 2   807,685 mm
2 2
p) Menentukan bagian-bagian roda gigi
cacing - Untuk cacing:
dk1  d1  2hk  243,37  233,87  311,11 mm
dr1  d1  2hf  243,37  239,188  321,746 mm

14
- Untuk roda gigi cacing:
dt  d2  2hk  1372  2 33,87  1439,74 mm

dr 2  d2  2hf  1372 239,188  1293,624 mm


- Lebar roda gigi cacing
b  0,577dk1  0,577311,11 179,51 mm, atau;

.mn   33,87 


b  2,38  6,35  2,38    6,35  262,1 mm
  o

 cos    cos8 
Dari hasil perhitungan diperoleh lebar roda cacing antara 179 ~ 263 mm Maka
dipergunakan b = 240 mm dengan sudut lengkungan sisi gigi Ф = 90o
- Lebar sisi gigi efektif be adalah:
 o
be  dk1.sin   311,11 sin45  220 mm

2 
- Jari-jari lengkungan puncak gigi roda cacing rt dan diameter luar roda
cacing dk2 adalah:

r  d1  h  243,37  33,87  87,815 mm


t k
2 2
d 
dk 2  dt  2 1
 hk 1 cos
 2 
243,37  o
d
k2  1439,74  2  33,871 cos90  1615,37 mm

 2 
q) Beban lentur yang diijinkan Fab,
- Bahan untuk cacing SF50
- Bahan untuk roda cacing FC19
σba = 5,5 kg/mm2, (dipergunakan untuk dua arah putaran) dan
Fab ba be mn  Y  5,5  22033,870,317  12991,5
kg r) Beban permukaan gigi yang diijinkan Fac, adalah:
Kc = 0,035 kg/mm2 dan Kγ = 1
Fac  Kc  d2 be K   0,0351372 2201  10564,4 kg

Diperoleh beban minimum; Fmin = 10564,4


kg s) Beban statis gigi (W s):
W  f D 60001,2 1300
Ws  c   6822,16 kg
d2 1372

1
5
t) Beban/gaya tangensial (Ft):

F  102 PM .w  102 PM .w  10215  0,57  10288 kg


t
 .d2 .nD 13721,18
60 1000 60000
Karena Fmin > Ft > W s, maka rancangan roda gigi baik,

u) Dari hasil analisa perhitungan diatas dapat disimpulkan:


- Jumlah ulir (gigi) cacing, z1 = 1
- Jumlah gigi roda cacing, z2 = 40
- Modul normal, mn = 33,87 (dengan DP = 0,75)

- Sudut kisar, γ = 8o
- Bahan cacing SF50 (bersatu dengan poros)
- Bahan roda cacing FC19
- Diameter lingkaran jarak bagi cacing, d1 = 243,37 mm
- Diameter lingkaran jarak bagi roda cacing, d2 = 1372 mm
- Jarak sumbu poros, a = 807,685 mm
- Lebar roda cacing, b = 240 mm dan sudut lengkung roda gigi 90 o
- Diameter luar cacing dk1 = 311,11 mm
- Diameter luar roda cacing dk2 = 1615,37 mm
- Diameter lingkaran kaki cacing dr1 = 321,746 mm
- Diameter lingkaran kaki roda cacing dr2 = 1293,264 mm

Anda mungkin juga menyukai