Anda di halaman 1dari 37

HUKUM KEPLER

Hukum kepler dikenal dengan hukum lintasan elips yang berbunyi semua planet bergerak pada
lintasan elips mengitari matahari degan matahari berada di salah satu focus elips.

Elips adalah bangun geometri tertutup seperti lingkaran yang memanjang dan simetris terhadap dua
buah garis tengah yang tidak sama panjang. Garis tengah yang pendek disebut sumbu pendek dan
garis tengah yang panjang disebut sumbu panjang.

Hukum pertama kepler menyatakan bentuk orbit planet, tetapi gagal


memprakirakan kedudukan planet pada suatu saat.
kemudian ia menemukan hukum kedua nya yang dikenal sebagai hukum kedua kepler tentang gerak
planet yang berbunyi suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet menyapu
luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama

setelah puplikasi kedua hukum nya pada tahun 1609, kepler mulai mencari suatu hubungan antara
gerak planet planet berbeda dan suatu penjelasan untuk menghitung gerak gerak ini. sepuluh tahun
kemudian ia menyatakan hukum ketiga gerak planet yang mempuplikasikan deharmonica munci
(harmoni of the world) yang dikenal sebagai hukum harmonik yang berbunyi perbadingan kuadrat
periot terhadap pangkat tiga dari setengah sumbu panjang elips adalah sama untuk semua planet.
Gaya dan Medan Gravitasi : Hukum Gravitasi Newton, Hukum Kepler, Kecepatan
Satelit Mengelilingi Bumi, Pengukuran Konstanta Universal, Energi Potensial - Pada
bab ini, Anda akan diajak untuk dapat menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam
cakupan mekanika benda titik dengan cara menganalisis keteraturan gerak planet dalam tata
surya berdasarkan Hukum-Hukum Newton. Gambar dibawah ini merupakan gambar orrery,
yaitu suatu model mekanik tata surya yang tertata teratur. Semua benda yang berada di alam
semesta telah diatur oleh Tuhan Yang Maha Kuasa agar selalu beredar teratur menurut
orbitnya masing-masing.

Gambar 1. Orrery. (Wikimedia Commons)


Dalam Fisika, gaya yang berperan penting menjaga keteraturan gerak planet-planet dan
interaksi antarbenda ini disebut gaya gravitasi. Gaya gravitasi ini sangat sulit diamati, jika
massa objek pengamatannya jauh lebih kecil daripada massa planet-planet. Akibatnya, Anda
akan sangat sulit mengetahui berapa besar gaya gravitasi yang terjadi antara Anda dan benda-
benda di sekitar Anda. Namun, Anda akan dapat dengan mudah menentukan besar gaya
gravitasi yang tercipta antara Bumi dan Bulan. Dalam pembahasan materi Bab ini, Anda akan
mempelajari tentang gaya gravitasi dengan lebih rinci, melalui hukum-hukum yang
dinyatakan oleh Johannes Kepler dan Isaac Newton.

A. Hukum-Hukum Kepler

Ilmu perbintangan atau astronomi telah dikenal oleh manusia sejak beribu-ribu tahun yang
lalu. Sejak dahulu, gerakan bintang-bintang dan planet yang terlihat bergerak relatif terhadap
Bumi telah menarik perhatian para ahli astronomi sehingga planet-planet dan bintang-bintang
tersebut dijadikan sebagai objek penyelidikan. Hasil penyelidikan mereka mengenai
pergerakan planet-planet dan bintang tersebut, kemudian dipetakan ke dalam suatu bentuk
model alam semesta. Dalam perkembangannya, beberapa model alam semesta telah
dikenalkan oleh para ahli astronomi.

Sebuah model alam semesta yang dikenalkan oleh Ptolomeus sekitar 140 Masehi,
menyatakan bahwa Bumi berada di pusat alam semesta. Matahari dan bintang-bintang
bergerak mengelilingi Bumi dalam lintasan lingkaran besar yang terdiri atas lingkaran-
lingkaran kecil (epicycle). Model alam semesta Ptolomeus ini berdasarkan pada pengamatan
langsung gerakan relatif bintang dan planet-planet yang teramati dari Bumi. Model alam
semesta Ptolomeus ini disebut juga model geosentris.
Pada 1543 Masehi, Copernicus mengenalkan model alam semesta yang disebut model
Copernicus. Pada model ini, Matahari dan bintang-bintang lainnya diam, sedangkan planet-
planet (termasuk Bumi) bergerak mengelilingi Matahari. Hal ini dituliskannya melalui buku
yang berjudul De revolutionibus orbium coelestium (Mengenai revolusi orbit langit). Model
Copernicus ini disebut juga model heliosentris.

Model alam semesta selanjutnya berkembang dari model heliosentris. Tycho Brahe, seorang
astronom Denmark, berhasil membuat atlas bintang modern pertama yang lengkap pada akhir
abad ke–16. Model alam semesta yang dibuat oleh Tycho Brahe ini dianggap lebih tepat
dibandingkan dengan model-model yang terdahulu karena model ini berdasarkan pada hasil
pengamatan dan pengukuran posisi bintang-bintang yang dilakukannya di observatorium.
Observatorium yang dibangun oleh Tycho Brahe ini merupakan observatorium pertama di
dunia.

Penelitian Tycho Brahe ini, kemudian dilanjutkan oleh Johannes Kepler. Melalui data dan
catatan astronomi yang ditinggalkan oleh Tycho Brahe, Kepler berhasil menemukan tiga
hukum empiris tentang gerakan planet. Hukum Kepler tersebut dinyatakan sebagai berikut.

1. Hukum Pertama Kepler

Setiap planet bergerak pada lintasan elips dengan Matahari berada pada salah satu titik
fokusnya.

Gambar 2. Lintasan planet mengitari Matahari berbentuk elips.

2. Hukum Kedua Kepler

Garis yang menghubungkan Matahari dengan planet dalam selang waktu yang sama
menghasilkan luas juring yang sama.

Gambar 3. Luas juring yang dihasilkan planet dalam mengelilingi Matahari adalah sama
untuk selang waktu yang sama.

3. Hukum Ketiga Kepler


Kuadrat waktu edar planet (periode) berbanding lurus dengan pangkat tiga jarak planet itu
dari Matahari.

                        (1-1)

dengan : 

T = periode planet mengelilingi Matahari, dan


r = jarak rata-rata planet terhadap Matahari.
B. Gaya Gravitasi

1. Hukum Gravitasi Newton

Gejala munculnya interaksi yang berupa gaya tarik-menarik antarbenda yang ada di alam ini
disebut gaya gravitasi. Setiap benda di alam ini mengalami gaya gravitasi. Jika Anda sedang
duduk di kursi, sedang berjalan, atau sedang melakukan kegiatan apapun, terdapat gaya
gravitasi yang bekerja pada Anda. Gaya gravitasi merupakan gaya interaksi antar benda.
Pernahkah Anda bertanya kenapa gaya gravitasi yang Anda alami tidak menyebabkan benda-
benda yang terdapat di sekitar Anda tertarik ke arah Anda, atau sebaliknya? Di alam semesta,
gaya gravitasi menyebabkan planet-planet, satelit-satelit, dan benda-benda langit lainnya
bergerak mengelilingi Matahari dalam sistem tata surya dalam lintasan yang tetap.

Gambar 4. Gaya gravitasi mengikat planetplanet dan benda langit lainnya untuk tetap beredar
menurut orbitnya.  (solarsystem.nasa.gov)
Isaac Newton adalah orang pertama yang mengemukakan gagasan tentang adanya gaya
gravitasi. Menurut cerita, gagasan tentang gaya gravitasi ini diawali dari pengamatan Newton
pada peristiwa jatuhnya buah apel dari pohonnya. Kemudian, melalui penelitian lebih lanjut
mengenai gerak jatuhnya benda-benda, ia menyimpulkan bahwa apel dan setiap benda jatuh
karena tarikan Bumi.

Menurut Newton, gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang
berbanding lurus dengan massa setiap benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara benda tersebut. Secara matematis, pernyataan mengenai gaya gravitasi tersebut
dituliskan sebagai berikut.

                     (1-2)

dengan : 

F = gaya gravitasi (N),


G = konstanta gravitasi = 6,672 × 10–11 m3/kgs2, dan
r = jarak antara pusat massa m1 dan m2 (m).
Gambar 5. Gaya gravitasi adalah gaya yang ditimbulkan karena adanya dua benda bermassa
m yang terpisah sejauh r.
Catatan Fisika :

Ketika besaran vektor hanya menyatakan nilainya saja, besaran vektor tersebut harus
dituliskan secara skalar, seperti terlihat pada contoh soal.

Contoh Soal 2 :

Tiga benda homogen masing-masing bermassa 2 kg, 3 kg, dan 4 kg, berturut-turut terletak
pada koordinat (0, 0), (4, 0), dan (0, 4) dalam sistem koordinat Cartesius dengan satuan
meter. Tentukanlah:

a. gaya gravitasi antara benda 2 kg dan 3 kg,


b. gaya gravitasi antara benda 2 kg dan 4 kg, dan
c. gaya gravitasi total pada benda 2 kg.

Kunci Jawaban :

Diketahui: m1 = 2 kg di (0, 0), m2 = 3 kg di (4, 0), dan m3 = 4 kg di (0, 4).

a. Gaya gravitasi antara benda 2 kg dan 3 kg.

F1 = 2,502 × 10–11 N


b. Gaya gravitasi antara benda 2 kg dan 4 kg.

F2 = 3,336 × 10–11 N

c. Gaya gravitasi total pada benda 2 kg.

Benda bermassa 2 kg mengalami dua gaya sekaligus, yaitu F1 dan F2, seperti terlihat pada
gambar. Gaya gravitasi total pada benda 2 kg adalah resultan gaya F1 dan F2, yaitu :

F = 4,170 × 10–11 N

1. Hukum Gravitasi Newton

Ketika duduk di kelas X, kalian telah mempelajari hukum-hukum Newton. Salah satunya
pada tahun 1687,Newton mengemukakan Hukum Gravitasi yang dapat dinyatakan berikut
ini. “Setiap benda di alam semesta menarik benda lain dengangaya yang besarnya
berbanding lurus dengan hasil kali massa-massanya dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara keduanya”. Besarnya gaya gravitasi, secara matematis dituliskan:

dengan:

F = gaya gravitasi (N)

m1,m2 = massa masing-masing benda (kg)

r = jarak antara kedua benda (m)


G = konstanta gravitasi (Nm2kg-2)

Nilai konstanta gravitasi G ditentukan dari hasil percobaan yang dilakukan oleh Henry
Cavendish pada tahun 1798 dengan menggunakan peralatan tampak seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram skematik neraca Cavendish untuk menentukan nilai konstanta gravitasi

Neraca Cavendish terdiri dari dua buah bola kecil bermassa m yang ditempatkan pada ujung-
ujung sebuah batang horizontal yang ringan. Batang tersebut digantung di tengah-tengahnya
dengan serat yang halus. Sebuah cermin kecil diletakkan pada serat penggantung yang
memantulkan berkas cahaya ke sebuah mistar untuk mengamati puntiran serat. Dua bola
besar bermassa M didekatkan pada bola kecil m. Adanya gaya gravitasi antara kedua bola
tersebut menyebabkan serat terpuntir. Puntiran ini menggeser berkas cahaya pada mistar.
Dengan mengukur gaya antara dua massa, serta massa masing-masing bola,

Cavendish mendapatkan nilai G sebesar:

G = 6,67 x 10-11 Nm2/kg2

2. Percepatan Gravitasi

Percepatan gravitasi adalah percepatan suatu benda akibat gaya gravitasi. Gaya gravitasi
bumi tidak lain merupakan berat benda, yaitu besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada
benda. Jika massa bumi M dengan jari-jari R, maka besarnya gaya gravitasi bumi pada benda
yang bermassa m dirumuskan:

Karena w = F dan w = m.g, maka:


dengan:

g = percepatan gravitasi (m/s2)

M = massa bumi (kg)

R = jari-jari bumi (m)

G = konstanta gravitasi (Nm2kg-2)

Apabila benda berada pada ketinggian h dari permukaan bumi atau berjarak r = R + h dari
pusat bumi, maka perbandingan g’ pada jarak R dan g pada permukaan bumi dirumuskan:

dengan:

g = percepatan gravitasi pada permukaan bumi (m/s2)

g’ = percepatan gravitasi pada ketinggian h dari permukaan bumi (m/s2)

R = jari-jari bumi (m)

h = ketinggian dari permukaan bumi (m)

3. Penerapan Hukum Gravitasi Newton

a. Menentukan Massa Bumi

Massa Bumi dapat ditentukan berdasarkan persamaan (2.2).Mengingat percepatan gravitasi di


permukaan bumi g = 9,8 m/s2, jari-jari bumi R = 6,38 x 106 m dan konstanta gravitasi G =
6,67 x10-11 Nm2kg-2, maka:
b. Orbit Satelit Bumi

Satelit-satelit yang bergerak dengan orbit melingkar (hampir berupa lingkaran) dan berada
pada jarak r dari pusat bumi, maka kelajuan satelit saat mengorbit Bumi dapat dihitung
dengan menyamakan gaya gravitasi dan gaya sentripetalnya.

Berdasarkan Hukum II Newton ΣF = m.a (satelit), maka:

Pada saat geosinkron, dimana periode orbit satelit sama dengan periode rotasi bumi, maka
jari-jari orbit satelit dapat ditentukan sebagai berikut:

Karena:

T adalah periode satelit mengelilingi Bumi, yang besarnya sama dengan periode rotasi bumi.

T = 1 hari

= 24 jam

= 86.400 sekon
Jadi ketinggian satelit adalah dari pusat bumi atau 36.000 km di atas permukaan
bumi.

4. Hukum-Hukum Kepler

a. Hukum Pertama Keppler

Hukum pertama Keppler dikenal sebagai hukum lintasan elipsberbunyi “Lintasan setiap
planet ketika mengelilingi matahari berbentuk elips, dimana matahari terletak pada salah
satu fokusnya“
Pada zaman Keppler, klaim diatas adalah radikal. Kepercayaan yang berlaku (terutama yang
berbasis teori epicycle) adalah bahwa orbit harus didasari lingkaran sempurna. Pengamatan
ini sangat penting pada saat itu karena mendukung pandangan alam semesta menurut
Copernicus. Ini tidak berarti ia kehilangan relevansi dalam konteks yang lebih modern.

Meski secara teknis elips yang tidak sama dengan lingkarantetapi sebagian besar
planetmengikuti orbit yang bereksentrisitas rendah, jadi secara kasar bisa dibilang
mengaproximasi lingkaran. Jadi, kalau ditilik dari observasi jalan edaran planet, tidak jelas
kalau orbit sebuah planet adalah elips. Namun, dari bukti perhitungan Keppler, orbit-orbit itu
adalah elips, yang juga memerbolehkan benda-benda angkasa yang jauh dari matahari untuk
memiliki orbit elips. Benda-benda angkasa ini tentunya sudah banyak dicatat oleh ahli
astronomi, seperti komet dan asteroid. Sebagai contoh Pluto, yang diobservasi pada akhir
tahun 1930, terutama terlambat ditemukan karena bentuk orbitnya yang sangat elips dan
ukurannya yang kecil.

Hukum pertama Keppler sukses menyatakan bentuk orbit planettetapi gagal memperkirakan
kedudukan planet pada suatu saat. Menyadari hal itu, Keppler dengan setumpukan data yang
dimiliki pada kertas kerjanya berusaha keras untuk memecahkannya. Dari kerja kerasnya itu,
ia menemukan hukum keduanya yang dikenal sebagai hukum kedua Keppler.

b. Hukum Kedua Keppler

Hukum kedua Keppler berbunyi“Luas daerah yang disapu oleh garis antara matahari
dengan planet adalah sama untuk setiap periode waktu yang sama”
Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa laju revolusi planet terbesar adalah ketika garis
khayal (vektor radius) terpendek, yaitu ketika planet berada paling dekat dengan matahari
(perihelium).Kelajuan revolusi planet terkecil terjadi ketika garis khayal (vektor radius)
terpanjang, yaitu ketika planet berada paling jauh dari matahari (aphelium). Berdasarkan
metode untuk menentukan kelajuan ini, kita dapat memperkirakan kedudukan planet pada
beberapa selang waktu yang akan datang.

c. Hukum Ketiga Keppler

Setelah publikasi kedua hukumnya pada tahun 1609, Keppler mulai mencari suatu hubungan
antara gerak planet-planet berbeda dan suatu penjelasan untuk menghitung gerak-gerak
tersebut. Sepuluh tahun kemudian ia mempublikasikan De Harmonica Mundi (Harmony of
The World) dan disitu ia menyatakan hukum ketiga gerak planet yang dikenal sebagai
hukum harmonik, yang berbunyi“Kuadrat waktu yang diperlukan oleh planet untuk
menyelesaikan satu kali orbit sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet-planet
tersebut dari matahari “

Jika T1 dan T2 menyatakan periode dua planet, dan r1 dan r2 menyatakan jarak rata-rata
mereka dari matahari maka,
Atau secara aljabar dapat ditulis:

  

Dengan T = periode revolusi

R = jari-jari rata-rata orbit planet

k = suatu tetapan yang memiliki nilai sama untuk semua planet

Planet-planet bergerak mengitari matahari dalam lintasan-lintasan berbentuk elipstetapi elips-


elips ini sangat dekat ke bentuk lingkaran. Oleh karena itu, R dalam hukum Keppler ketiga
dapat didekati dengan jarak antara planet dan matahari atau jari-jari orbit. Untuk bumi T =
365,25 hari dan R = 1,5 x 1011 m

5. Kesesuaian Hukum-hukum Keppler dengan Hukum Gravitasi Newton

Newton juga menunjukkan bahwa hukum III Keppler juga bisa diturunkan secara matematis
dari Hukum Gravitasi Universal dan Hukum Newton tentang gerak dan gerak melingkar.
Sekarang mari kita tinjau Hukum III Keppler mengunakan pendekatan Newton.

Terlebih dahulu kita tinjau kasus khusus orbit lingkaran, yang merupakan kasus khusus dari
orbit elips. Kita tulis kembali persamaan Hukum II Newton:

Pada kasus gerak melingkar beraturan, hanya terdapat percepatan sentripetal, yang besarnya
adalah:
Kita tulis kembali persamaan Hukum Gravitasi Newton:

Sekarang kita masukkan persamaan Hukum Gravitasi Newton dan percepatan sentripetal ke
dalam persamaan Hukum II Newton :

Dengan m1 adalah massa planet,m2 adalah massa matahari, r1 adalah jarak rata-rata planet dari
matahari, v1 merupakan laju rata-rata planet pada orbitnya.Waktu yang diperlukan sebuah
planet untuk menyelesaikan satu orbit adalah T1, dimana jarak tempuhnya sama dengan

keliling lingkaran, 2 r1. Dengan demikian, besar v1 adalah:. Kita masukkan


persamaan v1 ke dalam persamaan di atas:
HUKUM KEPLER DAN GERAK PLANET

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

13.3 Hukum Kepler dan Gerak Planet

Manusia telah mengamati pergerakan planet-planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya
selama ribuan tahun. Dalam sejarah awal, pengamatan ini menyebabkan para ilmuwan
menganggap bumi sebagai pusat alam semesta. Model geosentris dielaborasi dan diresmikan
oleh Astronom Yunani Claudius Ptolemy (c. 100-c. 170) pada abad kedua dan diterima untuk
1400 tahun ke depan. Pada 1543, astronom Polandia Nicolaus Copernicus (1473-1543)
mengemukakan bahwa Bumi dan planet-planet lain berputar dalam orbit melingkar di sekitar
Matahari (model heliosentris).

Astronom Denmark Tycho Brahe (1546-1601) ingin menentukan bagaimana langit dibangun
dan mengejar proyek untuk menentukan posisi dari kedua bintang dan planet. Semua
pengamatan planet-planet dan 777 bintang yang terlihat dengan mata telanjang dilakukan
dengan hanya sekstan besar dan kompas. (Teleskop belum ditemukan.)

Astronom Jerman Johannes Kepler adalah asisten Brahe untuk sementara waktu sebelum
kematiannya Brahe, dimana ia memperoleh data astronomi mentornya dan menghabiskan 16
tahun mencoba untuk menyimpulkan sebuah model matematika untuk gerakan planet. Data
tersebut sulit untuk dipilah-pilah karena pergerakan planet yang diamati dari Bumi yang
bergerak. Setelah banyak perhitungan yang melelahkan, Kepler menemukan bahwa data
Brahe pada revolusi Mars sekitar Matahari menyebabkan model yang sukses.

Analisis lengkap Kepler tentang gerak planet diringkas dalam tiga pernyataan yang dikenal
sebagai hukum Kepler:
1. Semua planet bergerak dalam orbit elips dengan matahari pada satu fokus.
2. Jari-jari vektor ditarik dari Matahari ke planet menyapu daerah yang sama dalam interval
waktu yang sama.
3. Kuadrat dari periode orbit planet manapun sebanding dengan pangkat tiga sumbu
semimajor orbit elips.

Hukum Pertama Kepler


Kita sudah akrab dengan orbit lingkaran benda di sekitar pusat gaya gravitasi dari diskusi kita
dalam bab ini. Hukum pertama Kepler menunjukkan bahwa orbit lingkaran adalah kasus
yang sangat khusus dan orbit elips adalah situasi umum. Gagasan ini sulit bagi para ilmuwan
dari waktu untuk menerimanya karena mereka percaya bahwa orbit lingkaran sempurna dari
planet mencerminkan kesempurnaan surga.

Gambar 13.4 menunjukkan geometri elips, yang berfungsi sebagai model kita untuk orbit
elips planet. Elips secara matematis didefinisikan dengan memilih dua titik F1 dan F2, yang
masing-masing disebut fokus, dan kemudian menggambar kurva melalui titik dimana jumlah
jarak r1 dan r2 dari F1 dan F2, masing-masing adalah konstan. Jarak terpanjang melalui pusat
antara titik pada elips (dan melewati setiap fokus) disebut sumbu utama, dan jarak ini adalah
2a. Dalam Gambar 13.4, sumbu utama ditarik sepanjang arah x. Jarak yang disebut sumbu
semimajor. Demikian pula, jarak terpendek melalui pusat antara titik pada elips disebut
sumbu minor dengan panjang 2b, dimana jarak b adalah sumbu semiminor. Entah fokus elips
terletak pada jarak c dari pusat elips, di mana a2 = b2 + c2 . Pada orbit elips dari sebuah planet
di sekitar Matahari, Matahari berada pada satu fokus elips. Tidak ada di fokus lainnya.

Eksentrisitas elips didefinisikan sebagai e = c/a, dan menggambarkan bentuk umum dari
elips. Untuk lingkaran, c = 0, dan karena itu eksentrisitas nol. b lebih kecil dibandingkan
dengan a, semakin pendek elips sepanjang arah y dibandingkan dengan luasnya dalam arah x
pada Gambar 13.4. Ketika b mengecil, c meningkat dan eksentrisitas e meningkat. Oleh
karena itu, nilai yang lebih tinggi dari eksentrisitas yang sesuai dengan elips yang lebih
panjang dan tipis. Kisaran nilai eksentrisitas untuk elips adalah 0 < e <1.

Eksentrisitas untuk orbit planet bervariasi dalam tata surya. Eksentrisitas orbit bumi adalah
0,017, yang membuatnya hampir bundar. Di sisi lain, eksentrisitas orbit Merkurius adalah
0,21, tertinggi dari delapan planet. Gambar 13.5a menunjukkan elips dengan eksentrisitas
sama dengan orbit Merkurius. Perhatikan bahwa bahkan eksentrisitas orbit tertinggi ini sulit
untuk dibedakan dari lingkaran, yang merupakan salah satu alasan hukum pertama Kepler
adalah sebuah prestasi mengagumkan. Eksentrisitas orbit Komet Halley adalah 0,97,
menggambarkan sumbu utama orbit jauh lebih panjang dari sumbu minor, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 13.5b. Akibatnya, Komet Halley menghabiskan sebagian besar
periode 76 tahun yang jauh dari Matahari dan tak terlihat dari Bumi. Hal ini hanya dapat
dilihat dengan mata telanjang selama sebagian kecil dari orbitnya bila di dekat Matahari.

Sekarang bayangkan sebuah planet dalam orbit elips seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
13.4, dengan Matahari di fokus F2. Ketika planet ini berada di bagian paling kiri dalam
diagram, jarak antara planet dan matahari adalah a + c. Pada titik ini, disebut aphelion, planet
pada jarak maksimum dari Matahari. (Untuk obyek di orbit sekitar Bumi, titik ini disebut
apogee.) Sebaliknya, ketika planet di ujung kanan elips, jarak antara planet dan matahari
adalah a - c. Pada titik ini, yang disebut perihelion (untuk orbit Bumi, perigee), planet berada
pada jarak minimum dari Matahari.

Hukum pertama Kepler adalah akibat langsung dari sifat kuadrat terbalik dari gaya gravitasi.
Kita telah membahas orbit lingkaran dan elips, bentuk orbit yang diizinkan untuk benda-
benda yang terikat pada pusat gaya gravitasi. Benda-benda ini termasuk planet, asteroid, dan
komet yang bergerak berulang kali mengelilingi matahari serta bulan yang mengorbit planet.
Ada juga benda terikat, seperti meteor dari luar angkasa yang mungkin melewati Matahari
sekali dan kemudian tidak pernah kembali. Gaya gravitasi antara Matahari dan benda-benda
juga bervariasi sebagai kuadrat terbalik dari jarak pemisahan, dan jalur yang diperbolehkan
untuk objek-objek mencakup parabola (e = 1) dan hiperbola (e > 1).

Hukum Kedua Kepler


Hukum kedua Kepler dapat ditampilkan sebagai akibat dari konservasi momentum sudut
untuk sebuah sistem yang terisolasi sebagai berikut. Pertimbangkan sebuah planet massa Mp
bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit elips (Gambar. 13.6a). Mari kita perhatikan
planet sebagai suatu sistem. Kita memodelkan Matahari untuk menjadi jauh lebih besar dari
planet bahwa Matahari tidak bergerak. Gaya gravitasi yang diberikan oleh matahari di planet
ini adalah gaya sentripetal, selalu sepanjang vektor radius, mengarah ke Matahari (Gambar
13.6a). Torsi di planet akibat gaya sentripetal ini jelas nol karena Fg sejajar dengan r.

Ingat bahwa torsi eksternal total pada sistem sama dengan tingkat perubahan terhadap waktu
dari momentum sudut sistem, yaitu ∑ ext = dL/dt (Persamaan 11,13). Oleh karena itu, karena
torsi eksternal di planet ini adalah nol, maka dimodelkan sebagai sebuah sistem yang
terisolasi untuk momentum sudut, dan momentum sudut L dari planet adalah konstana gerak:
L = r x p = Mp r x v = konstan

Kita dapat menghubungkan hasil ini dengan pertimbangan geometris berikut. Dalam interval
waktu dt, vektor jari-jari r pada Gambar 13.6b menyapu wilayah dA, yang sama dengan
setengah daerah |r x dr| dari jajar genjang yang dibentuk oleh vektor r dan dr. Karena
perpindahan dari planet dalam interval waktu dt diberikan oleh dr = v dt:
dA = ½ |r x dr| = ½ |r x v dt| = (L/2Mp)dt

(137)

di mana L dan Mp keduanya konstanta. Hasil ini menunjukkan bahwa vektor radius dari
Matahari ke planet manapun menyapu daerah yang sama dalam interval waktu yang sama
sebagaimana tercantum dalam hukum kedua Kepler.

Kesimpulan ini merupakan hasil dari gaya gravitasi menjadi gaya sentral, yang pada
gilirannya menyiratkan bahwa momentum sudut planet adalah konstan. Oleh karena itu,
hukum berlaku untuk setiap situasi yang melibatkan gaya sentripetal, apakah persegi terbalik
atau tidak.
Hukum Gerakan Planet Kepler
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Figure 1: Illustration of Kepler's three laws with two planetary orbits. (1) The orbits are ellipses, with
focal points ƒ1 and ƒ2 for the first planet and ƒ1 and &>. (2) The two shaded sectors A1 and A2 have the
same surface area and the time for planet 1 to cover segment A1 is equal to the time to cover
segment A2. (3) The total orbit times for planet 1 and planet 2 have a ratio a13/2  :  a23/2.

Di dalam astronomi, tiga Hukum Gerakan Planet Kepler adalah:

 Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya.
 Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama.
 Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari
Matahari.

Ketiga hukum di atas ditemukan oleh ahli matematika dan astronomi Jerman: Johannes
Kepler (1571–1630), yang menjelaskan gerakan planet di dalam tata surya. Hukum di atas
menjabarkan gerakan dua benda yang saling mengorbit.

Karya Kepler didasari oleh data pengamatan Tycho Brahe, yang diterbitkannya sebagai
'Rudolphine tables'. Sekitar tahun 1605, Kepler menyimpulkan bahwa data posisi planet hasil
pengamatan Brahe mengikuti rumusan matematika cukup sederhana yang tercantum di atas.

Hukum Kepler mempertanyakan kebenaran astronomi dan fisika warisan zaman Aristoteles
dan Ptolemaeus. Ungkapan Kepler bahwa Bumi beredar sekeliling, berbentuk elips dan
bukannya epicycle, dan membuktikan bahwa kecepatan gerak planet bervariasi, mengubah
astronomi dan fisika. Hampir seabad kemudian, Isaac Newton mendeduksi Hukum Kepler
dari rumusan hukum karyanya, hukum gerak dan hukum gravitasi Newton, dengan
menggunakan Euclidean geometri klasik.

Pada era modern, hukum Kepler digunakan untuk aproksimasi orbit satelit dan benda-benda
yang mengorbit Matahari, yang semuanya belum ditemukan pada saat Kepler hidup (contoh:
planet luar dan asteroid). Hukum ini kemudian diaplikasikan untuk semua benda kecil yang
mengorbit benda lain yang jauh lebih besar, walaupun beberapa aspek seperti gesekan
atmosfer (contoh: gerakan di orbit rendah), atau relativitas (contoh: prosesi preihelion
merkurius), dan keberadaan benda lainnya dapat membuat hasil hitungan tidak akurat dalam
berbagai keperluan.

Animasi dari gerak Kepler

Daftar isi

 1 Pengenalan Tiga Hukum Kepler


o 1.1 Secara Umum
o 1.2 Hukum Pertama
o 1.3 Hukum Kedua
o 1.4 Hukum Ketiga
 2 Sejarah
 3 Pustaka
 4 Pranala luar

Pengenalan Tiga Hukum Kepler

Secara Umum

Hukum hukum ini menjabarkan gerakan dua badan yang mengorbit satu sama lainnya. Massa
dari kedua badan ini bisa hampir sama, sebagai contoh Charon—Pluto (~1:10), proporsi yang
kecil, sebagai contoh. Bulan—Bumi(~1:100), atau perbandingan proporsi yang besar, sebagai
contoh Merkurius—Matahari (~1:10,000,000).

Dalam semua contoh di atas, kedua badan mengorbit mengelilingi satu pusat massa,
barycenter, tidak satu pun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus elips. Namun, kedua orbit
itu adalah elips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika rasio massanya besar, sebagai
contoh planet mengelilingi Matahari, barycenternya terletak jauh di tengah obyek yang besar,
dekat di titik massanya. Di dalam contoh ini, perlu digunakan instrumen presisi canggih
untuk mendeteksi pemisahan barycenter dari titik masa benda yang lebih besar. Jadi, hukum
Kepler pertama secara akurat menjabarkan orbit sebuah planet mengelilingi Matahari.

Karena Kepler menulis hukumnya untuk aplikasi orbit planet dan Matahari, dan tidak
mengenal generalitas hukumnya, artikel ini hanya akan mendiskusikan hukum di atas
sehubungan dengan Matahari dan planet-planetnya.

Hukum Pertama

Figure 2: Hukum Kepler pertama menempatkan Matahari di satu titik fokus edaran elips.

"Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya."

Pada zaman Kepler, klaim di atas adalah radikal. Kepercayaan yang berlaku (terutama yang
berbasis teori epicycle) adalah bahwa orbit harus didasari lingkaran sempurna. Pengamatan
ini sangat penting pada saat itu karena mendukung pandangan alam semesta menurut
Kopernikus. Ini tidak berarti ia kehilangan relevansi dalam konteks yang lebih modern.

Meski secara teknis elips yang tidak sama dengan lingkaran, tetapi sebagian besar planet
planet mengikuti orbit yang bereksentrisitas rendah, jadi secara kasar bisa dibilang
mengaproksimasi lingkaran. Jadi, kalau ditilik dari pengamatan jalan edaran planet, tidak
jelas kalau orbit sebuah planet adalah elips. Namun, dari bukti perhitungan Kepler, orbit-orbit
itu adalah elips, yang juga memeperbolehkan benda-benda angkasa yang jauh dari Matahari
untuk memiliki orbit elips. Benda-benda angkasa ini tentunya sudah banyak dicatat oleh ahli
astronomi, seperti komet dan asteroid. Sebagai contoh, Pluto, yang diamati pada akhir tahun
1930, terutama terlambat diketemukan karena bentuk orbitnya yang sangat elips dan kecil
ukurannya.

Hukum Kedua

Figure 3: Illustrasi hukum Kepler kedua. Bahwa Planet bergerak lebih cepat di dekat Matahari dan
lambat di jarak yang jauh. Sehingga, jumlah area adalah sama pada jangka waktu tertentu.
"Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama."

Secara matematis:

dimana adalah "areal velocity".

Hukum Ketiga

Planet yang terletak jauh dari Matahari memiliki perioda orbit yang lebih panjang dari planet
yang dekat letaknya. Hukum Kepler ketiga menjabarkan hal tersebut secara kuantitatif.

"Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari
Matahari."

Secara matematis;

dengan adalah perioda orbit planet dan adalah sumbu semimajor orbitnya.

Konstant proporsionalitasnya adalah semua sama untuk planet yang mengedar Matahari.

Sejarah

Pada tahun 1601 Kepler berusaha mencocokkan berbagai bentuk kurva geometri pada data-
data posisi Planet Mars yang dikumpulkan oleh Tycho Brahe. Hingga tahun 1606, setelah
hampir setahun menghabiskan waktunya hanya untuk mencari penyelesaian perbedaan
sebesar 8 menit busur (mungkin bagi kebanyakan orang hal ini akan diabaikan), Kepler
mendapatkan orbit planet Mars. Menurut Kepler, lintasan berbentuk elips adalah gerakan
yang paling sesuai untuk orbit planet yang mengitari matahari. Pada tahun 1609, dia
mempublikasikan Astronomia Nova yang menyatakan dua hukum gerak planet. Hukum
ketiga tertulis dalam Harmonices Mundi yang dipublikasikan sepuluh tahun kemudian.
A. PENGERTIAN HUKUM KEPLER

Hukum Kepler ditemukan oleh seorang matematikawan yang juga merupakan seorang

astronom Jerman yang bernama Johannes Kepler(1571-1630). Penemuannya didasari oleh

data yang diamati oleh Tycho Brahe(1546-1601), seorang astronom terkenal dari Denmark.  

Sebelum ditemukannya hukum ini, manusia zaman dulu menganut paham geosentris,

yaitu  sebuah paham yang membenarkan bahwa bumi merupakan pusat alam semesta.

Anggapan ini didasari pada pengalaman indrawi manusia yang terbatas, yang setiap hari

mengamati matahari, bulan dan bintang bergerak, sedangkan bumu dirasakan diam.

Anggapan ini dikembangkan oleh astronom Yunani Claudius Ptolemeus (100-170 M) dan

bertahan hingga 1400 tahun. Menurutnya, bumi berada di pusat tata surya. Matahari dan

planet-planet mengelilingi bumi dalam lintasan melingkar.

Kemudian pada tahun 1543, seorang astronom Polandia bernama Nicolaus Copernicus (1473-

1543) mencetuskan model heliosentris. Heliosentris artinya bumi beserta planet-planet

lainnya mengelilingi matahari dalam lintasan yang melingkar. Tentu saja pendapat ini lebih

baik dibanding pendapat sebelumnya. Namun, ada yang masih kurang dari pendapat

Copernicus yaitu diam masih menggunakan lingkaran sebagai bentuk lintasan gerak planet.
MODEL GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS
Pada tahun 1596 Kepler menerbitkan buku pertamanya di bidang astronomi dengan judul The

Mysteri of the Universe.Di dalam buku itu ia memaparkan kekurangan dari kedua model

diatas yaitu tiada keselarasan antara lintasan- lintasan orbit planet dengan data pengamatan

Tycho Brahe. Oleh karenanya Kepler meninggalkan model Copernicus juga Ptolemeus lalu

mencari model baru. Pada tahun 1609, barulah ditemukan bentuk orbit yang cocok dengan

data pengamatan Brahe, yaitu bentuk elips. Kemudian penemuannya tersebut

dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul Astronomia Nova yang juga disertai hukum

keduanya. Sedangkan hukum ketiga Kepler tertulis dalam Harmonices Mundi yang

dipublikasikan sepuluh tahun kemudian.

B. HUKUM I, II, dan III KEPLER

1. Hukum I Kepler

Hukum I Kepler menjelaskan tentang bagaimana bentuk lintasan orbit planet-planet. Bunyi

dari hukum ini yaitu :

Lintasan setiap planet ketika mengelilingi matahari, berbentuk elips, di mana matahari

terletak pada salah satu fokusnya.              

GEOMETRI ORBIT PLANET ELIPS


Dari model diatas diperlihatkan bentuk elips dari lintasan orbit planet yang mengelilingi

matahari. Dimana matahari berada disalah satu titik fokusnya yang ditandai dengan F1 dan
F2. Sedangkan planet bearada pada jarak r2 dari F2 atau r1 dari F1. Jika posisi planet berubah

maka jarak r1 dan r2 ikut berubah. Jarak a disebut sumbu semimayor dan 2a disebut mayor.

Jarak b disebut sumbu semiminor dan 2b disebut minor. Jarak c dari titik pusat merupakan

titik fokus, dimana c2 = a2+b2.

Bentuk elips orbit ditentukan oleh eksentrisitas (e) elips tersebut. Semakin kecil

eksentrisitasnya, maka bentuk elipsnya akan semakin mendekati bentuk lingkaran. Dan

sebaliknya, bila eksentrisitasnya semakin besar, bentuk elips akan memanjang dan tipis. Jarak

merupakan perbandingan dari jarak c dengan jarak a (e = c/a). Nilai eksentrisitas elips lebih

besar dari 0 dan lebih kecil dari 1.

Ketika planet berada pada jarak terjauh dari matahari, maka pada saat itu planet

berada pada titik aphelion. Letaknya pada gambar yaitu pada ujung kiri elips (sebelah kiri

F1). Jarak dari aphelion ke matahai dapat dihitung dengan menjumlahkan jarak a dengan c.

Jika planet berada pada ujung kanan elips (sebelah kanan F2) maka planet sedang berada

pada titik perihelion. Pada saat itu planet berada pada jarak terdekat dengan matahari. Jarak

perihelion dengan matahri merupakan selisih antara jarak a dengan c.

2. Hukum II Kepler

Hukum kedua Kepler menjelaskan tentang kecepatan orbit suatu planet. Bunyi dari hukum

keduanya yaitu :

Setiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang ditarik dari matahari

ke planet tersebut mencakup daerah dengan luas yang sama dalam waktu yang sama.
LUASAN APHELION (ABC) DAN LUASAN PERIHELION (ADE)

Pada gambar diatas dperlihatkan dua contoh luasan untuk menjelaskan hukum II Kepler.

Kedua luasan ini mempunyai luas yang sama. Pada selang waktu yang sama, garis khayal

yang menghubungkan planet dan matahari menyapu luasan yang memiliki besar yang sama.

Oleh karena itu, ketika planet bergerak dari b ke c (titik aphelion), kecepatan orbit planet

lebih kecil atau lambat. Sedangkan ketika planet bergerak dari d ke e (titik perihelion)

kecepatan orbit planet lebih besar atau cepat. Maka kesimpulannya keceptan orbit maksimum

planet yaitu ketika planet berada di titik perihelion dan kecepatan minimumnya ketika berada

di titik aphelion.

3. Hukum III Kepler

Pada hukum ini Kepler menjelaskan tentang periode revolusi setiap planet yang melilingi

matahari. Hukum Kepler III berbunyi :

Kuadrat perioda suatu planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari

Matahari.

Secara matematis Hukum Kepler dapat ditulis sebagai berikut :


Keterangan :

T1= Periode planet pertama

T2= Periode planet kedua

r1 = jarak planet pertama dengan matahari

r2 = jarak planet kedua dengan matahari

Persamaan ini dapat diturunkan dengan menggabungkan 2 persamaan hukum Newton , yaitu

hukum gravitasi Newton dan hukum II Newton untuk gerak melingkar beraturan. Penurunan

rumusnya yaitu sebagai berikut :

Persamaan hukum Newton II :

Karena

Maka  

Keterangan :

m = massa planet yang mengelilingi matahri

a = percepatan sentripetal planet

v = kecepatan rata-rata planet

r = jarak rata-rata planet dari matahari

Persamaan hukum gravitasi Newton :


Fg = Gaya gravitasi matahari

m1 = massa matahari

m2 = massa planet

r  = jarak rata-rata planet dan matahari

Artikel Penunjang : Pengertian, Rumus dan Aplikasi Hukum Gravitasi


Digabungkan kedua rumus diatas sehingga menjadi :

m2 pada ruas kiri dan m pada ruas kanan merupakan sama-sama massa planet sehingga dapat

dihilangkan.

Panjang lintasan yang dilalu planet merupakan keliling lintasan orbit planet. Keliling orbit

planet dapat dirumuskan dengan 2 x phi x r, dimana r adalah jarak rata-rata planet dari

matahari. Diketahui bahwa kecepatan rata-rata planet merupakan perbandingan antara

keliling orbit dan periode panet, sehingga :


Konstanta k = T2/r3 juga yang diperoleh oleh Kepler ditemukan dengan cara perhitungan

menggunakan data astronomi Tycho Brahe. Hasilnya juga sama dengan yang diperoleh

menggunakan rumus kedua Hukum Newton diatas.

C. FUNGSI HUKUM KEPLER

Fungsi hukum Kepler di kehidupan modern yaitu digunakan untuk memperkirakan lintasan

planet-planet atau benda luar angkasa  lainnya yang mengorbit Matahari seperti asteroid atau

planet luar yang belum ditemukan semasa Kepler hidup. Hukum ini juga digunakan pada

pengorbitan lainnya selain matahari. Seperti bulan yang mengorbit bumi. Bahkan saat ini

dengan menggunakan dasar dari hukum Kepler ditemukan sebuah benda baru yang

mengorbit bumi selain bulan. Benda ini merupakan sebuah asteroid yang berukuran 490 kaki

(150 meter) yang dijuluki dengan Asteroid 2014 OL339. Asteroid berada cukup dekat dengan

bumi sehingga terlihat seperti satelitnya. Asteroid tersebut memiliki orbit elips. Ia

membutuhkan waktu 364,92 hari untuk mengelilingi Matahari. Hampir sama dengan bumi

yang memiliki periode 365,25 hari.

Hukum–hukum Kepler merupakan salah satu batu bata dasar ilmu astronomi dan amat
berguna dalam segenap bagian dalam jagat raya, mulai dari sistem Bumi dan satelitnya (baik
satelit alami maupun buatan), planet–planet dan satelitnya, Matahari dan planet–planetnya
hingga sistem tata surya non–Matahari maupun sistem bintang kembar yang saling mengedari
serta sistem bintang–bintang mengedari pusat galaksi dalam sebuah galaksi yang berputar.
Aplikasi yang amat luas ini barangkali tidak pernah disadari oleh seorang Johannes Kepler
saat mempublikasikannya untuk yang pertama kali di tahun 1609. Pada saat itu Kepler adalah
astronom besar yang juga merupakan asisten sekaligus rekan kerja astronom besar Tycho
Brahe, ia hanya berfikir untuk menerapkan hukum–hukum tersebut dalam sistem tata surya
Matahari saja.

Hukum–hukum Kepler terdiri dari tiga bagian, hukum-hukum ini sering disebut juga sebagai
Hukum Kepler 1, Hukum Kepler 2 dan Hukum Kepler 3. Hukum Kepler 1 menyatakan setiap
planet beredar mengelilingi Matahari dalam orbit yang berbentuk ellips (lonjong), dengan
Matahari terletak pada salah satu dari dua titik fokus ellips tersebut. Sementara Hukum
Kepler 2 berbunyi vektor radius (yakni garis imajiner yang menghubungkan pusat sebuah
planet dengan pusat Matahari) menyapu area dengan luas yang sama dalam ellips tersebut
untuk interval waktu yang sama. Dan Hukum Kepler 3 menyatakan kuadrat dari periode orbit
sebuah planet sebanding dengan dengan pangkat tiga setengah sumbu utama orbitnya.
Hukum Kepler 1 dan Hukum Kepler 2 dipublikasikan pada tahun 1609, sedang Hukum
Kepler 3 baru dipublikasikan sepuluh tahun kemudian setelah Kepler selesai menganalisis
data posisi planet–planet hasil observasi Tyco Brahe selama bertahun–tahun yang tercetak
dalam “Rudolphine Tables”

Hukum–hukum Kepler amat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan pada masanya,


mengingat hukum–hukum ini menyajikan dukungan amat lugas kepada model heliosentris
yang saat itu baru seumur jagung, menantang model geosentris warisan Ptolomeus yang
dianggap telah mapan selama 14 abad. Tidak hanya itu saja, hukum–hukum Kepler sekaligus
menantang otoritas religius di Eropa yang pada saat itu menganggap gagasan geosentris lebih
cocok dengan kitab suci karena mendeskripsikan orbit sebagai lingkaran sempurna sekaligus
menyediakan ruang kosong di luar lingkaran bintang–bintang tetap. Ruang kosong itu
dianggap menjadi tempat bagi surga dan neraka.

Meski lingkaran merupakan bangun matematis yang sempurna karena setiap titik didalamnya
berjarak sama dari sebuah pusat, namun implementasinya terhadap posisi planet–planet dari
waktu ke waktu menjumpai permasalahan besar. Sebab pengamatan menunjukkan posisi
planet–planet tersebut ternyata tidak pas dengan prediksi sesuai orbit lingkaran sempurna.
Model geosentris mencoba menjelaskannya dengan menganggap setiap planet beredar dalam
lingkaran sempurna yang lebih kecil, yang dinamakan episiklus. Pusat episiklus tepat sama
dengan garis lingkaran orbitnya. Sehingga setiap planet dianggap berputar–putar pada
episiklusnya dengan pusat episiklus senantiasa bergeser pada kecepatan tetap di sepanjang
garis orbit lingkaran.

Meski terlihat sesuai dengan hasil pengamatan, namun secara matematis penggunaan
episiklus menyebabkan kompleksitas tersendiri. Kepler menyadari kompleksitas ini tatkala
menganalisis data–data pengamatan planet Mars. Ia mendapati Mars selalu berada dalam
koordinat yang sama pada sebuah rasi bintang tertentu setiap 687 hari sekali. Ini berarti
periode orbit Mars adalah 687 hari. Kekhasan semacam ini tidak bisa dijelaskan dengan baik
oleh model geosentris dengan konsep episiklus, sebab dengan konsep episiklus seharusnya
periode orbit sebuah planet amat bervariasi dari waktu ke waktu. Sebaliknya, jika konsep
episiklus disingkirkan dan digantikan dengan dengan ellips (yang secara matematis lebih
sederhana), kekhasan yang dialami Mars dapat dijelaskan dengan mudah. Belakangan saat
hal yang sama diterapkan pada Jupiter, kekhasan serupa juga dijumpai.

Walaupun bisa menjelaskan bahwa orbit sebuah planet dalam mengelilingi Matahari adalah
berupa ellips, namun Kepler tidak tahu mengapa berbentuk ellips dan bukannya lingkaran
sempurna, meskipun dalam geometri bentuk ellips merupakan variasi dari lingkaran
sempurna. Barulah pada masa Sir Isaac Newton, tepatnya pada 1686 lewat bukunya yang
populer : Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, mengapa bentuk orbit planet adalah
ellips menemukan penjelasannya. Newton menyebutkan gravitasi–lah yang bertanggung
jawab untuk itu. Bentuk orbit lingkaran sempurna hanya akan terjadi jika tata surya hanya
berisi Matahari (sebagai pusat) dan satu planet saja yang beredar mengelilingi Matahari. Pada
situasi tersebut, gerak planet itu hanya dipengaruhi oleh gravitasi Matahari. Namun tata surya
kita tak hanya terdiri dari sebuah planet, melainkan ada delapan. Belum terhitung pula planet
kerdil beserta anggota–anggota berskala kecil seperti asteroid dan komet. Sehingga tatkala
beredar mengelilingi Matahari, sebuah planet tak hanya dipengaruhi gravitasi Matahari
semata, namun juga gravitasi planet–planet lainnya yang menjadi tetangganya. Inilah yang
membuat orbit setiap planet, juga setiap anggota tata surya lainnya, menjadi ellips.

Lewat Hukum Kepler 3 pula, yang dikombinasikannya dengan hukum gerak


sentripetal/sentrifugal, Newton berhasil merumuskan hukum gravitasi universal–nya yang
terkenal, yang melahirkan nilai konstanta gravitasi universal (G). Dan kelak di masa Henry
Cavendish, tepatnya pada 1798, nilai G berhasil ditetapkan dengan akurat. Sehingga hanya
dengan mengetahui periode rotasi dan setengah sumbu utama sebuah planet, massa Matahari
bisa ditentukan dengan cukup akurat. Demikian halnya massa planet.

Secara geometris sebuah lingkaran dan ellips merupakan bangun kurva tertutup yang serupa,
hanya dibedakan oleh nilai eksentrisitas (kelonjongan). Dalam ellips, eksentrisitas bernilai
antara 0 hingga 1 sehingga terdapat dua pusat (fokus) dan dua sumbu, yakni sumbu utama
dan sumbu minor. Eksentrisitas dalam ellips merupakan rasio antara selisih jarak kedua pusat
dengan setengah sumbu utamanya. Semakin besar eksentrisitas sebuah ellips, semakin besar
jarak antara kedua pusatnya sehingga semakin panjang pula sumbu utamanya dibandingkan
sumbu minor, yang membuat ellips semakin lonjong. Sebaliknya semakin kecil
eksentrisitasnya, semakin kecil pula jarak antara kedua pusatnya sehingga semakin kecil pula
sumbu utamanya dibandingkan sumbu minor, yang membuat ellips semakin melingkar.

Dalam perspektif geometri, lingkaran merupakan kasus khusus untuk ellips dengan
eksentrisitas nol sehingga tiada jarak antara kedua pusatnya (atau kedua pusatnya menyatu
dalam satu lokasi yang sama) sehingga panjang sumbu minor sama persis dengan sumbu
mayor (sehingga disebut sebagai jari–jari). Sementara jika nilai eksentrisitas setara atau lebih
besar dibanding 1, bangun kurvanya menjadi terbuka ke satu sisi. Pada eksentrisitas sama
dengan 1, bangun kurvanya adalah parabola. Sementara pada eksentrrisitas lebih besar
dibanding 1, bangun kurvanya adalah hiperbola.

Dalam orbit planet, Matahari menempati salah satu pusat ellips. Sementara pusat lainnya
tidak terisi apapun dan tidak bermakna apapun bagi sifat orbit planet yang bersangkutan.
Dalam tata surya kita nilai eksentrisitas planet–planet bervariasi dari yang terkecil adalah
Venus (0,007) dan yang terbesar adalah Merkurius (0,2). Bumi kita sendiri mempunyai
eksentrisitas 0,017. Pada dasarnya planet–planet memiliki nilai eksentrisitas orbit yang kecil,
sehingga menjamin stabilitas posisinya dalam orbitnya masing–masing berdasarkan
perspektif hukum gravitasi universal. Sebaliknya asteroid atau komet umumnya memiliki
eksentrisitas besar (antara 0,3 hingga 0,7) sehingga relatif takstabil. Komet–komet tertentu
bahkan memiliki eksentrisitas 1 atau lebih besar, yang menjadikannya hanya mampu sekali
mendekati Matahari saja untuk kemudian terlontar keluar dari lingkungan tata surya kita,
menuju ke ruang antarbintang.

Secara matematis ellips dapat dituliskan sebagai berikut (dalam koordinat kutub) :

Dengan (r, θ) adalah koordinat kutub ellips, p adalah semi–lakusrektum dan ε adalah
eksentrisitas. Bagi tata surya kita, r adalah jarak dari matahari ke benda langit anggota tata
surya dan θ adalah sudut yang terbentuk antara benda langit tersebut dengan pada Matahari
pada titik tertentu dengan sumbu dimana benda langit tersebut terletak paling dekat ke
Matahari. Jarak terdekat tersebut dikenal sebagai perihelion, yang didefinisikan terjadi saat θ
= 0° sehingga persamaan matematis di atas akan berbentuk :
dengan q merupakan perihelion. Sedangkan jarak terjauh antara benda langit anggota tata
surya terhadap Matahari dikenal sebagai aphelion dan didefinisikan terjadi saat θ = 180°
sehingga persamaan matematisnya menjadi berbentuk :

dengan Q merupakan aphelion. Secara geometris, hasil penjumlahan antara q dan Q setara
dengan 2a, dimana a adalah setengah sumbu utama ellips. Sehingga diperoleh :

Jika nilai p ini dimasukkan ke dalam persamaan dasar ellips, maka kita memperoleh sebuah
persamaan matematis untuk ellips sebagai berikut :

Sementara nilai eksentrisitas ellips dapat ditulis ulang sebagai :


Gaya Gravitasi pada Gerak Planet
Advertisement

Gaya Gravitasi pada Gerak Planet – Di pembahasan Gaya Gravitasi pada Gerak Planet
akan dipaparkan Bukti hukum Newton, Kecepatan orbit planet dan Gerak Satelit.

Gaya Gravitasi pada Gerak Planet

1. Bukti hukum Newton

Dengan munculnya hukum gravitasi newton, maka hukum III Kepler dapat dibuktikan
kebenarannya. Atau dapat diartikan pula bahwa hukum III Kepler dapat memperkuat
kebenaran hukum Newton tentang gravitasi. Mengapa planet dapat mengelilingi matahari dan
tidak lepas dari orbitnya? Jawabannya adalah karena adanya gaya sentripetal. Gaya
sentripetal itulah yang berasal dari gaya gravitasi sesuai hukum Newton tersebut.
Perhatikan Gambar berikut ini

Gaya sentripetal berasal dari gaya gravitasi

Dari gambar tersebut dapat diperoleh:

Kecepatan gerak planet dapat memenuhi   , jika v di substitusikan ke persamaan


gaya di atas maka dapat diperoleh hubungan sebagai berikut.
Karena nilai G dan M adalah konstan maka dari persamaan di atas berlaku:

Hubungan terakhir ini sangat sesuai dengan hukum III Keppler

2. Kecepatan orbit planet


Agar planet dapat mengorbit dengan lintasan yang tetap dan tidak lepas maka selama
geraknya harus bekerja gaya sentripetal. Gaya sentripetal inilah yang berasal dari gaya
gravitasi sehingga dapat ditentukan kecepatan orbitnya seperti berikut.

jika

Jadi kecepatan orbitnya memenuhi persamaan di bawah.

g = Percepatan gravitasi di muka bumi

3. Gerak satelit
Satelit adalah benda langit yang mengorbit pada planet. Contohnya satelit bumi adalah bulan.
Saat ini pasti kalian sudah mengetahui bahwa telah dibuat banyak sekali satelit
buatan. Gerak-gerak satelit pada planet ini sangat mirip sekali dengan gerak planet mengitari
matahari. Sehingga hukum-hukum yang berlaku pada planet juga berlaku pada satelit.

Contoh Soal :

Matahari memiliki massa  dan jarak orbit bumi adalah  


dan  .  Berapakah kecepatan bumi mengelilingi matahari?
Jawaban

Diketahui

Ditanyakan

Penyelesaian

Kecepatan bumi mengelilingi matahari memenuhi persamaan


1. Jarak planet Neptunus adalah 2 kali jarak planet X ke matahari. Jika periode
planet X adalah 2 tahun, tentukan periode planet neptunus!
Diketahui: RN = 2RX
TX = 2 tahun
Ditanya: TN...?
Jawab: Tx2 / TN2 = Rx3 / RN3
TN2 = Tx2 . RN3 / Rx3
TN2 = (Tx2 . ( 2Rx3)) / Rx3
TN2 = ( 2 tahun)2 (8Rx3) / RX3
TN2 = (4 tahun2) (8)
TN2 = 32

Anda mungkin juga menyukai