Abstrak
Praktikum kali ini memiliki judul pengenalan alat ukur panjang. Dimana
kita akan mencari tahu bagaimana cara mengukur besaran dengan
menggunakan alat ukur. Pengukuran merupakan sebuah kegiatan dimana kita
mengukur sesuatu yang kemudian kita bandingkan nilainya yang tertera pada
alat ukur yang digunakan dengan besaran fisik benda. Alat ukur yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah mikrometer sekrup, jangka sorong,
dan mistar. Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur ketebalan benda atau diameter benda dan memiliki ketelitian sebesar
0,01 mm. Sedangkan jangka sorong adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur diameter dan mengukur bagian dalam dan luas suatu benda. Jangka
sorong memiliki keteliatian sebesar 0,1 mm. Mistar merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur benda yang berukuran sedang hingga besar dan
memiliki ketelitian sebesar 1 mm. Kita melakukan pengukuran manik manik
besar, kecil dan juga ketebalan wadah mikrometer sekrup sebanyak 10 kali.
Saat kita melakukan pengukuran seberapa dekat hasil pengukuran yang
dilakukan dengan nilai aslinya disebut dengan akurasi sedangkan seberapa jauh
perbedaan antara pengukuran pertama dengan berikutnya disebut dengan
presisi. Tidak ada pengukuran yang sempurna karena tiap pengukuran pasti
memiliki tingkat ketidakpastian, ketidakpastian nilai dapat diterima sebagai
beberapa satuan pada digit terakhir. Maka munculah yang dinamakan ralat,
ralat dibagi menjadi dua yaitu ralat sistematis, ralat yang dapat dihilangkan dan
ralat acak, ralat yang subernya alamai dan tidak dapat dikendalikan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur besaran panjang dengan
berbagai alat ukur panjang
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan mengukur sesuatu yang kemudian kita
bandingkan nilainya yang tertera pada alat ukur yang digunakan dengan besaran
fisik benda (Abdullah, 2016). Jika kita ingin melaporkan hasil pengukuran kepada
seseorang yang ingin mengulang pengukuran tersebut, kita perlu menetapkan
suatu standar.
Standar yang dipilih harus mudah diakses dan memiliki sifat yang dapat
diukur dengan reliabilitas yang baik. Penting juga bahwa standar pengukuran yang
digunakan oleh berbagai individu di berbagai tempat, bahkan di seluruh dunia,
menghasilkan hasil yang seragam. Selain itu, standar yang digunakan untuk
pengukuran tidak boleh mengalami perubahan seiring berjalannya waktu (Serway
& Jewett, 1983).
Nb: hal 18,19 (5,6) (Abdullah)
Nb: hal 40 (3) (Serway & Jewett)
2.4 Ketelitian
Ketelitian adalah istilah yang mengacu pada tingkat kesesuaian antara
berbagai pengukuran. Jika kita mengukur nilai variabel yang sama berulang kali
dan mendapatkan hasil yang serupa, maka alat pengukur tersebut dapat dianggap
memiliki tingkat ketelitian atau reproduksibilitas yang tinggi, dan ini
menunjukkan bahwa alat pengukur tidak mengalami penyimpangan (Poerwanto
dkk, 2008).
Kontaminasi logam dalam termokopel adalah salah satu dari banyak faktor
yang dapat menyebabkan penyimpangan nilai alat pengukur yang telah
dikalibrasi. Penyimpangan ini sering terjadi secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu dan mungkin sulit untuk diidentifikasi. Untuk menemukan penyimpangan,
alat pengukur harus diperiksa secara teratur dan kalibrasi ulang (Poerwanto dkk,
2008)
Nb: hal 10 (11)
XXXXXX
Sementara itu, skema alat dari jangka sorong adalah sebagai berikut.
XXXXXXXXXX