Anda di halaman 1dari 32

Pengenalan Alat Ukur Panjang (A0)

Caesar Bagas Abdillah


5008231027 / A0 / 29 September 2023
Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Abstrak
Praktikum kali ini memiliki judul pengenalan alat ukur panjang. Dimana
kita akan mencari tahu bagaimana cara mengukur besaran dengan
menggunakan alat ukur. Pengukuran merupakan sebuah kegiatan dimana kita
mengukur sesuatu yang kemudian kita bandingkan nilainya yang tertera pada
alat ukur yang digunakan dengan besaran fisik benda. Alat ukur yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah mikrometer sekrup, jangka sorong,
dan mistar. Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur ketebalan benda atau diameter benda dan memiliki ketelitian sebesar
0,01 mm. Sedangkan jangka sorong adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur diameter dan mengukur bagian dalam dan luas suatu benda. Jangka
sorong memiliki keteliatian sebesar 0,1 mm. Mistar merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur benda yang berukuran sedang hingga besar dan
memiliki ketelitian sebesar 1 mm. Kita melakukan pengukuran manik manik
besar, kecil dan juga ketebalan wadah mikrometer sekrup sebanyak 10 kali.
Saat kita melakukan pengukuran seberapa dekat hasil pengukuran yang
dilakukan dengan nilai aslinya disebut dengan akurasi sedangkan seberapa jauh
perbedaan antara pengukuran pertama dengan berikutnya disebut dengan
presisi. Tidak ada pengukuran yang sempurna karena tiap pengukuran pasti
memiliki tingkat ketidakpastian, ketidakpastian nilai dapat diterima sebagai
beberapa satuan pada digit terakhir. Maka munculah yang dinamakan ralat,
ralat dibagi menjadi dua yaitu ralat sistematis, ralat yang dapat dihilangkan dan
ralat acak, ralat yang subernya alamai dan tidak dapat dikendalikan.

Kata kunci: Pengukuran, ketelitian, alat ukur, ketidakpastian, error, ralat


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari kita akan berhadapan dengan berbagai macam
situasi. Seperti contoh suatu saat kita mungkin harus mengkomunikasikan sesuatu
objek kepada orang lain. Kita harus menginformasikan objek tersebut secara
lengkap dan rinci agar orang lain itu bisa paham. Misalnya kita mendeskripsiakn
sebuah truk, mobil, sepeda motor, jauhnya perjalanan, lamanya waktu, panasnya
suatu benda. Orang tersebut akan menanyai lebih lanjut mengenai seberapa besar
truk tersebut, berapa berat truk tersebut, berapa kecepatan mobil tersebut,
seberapa jauh perjalanannya, berapa suhu benda tersebut.
Pertanyaan tersebut akan muncul karena kurangya objek pelengkap. Objek
pelengkap ini dinyatakan dalam bentuk ukuran dan satuan sehingga objek yang
dideskripsikan akan memiliki arti luas. Misalnya truk dengan berat 50 ton,
kecepatan mobil 80 km/jam, jalanan yang ditempuh 10 km, suhu benda sebesar
50C. Maka dibutuhkan sebuah cara untuk menentukan objek pelengkap tersebut
yang dinamakan pengukuran. Kegiatan pengukuran tentunya membutuhkan yang
namanya alat ukur.
Alat ukur untuk panjang yang bisa digunakan adalah mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup. Mistar memiliki ketelitian yang kurang tinggi, biasanya
digunakan untuk mengukur panjang benda dengan ukuran yang besar, seperti
meja, kursi dan lain-lainnya. Jangka sorong dan mikrometer sekrup, digunakan
untuk mengukur benda dengan ukuran yang kecil. Jangka sorong biasanya
digunakan untuk mengukur diameter dalam, luar, kedalaman, ketebalan, panjang
dan lebar suatu benda. Diameter luar dan ketebalan suatu benda kecil di bawah
200 mm dapat diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaiana cara mengukur
besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur besaran panjang dengan
berbagai alat ukur panjang
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan mengukur sesuatu yang kemudian kita
bandingkan nilainya yang tertera pada alat ukur yang digunakan dengan besaran
fisik benda (Abdullah, 2016). Jika kita ingin melaporkan hasil pengukuran kepada
seseorang yang ingin mengulang pengukuran tersebut, kita perlu menetapkan
suatu standar.
Standar yang dipilih harus mudah diakses dan memiliki sifat yang dapat
diukur dengan reliabilitas yang baik. Penting juga bahwa standar pengukuran yang
digunakan oleh berbagai individu di berbagai tempat, bahkan di seluruh dunia,
menghasilkan hasil yang seragam. Selain itu, standar yang digunakan untuk
pengukuran tidak boleh mengalami perubahan seiring berjalannya waktu (Serway
& Jewett, 1983).
Nb: hal 18,19 (5,6) (Abdullah)
Nb: hal 40 (3) (Serway & Jewett)

2.2 Akurasi dan Presisi


Terdapat perbedaan antara akurasi dan presisi. Akurasi adalah seberapa
dekat besar pengukuran yang kita lakukan atau besarnya perhitungan yang kita
hitung dengan nilai aslinya. Contohnya, jika Anda melakukan pengukuran lebar
sebuah papan berulang kali dan memperoleh hasil seperti 8,81 cm, 8,85 cm, 8,78
cm, 8,82 cm, Anda bisa menyatakan bahwa pengukuran-pengukuran tersebut
memberikan tingkat ketelitian yang sedikit lebih baik dari 0,1 cm (Giancoli,
2014).
Presisi adalah istilah yang digunakan untuk mengindikasikan sejauh mana
instrumen bebas dari kesalahan. Apabila sejumlah besar pengukuran dilakukan
pada nilai yang sama menggunakan instrumen yang memiliki tingkat presisi
tinggi, maka variasi hasil pengukuran akan sangat minim (Morris, 2001).
Nb: hal 29 (8) (Giancoli)
Nb: hal 36 (17) (Morris)

2.3 Alat Ukur Panjang


2.3.1 Mistar
Mistar adalah alat yang digunakan untuk mengukur barang yang berukuran
sedang hingga besar dan memiliki ketilitian hingga 1 mm (Faradiba, 2020). Cara
mengukur menggunakan mistar yaitu mulai dengan meletakkan salah satu ujung
mistar sejajar dengan salah satu ujung objek yang akan diukur. Selanjutnya,
periksa skala yang berdekatan dengan ujung kedua objek tersebut pada mistar.
Skala ini akan memberikan informasi mengenai panjang objek yang diukur
(Abdullah, 2016)
Nb: hal 31(18)
Hal 58 (35)

2.3.2 Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur diameter dan mengukur bagian dalam dan luas suatu benda. Jangka
sorong memiliki batas ukur 10 cm dan memiliki ketelitian hingga 0,1 mm atau
0,01 cm. Bagian bagian dari jangka sorong sebagai berikut, skala utama, skala
vernier, rahang tetap, rahang gerak, kunci peluncur, kunci penggerak halud, dan
ruler (ekor) (Chusni, 2019)
Tata cara pemakaian jangka sorong adalah pertama menutup rapat kedua
rahang jangka sorong dan menggeser rahang agar posisi skala berada pada nol.
Selanjutnya, tempatkan benda yang akan diukur secara tepat di tengah area
pengukuran. Pastikan untuk mengunci jangka sorong agar skala tetap stabil.
Selanjutnya, baca nilai yang terdapat pada skala utama dan skala nonius dengan
cara mencari garis angka yang sejajar antara keduanya (n , 2019).
Nb: hal 5-8 (4-7)

2.3.3 Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
ketebalan benda, panjang, kedalaman dan diameter suatu lobang. Mikrometer
sekrup memiliki ketelitian yang tinggi yaitu 0,01 mm untuk mengukur benda kerja
pada jarak ukur tertentu yakni 0-25 mm, 25-50 mm, 50-75 mm (Chusni, 2019).
Bagian-bagian dari mikrometer sekrup terdiri dari poros tetap, poros geser,
pengunci, skala utama, skala nonius, pemutar, dan bingkai. Prosedur penggunaan
mikrometer sekrup adalah sebagai berikut: pertama, pastikan pengunci (lock nut)
berada dalam posisi terbuka, lalu putar rahang ke kiri pada skala putar untuk
membukanya. Selanjutnya, masukkan objek yang akan diukur ke dalam rahang
dan putar skala putar hingga tepat. Terakhir, putar pengunci (lock nut) hingga
skala putar tidak dapat digerakkan. Setelah selesai mengukur, keluarkan objek dan
baca hasil pengukuran (Chusni, 2019).
Nb: hal 13, 14, 17 ( 12, 13, 16)

2.4 Ketelitian
Ketelitian adalah istilah yang mengacu pada tingkat kesesuaian antara
berbagai pengukuran. Jika kita mengukur nilai variabel yang sama berulang kali
dan mendapatkan hasil yang serupa, maka alat pengukur tersebut dapat dianggap
memiliki tingkat ketelitian atau reproduksibilitas yang tinggi, dan ini
menunjukkan bahwa alat pengukur tidak mengalami penyimpangan (Poerwanto
dkk, 2008).
Kontaminasi logam dalam termokopel adalah salah satu dari banyak faktor
yang dapat menyebabkan penyimpangan nilai alat pengukur yang telah
dikalibrasi. Penyimpangan ini sering terjadi secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu dan mungkin sulit untuk diidentifikasi. Untuk menemukan penyimpangan,
alat pengukur harus diperiksa secara teratur dan kalibrasi ulang (Poerwanto dkk,
2008)
Nb: hal 10 (11)

2.5 Ketidakpastian Pengukuran


Tidak ada pengukuran yang sempurna karena setiap pengukuran memiliki
tingkat ketidakpastian. Salah satu faktor ketidakpastian yang paling signifikan
adalah kurangnya akurasi alat ukur itu sendiri dan kurangnya kemampuan kita
untuk memahami detail terkecil yang ditampilkan. Kita kadang-kadang tidak
dapat menjelaskan secara rinci tingkat ketidakpastian nilai yang diukur. Dalam hal
ini, kita menganggap bahwa ketidakpastian nilai dapat diterima sebagai satu atau
beberapa satuan pada digit terakhir yang ditampilkan (Giancoli, 2014).
Nb: hal 26-27 (5,6)
Dengan kata lain, ketidakpastian X mengacu pada rentang di mana nilai
output suatu kuantitas cenderung untuk bervariasi atau tidak tetap. Sebagai
contoh, jika kita memiliki Y sebagai nilai yang dihasilkan dari suatu proses
pengukuran dan ini merupakan hasil dari data input yang diukur, serta X adalah
ketidakpastian, maka kita dapat menyatakan bahwa nilai-nilai cenderung berada
dalam kisaran antara Y - X dan Y + X (Faradiba, 2020).
Nb: hal 77 (54)

2.6 Error dan Ralat


Dalam pengukuran, tidak dapat dihindari adanya ketidakpastian yang dapat
memengaruhi hasil akhir. Kehadiran ketidakpastian ini merupakan faktor penting
yang perlu diperhatikan dalam analisis data hasil pengukuran. Pada dasarnya ada
dua cara untuk menentukan ketidakpastian, yaitu ralat untuk pengukuran langsung
dan ralat untuk pengukuran tak langsung, yaitu untuk besaran fisis yang dihitung
Pada prinsipnya, terdapat dua metode untuk mengestimasi ketidakpastian, yaitu
kesalahan yang terkait dengan pengukuran langsung dan kesalahan yang terkait
dengan pengukuran tidak langsung (Faradiba, 2020).
Nb: hal 88 (65)
Ralat pengukuran langsung digunakan apabila nilai besaran fisis dapat
diukur langsung. Jika nilai besaran fisik dapat diukur secara langsung, kita dapat
memperoleh estimasi ketidakpastian hasil pengukuran dengan dua metode, yaitu
ketidakpastian sebesar setengah dari skala terkecil alat dan melalui perhitungan
ralat deviasi standar. (Faradiba, 2020).
Jika kita hanya melakukan pengukuran sekali (pengukuran tunggal) maka
1
kita bisa menggunakan ralat skala terkecil alat. Jika kita melakukan
2
pengukuran lebih dari sekali atau melakukan pengukuran berulang ulang.
Ketidakpastian untuk pengukuran ini menggunakan ralat deviasi standar. Maka
hasil ukur dapat di nyatakan dengan rumus:
X =( X ± ∂ ) satuan
Dengan X adalah besaran pengukuran setelah ralat, Xaksen adalah besaran
hasil pengukuran, dan sigma adalah besaran ralat
Dalam situasi di mana kita harus menentukan nilai besaran fisik melalui
rumus atau perhitungan, bukan dengan pengukuran langsung, kita dapat
mengestimasi ketidakpastian dengan menggunakan metode perambatan ralat
(error propagation) (Faradiba, 2020).
Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan ralat maka dapat
dikelompokkan menjadi dua kelas ralat, yaitu ralat sistematis dan ralat acak. Ralat
sistematis adalah ralat yang sumber kesalahannya dapat dipelajari secara
sistematis, dapat diprediksi, dan bahkan bisa dihilangkan. Ralat acak merupakan
ralat yang terjadi secara acak yang berfluktuasi secara statistik pada hasil ukur.
Sumber dari ralat ini tidak bisa dikendalikan karena sifatnya muncul secara alami
dan melekat pada saat pengukuran (Arkundato & Pandiangan, 2018)
Hal: 13
BAB 3
3.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini, peralatan dan bahan yang diperlukan adalah satu
buah mistar centimeter, satu buah jangka sorong, satu buah mikrometer sekrup,
satu buah manik-manik atau kelereng, dan satu buah buku. Mistar centimeter
digunakan untuk mengukur diameter manik-manik atau kelereng serta mengukur
ketebalan buku. Mikrometer sekrup berperan dalam pengukuran diameter suatu
objek, sementara jangka sorong berfungsi sebagai alat pengukur panjang suatu
benda. Manik-manik atau kelereng digunakan sebagai bahan percobaan untuk
mengukur diameter, dan buku digunakan sebagai bahan percobaan untuk
mengukur ketebalan buku.

3.2 Skema Alat


Adapun skema alat dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut.

XXXXXX

Sementara itu, skema alat dari jangka sorong adalah sebagai berikut.

XXXXXXXXXX

3.3 Langkah Kerja


3.3.1 Mengukur Diameter Manik-Manik
Adapun cara kerja dalam mengukur diameter manik-manik adalah pertama-
tama mulailah ukur diameter manik-manik dengan micrometer sekrup. Lakukan
pengukuran tersebut dengan orang yang berbeda. Kemudian, lakukan pengukuran
hingga 5 kali. Jangan lupa untuk menuliskan data yang didapat pada tabel data.
Ulangi langkah-langkah tersebut dengan menggunakan jangka sorong serta mistar.
3.3.2 Mengukur Tebal Buku
Adapun langkah-langkah dari mengukur tebal buku adalah ukurlah tebal
kertas dengan micrometer sekrup. Lakukan pengukuran oleh orang-orang yang
berbeda. Jangan lupa untuk melakukan pengukuran sebanyak 5 kali berturut-turut.
Hal yang paling penting adalah menuliskan data yang didapat pada tabel data yang
telah disiapkan. Langkah terakhir adalah ulangi langkah-langkah diatas
menggunakan jangka sorong dan mistar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajudin. (2016). Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Arkundato, Artoto dan Paken Pandiangan. (2018). Ketidakpastian dan Pengukuran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Chusni, Muhammad. (2019). Pengenalan Alat Ukur. Bandung: UIN Sunan Gunug
Djati.
Faradiba. (2020). Buku Materi Pembelarajan Metode Pengukuran Fisika. Jakarta:
Universitas Kristen Indonesia.
Giancoli, Douglas. (2014). PHYSICS PRINCIPLES WITH APPLICATIONS (7th
ed). United State of America: Pearson Education.
Morris, Alan. (2001). Measurement & Instrumentation Principles. Great Britain:
Red elsevier.
Poerwanto, Juliza Hidayanti, dan Anizar. (2008). Instrumentasi & Alat Ukur.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Serway, Raymond dan John W. Jewett. (1983). PHYSICS for Scientists and
Engineers with Modern Physics. United States of America: Thomson
Learning.

Anda mungkin juga menyukai