PENDAHULUAN
I.1`Latar Belakang
Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan
atau formulasi yang jelas. Pengukuran dapat didefinisikan sebagai proses sistematis
untuk mengevaluasi dan membedakan apa yang sedang diukur. Pengukuran
disesuaikan dengan aturan tertentu.. Ketidaksesuaian antara skala Pengukuran yang
dilakukan menggunakan operasi matematika/peralatan statistik dapat menghasilkan
kesimpulan yang bias dan tidak akurat/relevan [1].
Oleh karena itu dasar ketidakpastian pengukuran penting untuk dipelajari untuk
dapat memastikan atau meyakinkan seberapa akurat atau terpercayanya hasil
pengukuran yang kita lakukan. Sehingga penting bagi pratikan melakukan uji coba
pengukuran secara berulang agar hasil pengukuran menjadi lebih akurat, dapat
dibuktikan kebenarannya mengenai kesalahan yang terjadi pada pengukuran.
1
I.2 Ruang Lingkup
I.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Ketidakpastian
Sebagai contoh, hasil pengukuran tetapan Hubble oleh seorang fisikawan disajikan
sebagai (71 ± 4) km.dt-1.Mpc-1. Artinya, menurut orang yang melakukan pengukuran,
nilai tetapan Hubble yang sesungguhnya berada di antara nilai 67 km.dt -1.Mpc-1
sampai nilai 75 km.dt-1.Mpc-1. Jadi, semakin besar ralat yang dituliskan merupakan
pertanda semakin besar pula keraguan orang yang melakukan pengukuran akan hasil
pengukurannya sendiri. Dan sebaliknya, semakin kecil ralat yang dituliskan semakin
yakinlah orang yang melakukan pengukuran akan hasil pengukurannya.
Besar kecil nya ralat dapat pula dipahami sebagai kepastian pengukuran. Semakin
besar ralatnya, semakin kurang oasti oengukuran yang dilakukan. Sebaliknya , semakin
kecil ralatnya, semakin pasti pengukurannya. Besar kecilnya ralat tergantung dari beberapa
faktor : kualitas alat, kemampuan orang yang melakukan pengukuran dan jumlah pengukuran
yang dilakukan. Untuk mengukur ketebalan buku ini, misalnya, pemakaian jangka sorong
akan memberikan hasil yang lebih pasti ketimbang pemakaian penggaris biasa. Pengukuran
yang diulang akan memberikan pembanding bagi data hasil pengukuran sebelumnya dan ini
pada gilirannya akan meningkatkan kepastian. Cara menentukan ralat sangat bervariasi,
bergantung pada cara pengukuran dan alat ukur yang dipakai.[3].
II.2 Pengukuran
a. Pengukuran Tunggal
Pengukuran atau pengamatan yang dilakukan sekali saja untuk mengukur suatu
besaran tertentu, disebut pengukuran tunggal
b. Pengukuran Berulang
Pengukuran yang dilakukan beberapa kali untuk mengukur suatu besaran
tertentu,disebut pengukuran berulang
3
a. Pengukuran Statis
Pengukuran dikatakan statis jika keluaran yang dihasilkan tetap ( konstan) selama
periode yang relatif lama. Contoh misalnya pengukuran massa dan pengukuran
panjang.
b. Pengukuran Dinamis
Pengukuran dikatakan dinamis jika keluaran yang dihasilkan berubah sebagai fungsi
waktu. Contoh misalnya pengukuran fluks magnetik dengan menggunakan
galvanometer balistik [3].
Ketika melakukan pengukuran suatu besaran fisika, dibutuhkan alat ukur untuk
membantu mendapatkan data hasil pengukuran
a. Mistar
Mistar, atau yang lebih dikenal dengan sebutan penggaris adalah alat yang digunakan
untuk mengukur barang yang berukuran sedang & berukuran besar. Mistar ini dapat
mengukur dengan ketelitian hingga 1 mm
b. Jangka sorong
Jangka Sorong atau dalam bahasa asing disebut vernier caliper adalah alat yang
digunakan untuk mengukur besaran panjangyang terdiri atas rahang tetap yang
memiliki skala utama dan rahang geser yang memiliki skala nonius. Alat ini memiliki
tingkat ketelitian sampai dengan 0,01 mm dan dapat mengukur panjang benda sampai
20 cm
c. Mikrometer Sekrup
`Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda
yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang kecil.
Mikrometersekrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai
tempat skala utama yang akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini
sifatnya tetap dan tidak dapat digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya
sebagai skala nonius yang dapat diputar-putar untuk menggerakkan selubung ulir
5
supaya dapat menyesuaikan dengan benda yang diukur, dan selubung ulir yang
fungsinya sebagai bagian yang dapat digerakkan dengan cara memutar-mutar
selubung luar sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk benda yang diukur.
Mikrometer skrup ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,01 mm [4].
Misalkan arus dalam rangkaian diukur dengan skala miliamperemeter dari jarum
penunjuk tampak pada gambar 2 berikut
Nilai arus yang terbaca lebih dari 3,5 mA tetapi kurang dari 3,7 mA. Maka yang
dilaporkan adalah:
I = (3,60± 0,05) mA
Penulisan yang dilaporkan menunjukkan bahwa nilai sebenarnya kuat arus itu tidak
diketahui. Kita hanya menduga bahwa arus itu sekitar 3,55 dan 3,65 mA. Berapa
tepatnya? dengan satu kali pengukuran saja kita tidak tahu. Arus itu mungkin 3,58
mA, mungkin 3,63 mA, bahkan mungkin 3,565 mA. Tidak seorang pun yang tahu
nilai sebenarnya. Dengan cara menulis demikian pengamat hanya ingin menyatakan
arus itu dipercaya tidak kurang dari 3,55 mA ataupun lebih dari 3,65 mA [5].
DAFTAR PUSTAKA
[3] Rosyid MF, Firmansyah E, Prabowo YD. FISIKA DASAR Jilid 1: Mekanika.
Yogyakarta: Penerbit Periuk; 2014.
[4] Faradiba. Metode Pengukuran Fisika. Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Penddikan Universitas Kristen Indonesia. 2020.
[5] Riskawati, Nurlina, Karim R. ALAT UKUR & PENGUKURAN. Makassar: LPP
UNISMUH MAKASSAR; 2018
7
LAMPIRAN
[1]
9
[2]
[3]
11
13
15
[4]
17
[5]
19