Anda di halaman 1dari 38

2022

PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

DEPARTEMEN FISIKA
UNIVERSITAS JAMBI

i
KATA PENGANTAR
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I ini ditujukan untuk mahasiswa tingkat pertama
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Penuntun ini bukan merupakan buku teks
pelajaran fisika, tetapi merupakan petunjuk persiapan untuk melaksanakan praktikum. Oleh
karena itu, teori yang ditulis pada buku ini sengaja dibuat singkat, hanya sekedar untuk
memberi gambaran permasalahan yang berkaitan dengan eksperimen. Sebelum melakukan
praktikum di laboratorium , mahasiswa diharapkan membaca literatur yang lebih lengkap dan
luas dari buku-buku teori fisika maupun buku-buku peralatan praktikum yang dipandang perlu.
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna sehingga segala
bentuk masukan yang kontruktif sangat diharapkan dalam pengembangan dan perbaikan
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I ini di masa yang akan datang.

Jambi, Agustus 2022

Tim Fisika Dasar

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Pendahuluan 1

Modul 1. Pengukuran 6

Modul 2. Koefisien Gesek 12

Modul 3. Viskositas 17

Modul 4. Percobaan Bernoulli 21

Modul 5. Konstanta Pegas 24

Modul 6. Bandul Sederhana 29

Daftar Pustaka 33

iii
P ENDAHULUAN

Pengukuran merupakan kegiatan yang penting dalam disiplin ilmu sains. Di dalam
percobaan fisika, hasil-hasil pengukuran yang diperoleh biasanya tidak diterima dengan
begitu saja, karena hasil percobaan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan
keberhasilan dan kebenarannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan manusia dan ketelitian
alat-alat yang berbatas.
Hasil pengukuran dan percobaan tersebut dapat diterima bila harga besaran yang
diukur dilengkapi dengan batas-batas penyimpang yang disebut dengan ketidakpastian. Tapi
selama hasil itu terdapat dalam interval 𝑥 + ∆ 𝑥 , percobaan kita memiliki arti dan dapat
dipertanggungjawabkan ( 𝑥 di sini adalah ketidakpastian yang disebabkan keterbatasan alat).

A. Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang merupakan


pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan
pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif.
Melakukan percobaan dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-
gejala alam kemudian melakukan pengukuran. Sebelum melakukan percobaan, maka setiap
orang hendaknya memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pengukuran. Tanpa
memahami pengukuran, besar kemungkinan dalam melakukan percobaan akan banyak
terjadi kesalahan.

B. Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung


Di tinjau dari cara pengukurannya, besaran-besaran fisika ada yang diukur secara
langsung dan ada (lebih banyak) yang diukur secara tidak langsung.
• Pengukuran langsung adalah pengukuran sesuatu besaran yang tidak bergantung
pada pengukuran besaran-besaran lain. Contoh : Mengukur panjang tongkat dengan
mistar atau mengukur waktu dengan stopwatch. Jadi pengukuran suatu besaran
secara langsung adalah membandingkan besaran tersebut secara langsung dengan
suatu besaran acuan.

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 1


• Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran besaran fisika dengan cara tidak
langsung membandingkannya dengan besaran acuan, akan tetapi dengan besaran-
besaran lain. Contohnya: mengukur suhu dengan cara mengukur perubahan volume
air raksa, mengukur berat benda dengan cara mengukur pertambahan panjang
pegas, mengukur kecepatan, kalor, dll.

C. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran


1. Ketepatan (Keakuratan)
Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan menghasilkan
harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran
dikatakan ”akurat”. Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang
sebenarnya.
2. Ketelitian (Kepresisian)

Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran disebut
presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda).

Gambar 1. Ilustrasi keakuratan dan presisi


Keterangan :
• Gambar (a) :
Pengukuran presisi, mengumpul pada daerah tertentu, presisi tapi tidak akurat.
• Gambar (b) :
Pengukuran akurat, menyebar sekitar harga sebenarnya berada di luar daerah
sebenarnya, akurat tapi tidak presisi.
• Gambar (c) :
Pengukuran akurat dan presisi sebab menyebar di sekitar harga sebenarnya dan tiap
pengukuran mengumpul pada daerah harga sebenarnya.

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 2


D. Ketidakpastian Pengukuran

1. Jenis dan Sumber Ketidakpastian


Ada beberapa jenis kesalahan atau ketidakpastian dalam suatu percobaan, diantaranya:
1.1 Ketidakpastian Bersistem
Yaitu kesalahan yang bersumber dari pemakaian alat ukur yang besarnya konstan,
sering disebut kesalahan konstan (constant error)
ketidakpastian bersistem ini dapat terjadi karena :
a. Kesalahan kalibrasi alat ;
b. dapat diketahui dengan membandingkannya dengan alat yang lain.
c. Kesalahan titik nol (KTN).
d. Kerusakan komponen alat, misalnya pegas yang telah lama dipakai sehingga
menjadi tidak elastis lagi.
e. Gesekan.
f. Kesalahan paralaks (penglihatan).
g. Kesalahan karena keadaan saat bekerja, kondisi alat pada saat dikalibrasi berbeda
dengan kondisi pada saat alat bekerja.

1.2 Ketidakpastian Random (Acak)


Disebut juga kesalahan kebetulan, karena pengulangan pengukuran yang selalu
memberikan hasil yang berbeda dengan harga yang sebelumnya. Sumber-sumber
ketidakpastian acak ini antara lain :
a. Kesalahan menaksir bagian skala.

b. Sumber pertama ketidakpastian pada pengukuran adalah keterbatasan skala alat


ukur. Harga yang lebih kecil dari nilai skala terkecil alat ukur (NST) tidak dapat lagi
dibaca, sehingga dilakukan taksiran. Artinya, ada suatu ketidakpastian pada hasil
pengukuran.
Ada 3 (tiga) faktor penentu dalam hal penaksiran, yaitu :
• Jarak fisis (Physical Distance) antara dua goresan yang berdekatan.
• Halus atau kasarnya jarum penunjuk.
• Daya pisah (Resolving Power) mata manusia.

c. Keadaan yang berfluktuasi, artinya keadaan yang berubah cepat terhadap waktu.
Misalnya, kuat arus listrik, tegangan jala-jala PLN, dan sumber tegangan lain yang

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 3


selalu berubah-ubah secara tidak teratur.
d. Gerak acak (gerak Brown) molekul-molekul udara. Gerak ini menyebabkan
penunjukan jarum dari alat ukur yang sangat halus menjadi terganggu.
e. Landasan yang bergetar.
f. Bising (noise), yaitu gangguan pada alat elektronik yang berupa fluktuasi yang cepat
pada tegangan karena komponen alat yang meningkat temperatur kerjanya.
g. Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari angkasa luar.

2. Analisis Ketidakpastian Pengukuran

Ketidakpastian menunjukkan seberapa dekat hasil pengukuran mendekati nilai


sebenarnya. Semakin kecil nilainya maka semakin dekat hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya. Pada pengukuran berulang dikenal istilah ketidak pastian relatif, yaitu
perbandingan ketidakpastian pengukuran berulang dengan nilai rata-rata pengukuran.
∆𝑥
ketidakpastian relatif = ∗ 100%
𝑥

Nilai ketidakpastian relatif menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada
laporan hasil pengukuran.
Terdapat dua jenis ketidakpastian pengukuran, yaitu pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang. Hasil ukur dari pengukuran tunggal dan pengukuran berulang
ditulis ke dalam bentuk (𝑥 ± ∆𝑥) dimana pada pengukuran tunggal nilai 𝑥 merupakan
angka pasti sebuah pengukuran dan ∆𝑥 merupakan nilai ketidakpastiannya
2.1 Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Pada pengukuran tunggal, nilai yang dijadikan pengganti nilai benar adalah hasil
pengukuran itu sendiri. Pada pengukuran tunggal ketidak pastian Δx disebut
ketidakpastian mutlak dan ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala
terkecil (nst) instrumen yang digunakan.
1
∆𝑥 = . 𝑁𝑆𝑇 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑢𝑘𝑢𝑟
2

Contoh :
Misalkan seorang pengamat mengukur panjang pensil menggunakan mistar diperoleh
nilai sebesar 20 cm ( x= hasil pengukuran ). Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm atau
0.1 cm (nst) maka

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 4


1 1
∆𝑥 = 2. NST = 2 . 0.1 = 0,05 cm

L = 𝑥 ± ∆𝑥 = 20 ± 0.05 𝑐𝑚 (selalu ingat samakan satuannya)


Hasil pengukuran tunggal ini dituliskan sebagai L = 𝟐𝟎 ± 𝟎. 𝟎𝟓 𝒄𝒎
2.2 Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, harus dilakukan pengukuran
secara berulang. Pengulangan seharusnya diadakan sesering mungkin, makin sering makin
baik, namun perlu dibedakan antara pengulangan beberapa kali (2 atau 3 kali saja) dan
pengulangan yang cukup sering (10 kali atau lebih). Untuk pengukuran berulang maka
nilai sebenarnya dapat dituliskan dengan nilai rata-rata dari data yang diperoleh ( 𝑥 ).
Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya (∆𝑥) dapat digantikan oleh nilai simpangan baku
nilai rata-rata sampel. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

𝑥1 + 𝑥2+ 𝑥3+. . .+ 𝑥𝑛 𝛴𝑥𝑖


𝑥= =
𝑁 𝑁

𝛴𝑥𝑖 2 − 𝑁(𝛴𝑥𝑖 )2
∆𝑥 = √
𝑁−1

Keterangan:

x : hasil pengukuran yang mendekati nilai benar


Δx : ketidakpastian pengukuran
N : banyaknya pengukuran yang dilakukan.

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 5


1

P ENGUKURAN

1. Tujuan Percobaan
▪ Mempelajari penggunaan berbagai alat ukur
▪ Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
▪ Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam pengolahan
hasil pengukuran.

2. Dasar Teori
Suatu pengukuran yang akurat dan presisi sangat bergantung pada metode pengukuran
dan alat ukur. Hasil pengamatan yang baik akan berarti atau bermanfaat jika pengolahan
dikerjakan secara tepat. Oleh karena itu harus ada pengetahuan yang lengkap tentang
presisi pengukuran, cara analisis, teori ralat, dan statistik. Suatu pengukuran selalu disertai
oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai
Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan
pengamat.
Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam pratikum ini adalah jangka sorong,
micrometer sekrup, neraca teknik, penggaris, busur derajat, thermometer, dan stopwatch.
Masing – masing alat ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk
membaca hasil yang terukur.
2.1 Penggaris/ Mistar
Penggaris sering digunakan untuk mengukur panjang suatu benda yang tidak terlalu
memerlukan keakuratan, dan biasanya dipakai untuk pengukuran dalam kehidupan sehari-
hari. Penggaris biasanya memiliki ketelitian sebesar 1 mm.

2.2 Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur yang ketelitiannya 0.1 mm. Bahkan, jangka sorong
yang terbaru dapat mengukur hingga ketelitian 0.02 mm. Terdiri dari dua bagian, bagian
diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 6


dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka
sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.

Kegunaan jangka sorong adalah:


• untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
• untuk mengukur sisi/ diameter dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya);
• untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur.

Gambar 1.1 Jangka Sorong

2.3 Mikrometer sekrup


Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang yang memiliki tingkat
ketelitian cukup tinggi. Tingkat ketelitian mikrometer sekrup mencapai 0,01mm. Dengan
tingkat ketelitian yang baik mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur dimensi
luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau maupun kawat.

Gambar 1.2 Mikrometer sekrup

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 7


2.4 Neraca Ohaus
Pengukuran massa pada umumnya dilakukan dengan menggunakan neraca. Ada
beberapa jenis neraca, antara lain neraca Ohaus, neraca lengan, neraca langkah, neraca
pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Salah satu jenis neraca yang sering
digunakan di laboratorium adalah neraca lengan. Neraca Ohaus serupa dengan neraca dua
lengan. Namun, timbangan sudah terpasang pada neraca. Penentuan massa benda hanya
dilakukan dengan menggeser sejumlah anak timbangan yang telah berada pada lengan
neraca. Massa benda yang itimbang sama dengan jumlah massa anak timbangan yang
digeser pada lengan. Ketelitian pengukuran ditentukan oleh massa anak timbangan terkecil.
2.5 Termometer
Termometer merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu atau
temperatur. Termometer menggunakan zat yang mudah berubah sifat akibat
perubahan suhu (sifat termometrik benda). Raksa (Hg) dan alkohol mudah memuai akibat
perubahan suhu, sifat termometrik inilah yang dipakai pada termometer zat cair.
2.6 Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam kegiatan. Stopwatch ada dua macam yaitu stopwatch analog dan
stopwatch digital.

3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Mistar Balok
Jangka Sorong Selinder
Mikrometer Sekrup Bola baja
Neraca Ohaus Kertas Karton
Termometer Air
Stopwatch Wadah air/ gelas ukur
Pemanas air

4. Prosedur Percobaan
4.1 Pengukuran Panjang Menggunakan Jangka Sorong dan Mistar
1. Siapkan jangka sorong beserta bahan-bahan yang akan diukur
2. Tentukan skala nonius dari jangka sorong yang digunakan
3. Tentukan skala terkecil dari jangka sorong yang digunakan

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 8


4. Ukur panjang balok menggunakan jangka sorong lalu catat hasil pengukuran pada tabel
1, ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
5. Ukur lebar balok menggunakan jangka sorong lalu catat hasil pengukuran pada tabel 1,
lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
6. Ukur tinggi balok menggunakan jangka sorong lalu catat hasil pengukuran pada tabel 1,
lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
7. Ulangi langkah 4 s.d 5 dengan alat ukur Mistar dan catat hasil pengukuran pada tabel 2

4.2 Pengukuran Ketebalan dan Diameter Benda Menggunakan Mikrometer


1. Siapkan mikrometer sekrup beserta bahan-bahan yang akan diukur
2. Tentukan skala nonius dari mikrometer yang digunakan
3. Tentukan skala terkecil dari mikrometer yang digunakan
4. Ukur tebal kertas karton menggunakan mikrometer lalu catat hasil pengukuran pada
tabel 3, lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
5. Ukur diameter bola kecil menggunakan mikrometer lalu catat hasil pengukuran pada
tabel 3, lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali

4.3 Pengukuran Massa Jenis Benda Padat


1. Menentukan NST masing-masing neraca yang digunakan
2. Catatkan dimensi panjang, lebar, tinggi balok serta diameter bola berdasarkan
pengukuran panjang sebelumnya pada tabel 4.
3. Mengukur massa balok dan bola (yang digunakan pada pengukuran panjang) sebanyak
3 kali secara berulang. Catat hasil pengukuran yang telah dilakukan pada tabel 4.

4.4 Pengukuran Suhu Menggunakan Termometer


1. Perhatikan berapakah batas ukur termometer yang disediakan
2. Berapakah skala terkecil dari termometer tersebut
3. Berapakah ketelitian pengukuran dari termometer
4. Jelaskan fungsi benang yang ada pada termometer
5. Ambillah gelas ukur, isi gelas ukur tersebut dengan air, kemudian ukurlah suhu air
tersebut dengan menggunakan termometer! Berapakah suhu air tersebut

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 9


4.5 Pengukuran Waktu Menggunakan Stopwatch
1. Ambillah stopwatch, amatilah kemudian sebutkan bagian – bagian yang ada dalam
stopwatch tersebut
2. Berapakah skala terkecil masing – masing bagian skala yang ada dalam stopwatch
tersebut
3. Pegang nadi anda lalu hitung waktu yang dibutuhkan untuk 10 kali denyut nadi.
Nyatakan hasilnya dalam satuan sekon dan jam.

5. Data Percobaan
Tabel 1.1 Pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong
Pen gukuran X1 X2 X3 X4 X5 Rata –Rata
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Panjang
Lebar
Tinggi

Tabel 1.2 Pengukuran panjang dengan menggunakan mistar


Pengukuran X1 X2 X3 X4 X5 Rata –Rata
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Panjang
Lebar
Tinggi

Tabel 1. 3 Pengukuran ketebalan bahan menggunakan mikrometer sekrup


Pengukuran X1 X2 X3 X4 X5 Rata –Rata
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Tebal 1
Tebal 2
Tebal 3

Tabel 1.4 Pengukuran massa jenis benda padat


Benda Dimensi Massa
p= 1
Balok l= 2
t= 3
diameter 1
Bola 2
3

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 10


6. Evaluasi
1. Hitung volume benda pada percobaan pengukuran jangka sorong beserta
ketidakpastiannya
2. Hitung volume benda pada percobaan penggukuran mistar beserta ketidakpastiannya
3. Bandingkan dari berbagai metode pengukuran mana yang lebih baik
4. Buat analisis dan beri kesimpulan dari percobaan-percobaan ini
5. Tentukan NST dari neraca Ohaus , termometer dan stopwatch
6. Bagaimana menentukan NST dari alat ukur digital
7. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 11


2
K OEFISIEN GESEK

1. Tujuan Percobaan
▪ Mempelajari gaya gesek
▪ Menentukan koefisien gesekan statis dan kinetik suatu benda

2. Dasar Teori
Gaya gesekan timbul dan bekerja pada bidang kontak (persentuhan) dari dua benda yang
bergerak berlawanan arah. Agar sebuah benda dapat bergerak, dibutuhkan gaya yang sama
besar atau melebihi gaya gesekan.

2.1 Koefisien Gesekan Statis


Beban yang digantungkan melalui suatu katrol akan mengakibatkan adanya tegangan T
pada tali (Gambar 3.1). Besar tegangan ini merupakan gaya yang menarik balok (massa tali
diabaikan). Benda yang berada di atas papan akan mengalami gaya gesekan fs yang arahnya
berlawanan dengan arah gerakan benda.

N
T
fs
T

W0 = m0 g

W1 = m 1g

Gambar 3.1. Balok bergerak di atas permukaan meja

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 12


Gaya gesekan antara dua permukaan yang saling diam satu terhadap yang lain disebut
gaya gesekan statis. Selama gaya penggerak lebih kecil dari batas maksimum dari gaya gesekan
statis maka benda tetap diam. Begitu gaya penggerak melampaui batas gaya gesekan statis
maksimum maka benda mulai bergerak.
Pada saat balok tepat akan meluncur, besar gaya gesekan fs. Balok mengerjakan gaya
tekan pada permukaan bidang papan, akibatnya permukaan papan melakukan gaya reaksi
(gaya normal N) yang besarnya sama dengan gaya tekan oleh balok tetapi arahnya
berlawanan. Perbandingan besarnya gaya gesekan statis fs maksimum dengan gaya normal N
disebut koefisien gesekan statis µs dari permukaan suatu bidang. Berdasarkan sejumlah
percobaan, gaya gesekan statis memenuhi:

f s   s .N

2.2 Koefisien Gesekan Kinetik


Ketika benda sudah bergerak maka gesekan berubah menjadi gaya gesekan kinetik. Jika
benda diletakkan di atas permukaan bidang miring, benda akan meluncur dengan
percepatan tertentu (Gambar 3.2).

fs

W sin
W cos
 W

Gambar 3.2 Benda meluncur di atas permukaan yang miring

Benda akan meluncur bila gaya 𝑊 sin 𝛼 lebih besar dari gaya gesekan fs. Pada saat
meluncur :
𝑊 sin 𝛼 = 𝑓𝑘

sedangkan gaya normal N besarnya adalah :


𝑁 = 𝑊 cos 𝛼

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 13


(3)

Pada Gambar 3 terlihat bahwa balok akan meluncur ke atas bila gaya F lebih besar dari
W sin + f s sedangkan gaya normal N = W cos  .

W sin
fs W cos F = m1g
 W = m0g

Gambar 3.3 Benda meluncur ke arah atas bidang miring.

3. Alat dan Bahan


• Papan Luncur
• Balok kayu
• Tali dan katrol
• Seperangkat anak timbangan
• Busur derajat dan mistar

4. Prosedur Percobaan
A. Koefisien Gesekan Statis
1. Letakkan papan peluncur pada posisi horizontal seperti Gambar 1. Gunakan
waterpass.
2. Pasang katrol pada salah satu ujung papan.
3. Timbanglah massa balok m 0 kemudian ikatkan balok dengan tali

4. Letakkan balok tersebut di atas bidang papan luncur.


5. Beri beban m 1 pada tali. Beban merupakan gaya yang bekerja pada balok. Catat hasil
pengamatan pada tabel 3.1

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 14


6. Tambahkan massa beban m 1' pada m 1 secara bertahap sampai balok tepat pada saat
meluncur (lakukan 5 kali).
B. Koefisien Gesekan Kinetis

1. Timbanglah massa balok m 0 dan letakkan balok di atas bidang papan peluncur yang

miring (Gambar 3).


2. Beri beban m1 pada tali. Beban merupakan gaya yang bekerja pada balok.

3. Tambahkan massa beban m1' pada m1 secara bertahap sampai balok tepat meluncur.
Amati dengan teliti gerakan balok dan ukur waktu lamanya balok meluncur di atas
bidang miring (lakukan 5 kali).
4. Tentukan juga panjang bidang miring yang dilalui oleh balok daan ulangi percobaan
lima kali dengan mengubah kemiringan papan.
5. Catat semua data pengamatan pada Tabel 3.2

5. Data Percobaan
Tabel 3.1 Koefisian gesekan statis
No Massa Balok Beban Percepatan Gaya yang bekerja Koefesien Gesek
(gram) (gram) gravitasi (Newton)

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 15


Tabel 3.2 Koefisien gesekan kinetis
No Massa Balok Beban Percepatan Gaya yang bekerja Koefesien Gesek
(gram) (gram) gravitasi (Newton)

6. Evaluasi
A. Koefisien gesekan statis
1. Plotlah grafik hubungan antara gaya tegangan pada tali T dengan gaya normal N.
2. Tentukan koefisien gesekan statis dari grafik.
B. Koefisien gesekan kinetis
1. Plotlah grafik hubungan antara gaya penggerak F dengan gaya normal N.
2. Tentukan koefisien gesekan kinetis dari grafik.
Catatan: Grafik harus digambar pada kertas millimeter.

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 16


3
V ISKOSITAS

1. Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien kekentalan zat cair menggunakan Hukum Stokes

2. Dasar Teori
Viskositas adalah besaran yang mengukur kekentalan fluida. Salah satu cara
menentukan koefisien viskositas fluida dengan menggunakan Hukum Stokes. Benda yang
dijatuhkan ke dalam zat cair tanpa kecepatan awal akan mendapatkan percepatan dari
gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut serta mendapat gaya gesekan yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak benda.

Gambar 4.1 Gerak benda dalam fluida

dengan FA adalah gaya apung (gaya Archimedes) dan Fs adalah gaya gesekan atau gaya
gesek. Menurut hukum Stokes, gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola pejal yang
bergerak dalam zat cair yang kental adalah :

𝐹𝑠 = 6 𝜋 𝑟 𝜂 𝑣 ………….…………………………………………….(4.1)

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 17


dimana, FS = Gaya gesekan zat cair (kg.m.s-2)
𝜂 = koefesian kekentalan zat cair (N.m-2.s atau kg.m-1.s-1 )
r = jari-jari bola pejal (meter)
𝑣 = kecepatan gerak benda dalam zat cair

Selain gaya gesekan zat cair, kita juga sudah mengenal gaya berat dan gaya
Archimedes. Ketika benda mencapai kecepatan terminal, ketiga gaya di atas memenuhi
persaman :
𝑊 = 𝐹𝐴 + 𝐹𝑆 .......................................................... (4.2)

dimana besarnya gaya angkat Archimedes :


4𝜋
𝐹𝐴 = 𝜌𝑓 𝑉𝑔 = 𝜌𝑓 ( 3 𝑟 3 ) 𝑔 .......................................... (4.3)

dengan mensubstitusikan persamaan 4.1 dan 4.1 ke dalam persamaan 4.2 maka
diperoleh:
4𝜋 4𝜋
𝜌𝑏 ( 3 𝑟 3 ) 𝑔 = 𝜌𝑓 ( 3 𝑟 3 ) 𝑔 + 6 𝜋 𝑟 𝜂 𝑣

4𝜋 3
𝑟 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 ) = 6 𝜋 𝑟 𝜂 𝑣
3

Sehingga koefisien viskositas dinyatakan oleh:

2𝑟 2(𝜌𝑏 −𝜌𝑓)𝑔
𝜂= .............................................. (4.4)
9𝑣

Massa jenis bola, massa jenis fluida, dan jari-jari bola sudah tertentu. Maka dengan
mengukur kecepatan terminal, koefisien viskositas fluida dapat dihitung.

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 18


3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Tabung kaca Bola / kelereng
Stopwatch Oli/ zat cair uji
Mistar Jangka sorong
Alat untuk menaikkan bola

4. Prosedur Percobaan
1. Susun alat sesuai dengan percobaan
2. Ukur jari – jari dan massa jenis dari bola yang akan dijatuhkan
3. Tentukan massa jenis dari zat alir
4. Jatuhkan bola secara perlahan – lahan diatas permukaan zat alir dalam tabung dan
jaga agar tidak ada gelembung cairan yang ikut bersama bola pada tabung viskositas.
5. Setelah kira – kira 5 cm dari permukaan zat alir dalam tabung, lalu tekan tombol
stopwatch dan setelah sampai di dasar tabung hentikan stopwatch. Catat waktu
jatuhnya dan ukur jarak yang ditempuh bola sejak awal penekanan tombol stopwatch
sampai ke dasar tabung, lakukan sebanyak 5 kali.
6. Catat hasil pengukuran pada tabel 4.1
7. Tentukan kecepatan gerak benda (v) berdasarkan prosedur di atas

5. Data Percobaan
Massa bola : …… massa minyak : …..
Volume bola : …… Volume minyak : …..
Massa Jenis bola : ……. Massa jenis minyak : …..
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran
Pengulangan h t v Η
1
2
3
4
5

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 19


6. Evaluasi
1. Hal – hal apakah yang mempengaruhi viskositas
2. Apakah yang dimaksud dengan SAE pada oli
3. Berdasarkan data pada Tabel 4.1, isilah kolom pada tabel 4.2, dan plotlah data
hubungan antara r2 (sumbu y) dan 1/t (sumbu x), dimana r = jari-jari bola
1
r2
𝑡

4. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 20


4
P ERCOBAAN BERNOULLI

1. Tujuan Percobaan
▪ Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jarak pancar zat cair yang mengalir dan
menentukan volume atau debit zat cair yang mengalir
2. Dasar Teori
Hukum Bernoulli yang merupakan persamaan dasar fluida tidak kompressibel yang
mengalir secara laminer.

Gambar 5.1 Menentukan laju keluar air dari suatu keran pada bak yang besar

Hukum Bernoulli merumuskan hubungan antara tekanan, kecepatan dan tinggi


tempat suatu arus zat yang bergerak (mengalir) sebagai berikut:
𝟏 𝟏
𝑷𝟏 + 𝟐 𝝆𝒗𝟏 𝟐 + 𝝆 𝒈 𝒉𝟏 = 𝑷𝟐 + 𝟐 𝝆𝒗𝟐 𝟐 + 𝝆 𝒈 𝒉𝟐 ……………………………….(5.1)

Karena kedua permukaan zat cair tersebut didorong oleh tekanan udara luar sebesar
1 atm, jadi : P1 = P2 = P0= Tekanan udara luar. Karena luas penampang di lokasi 1 jauh lebih
besar daripada luas penampang di lokasi 2 maka laju turun permukaan air dalam bak sangat
kecil dan dapat dianggap no;. Jadi kita ambil 𝑣1  

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 21


Akhirnya hukum Bernoulli dapat diproksimasi dengan:
𝟏
𝑷𝟎 + 𝟎 + 𝝆 𝒈 𝒉𝟏 = 𝑷𝟎 + 𝝆𝒗𝟐 𝟐 + 𝝆 𝒈 𝒉𝟐
𝟐

atau
𝟏
𝝆𝒗𝟐 𝟐 = 𝝆 𝒈(𝒉𝟏 − 𝒉𝟐 )
𝟐

atau

𝒗𝟐 = √𝟐𝒈(𝒉𝟏 − 𝒉𝟐 ) ………………………………………….. (5.2)

Persamaan (5.2) dikenal dengan asas Toricelli yang merupakan aplikasi khusus dari
hukum Bernoulli.
Debit air adalah banyaknya air yang mengalir pada suatu pembuluh tertentu dengan
luas penampang A2, yang dirumuskan sebagai:
𝑸 = 𝒗𝟐 . 𝑨𝟐
dimana Q merupakan debit air dan 𝑣2 merupakan laju aliran air yang keluar dari keran
Untuk menentukan besar volume air yang keluar dari lubang pembuluh/ penampang setelah
jangka waktu (∆t) tertentu maka digunakan persamaan sebagai berikut :
∆𝑽 = 𝑸. ∆𝒕 …………………………………………………… (5.3)

3. Alat dan Bahan


Tabung Bonanza Gayung
Stopwatch Ember Plastik
Mistar Air
Jangka Sorong Serbet

4. Prosedur Percobaan
a. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.

b. Beri lubang kecil pada Tabung Bonanza yang dapat ditentukan luas penampangnya

dengan mengukur diameter lubang.


c. Masukkan air ke dalam tabung, sebelumnya tutup lubang dengan jari-jari tangan
hingga air tak mengalir.

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 22


d. Ukur tinggi permukaan air dari dasar tabung (h1).

e. Lepaskan jari dari lubang tabung tersebut, bersamaan dengan itu jalankan

stopwatch.
f. Catat waktu yang diperlukan sampai zat cair itu berhenti mengalir.
g. Ukur jarak pancar air pertama yang mengalir keluar dengan mistar yang telah

disiapkan di dasar tabung.


h. Lakukan prosedur c sampai dengan f dengan 3 kali pengulangan.

i. Ulangi percobaan untuk tinggi air yang berbeda.


j. Catat hasil pengamatan pada suatu tabel.

5. Data Percobaan

Tabel 5.1 Hasil Pengukuran


Tinggi air (h) (cm) Diameter (cm) Jarak (x) (cm) Waktu (t) (cm)
Tabung A1 Tabung A1 Tabung A1 Tabung A1
x1 = t1 =
x2 = t2 =
x3 = t3 =
Tabung A2 Tabung A2 Tabung A2 Tabung A2
x1 = t1 =
x1 = t1 =
x1 = t1 =

6. Evaluasi
1. Hitunglah kecepatan air yang mengalir , debit air dan volume air yang keluar
2. Buatlah kesimpulan yang didapat dari percobaan yang dilakukan

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 23


5
K ONSTANTA PEGAS

1. Tujuan Percobaan
▪ Mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang pegas
▪ Menentukan konstanta pegas
▪ Menyelidiki pengaruh massa terhadap periode getaran pegas sederahana

2. Dasar Teori
Tinjau sebuah pegas tergantung vertikal yang digantungi beban massa pada ujung
bagian bawah seperti pada Gambar berikut.

Gambar 6.1. Pengaruh gaya pada pegas

Posisi pegas sebelum ditarik atau ditekan oleh beban massa berada pada titik
kesetimbangan. Apabila pegas ditarik ke bawah dengan simpangan sebesar ∆x kemudian
dilepaskan, maka pegas akan bergerak naik – turun di sekitar titik kesetimbangannya
secara berulang (periodik) selama simpangan tidak terlalu besar. Dengan kata lain, pegas
melakukan getaran. Getaran ini disebut gerak harmonis sederhana. Pegas dapat
melakukan gerak harmonik sederhana karena adanya gaya pegas yang berfungsi sebagai

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 24


gaya pemulih yang selalu melawan arah simpangan.
Besarnya gaya pemulih ini dinyatakan sebagai hukum Hooke :
𝐹 = −𝑘 ∆𝑥 ………………………………………………(6.1)

|𝐹 | = 𝑘 ∆𝑥

𝑚𝑔
𝑘= ……………………………………………… (6.2)
𝑥
Dimana : k = konstanta pegas (N/m)
F = Gaya (Newton)
∆𝑥 = pertambahan panjang pegas (meter)

Periode (T) adalah waktu yang diperlukan beban massa untuk melakukan satu kali
getaran atau osilasi penuh yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

𝑚
𝑇 = 2𝜋√ 𝑘 .......................................................... (6.3)

Dengan:
T = Periode getaran (s)

M = Massa beban massa (kg)

K = Konstanta elastisitas pegas (N/m)

3. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Neraca Beban bermassa + penggantung
Mistar Karet gelang
Batang statif + klem

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 25


4. Prosedur Percobaan
1. Gantungkan sebuah pegas spiral pada statif lalu tautkan sebuah penggantung beban
pada ujung pegas spiral. Ukurlah panjang pegas.

Massa beban awal (m0) = kg


Gaya berat beban awal (F0) = m. g = (m) . (9.8 m/s2) = Newton
Panjang pegas awal (x0) = meter

2. Tambahkan lagi beban awal dengan sebuah beban, lalu ukurlah panjang pegas.
Massa semua beban (m) = kg
Gaya berat semua beban (F) = m. g = (m) . (9.8 m/s2) = Newton
Panjang pegas (x) = meter

3. Tambahkan lagi beban awal + beban kedua dengan sebuah beban, lalu ukurlah
panjang pegas.
Massa semua beban (m) = kg
Gaya berat semua beban (F) = m. g = (m) . (9.8 m/s2) = Newton
Panjang pegas (x) = meter

4. Ulangi percobaan dan perhitungan seperti langkah ke-2 dan ke-3 lalu catat F dan ∆x
pada Tabel. Hitung Fn, ∆x, dan k pada masing-masing baris.

5. Evaluasi Akhir
1. Hitung konstanta pegas untuk setiap beban yang diberikan
2. Hitung rata-rata konstanta pegas dari setiap penambahan beban
3. Buatlah gambar grafik hubungan antara F dengan ∆x
4. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 26


6. Data Pengamatan

Tabel 6.1 Data dan analisis untuk penambahan beban pertama


Massa beban awal (m0) = kg
Gaya berat beban awal (F0) = Newton
Panjang pegas awal (x0) = meter
Gaya Berat Benda Pjg pegas ∆x = x - x0 𝐹𝑛
No F ( Newton) Fn = F - F0 x (meter) (meter) k=
∆x

1
2
3
4
5
Konstanta pegas rata-rata k= (N/m)

Tabel 6.2 Data dan analisis untuk penambahan beban kedua


Massa beban (m2) = kg
Gaya berat beban awal (F0) = Newton
Panjang pegas awal (x0) = meter
Gaya Berat Benda Pjg pegas ∆x = x - x0 𝐹𝑛
No F ( Newton) Fn = F - F0 x (meter) (meter) k=
∆x

1
2
3
4
5
Konstanta pegas rata-rata k= (N/m)

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 27


Tabel 6.3 Data dan analisis untuk penambahan beban ketiga
Massa beban (m3) = kg
Gaya berat beban awal (F0) = Newton
Panjang pegas awal (x0) = meter
Gaya Berat Benda Pjg pegas ∆x = x - x0 𝐹𝑛
No F ( Newton) Fn = F - F0 x (meter) (meter) k=
∆x

1
2
3
4
5
Konstanta pegas rata-rata k= (N/m)

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 28


6
B ANDUL SEDERHANA
1
1. Tujuan Percobaan
▪ Menentukan nilai percepatan gravitasi bumi (g) secara eksperimen
2. Dasar Teori
Gerak osilasi yang sering kita jumpai adalah gerak ayunan benda yang bekerja di
bawah pengaruh gravitasi bumi. Jika sebuah benda yang di gantung dengan seutas
benang kemudian disimpangkan dengan sudut yang tidak terlalu besar kemudian
dilepaskan maka benda akan melakukan ayunan (getaran) yang berbentuk gerak
harmonik sederhana dan periodik. Gerak harmonik sederhana ini terjadi karena ada gaya
yang bekerja pada benda yang arahnya kepusat titik kesetimbangan yang disebut gaya
pemulih. Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak – balik benda melalui suatu titik
keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu
konstan. Jika beban disimpangkan kurang dari 15o, ayunan akan berosilasi secara
periodik, dengan kata lain beban pada ayunan ini melakukan gerak harmonik sederhana
dengan frekuensi:

2𝜋 𝑔
𝜔= = √ ………………………………………..(7.1)
𝑇 𝑙

Dimana : 𝜔 = Frekuensi
T = Periode bandul
l = Panjang tali (meter)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

Gambar 7.1. Skema sistem bandul

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 29


2.1 Periode
Periode ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran.
Benda dikatakan melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik dimana benda
tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut. Berdasarkan Gambar 1, jika benda
mulai bergerak pada titik 1 maka satu getaran ditung dari posisi 1-2-3-2-1. Satuan periode
adalah sekon.
2.2 Amplitudo
Amplitudo adalah simpangan maksimum titik dalam medium yang dilewati gelombang. Pada
bandul matematis, periode dan frekuensi sudut tidak tergantung pada massa bandul, tetapi
bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi setempat. Pada kondisi seperti itu,
untuk menghitung percepatan gravitasi kita menggunakan persamaan:
(2𝜋)2 𝑙
𝑔=
𝑇2

Dimana : g = Percepatan gravitasi (m/s2)


l = Panjang tali (meter)
T = Periode (sekon)

Gambar 7. 2 Susunan Alat Bandul Sederhana

3. Alat dan Bahan


Statis Pendulum/ beban
Mistar Benang
Stopwatch

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 30


4. Prosedur Percobaan
1. Susun alat seperti pada Gambar 2
2. Atur panjang tali 90 cm
3. Simpangkan tali dengan sudut < 15o satau sekitar 15 cm kemudian lepaskan bandul
4. Catat waktu untuk 10 kali getaranpada tabel pengamatan
5. Lakukan percobaan seperti langkah 1 sampai 4 sebanyak 5 kali percobaan
6. Ulangi percobaan dengan variasi panjang tali: 80 cm, 70 cm, 60 cm, 50 cm dan catat
hasil data pengukuran pada tabel yang disediakan
5. Data Percobaan
Tabel 7.1 Data dan analisis untuk percobaan bandul sederhana
Waktu
Panjang Percobaan untuk Periode 𝑳 g
No 𝐓𝟐
Tali ke- 10 kali (T) 𝑻𝟐 (m/s2)
ayunan
1 90cm 1
2
3
4
5
2 80cm 1
2
3
4
5
3 70cm 1
2
3
4
5
4 60cm 1
2
3
4
5
5 50cm 1
2
3
4
5

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 31


6. Evaluasi
1. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, tentukan hubungan antara percepatan
gravitasi dengan periode dan panjang tali (berbanding lurus/terbalik)

2. Apakah hubungan percepatan gravitasi dengan periode dan panjang tali sesuai dengan
persamaan?

3. Bagaimana nilai percepatan gravitasi bumi yang didapatkan dengan eksperimen


dengan nilai yang sudah ditetapkan? Jelaskan jawabanmu

4. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 32


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. ITB : Bandung

Giancoli, Douglas C. 1998. Physics Principles with Applications 5th Edition. Prentice Hall, London.

Manual on PHYWE : Physics Laboratory Experiment. Jerman: PHYWESysteme GmbH & Co. KG
Göttingen
Resnick, Halliday. 1985. Physics, 3rd Edition(Fisika Jilid I Edisi Ketiga). Erlangga, Jakarta.
Wilson, Jerry et al. 2010. Physics Laboratory Experiment 7th Edition. Brooks/Cole Cengage
Learning, USA

Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 33


Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 34

Anda mungkin juga menyukai