Anda di halaman 1dari 2

A.

Teori Dasar
1) Pengukuran
Pengukuran adalah aktivitas membandingkan nilai yang tertera pada alat ukur dengan
suatu besaran fisik benda.

Hal-hal yang juga sangat berkaitan dengan fisika adalah besaran dan satuan. Besaran
merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang dapat dinyatakan dengan angka-angka dan memiliki
satuan tertentu. Berdasarkan sejumlah pertemuan para ahli fisika seluruh dunia didapat kelompok
besaran yaitu besaran pokok. Sedangkan, satuan adalah pernyataan yang menjelaskan arti dari
suatu besaran. Berikut besaran pokok dan satuan serta alat ukurnya tersusun dalam bentuk tabel:

Dalam pengukuran selalu terdapat kesalahan. Dalam melakukan serangkaian


pengukuran, terdapat presisi dan akurasi. Presisi mengacu pada reproduksivitas
kuantitas yang alat ukur yaitu, ketika dilakukan pengukuran yang sama beberapa kali
(berulang-ulang) menghasilkan nilai hasil pengukuran yang sama. Sedangkan, Akurasi
mengacu pada seberapa dekat hasil pengukuran yang didapat terhadap nilai yang
sebenarnya. ( Brady – Summary : Hal 23 [47/1426] )

Pengukuran berperan sangat penting dalam fisika, namun di setiap pengukuran tidak
akan pernah tepat (presisi) sempurna. Penting untuk menentukan ketidakpastian
dengan menyatakannya secara langsung menggunakan notasi +-, dan/atau mencatat
data yang bernilai benar dengan aturan angka penting. (Giancoli, 2014)

2) Kesalahan dan Ketidakpastian


Dalam pengukuran besaran fisis menggunakan alat ukur atau instrumen, kalian tidak
mungkin mendapatkan nilai benar. Namun, selalu mempunyai ketidakpastian yang
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran
dapat digolongkan menjadi kesalahan umum, kesalahan sistematis, dan kesalahan acak.
Berikut akan kita bahas macam-macam kesalahan tersebut

a. Kesalahan Umum
Kesalahan yang dilakukan oleh seseorang ketika mengukur termasuk dalam
kesalahan umum. Kesalahan umum yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pengamat.
Kesalahan ini dapat disebabkan karena pengamat kurang terampil dalam
menggunakan instrumen, posisi mata saat membaca skala yang tidak benar, dan
kekeliruan dalam membaca skala.

b. Kesalahan Sistematis
Kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan alat ukur atau instrumen disebut
kesalahan sistematis. Kesalahan sistematis dapat terjadi karena:
1) Kesalahan titik nol yang telah bergeser dari titik yang sebenarnya.
2) Kesalahan kalibrasi yaitu kesalahan yang terjadi akibat adanya
penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala saat pembuatan alat.
3) Kesalahan alat lainnya. Misalnya, melemahnya pegas yang digunakan pada neraca
pegas sehingga dapat memengaruhi gerak jarum penunjuk.
c. Kesalahan Acak
Selain kesalahan pengamat dan alat ukur, kondisi lingkungan yang tidak menentu
bisa menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Misalnya, fluktuasi-fluktuasi kecil
pada saat pengukuran e/m (perbandingan muatan dan massa elektron).
Fluktuasi (naik turun) kecil ini bisa disebabkan oleh adanya gerak
Brown molekul udara, fluktuasi tegangan baterai, dan kebisingan
(noise) elektronik yang besifat acak dan sukar dikendalikan.

2. Ketidakpastian Pengukuran
Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran menyebabkan hasil pengukuran tidak bisa
dipastikan sempurna. Dengan kata lain, terdapat suatu ketidakpastian dalam
pengukuran. Dalam penyusunan laporan hasil praktikum fisika, hasil pengukuran
yang kalian lakukan harus dituliskan sebagai:

x=x
0 ± Δx Keterangan:

x = hasil pengamatan
x
0 = pendekatan terhadap nilai benar.

Δx = nilai ketidakpastian.

Arti dari penulisan tersebut adalah hasil pengukuran (x) yang benar
berada di antara x – Δx dan x + Δx. Penentuan x
0 dan Δx tergantung pada

pengukuran tunggal atau pengukuran ganda atau berulang.

Anda mungkin juga menyukai