Anda di halaman 1dari 13

QUIZ 1

ALAT-ALAT UKUR FISIKA

Nama: Elfrida Turnip

NIM: 4203121072

Jurusan/kelas: Pendidikan Fisika D

1. JELASKAN KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN DAN


JELASKAN PENYEBAB TERJADINYA.

Ketidakpastian Pengukuran, Perlu disadari bahwasannya kita ini adalah


makhluk yang tidak sempurna. Oleh karena itu dalam hasil pengukuran
ada yang dinamakan sebagai angka pasti (x) dan angka tidak
pasti/ralat/error/ketidakpastian (Δx).

Ketidakpastian pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa hal,


diantaranya.

1. Adanya keterbatasan akurasi alat ukur.


2. Si pengukur mengalami cacat mata sehingga dapat mengurangi
keakuratan dalam pengukuran, misalnya rabun dekat, rabun jauh
dan sebagainya.
3. Adanya faktor alam, misalnya iklim dan cuaca di lapangan yang
dapat mempengaruhi atau mengganggu saat melakukan
pengukuran.
4. Sikap tergesa-gesa dan tidak tenang saat melakukan pengukuran.
5. Tidak mampu selalu tetap fokus dalam melakukan pengukuran.
6. Adanya keterbatasan tingkat ketelitian si pengukur.

 Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga,


yaitu kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak.

1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada
pengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan
karena kesalahan membaca skala kecil, dan kekurangterampilan dalam
menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat yang melibatkan banyak
komponen.
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat
yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi
kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
komponen alat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu,
dan kelembaban.
a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat
pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan
pembacaan hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai
sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat
menggunakan alat yang telah terstandarisasi.
b. Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan
tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang
tidak bisa kembali tepat pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran
dapat mengalami penambahan atau pengurangan sesuai dengan selisih
dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol dapat diatasi dengan
melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran.
c. Kesalahan Komponen Alat
Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat
ukur. Misalnya, pada neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah
lama dan aus, maka akan berpengaruh pada pengurangan konstanta
pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak tepat pada
angka nol yang membuat skala berikutnya bergeser.
d. Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan
garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan
jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya
fluktuasifluktuasi halus pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini
dapat disebabkan karena adanya gerak brown molekul udara, fluktuasi
tegangan listrik, lkitasan bergetar, bising, dan radiasi.
a. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti kita ketahui keadaannya selalu bergerak secara
tidak teratur atau rambang. Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang
sangat cepat dan menyebabkan jarum penunjuk yang sangat halus seperti
pada mikrogalvanometer terganggu karena tumbukan dengan molekul
udara.

b. Fluktuasi Tegangan Listrik

Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan baterai
selalu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga
menghasilkan data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
c. Lkitasan yang Bergetar
Getaran pada lkitasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan
skala yang berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak. Alat
seperti seismograf butuh tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika
lkitasannya bergetar, maka akan berpengaruh pada penunjukkan skala
pada saat terjadi gempa bumi.
d. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu kita jumpai pada alat elektronik.
Gangguan ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat
dari komponen alat bersuhu.
e. Radiasi Latar Belakang
Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) dapat
mengganggu pembacaan dan menganggu operasional alat. Misalnya,
ponsel tidak boleh digunakan di SPBU dan pesawat karena bisa
mengganggu alat ukur dalam SPBU atau pesawat. Gangguan ini
dikarenakan gelombang elektromagnetik pada telepon seluler dapat
mengasilkan gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur pada SPBU
atau pesawat.
Adanya banyak faktor yang menyebabkan kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam suatu pengukuran, menjadikan kita tidak mungkin
mendapatkan hasil pengukuran yang tepat benar. Oleh karena itu, kita
harus menuliskan ketidakpastiannya setiap kali melaporkan hasil dari
suatu pengukuran. Untuk menyatakan hasil ketidakpastian suatu
pengukuran dapat menggunakan cara penulisan x = (xo ± Δx),
dengan x merupakan nilai pendekatan hasil pengukuran terhadap nilai
benar, xo merupakan nilai hasil pengukuran, dan Δx merupakan
ketidakpastiannya (angka taksiran ketidakpastian).
 Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan sekali
saja. Pada pengukuran tunggal, nilai yang dijadikan pengganti nilai benar
adalah hasil pengukuran itu sendiri. Sedangkan ketidakpastiannya
diperoleh dari setengah nilai skala terkecil instrumen yang digunakan.
Misalnya, kita mengukur panjang sebuah benda menggunakan mistar.

Panjang suatu benda yang diukur dengan menggunakan mistar


Pada gambar diatas ujung benda terlihat pada tanda 15,6 cm lebih sedikit.
Berapa nilai lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1 mm. Telah kita
sepakati bahwa ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan
setengah skala terkecil alat. Jadi, ketidakpastian pada pengukuran
tersebut adalah sebagai berikut.

Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 mm), maka


hasil pengukurannya pun harus kita laporkan dalam dua desimal. Artinya,
nilai x harus kita laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang kita
laporkan harus kita taksir, tetapi taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena
ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka nilai taksirannya adalah 5.
Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat kita laporkan
sebagai berikut.
Panjang benda (l)
l = x0± Δx
  = (15,6 ± 0,05) cm
Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah kita tidak tahu
nilai x (panjang benda) yang sebenarnya. Namun, setelah dilakukan
pengukuran sebanyak satu kali kita mendapatkan nilai 15,6 cm lebih
sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm. Secara statistik ini berarti
ada jaminan 100% bahwa panjang benda terdapat pada selang 15,60 cm
sampai 15,7 cm atau (15,60 ≤ x ≤ 15,70) cm.
 Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang
Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, kita dapat melakukan
pengukuran secara berulang. Lantas bagaimana cara melaporkan hasil
pengukuran berulang? Pada pengukuran berulang kita akan mendapatkan
hasil pengukuran sebanyak N kali. Berdasarkan analisis statistik, nilai
terbaik untuk menggantikan nilai benar x0adalah nilai ratarata dari data
yang diperoleh (x0). Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya (Δx ) dapat
digantikan oleh nilai simpangan baku nilai rata-rata sampel. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Keterangan:
x0: hasil pengukuran yang mendekati nilai benar
Δx : ketidakpastian pengukuran
N : banyaknya pengkuran yang dilakukan
Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya (Δx )
disebut ketidakpastian mutlak. Makin kecil ketidakpastian mutlak yang
dicapai pada pengukuran tunggal, maka hasil pengukurannya pun makin
mendekati kebenaran. Nilai ketidakpastian tersebut juga menentukan
banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran.
Bagaimana cara menentukan banyaknya angka pada pengukuran
berulang?
Cara menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada
pengukuran berulang adalah dengan mencari ketidakpastian
relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian relatif dapat
ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-
rata pengukuran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

ketidak pastian relatif  =   


Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, kita dapat menggunakan
aturan yang telah disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya
angka yang boleh disertakan dalam laporan hasil pengukuran berulang.
Aturan banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam pengukuran
berulang adalah sebagai berikut.
 ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka
 ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka
 ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka.
   Ketidakpastian Relatif
Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya disebut ketidakpastian
mutlak. Makin kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran
tunggal, maka hasil pengukurannya pun makin mendekati kebenaran.
Nilai ketidakpastian tersebut juga menentukan banyaknya angka yang
boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran.

Bagaimana cara menentukan banyaknya angka pada pengukuran


berulang? Cara menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan
pada pengukuran berulang adalah dengan mencari ketidakpastian
relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian relatif dapat
ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-
rata pengukuran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, kita dapat menggunakan


aturan yang telah disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya
angka yang boleh disertakan dalam laporan hasil pengukuran berulang.

2. JELASKAN PENYEBAB TERJADINYA KESALAHAN


KALIBRASI.
Kesalahan kalibrasi adalah kesalahan dalam proses pengamatan
yang terjadi karena ketidaksesuaian alat ukur dengan standar
rancangannya. Akibatnya, hasil pengukuran menjadi tidak akurat. Hal ini
bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah umur alat yang
sudah tua, kondisi lingkungan pengoperasian yang berbeda dengan
standar, atau kelalaian manusia.
-Contoh kesalahan kalibrasi misalnya pengukuran massa menggunakan
timbangan menunjukkan hasil yang berubah-ubah (tidak pasti) karena
menggunakan timbangan tua yang per-nya sudah aus.
 Kesalahan Kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat
pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan
pembacaan hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai
sebenarnya. Kesalahan ini dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat
menggunakan alat yang telah terstandarisasi.

3. JELASKAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


KESALAHAN ACAK.
Kesalahan acak (random error) berasal dari pengaruh faktor-faktor
yang tidak dapat diperkirakan atau diprediksi dan hanya bersifat
sementara. Kesalahan acak terjadi secara kebetulan atau tanpa disengaja
dan bervariasi dari pengujian ke pengujian lainnya. Kesalahan acak sulit
dihindari disebabkan oleh fluktuasi yang tidak dapat diduga. Sebab-sebab
kesalahan acak tidak dapat diketahui dengan pasti tetapi merupakan
bagian dari pengaruh yang memiliki kontribusi kesalahan dalam
pelaksanaan pengujian. Kesalahan acak merupakan pengaruh yang
sangat kecil dan tidak sama dalam setiap pelaksanaan pengujian,
misalnya pengaruh fluktuasi tegangan listrik, suhu atau kelembaban
kondisi akomodasi dan lingkungan pengujian. Karena itu, timbulnya
kesalahan acak akan mempengaruhi presisi dari suatu hasil pengujian.
Ke sal a h an a ca k ( random error)berasal dari pengaruh
faktor-faktor yang tidak dapat diperkirakan atau diprediksi dan
hanya bersifat sementara. Kesalahan acak terjadi secara kebetulan
atau tanpa disengaja dan bervariasi dari pengujian ke pengujian lainnya.
Kesalahanacak sulit dihindari disebabkan oleh fluktuasi yang tidak dapat
diduga. Sebab-sebab kesalahanacak tidak dapat diketahui dengan pasti
tetapi merupakan bagian dari pengaruh yang memiliki kontribusi
kesalahan dalam pelaksanaan pengujian. Kesalahan acak
merupakan pengaruhyang sangat kecil dan tidak sama dalam setiap
pelaksanaan pengujian, misalnya pengaruhfluktuasi tegangan
listrik, suhu atau kelembaban kondisi akomodasi dan
lingkungan pengujian. Karena itu, timbulnya kesalahan acak akan
mempengaruhi presisi dari suatu hasilpengujian.

4. JELASKAN SECARA DETAIL BAGAIMANA


STANDAR PENGUKURAN DAN KALIBRASI YANG
BAIK DAN BENAR.
A. STANDAR DALAM PENGUKURAN YANG BAIK DAN BENAR

 Satuan Dasar dan Satuan Turunan Dalam pengukuran digunakan


2 buah satuan yaitu : 1. Satuan Dasar 2. Satuan Turunan
• Satuan adalah standar ukuran untuk setiap besaran.
• Besaran Dasar adalah satuan-satuan utama dalam pengukuran yaitu
panjang, massa dan waktu dengan satuan dasar meter, kg, dan sekon.
Simbol dimensinya L, M, dan T.
• Satuan turunan adalah satuan-satuan lain yang berasal dari satuan
dasar. Misalnya luas satuannya m² dengan simbol L², volume (m³) dengan
simbol dimensi L³
Besaran Pokok
• Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur/ditentukan dan dapat
dinyatakan dengan angka
. • Pada umumnya besaran yang dapat diukur memiliki satuan. Misalnya
satuan dari besaran arus adalah amper, besaran tegangan adalah Volt,
besaran panjang adalah meter, jengkal, depa, kaki, inchi dan lain-lain.
• Untuk mengurangi keanekaragaman jenis satuan, maka ditentukan
suatu sistem satuan baku yang berlaku dan diakui di seluruh dunia
• Sistem satuan ini disebut Sistem Satuan Internasional (SI)
• Dengan menjabarkan satuan dasar maka ditentukan pula sistem
desimal dengan faktor perkalian sbb: Singkatan Faktor Pengali Dalam
PengukuranDi dalam satuan SI ditentukan ada 6 besaran pokok seperti
pada table berikut :
 Besaran Turunan
• Besaran yang diturunkan atau dijabarkan dari besaran pokok disebut
dengan besaran turunan.
• Contoh-contoh besaran turunan beserta satuan dan lambangnya.
 Satuan Listrik dan Magnet Daftar besaran, satuan dan simbol di
bidang kelistrikan dan kemagnetan berlaku internasional.
Konversi Sistem Satuan Inggris
Contoh Konversi Satuan 1. Luas lantai sebuah bangunan adalah 5000m².
Tentukanlah luas tersebut dalam satuan kaki kuadrat (ft²). Penyelesaian :
Dari tabel diketahui : 1 ft = 30,48 cm atau 1 ft = 0,3048m. 1 m = 1/ 0,3048
ft = 3.281 ft Maka : A = 5000 m² x (3.281 ft/m)² A = 53824, 805 ft²
 Kerapatan fluks (garis gaya magnet) dalam sistem CGS adalah 20
maxwell/cm².
Tentukanlah kerapatan tersebut dalam garis/inci² (lines/in²) dimana 1
maxwell = 1 garis gaya. Diketahui : B = 20 Maxwells/cm² 1 maxwell = 1
garis gaya Penyelesaian : B = 20 Maxwells/cm² x (2,54 cm/in)² x 1 line/ 1
Maxwell B = 129 garis gaya/inci²
 Pengelompokan Standar Dengan adanya satuan dasar dan satuan
turunan dalam pengukuran, maka terdapat beberapa standar
pengukuran yang dikelompokkan menurut fungsi dan
pemakaiannya yaitu :
1. Standar Internasional
2. Standar primer
3. Standar Sekunder
4. Standar Kerja

a. Standar Internasional :
• Ditentukan dan didefinisikan oleh perjanjian Interna-sional.
• Hanya digunakan sebagai pembanding dan kalibrasi dan disimpan oleh
IBMW (International Bureau of Weights and Measures)

b. Standar Primer :
• Disimpan oleh labaoratorium standar nasional di berbagai negara.
• Digunakan sebagai kalibrasi atas satuan-satuan dasar, mekanik, dan
satuan listrik terhadap hasil pengukuran di tiap- tiap laboratorium nasional
kemudian hasilnya dibandingkan satu sama lain.

c. Standar sekunder :
• Merupakan acuan dasar bagi standar-standar pengukuran yang
digunakan dalam laboratorium industri dengan tanda bukti setifikat.
• Standar sekunder disimpan oleh masing-masing laboratorium industry
. • Dikalibrasi di laboratorium Nasional dengan membandingkan terhadap
standar primer.
d. Standar Kerja
• Adalah alat utama bagi sebuah laboratorium pengukuran.
• Digunakan untuk memeriksa dan mengkalibrasi ketelitian dan presisi
instrumen-*instrumen laboratorium industri.
• Misalnya sebuah pabrik memproduksi resistor/ tahanan. Maka peralatan
ukur di bagian kualiti kontrol (pengendalian mutu) harus diuji untuk
membuktikan bahwa pengukurannya dilakukan dalam batas-batas
ketelitian yang diinginkan. Ukuran Standar Kelistrikan
• Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai
acuan dalam peneraan alat ukur yang diakui oleh organisasi internasional.
• Ada enam besaran yang berhubungan dengan kelistrikan yang dibuat
sebagai standar, yaitu standar amper, resistansi, tegangan, kapasitansi,
induktansi, kemagnetan dan temperatur.

e. Standar amper
• Digunakan sebagai satuan dasar arus listrik.
• Amper adalah arus konstan yang dialirkan pada dua konduktor didalam
ruang hampa udara dengan jarak 1 meter, diantara kedua penghantar
menimbulkan gaya sebesar 2 x 10-7 newton/m panjang.
• Diukur dengan menggunakan Amper meter

f. Standar resistansi
• Digunakan sebagai penghantar arus listrik.
• Resistansi adalah kawat alloy manganin resistansi 1Ω yang memiliki
tahanan listrik tinggi dan koefisien temperatur rendah, ditempatkan dalam
tabung terisolasi yang menjaga dari perubahan temperatur atmospher.
• Diukur dengan menggunakan Ohm meter.

g. Standar tegangan
• Digunakan sebagai satuan untuk beda potensial
• Standar tegangan untuk pemeliharaan volt adalah tabung gelas Weston
normal pada suhu 4ºC. Tegangan elektrode Weston pada suhu 200ºC
sebesar 1.01858 V.
• Diukur dengan menggunakan Volt meter

h. Standar Kapasitansi
• Digunakanakan sebagai standar pengukuran untuk kapasitor dengan
satuan farad. • Dapat dikur dengan menggunakan alat ukur jembatan
Maxwel
l • Kapasitor standar dibuat dari susunan plat-plat logam dimana luas dan
jaraknya ditentukan dengan tepat dan udara sebagai bahan dielektriknya.
• Bahan kapasitor yang baik adalah perak dan mika.

i.Standar Induktansi
• Digunakan sebagai besaran untuk komponen induktor dengan satuan
Henry (H)
. • Umunya terbuat dari tembaga yang berbentuk gulungan dan biasa
disebut kumparan.
• Standar induktansi yang tetap mempunyai nilai 100 μH sampai 100 H
dengan ketelitian 0,1%.
• Standar induktansi bersama yang tetap mempunyai nilai 0 sampai 200
mH dengan ketelitian 2,5%.
• Besarnya dapat diukur dengan Galvanometer
.
j. Standart temperature
• Menurut ketentuan SI, diukur dengan derajat Kelvin besaran derajat
kelvin didasarkan pada tiga titik acuan air saat kondisi menjadi es
(membeku), menjadi air (cair) dan saat air mendidih (menguap).
• Air menjadi es sama dengan 0ºCelsius = 273,16ºKelvin, air mendidih
100ºC
. • Diukur dengan menggunakan thermometer suhu.
* Sistem Pengukuran Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan
sistem digital.
1. Sistem analog berhubungan dengan informasi dan data analog.
• Sinyal analog berbentuk fungsi kontinyu, misalnya penunjukan
temperatur dalam ditunjukkan oleh skala, penunjuk jarum pada skala
meter, atau penunjukan skala elektronik.
2.Sistem digital berhubungan dengan informasi dan data digital.
• Penunjukan angka digital berupa angka diskrit dan pulsa diskontinyu
. • Penunjukan display dari tegangan atau arus dari meter digital berupa
angka tanpa harus membaca dari skala meter
.
k. Standar Fluks magnet
• Digunakan sebagai besaran untuk garis gaya magnet dengan satuan
Tesla
• Besarnya fluks magnet diukur dengan menggunakan Galvanometer.

B. STANDAR DALAM KALIBRASI YANG BAIK DAN BENAR

Standar Kalibrasi Salah satu langkah dalam proses kalibrasi adalah


memilih standar kalibrasi, karena standar kalibrasi adalah salah satu
bagian yang paling terlihat dalam proses kalibrasi. Idealnya standar yang
mempunyai ketidakpastian kurang ¼ dari alat yang ingin di kalibrasi.
Apabila hal ini dicapai maka ketidak pastian pengukuran dari standar di
katakan tidak signifikan karena rasio pengukuran akhir adalah 4:1.

Alat standar yang digunakan dalam kalibrasi dan tera dipersyaratkan


harus mempunyai ketelusuran (traceability) yang dibuktikan antara lain
dengan adanya sertifikat kalibrasi. Ini berarti hasil ukur alat standar
bersangkutan pernah dibandingkan dengan hasil ukur alat standar yang
setingkat lebih tinggi hirarkinya. Hirarki alat standar dapat diuraikan
sebagai berikut :

 Standar Internasional

Standar internasional didefinisikan oleh perjanjian internasional karenanya


disebut juga standar konvensional. Definisi standar di bawah ini diacu dari
The international System Unit (SI) cetakan ke 7 tahun 1998 (BIPM)

 Standar dimensi

Standar meter mula-mula disepakati tahun 1889 berupa batang Pt-Ir.


Tahun 1960 diubah berdasarkan gelombang radiasi krypton 86. Meter
didefinisikan sebagai 1.650.763,73 kali panjang gelombang radiasi krypton
86. Tahun 1983 definisinya dirubah menjadi jarak yang ditempuh oleh
cahaya dalam vakum selama 1/299 792 458 detik. Prototip meter pertama
tetap disimpan dan dipelihara di BIPM (Bureau International des Poids et
Mesures) dibawah kondisi yang disepakati tahun 1889.

 Standar massa

Standar kilogram mula-mula didefinisikan sebagai massa 1 dm3 air suling


pada densitas maksimumnya. Pada tahun 1889 disepakati sebagai massa
dari prototip kilogram yang terbuat dari Pt-Ir dengan diameter dan tinggi
39 mm. Prototip ini tetap digunakan hingga sekarang dan disimpan di
BIPM.

 Standar waktu

Standar detik tahun 1968 didefinisikan sebagai 1/86400 rataan waktu 1


hari matahari. Namun karena waktu edar bumi ternyata tidak konsisten,
maka pada tahun 1968 definisinya diganti menjadi 9.192.631.770 kali
waktu yang diperlukan untuk peralihan atom cesium 133 pada kondisi
bebas medan maknit dan pada suhu 0°K.

 Standar kuat arus

Standar kuat arus, ampere, tahun 1946 didefinisikan sebagai arus konstan
yang dipertahankan dalam dua buah konduktor, sehingga diantara kedua
konduktor tersebut muncul gaya sebesar 2 x 10-7 Newton. Kedua
konduktor tersebut lurus, sejajar pada jarak 1 m, panjangnya tak
berhingga, masing-masing diameternya dapat diabaikan, dan terletak
dalam vakum.

 Standar suhu
Satuan termodinamik suhu, Kelvin, tahun 1968 didefinisikan sebagai
1/273.16 kali termodinamik suhu titik tripel air yaitu kondisi air yang berada
dalam tiga fase cair, padat, dan gas pada tekanan 1 atmosfir. Titik tripel
tersebut terjadi pada suhu 0.01°C. Hubungan antara derajat Celcius dan
Kelvin adalah :

 Standar kuantitas bahan

Standar kuantitas bahan tahun, mol, 1969 didefinisikan sebagai jumlah


bahan yang setara dengan jumlah atom dari  0.012 kg carbon 12. Satuan
mol harus dijelaskan mengenai bahan yang diukur seperti atom, molekul,
ion, elektron, atau partikel lain, atau gabungan partikel tadi.

 Standar kuat cahaya

Standar kuat cahaya tahun 1980 didefinisikan sebagai kekuatan cahaya


dari suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatis pada
frekuensi 540 x 1012 hertz  dengan kekuatan 1/683 watt per steradian.

 Standar primer

Standar primer adalah turunan pertama dari standar internasional yang


merupakan standar tertinggi di suatu negara (Standar Nasional).  Prototip
standar primer untuk masing-masing besaran adalah sebagai berikut:

-Prototip standar primer untuk massa dan dimensi sama dengan standar
internasionalnya.

-Prototip untuk standar primer waktu adalah sebuah jam atom yang
didasarkan pada waktu peralihan atom cesium.

-Prototip standar primer untuk kuat arus adalah standar primer resistor
dan standar primer tegangan.

-Prototip standar primer suhu adalah termometer tahanan platina. Tahun


1927 IPTS (International Practical of Temperature Scale) menyetujui
penggunaan skala praktis untuk pengukuran suhu.

-Prototip standar primer kuat cahaya adalah alat pengukur kekuatan


radiasi optik dengan metode radiometri.

 Standar sekunder

Standar sekunder merupakan turunan dari standar primer yang disimpan


atau dipelihara di berbagai industri alat ukur atau di laboratorium kalibrasi.
Standar sekunder dapat diproduksi dan di gunakan untuk kalibrasi alat
standar dibawahnya. Standar sekunder waktu berupa alat yang disebut
frequency counter dijual secara bebas.

 Standar kerja

Standar kerja adalah standar kalibrasi yang digunakan untuk


mengkalibrasi alat ukur atau alat uji. Standar kerja sering disebut sebagai
kalibrator.

Anda mungkin juga menyukai