Anda di halaman 1dari 6

Bab 2.

Teori Ketidakpastian Pengukuran

Semua cabang ilmu pengetahuan baik ilmu sosial maupun ilmu eksakta
umumnya selalu memerlukan pengamatan untuk memahami segala sesuatu yang
berhubungan dengan ilmu tersebut. Ilmu eksakta khususnya Fisika, pengamatan
atas suatu besaran umumnya berupa pengamatan kuantitas atau pengukuran. Hasil
pengukuran yang diperoleh diolah dan disintesiskan menjadi sebuah model atau
teori atas suatu gejala alam. Model atau teori tersebut harus dapat menerangkan
atau meramalkan suatu peristiwa sama tetapi dalam kondisi yang berbeda. Contoh
pada percobaan bandul matematis di bumi, hasil percobaan diperoleh model atau
persamaan yang dapat menentukan nilai gravitasi bumi dengan cara mengukur
panjang tali dan menentukan periode ayunan bandul tersebut. Persamaan tersebut
dapat digunakan juga untuk menentukan gravitasi di planet Mars melalui desain
percobaan yang sama.
Hasil pengamat dan pengukuran dapat dijadika model atau teori, lalu
digunakan untuk meramalkkan suatu peristiwa di alam yang diuji kebenaran
dengan melalui percobaan baru. Percobaan baru dapat berperan sebagai balikan
terhadap suatu model atau teori, jika hasil pengukuran pada suatu percobaan baru
tidak sesuai dengan teori, maka gugurlah teori tersebut. Jadi pengukuran
memegang peranan penting sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu
ilmu.
Ketidakpastian pengukuran didefinikan sebagai suatu perbedaan antara
harga yang terukur dengan harga sesungguhnya/yang benar (x0) atau selisih harga
antara harga terukur dengan nilai rata-rata sekelompok hasil pengukuran.
Berdasarkan dari jenisnya, istilah ketidakpastian terdiri atas tiga macam yaitu:
a. Ketidakpastian alat, yaitu kemampuan alat dalam melakukan pengukuran
secara baik dan benar. Ketidakpastian alat merupakan batas terbesar atau
terkecil dari nilai rentang pengukuran alat.
b. Ketidakpastian ukur, yaitu ketidakpastian yang terbawa sebagai akibat
pengukuran langsung dari perlakuan secara berulang pada benda yang sama
dan menggunakan alat ukur yang sama pula.
c. Ketidakpastian hasil ukur, yaitu ketidakpastian yang disertakan pada hasil
pengukuran.

A. Hasil Pengukuran Selalu Dihinggapi Ketidakpastian


Pengukuran suatu besaran fisis umumnya tidak untuk diri sendiri tetapi
diteruskan ke dunia luar agar orang lain dapat memanfaatkan hasil pengukuran
tersebut. Karena pengukuran untuk dunia luar, maka
1. Bagaimanakah cara melaporkan hasil pengukuran itu ?
2. Apakah jaminan hasil pengukuran itu tidak salah ?
3. Jika kurang tepat, berapakah simpangannya ?
4. Sampai seberapa jauh hasil pengukuran dapat dipercaya ?
Pelaporan hasil pengukuran umumnya menggunakan lambang besaran
yang diukur dan menggunakan bilangan untuk melaporkan hasil pengukuran. Dari
hasil pengukuran juga memerlukan satuan untuk melaporkannya dan umumnya
menggunakan satuan Sistem Internasional (SI) sebagai standar pelaporan satuan.

1
Misal : pengukuran tebal papan kayu menggunakan jangka sorong yaitu : 2,43
Penulisan pelaporan pengukuran yaitu : t = 2,43 cm
t adalah lambang besaran fisika yang diukur, angka 2,43 adalah hasil pengukuran,
dan cm adalah satuan besaran yang diukur.
Hasil pengukuran tersebut belum dapat memberikan jaminan bahwa hasil
pengukuran tersebut tepat tanpa suatu ketidakpastian atau kesalahan. Nilai hasil
pengukuran 2,43 cm jika diukur ulang maka ada kemungkinan memperoleh nilai
yang berbeda, misal 2,44 cm atau 2,42 cm. Jika memperoleh hasil pengukuran
yang sama, maka orang lain belum tentu juga memperoleh hasil yang sama walau
menggunakan alat yang serupa dan dalam kondisi lingkungan yang serupa. Ini
berarti hasil pengukuran tidak seluruhnya terjamin ketepatanya.
B. Beberapa Jenis Ketidakpastian
Oleh karena ketidakpastian (ralat) merupakan penyimpangan nilai
ukur dari nilai benar, beberapa penyebab ketidakpastian pengukuran yaitu :
1. Pengukur (pengamat).
2. Alat ukur sendiri.
3. Faktor lingkungan dan sekitarnya.
4. Benda (obyek) yang ukur.
5. Kondisi pengukur (pengamat).
6. Model teoritis (konsep)
Sumber ketidakpastian (ralat) di atas dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam pengukuran. Dalam pengukuran besaran fisika menggunakan
alat ukur atau instrumen, hasilnya tidak mungkin memperoleh nilai yang benar.
Namun, selalu mempunyai ketidakpastian yang disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dapat
digolongkan menjadi 3 kesalahan yaitu : kesalahan umum, kesalahan acak dan
kesalahan sistematis. Beberapa jenis kesalahan pengukuran yaitu:
a. Kesalahan umum atau keteledoran (grass error). Kesalahan ini kebanyakan
disebabkan oleh manusia dalam hal ini sebagai pengukur atau pengamat
karena faktor kurang terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipakai.
Selama manusia terlibat dalam pengukuran baik langsung maupun tidak
langsung, kesalahan jenis ini tidak dapat dihindari, namun jenis kesalahan
ini tidak mungkin dihilangkan begitu saja secara kesuluruhan dan harus ada
usaha untuk mencegah dan memperbaikinya. Beberapa contoh yang
termasuk kesalahan umum antara lain:
1) kekeliruan dalam penaksiran dan pencatatan skala.
2) kekurangan keterampilan menggunakan alat
3) kalibrasi tidak tepat.
4) kesalahan dalam membaca skala.
5) posisi mata saat membaca skala yang tidak benar.
6) kesalahan dalam penyetelan yang tidak tepat.
7) pemakaian dan penguasaan instrumen yang tidak sesuai.
8) kurang tajamnya mata membaca skala yang halus.
9) pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat
10) metode yang salah dan sebagainya.
Kesalahan umum yang fatal dan sering terjadi adalah bagi
pengamat/pengukur pemula yang baru menggunakan instrumen sehingga

2
dalam memakai instrumen tersebut menjadi tidak punya keahlian dan
bahkan rusak karena faktor penggunaan yang salah total. Pada umumnya
instrumen-instrumen yang menggunakan jarum penunjuk berubah kondisi
sampai batas tertentu setelah digunakan dalam mengukur sebuah rangkaian
yang lengkap dan kompleks, sehingga akibatnya besaran yang diukur akan
berubah pula. Kebanyakan instrumen sekarang ini yang masuk dalam
laboratorium sains berbasis teknologi tinggi serta memerlukan keterampilan
dan pengetahuan yang luas
Pengukuran dengan menggunakan alat di atas memerlukan
keterampilan yang sangat tinggi, sebab banyak hal yang perlu diperhatikan
sebelum menggunakan alat ini antara lain, alat tersebut peletakannya di
tempat yang gelap dalam pengamatan dan harus berada di meja mendatar,
cara membaca skala termasuk noniusnya harus dikuasai, teknik memutar
dan menggerakkan teleskop, meja prisma, okuler dan sebagainya harus
diketahui, teknik pemasangan kisi antara celah harus jelas, fungsi dan
bagian-bagian alat perlu dijelaskan dan sebagainya.
b. Kesalahan acak (random error), yaitu kesalahan yang tidak disengaja dan
tidak dapat dikendalikan atau diatasi semuanya sekaligus dalam pengukuran
karena adanya sedikit fluktuasi gangguan kecil (naik turun) pada kondisi-
kondisi pengukuran. Kesalahan acak juga menghasilkan hamburan data di
sekitar nilai rata-rata. Data mempunyai kesempatan yang sama menjadi
positif atau negatif. Sumber kesalahan acak sering tidak dapt diidentifikasi.
Kesalahan acak sering dapat dikuantitasi melalui analisis statistik, sehingga
efek kesalahan acak terhadap besaran atau hukum fisika dapat ditentukan.
Kesalahan acak dapat juga dihasilkan dari ketidakmampuan pengamat
untuk mengulangi pengukuran secara presisi. Ada metode statistik baku
untuk mengatasi kesalahan acak. Hal ini dapat memberikan simpangan baku
untuk serangkaian bacaan, tetapi ketika jumlah bacaan tidak terlalu besar
maka metode ini jadi bermanfaat untuk mendapatkan nilai pendekatan dari
kesalahan tanpa melakukan analisis statistik formal, yaitu perbedaan mutlak
antar nilai individual dan nilai rata-rata. Ini merupakan faktor yang dapat
mengubah dalam waktu yang sangat cepat sehingga pengontrolannya di luar
kemampuan pengamat. Selain kesalahan pengamat di atas, kondisi
lingkungan yang tidak menentu bisa menyebabkan kesalahan pengukuran.
Kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh kondisi lingkungan disebut
kesalahan acak.
Yang termasuk kesalahan acak antara lain:
1) Terjadinya fluktuasi tegangan listrik, misalnya sumber tegangan dari
PLN atau generator AC dan bahkan aki (baterai), hal ini dapat
mengalami fluktuasi akibat perubahan kecil yang tidak teratur dan berlalu
sangat cepat.
2) Terjadi bising elektronik (noice), berupa fluktuasi pada tegangan dalam
alat yang sangat cepat karena komponen alat yang bergantung pada suhu.
3) Gerak Brown molekul udara (N2, O2, CO2 dan lain-lain), gerak ini
sifatnya rambang karena sewaktu-waktu tidak dapat ditentukan dan tidak
teratur kapan terjadinya fluktuasi misal pada kondisi penunjukan jarum
pada galvanometer yang sangat halus terganggu akibat tumbukan

3
molekul udara, fluktuasi-fluktuasi kecil pada saat pengukuran nisbah e/m
(perbandingan muatan dan massa elektron), dan sebagainya.
4) Radiasi latar-belakang, misal radiasi gelombang elektromagnetik hand
phone, sinar X, kamera digital, radiasi kosmos dari luar angkasa, radiasi
gelombang radio, radiasi dari sebuah antena dan sebagainya. Beberapa
radiasi ini dapat menggangu pengukuran dengan menggunakan alat
pencacah karena akan terhitung sewaktu kita mengukurnya.
5) Getaran landasan, misal pada alat pengukur gempa (seismograf). Alat ini
sangat peka dan dapat terganggu apabila landasan telah bergetar.
c. Kesalahan sistematik (systematic error) yaitu kesalahan yang disebabkan
pada alat ukur sendiri. Kesalahan sistematik juga merupakan kesalahan
yang sebab-sebabnya dapat diidentifikasi dan secara prinsip dapat
dieliminasi. Kesalahan sistematis akan menghasilkan setiap bacaan yang
diambil menjadi salah dalam satu arah. Kesalahan sistematis dapat
menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari hasil sebenarnya dan
simpangan tersebut mempunyai arah tertentu. Beberapa contoh kesalahan
sistematis antara lain:
1) kesalahan titik nol, artinya kesalahan yang terjadi karena titik nol skala
tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk, atau jarum penunjuk
pada alat ukur tidak kembali tepat pada angka nol. Bila sudah diatur
maksimal tetapi tidak tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya
harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan
pembacaan skala.
2) adanya penafsiran nilai skala terkecil (least count) yang ditimbulkan oleh
keterbatasan alat ukur tersebut.
3) adanya ketidakteraturan obyek ukur menyebabkan kesalahan hasil
pengukuran.
4) kesalahan kalibrasi (faktor alat), kesalahan ini terjadi pada saat pembuat -
an produk dimana cara memberi nilai skala alat tidak sesuai sehingga
berakibat setiap kali alat digunakan. Hal ini dapat diketahui dengan cara
membandingkan alat yang tidak sesuai skalanya dengan alat standar yang
baku.
5) kelelahan alat, dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga
tidak akurat lagi hasilnya dan bahkan tidak berfungsi kembali dengan
baik. Contohnya pegas yang mulai mengendur dan melembek pada
percobaan konstanta pegas, jarum penunjuk pada voltmeter bergesekan
dengan garis skala, penggunaan baterai sebagai sumber tegangan pada
multimeter digital yang kalah dan haus, melemahnya pegas yang
digunakan pada neraca pegas sehingga dapat memengaruhi gerak jarum
penunjuk dan sebagainya.
6) kondisi saat mengukur dan mengamati atau sering disebut kesalahan
karena lingkungan (environmental errors). Penggunaan alat ukur pada
saat keadaan yang berbeda dengan keadaan pada waktu alat dikalibrasi
(misal efek perubahan suhu, kelembaman udara, tekanan udara luar,
ruang yang berbeda, medan elektromagnetik) akan menyebabkan
terjadinya kesalahan. Kesalahan karena lingkungan (environmental
errors) yakni jenis kesalahan akibat dari keadaan luar yang berpengaruh
terhadap instrumen seperti contoh tersebut.

4
7) kesalahan paralaks (arah pandang), pada saat membaca nilai skala,
pengamat berpindah tempat/tidak tepat melihatnya/obyek yang dilihat
berbeda dengan obyek pertama yang diamati sehingga menyebabkan
hasil pengukurannya berbeda dari keadaan awal.
8) Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
9) Waktu respon yang tidak tepat, artinya waktu pengukuran (pengambilan
data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya
diukur, sehingga data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya.
Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban yang
digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu
yang diukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat
menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.
10) Kondisi alat yang tidak sesuai spesifikasi,
Dari beberapa sumber kesalahan baik kesalahan dari pengamat, alat
ukur maupun kondisi lingkungan, semuanya harus diketahui terlebih dahulu
sebelum melakukan percobaan dan harus dicegah. Namun mengelakkanya
sama sekali jelas tidak mungkin karena ini di luar kemampuan manusia yang
terbatas. Sehingga kenyataan ini akan berpengaruh bahwa tidak ada hasil
pengukuran yang benar-benar 100%, tidak ada yang pasti dan sempurna,
melainkan pasti memiliki sifat keterbatasan. Inilah alasan kita sebagai
pengamat (pengukur), mengapa pengukuran itu selalu dihinggapi
ketidakpastian.
Sumber kesalahan sistematis secara umum antara lain :
• Kesalahan Alat
• Kesalahan Pengamatan
• Kesalahan Lingkungan
• Kesalahan Teoretis

Konsep pengukuran suatu besaran merupakan kegiatan membandingkan


besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
Akurasi pengukuran berhubungan dengan kesalahan sistematik. Pengukuran
dikatakan akurat jika kesalahan sistematik kecil. Presisi pengukuran
berhubungan dengan kesalahan acak atau random. Pengukuran dikatakan presisi
jika kesalahan acak kecil. Untuk mengukur panjang suatu benda dapat digunakan
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengunaan alat ukur panjang harus
disesuaikan dengan benda yang akan diukur.

◼ Akurasi (ketelitian) adalah ukuran yang menyatakan nilai maksimum


keseluruhan error yang diperkirakan muncul dalam pengukuran suatu variabel
- Akurasi biasanya dinyatakan sebagai inakurasi (ketidaktelitian)
- Akurasi didefinisikan sebagai kedekatan dari kesesuaian antara hasil
pengukuran dengan nilai benar besaran ukur
- Akurasi merupakan suatu konsep kualitatif
- Ketelitian adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari
nilai yang diukur terhadap nilai benar x0.
◼ Ketepatan (akurasi) adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan
hasil pengukuran yang sama. Dengan memberikan suatu nilai tertentu pada

5
besaran fisis, ketepatan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan perbedaan
hasil-hasil pengukuran pada pengukuran berulang.

◼ Akurasi dinyatakan dalam bentuk variabel yang diukur


- Dalam bentuk persentase terhadap pembacaan skala penuh (Full Scale/FS)
- Dalam bentuk persentase terhadap span (kisaran/range pengukuran)
- Dalam bentuk persentase terhadap nilai pembacaan
Contoh :
o Akurasi + 2oC menyatakan adanya ketidakpastian sebesar + 2oC dalam
setiap nilai suhu yang diukur
o Akurasi + 0,5% FS (Full Scale) pada sebuah volmeter yang mempunyai
kisaran skala penuh 5 volt, berarti dalam setiap pengukuran terdapat
ketidakpastian sebesar + 0,025 volt.
o Akurasi +3% untuk kisaran pengukuran tekanan antara 20 – 50 psi adalah
(0,03)(50-20)psi = 0,9 psi
o Akurasi +2% dari pembacaan pada hasil pengukuran 2 volt menyatakan
ketidakpastian sebesar +0,04 volt.

◼ Presisi (ketepatan) adalah tingkat kedekatan antara hasil pengukuran


individual dari nilai rata-ratanya pada pengukuran berulang.
- Presisi adalah kedekatan dari kesesuaian antar hasil pengukuran bebas yang
dilakukan dalam kondisi tertentu.
- Presisi berhubungan dengan distribusi kesalahan acak, tidak berhubungan
dengan kedekatan terhadap nilai benar x0

◼ Sensitivitas (Kepekaan) adalah ukuran yang menyatakan hubungan antara


perubahan keluaran dan perubahan masukan sensor
- Dinyatakan oleh fungsi alih
- Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dikenal oleh
instrumen/alat ukur.
- Contoh: sensitivitas sebuah sensor suhu, 10 mV/oC .

◼ Resolusi adalah perubahan variabel masukan terkecil yang dapat diukur


- Dinyatakan sebagai persentase terhadap kisaran skala penuh
- Threshold adalah masukan terkecil yang dapat diukur.

◼ Linieritas didefinisikan sebagai simpangan maksimum kurva kalibrasi


terhadap suatu garis lurus.
- Linieritas didefinisikan sebagai simpangan maksimum kurva kalibrasi
terhadap suatu garis lurus.

◼ Histerisis adalah perbedaan nilai pembacaan sensor untuk suatu nilai masukan
tertentu bila nilai masukan tersebut didekati dari nilai yang lebih rendah dan
yang lebih tinggi.
- Histerisis dinyatakan sebagai persentase deviasi maksimum (antara kurva
naik dan kurva turun) terhadap nilai skala penuh.

Anda mungkin juga menyukai