I. Pengertian Tentang Mengukur, Nilai Ukur, Objek Ukur, Standar Ukur Alat
Ukur
1. Pengukuran (measurement)
Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam
bentuk angka (kuantitatif). Jadi mengukur adalah suatu proses mengaitkan angka
secara empirik dan obyektif pada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka
yang diperoleh tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau
kejadian yang diukur. Atau secara umum (sederhana) adalah: membandingkan suatu
besaran yang tidak diketahui harganya dengan besaran lain yang telah diketahui
nilainya. Alat ukur digunakan untuk keperluan pengukuran.
2. Nilai Ukur
1
praktikan harus melakukan eksperimen tidak hanya sekali agar memperoleh data yang
akurat dan presisi.
Kesalahan umum yang fatal dan sering terjadi adalah bagi pemula
pengamat/pengukur yang baru menggunakan instrumen sehingga dalam memakai
instrumen tersebut menjadi tidak sesuai dan bahkan rusak karena faktor
penggunaan yang salah total. Pada umumnya instrumen-instrumen yang
menggunakan jarum penunjuk berubah kondisi sampai batas tertentu setelah
digunakan dalam mengukur sebuah rangkaian yang lengkap dan kompleks,
sehingga akibatnya besaran yang diukurakan berubah pula.
4
ingin mengukur periode getar suatu beban yang digantungkan pada pegas
dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang diukur sering tidak tepat
karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch saat kejadian
berlangsung.
Dari beberapa sumber kesalahan baik kesalahan dari pengamat, alat ukur maupun
kondisi lingkungan, semuanya harus diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan
percobaan dan harus dicegah. Namun mengelakkanya sama sekali jelas tidak
mungkin karena ini diluar kemampuan manusia yang terbatas. Sehingga kenyataan
ini akan berpengaruh bahwa tidak ada hasil pengukuran yang benar-benar 100%,
tidak ada yang pasti dan sempurna, melainkan pasti memiliki sifat keterbatasan.
Inilah alasan mengapa pengukuran itu selalu dihinggapi ketidakpastian.
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja.Dalam
pengukuran tunggal, nilai benar (x0) adalah nilai pengukuran itu sendiri.Jika
diperhatikan, setiap alat ukur atau instrumen mempunyai skala yang berdekatan
yang disebut skala terkecil. Nilai ketidakpastian (Δx) pada pengukuran tunggal
diperhitungkan dari skala terkecil alat ukur yang dipakai. Nilai dari ketidakpastian
pada pengukuran tunggal adalah setengah dari skala terkecil pada alat ukur.
Dalam praktikum fisika, selain dari pengukuran tunggal pengukuran besaran juga
dilakukan secara berulang kali (2 atau 3 kali saja) dan pengulangan lebih dari 3
kali.Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai terbaik dari pengukuran
tersebut.Dengan demikian, pengukuran berulang adalah pengukuran yang
dilakukan beberapa kali atau berulang-ulang (2 atau 3 kali dan lebih dari 3
kali).Dalam pengukuran berulang, pengganti nilai benar adalah nilai rata-rata dari
hasil pengukuran.Jika suatu besaran fisis diukur sebanyak N kali, maka nilai rata-
rata dari pengukuran tersebut dihitung.
a) Ketidakpastian Mutlak
5
Presisi pengukuran merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu fisika
untuk mendapatkan hasil kebenaran. Hasil pengukuran selalu mempunyai
derajat ketidakpastian, dalam hal ini tidak ada pengukuran yang mutlak
kebenarannya dan tepat. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran
menyebabkan hasil pengukuran tidak bisa dipastikan sempurna. Dengan kata
lain, terdapat suatu ketidakpastian dalam pengukuran. Oleh karena
itu, kesalahan itu pasti mutlak dalam pengukuran. Ketidakpastian mutlak
(KM) adalah kesalahan terbesar yang mungkin timbul dalam pengukuran.
X = ( ± x) [X] …………………(2)
Keterangan:
1
∆𝑥 = 2 𝑑ari nilai skala terkecil suatu alat …(3)
𝛿𝑥1 = ⌊𝑥 − 𝑥̅ ⌋……………………(4)
𝛿𝑥2 = ⌊𝑥 − 𝑥̅ ⌋……………………(5)
𝛿𝑥3 = ⌊𝑥 − 𝑥̅ ⌋……………………(6)
6
∆𝑥 = 𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠 ………………….(7)
Sedangkan untuk pengukuran sebanyak leih dari 3 kali, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus standar deviasi (simpangan baku S x) yaitu:
1 𝑁 ∑ 𝑥𝑖2 −(∑ 𝑥𝑖 )2
𝑆𝑥 = 𝑛 √ ………………….(8)
𝑁−1
Contoh:
b. Ketidakpastian Relatif
Untuk menyatakan ketidakpastian suatu besaran digunakan metode lain
yaitu dengan menggunakan ketidakpastian relatif. Ketidakpastian relatif
(KR) adalah ketidakpastian mutlak pengukuran dibandingkan dengan hasil
7
pengukuran dalam persen. Ketidakpastian relatif dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
∆𝑥
KR = x 100% ………………….(9)
𝑥
KR = x 100 % = 1,72%
KR = x 100 % = 1,56%
Oleh karena ketidakpastian relatif pada T2 lebih kecil daripada T1, maka
sangat jelas bahwa pengukuran T2 lebih teliti dari pada pengukuran T1. Akan
tetapi, jika diperhatikan kedua pengukuran tersebut ketepatannya sama
karena ketidakpastian mutlaknya sama yaitu 0,5 0C.
Jadi jelas dari dua Hasil tingkat kepercayaan di atas ternyata yang lebih
mendekati kebenaran hasil pengukuran adalah pengukuran T2. Artinya
semakin tinggi suatu tingkat kepercayaan maka semakin mendekati hasil
kebenaran suatu pengukuran.
d. Angka Berarti
Jumlah angka berarti ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Angka yang
dapat dilaporkan dalam suatu pengukuran berulang dapat mengikuti aturan
sebagai berikut:
∆𝑥
Ketidakpastian relatif dalam % ( 𝑥 )sekitar 0,1% berlaku atas 4 AB (11)
∆𝑥
Ketidakpastian relatif dalam % ( 𝑥 )sekitar 1% berlaku atas 3 AB (12)
∆𝑥
Ketidakpastian relatif dalam % ( 𝑥 )sekitar 10% berlaku atas 2 AB (13)
Jumlah ini harus sesuai ketepatannya yang dicapai dalam pengukuran agar
pembaca yang membaca hasil laporan itu tidak keliru pada tingkat ketelitian
pengukuran tersebut. Secara persamaan dituliskan sebagai berikut:
∆𝑥
Angka Berarti (AB) = 1 log ………...(14)
𝑥
Contoh:
Ketidakpastian relatif pada pengukuran T1 adalah
9
Namun demikian, ada sesuatu hasil pengukuran yang diperoleh dengan
melalui suatu perhitungan. Sebagai contoh sebuah benda bepindah sejauh
10,00 meter diukur dengan mistar, menempuh waktu perpindahan sebesar
5,00 sekon menggunakan stopwatch.
𝐴 𝐴 𝐴
∆𝐴 = ∆𝑓 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = ⌊ ⌋ ∆𝑥 + ⌊ ⌋ ∆𝑦 + ⌊ ⌋ ∆𝑧 + ⋯. . (16)
𝑥 𝑦 𝑧
A = x ± y …………………….. (17)
= +
∆𝐴 ∆𝑥 ∆𝑦
= ⌊𝑥 + ⌋ ……..……..(19)
𝐴 𝑦
= +
11
Atau
∆𝐴 ∆𝑥 ∆𝑦
= ⌊ 𝑥 ⌋ + ⌊ 𝑦 ⌋ ……..……..(22)
𝐴
Contoh:
X=10,00 m
v= = = 1,923076 m/s
= 1,92 m/s (3 angka penting)
v = = s.t-1
= +
Jadi =
Atau =
=
=
= 3,707840232071
= 3,708 (3 angka penting)
Jadi, besarnya kecepatan mobil tersebut yang dilaporkan adalah
= cm/s
= cm/s
A= f(x, y, z, ....)
𝛿𝐴 2 𝛿𝐴 2 𝛿𝐴 2
∆𝐴 = ∆𝑓 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = √⌊𝛿𝑥 ⌋ ∆𝑥 2 + ⌊𝛿𝑦 ⌋ ∆𝑦 2 + ⌊ 𝛿𝑧 ⌋ ∆𝑧 2 … … (26)
x=
13
Keterangan
x = ketidakpastian mutlaknya (standar deviasi) besaran x
xi = data pengukuran ke-i
n = banyaknya data yang terukur
A=
A=
Operasi pembagian
Misalkan x dan y adalah hasil pengurangan langsung tunggal, maka
dengan bentuk hasil perhitungan operasi pembagian adalah
𝑥
𝐴= = 𝑥𝑦 −1 …………………… (27)
𝑦
14
1 𝑥 2
∆𝐴 = √(⌊ ∆𝑥 + 2
⌋) …………………… (29)
𝑦 𝑦
Contoh:
Suatu rangkaian percobaan akan ditenttukan nilai hambatan listrik.
Dari tiga pengukur diperoleh data sebagai berikut:
Maka
(perhitungan)
A (perhitungan)
= 0,15 A (2 Angka Penting)
Jadi R= = = 29,86666666667 Ω
=29,87 Ω (3 angka penting).
15
1) Untuk adalah :
= 0,02 V
= 0,03 V
= 0,02 V
= 0,0004 + 1,992
=
= 1,411
3. Objek Ukur
Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari karakteristik
dimensionalnya, misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran permukaan dst, agar
hasil ukurnya memberikan nilai yang aktual, maka sebelum proses pengukuran
dilakukan, obyek ukur harus dibersihkan dahulu dari debu, minyak atau bahan lain yang
menutup atau mengganggu permukaan yang akan diukur.
4. Standar Ukur
Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan acuan fisik pada
proses pengukuran. Bagi pengukuran dimensional standar satuan ukuran adalah standar
panjang dan turunannya. Dalam proses pengukuran yang baik menuntut standar ukur
yang mempunyai akurasi yang memadai dan mampu telusur ke standar
nasional/internasional.
5. Alat Ukur
Alat ukur atau instrumen adalah komponen sistem pengukuran yang berfungsi sebagai
sarana pembanding antara obyek ukur dan standar ukur, agar nilai obyek ukur dapat
16
ditentukan secara kuantitatif dalam satuan standarnya. Ciri-ciri dari alat ukur yang
baik adalah yang memiliki kemampuan ulang yang ketat, kepekaan yang tinggi,
histerisis yang kecil dan linieritas yang memadai
Contoh alat ukur untuk : (1) demensi PANJANG: Meteran Kain, Pengaris/Mistar,
Roll Meter, Caliper, dll; (2) demensi BOBOT/MASSA: Timbangan Pegas,
Timbangan Skala, Timbangan Balance, dll ; (3) demensi SUHU : Termometer ; dan
(4) demensi WAKTU: Jam tangan, Stop Watch, dll.
Instrumen
Instrumen adalah alat ukur yang mempunyai sifat komplek, yang minimal terdiri atas
komponen: (a) Transducer atau Sensor atau Elemen Pengindera, (b) Pengkondisi
Sinyal tercakup a.l: Amplifier/penguat, Peredam, dan Penyaring, dan (c) Unit
Keluaran Analog (Skala Jarum dll) atau Peraga Digital atau Monitor. Sensor dipakai
untuk menangkap adanya perubahan sinyal, Pengkondisi Sinyal untuk merubah nilai
kekuatan sinyal yang ditangkap, Monitor sebagai penunjuk pengukuran atau sinyal
yang diperoleh.
17
1. Alat Ukur Mekanik,
Alat ukur mekanik yaitu alat ukur yang penggunaanya secara mekanik. Alat ukur
mekanik ini pada umumnya diunakan untuk mengukur panjang, lebar, kedalaman,
diameter luar dan diameter dalam sebuah benda.
Skala pengukuran yang digunakan sering digunakan pada alat ukur mekanik ini adalah
skala metrik dan skala inchi.
a. Mistar baja
Mistar baja atau penggaris baja merupakan salah satu alat ukur mekanik dan
memiliki fungsi untuk mengukur panjang, lebar, ketinggian ataupun kedalaman
suatu benda. Skala ukuran pada mistar baja ini memiliki tingkat ketelitian 0,5 mm
atau 1 mm.
Panjang dari mistar baja juga bervariasi, panjang mistar yang sering digunakan di
bengkel otomotif adalah mistar baja yang memiliki panjang 300 mm atau 30 cm
dan mistar baja yang memiliki panjang 500 mm.
Pada mistar baja, ada juga yang menggunakan dua skala pengukuran yaitu skala
metrik dan skala inchi.
18
Skala ukuran yang terdapat pada penggaris gulung ini dibedakan menjadi dua
skala, yaitu ada yang menggunakan skala metrik dan ada yang menggunakan skala
inchi.
Penggaris gulung atau measuring tape berfungsi untuk mengukur panjang, lebar,
kedalaman atau ketinggian yang memiliki jarak yang luas.
Busur derajat atau protactor ini berfungsi untuk mengukur atau memeriksa sudut-
sudut suatu benda. Alat ini dapat mengukur sudut dari benda hingga 1800.
d. Outside caliper
Outside caliper berfungsi untuk mengukur diameter luar, mengukur dimensi luar
dan memeriksa apakah permukaan luar dari benda yang diukur sejajar atau tidak.
Outside caliper terdapat dua kaki sebagai pengukur,serta titik putar pegas (spring
pivot point) dan sekrup penyetel (adjustment screw).
e. Inside caliper
Inside caliper berfungsi untuk mengukur diameter bagian dalam, mengukur
dimensi bagian dalam dan untuk memeriksa apakah permukaan bagian dalam
suatu benda sejajar atau tidak.
Inside caliper memiliki dua kaki yang dihubungkan dengan spring pivot point serta
memiliki sekrup penyetel (adjustment screw) untuk menahan kedua kakinya saat
pengukuran agar kedua kaki tidak bergeser.
f. Depth gauge
Depth gauge atau alat pengukur kedalaman berfungsi untuk mengukur kedalaman
suatu lubang.
Depth gauge terdiri dari kompoen penggaris baja kecil yang memiliki skala utama
dan bagian geser yang terdapat skala vernier.
19
g. Valve spring tester
Valve spring tester berfungsi untuk menguji tingkat elastisitas dari pegas. Skala
daya pegas standar memiliki skala maksimal 158 kg atau 350 lb.
h. Feeler gauge
Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah antar komponen dan untuk
memeriksa keausan antar komponen.
Feeler gauge terdiri dari beberapa bilah tipis yang memiliki ketebalan yang
berbeda-beda.
i. Vernier caliper
Vernier caliper atau juga sering disebut dengan jangka sorong memiliki fungsi
untuk mengukur diameter luar suatu benda, mengukur diameter dalam suatu benda
dan mengukur kedalaman dari suatu benda.
Jangka sorong memiliki beberapa bagian yaitu rahang bawah, rahang atas,
pengukur kedalaman, sekrup pengunci, skala utama dan skala vernier/ nonius.
Jangka sorong memiliki beberapa tingkat ketelitian yaitu tingkat ketelitian 0,1 mm,
tingkat ketelitian 0,05 mm, tingkat ketelitian 0,02 mm, tingkat ketelitian 1/128
inchi dan tingkat ketelitian 1/1000 inchi.
j. Outside micrometer
Outside micrometer atau micrometer luar memiliki fungsi untuk mengukur
diameter luar suatu benda dengan tingkat ketelitian yang lebih teliti dibandingkan
dengan jangka sorong.
Outside micrometer memiliki beberapa bagian, antara lain frame, anvil, spindle,
lock, sleeve, thimble dan rachet stopper/ rachet knob.
k. Inside micrometer
Inside micrometer atau micrometer dalam memiliki fungsi untuk mengukur
diameter dalam suatu benda dengan tingkat ketelitian yang lebih teliti
dibandingkan dengan jangka sorong.
Inside micrometer terdiri dari beberapa komponen, antara lain spindle, spacer,
spindle lock screw, sleeve dan timble.
m. Telescoping gauge
Telescoping gauge memiliki fungsi untuk mengukur diameter dalam suatu benda
yang memiliki ukuran yang kecil sehingga tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan micrometer.
Bagian-bagian dari telescoping gauge terdiri dari locking screw, handle atau grip
dan plunger.
n. Dial indicator
Dial indicator berfungsi untuk mengukur kebengkokan dan keolengan atau run out
suatu suatu benda atau poros.
21
a. Multimeter
Multimeter atau multitester berfungsi untuk mengukur arus, tegangan, tahanan
listrik, frekuensi, nilai kapasitas, hubungan atau konektivitas pada rangkaian.
b. Osiloskop
Osiloskop berfungsi untuk :
1) Mengukur besar tegangan (voltage) listrik dan hubungannya terhadap waktu
2) Mengukur frekuensi signal yang berosilasi
3) Mengecek frekuensi signal pada rangkaian
4) Membedakan arus AC dan DC
5) Mengecek suara atau noise pada sebuah rangkaian kelistrikan dan
hubungannya terhadap waktu.
c. Scanner
Scanner merupakan alat ukur yang digunakan pada kendaraan-kendaraan injeksi.
Scanner berfungsi untuk mengecek kesalah atau malfunction dari suatu sistem di
kendaraan EFI, mengukur kerja sensor-sensor dan aktuator-aktuator.
e. Timing light
Timing light berfungsi untuk mengetahui atau memeriksa saat pengapian
kendaraan. Saat pengapian kendaraan yaitu saat busi mulai memercikkan bunga
api.
22
3. Alat Ukur Pneumatik
Alat ukur pneumatik adalah salah satu alat ukur yang banyak digunakan pada bidang
otomotif. Pengertian alat ukur pneumatik adalah alat ukur yang dapat digunakan atau
bekerja apabila terdapat pengaruh tekanan atau perbedaan tekanan gas, udara, dan zat
gas lainnya. Dengan kata lain alat ukur pneumatik adalah alat ukur yang memanfaatkan
tekanan atau kevakuman untuk mengukur sesuatu.
Alat ukur pneumatik secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu barometer
dan vacuum gauge. Barometer digunakan untuk mengukur tekanan zat gas pada suatu
ruangan. Sementara itu vacuum gague digunakan untuk mengukur tingkat kevakuman.
Kedua tipe alat ukur pneumatik ini sebenarnya sama. Namun karena fungsinya berda
pada pengukuran kendaraan memiliki penamaan yang berbeda juga.
Oleh karena itu terdapat berbagai jenis alat ukur pneumatik dengan berbagai fungsi yang
berbeda-beda. Setiap jenis alat ukur pneumatik memiliki prosedur penggunaan yang
berbeda-beda. Seorang mekanik harus mengetahui berbagai jenis alat ukur pneumatik.
Untuk lebih jelasnya berikut merupakan pembahasan mengenai alat ukur
pneumatik baik dari jenis maupun fungsinya.
23
a. Tyre pressure gauge
Tyre pressure gauge berfungsi untuk memeriksa tekanan udara pada ban, agar
tekanan udara pada ban sesuai dengan tekanan spesifikasinya. Ada beberapa
macam tyre gauge, tyre pressure gauge ada yang terpisah dari pompa ban dan ada
yang menjadi satu dengan pompa ban.
c. Radiator tester
Radiator tester berfungsi untuk memeriksa kebocoran sistem pendingin dan juga
untuk memeriksa kerja tutup radiator.
d. Compression tester
Compression tester berfungsi untuk mengukur tekanan kompresi pada silinder
mesin pada kendaraan.
III. Kalibrasi
1. Pengertian Kalibrasi
24
Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan sudah
akurat. Hasil pengukuran yang tidak konsisten akan berdampak langsung terhadap kualitas
produk.
Kalibrasi merupakan proses pengecekkan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara
membandingkan suatu standar yang tertelusur dengan standar Nasional maupun
Internasional dan bahan-bahan acuan yang tersertifikasi.
Alat ukur yang paling mahalpun juga bisa rusak karena kurangnya akurasi setelah dipakai
dalam jangka waktu tertentu. Dilakukannya kalibrasi alat ukur bukan hanya untuk memenuhi
salah satu persyaratan Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Lingkungan ataupun
Sistem Manajemen K3.
2. Istilah Penting
Berbagai istilah penting yang diberikan disini adalah istilah-istilah yang diambil dari
Standar International. Istilah-istilah tersebut kebanyakan mempunyai pengertian dan
aplikasi khusus dibandingkan dengan difinisi umum yang terdapat dalam kamus,
dengan demikian berbagai definisi yang diberikan lebih ditekankan untuk
memperjelas penggunaan atau memperlancar komunikasi dan kesamaan pengertian.
25
Metrologi (Metrology) :
Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengukuran.
Instrumentasi :
Bidang ilmu dan teknologi yang mencakup perancangan, pembuatan, penggunaan
instrumen/alat fisika atau sistem instrumen untuk keperluan deteksi, penelitian,
pengukuran serta pengolahan data.
Pengukuran (measurement) :
Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam
bentuk angka (kuantitatif). Jadi mengukur adalah suatu proses mengkaitkan angka
secara empirik dan obyektif pada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka
yang diperoleh tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau
kejadian yang diukur.
Kalibrasi (calibration) :
Serangkaian kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukan alat
ukur atau menujukkan nilai yang diabadikan bahan ukur dengan cara
membadingkannya dengan standar ukur yang tertelusuri ke standar nasional dan/atau
international.
Ketelitian (accuracy) :
Kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi pendekatan terhadap harga
sebenarnya dari obyek yang diukur.
Definisi lain dari Ketelitian adalah: harga terdekat suatu pembacaan instrumen dari
variabel yang diukur terhadap harga sebenarnya sehingga tingkat kesalahan
pengukuran menjadi lebih kecil. Ketelitian berkaitan dengan alat ukur yang
digunakan pada saat pengukuran.
Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi
operasi tertentu dan dapat diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi
dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat
diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada
akurasinya.
Ketepatan (precision) :
Kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang didistribusikan sekitar nilai rata-
ratanya atau penyebaran nilai pengukuran individual dari nilai rata-ratanya. Alat ukur
yang mempunyai presisi yang bagus tidak menjamin bahwa alat ukur tersebut
mempunyai akurasi yang bagus.
26
Definisi lain dari Ketepatan adalah: tingkat kesamaan nilai pada sekelompok
pengukuran atau sejumlah nilai dimana pengukuran dilakukan secara berulang-ulang
dengan instrumen yang sama. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah cara
melakukan pengukuran. Contoh- contoh masalah dalam ketelitian atau presisi: (1) adanya
kesalahan paralax; (2) adanya kesesuaian (conformity); dan (3) adanya jumlah angka
berarti jumlah angka di belakangkoma untuk menyatakan hasil pengukuran.
Sensitivitas (sensitivity)
Perbandingan antara sinyal keluaran/respon instrumen terhadap perubahan variabel
masukan yang diukur.
Repeatabilitas (repeatability) :
Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan hasil yang sama dari proses pengukuran
yang dilakukan berulang-ulang dan identik.
Kesalahan (error) :
Beda aljabar antara nilai ukuran yang terbaca dengan nilai “sebenarnya“ dari obyek yang
diukur. Perubahan pada reaksi alat ukur dibagi oleh hubungan perubahan aksinya.
Definisi lain dari Kesalahan adalah: penyimpangan variabel yang diukur dari nilai
sebenarnya.
Resolusi (resolution) :
Besar pernyataan dari kemampuan peralatan untuk membedakan arti dari dua tanda
harga atau skala yang paling berdekatan dari besaran yang ditunjukkan. Atau dengan
kata lain adalah perubahan terkecil pada nilai yang diukur dari respon suatu
instrumen.
Koreksi (correction) :
Suatu harga yang ditambahkan secara aljabar pada hasil dari alat ukur untuk
mengkompensasi penambahan kesalahan sistematik.
Ketertelusuran (traceability) :
Terkaitnya hasil pengukuran pada standar nasional/internasional melalui peralatan
ukur yang kinerjanya diketahui, standar-standar yang dimiliki laboratorium tempat
pengukuran dilakukan dan kemampuan personil lab. tersebut.
Kehandalan (reliability) :
Kesanggupan alat ukur untuk melaksanakan fungsi yang disyaratkan untuk suatu
periode yang ditetapkan.
27
Ketidakpastian Pengukuran (uncertainty) :
Perkiraan atau taksiran rentang dari nilai pengukuran dimana nilai sebenarnya dari
besaran obyek yang diukur (measurand) terletak.
Transduser :
Bagian dari alat ukur untuk mengubah atau mengkonveksikan suatu bentuk energi
atau besaran fisik yang diterimanya (sensing elemen) kedalam bentuk energi yang
lain, sehingga mudah diolah oleh peralatan berikutnya.
Sensor :
Bagian/elemen dari alat ukur yang secara langsung berhubungan dengan obyek yang
terukur (elemen perasa).
Jangkauan (span) :
Beda modulus antara dua batas rentang nominal dari alat ukur, Contoh : Rentang
nominal – 10V sampai 10 Volt. Jangkauan 20 V
3. Satuan SI (Sistem Internasional)
Contoh satuan baku dalam Sistem Internasional (SI) adalah sentimeter, kilometer, detik,
menit, jam. Penamaan ini berasal dari bahasa Perancis, Le Systeme Internationale
d'Unites.
Setelah 1700, sekelompok ilmuwan menggunakan sistem ukuran yang disebut dengan
Sistem Metrik. Pada 1960, Sistem Metrik dipergunakan dan diresmikan sebagai Sistem
Internasional.
Dalam satuan SI, setiap jenis ukuran memiliki satuan dasar. Contoh panjang memiliki
satuan dasar meter. Untuk hasil pengukuran lebih besar atau lebih kecil dari meter,
digunakan awalan-awalan.
Berikut ini tabel awalan satuan dalam SI beserta simbol dan kelipatannya:
Awalan SI
28
Basis Basis
Nama Simbol Skala pendek Skala panjang
1000 10
yota Y 10008 1024 1.000.000.000.000.000.000.000.000 septiliun kuadriliun 1991
zeta Z 10007 1021 1.000.000.000.000.000.000.000 sekstiliun triliar 1991
eksa E 10006 1018 1.000.000.000.000.000.000 kuintiliun triliun 1975
peta P 10005 1015 1.000.000.000.000.000 kuadriliun biliar 1975
tera T 10004 1012 1.000.000.000.000 triliun biliun 1960
giga G 10003 109 1.000.000.000 biliun miliar 1960
mega M 10002 106 1.000.000 juta 1873
kilo k 10001 103 1.000 ribu 1795
hekto h 10002/3 102 100 ratus 1795
deka da 10001/3 101 10 puluh 1795
10000 100 1 satu –
desi d 1000−1/3 10−1 0,1 sepersepuluh 1795
senti c 1000−2/3 10−2 0,01 seperseratus 1795
mili m 1000−1 10−3 0,001 seperseribu 1795
mikro µ 1000−2 10−6 0,000001 sepersejuta 1873
nano n 1000−3 10−9 0,000000001 sepersebiliun sepersemiliar 1960
piko p 1000−4 10−12 0,000000000001 sepersetriliun sepersebiliun 1960
femto f 1000−5 10−15 0,000000000000001 sepersekuadriliun sepersebiliar 1964
ato a 1000−6 10−18 0,000000000000000001 sepersekuintiliun sepersetriliun 1964
zepto z 1000−7 10−21 0,000000000000000000001 sepersesekstiliun sepersetriliar 1991
yokto y 1000−8 10−24 0,000000000000000000000001 seperseseptiliun sepersekuadriliun 1991
Sistem Internasional lebih mudah digunakan karena disusun berdasarkan kelipatan bilangan
10. Penggunaan awalan di depan satuan dasar SI menunjukkan bilangan 10 berpangkat yang
dipilih.
Pengukuran yang baik dan tepat memerlukan alat ukur yang sesuai.
29