Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA DASAR I

MENENTUKAN MASSA JENIS SUATU BENDA BERATURAN MELALUI


PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Eksperimen Fisika Dasar I
Dosen Pengampu: Dra.Hj.Heni Rusnayati,M.Si.

Disusun oleh:
Yoga Pratama Putra (1504283)

SUHU TEKANAN
AWAL 25,000 0,5 68,4000 0,0025 atm
AKHIR 23,800 0,5 68,4200 0,0025 atm

DEPARTEMEN PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
A. Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara menentukan massa jenis dari sebuah kubus logam menggunakan
alat bantu ukur penggaris dan neraca digital?
B. Tujuan
1. Menentukan nilai hasil pengukuran menggunakan alat ukur (penggaris dan neraca
digital)
2. Untuk menentukan massa jenis dari benda logam beraturan.

C. Manfaat
Memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang cara menentukan nilai hasil
pengukuran menggunakan alat ukur penggaris dan neraca digital beserta nilai ketidak
pastiannya.
D. Dasar teori
a. Alat ukur dasar
Alat ukur dalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas
atau variabel fisis.
Jenis-jenis alat ukur: Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu alat
ukur analog dan digital.
Terdapat dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Alat ukur
analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukkan
temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada skala meter, atau
penunjukan skala elektronik. Sedangkan alat ukur digital memberikan hasil
pengukuran yang bernilai diskrit.Contohnya pada hasil pengukuran tegangan atau arus
dari meter digitalyang merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu yang
ditunjukkan pada panel display-nya.

b. Nilai Skala Terkecil


Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi,
inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitiansuatu alat
ukur sangat bergantung pada NST.

c. Skala Nonius
Skala nonius merupakan skala alat ukur yang dapat mengukur besaran (misalnya
dimensi panjang), dengan ketelitian lebih tinggi dari skala biasa yang hanya sanggup
mengukur besaran kasar. Sebagai contohnya yaitu skala nonius yang terdapat pada
alat ukur micrometer sekrup.

d. Parameter Alat Ukur


Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:
1) Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variable
yang diukur.
2) Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat
untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3) Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4) Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh
alat ukur.
5) Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
6) Instrumen, alat ukur menentukan nilai atau besaran suatu kuantitas atau
variabel.
7) Sensitivitas, perbandingan antara sinyal keluaran atau respons instrument
terhadap perubahan masukan atau variable yang diukur.
8) Ketepatan, suatu ukuran kemampuan untuk hasil pengukuran yang serupa

e. Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat yang
berbeda-beda. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu
besaran melalui pengukuran sehingga sangat diperlukan beberapa
panduan dalammemperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin cara melaporkan
ketidakpastian yang menyertainya.
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi adalah
penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang
berbeda digunakan dalam pengukuran. Langkah pertama yang diperlukan untuk
menguranginya adalah mempelajari kesalahan-kesalahan tersebut; dimana dari hal ini
juga dapat ditentukan ketelitian hasil akhir.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi dalam
tiga jenis, yaitu :
1. Kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh kesalahan
manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak
tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan kesalahan penaksiran. Selama
manusia terlibat dalam pengukuran, kesalahan jenis ini tidak dapat dihindari; namun
jenis kesalahan ini tidak mungkin dihilangkan secara kesuluruhan, usaha untuk
mencegah dan memperbaikinya perlu dilakukan. Beberapa kesalahan umum dapat
mudah diketahui tetapi yang lainnya mungkin sangat tersembunyi.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian instrumen
yang tidak sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah kondisi sampai
batas tertentu setelah digunakan mengukur sebuah rangkaian yang lengkap, dan
akibatnya besaran yang diukur akan berubah.
Sebagai contoh sebuah voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat
menghasilkan pembacaan yang salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam
sebuah rangkaian tahanan tinggi; sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke
sebuah rangkaian tahanannya rendah, pembacaannya bisa berlainan bergantung pada
jenis voltmeter yang digunakan (contoh 1.4). Contoh-contoh berikut menunjukkan
bahwa voltmeter menimbulkan sebuah efek pembebanan (loading effect) terhadap
rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut sewaktu mengalami
proses pengukuran.
2. Kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh kekurangan-
kekurangan pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian yang
aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai. Jenis kesalahan ini
dapat dibagi dua bagian yakni :
(1) Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak
dapat dihindarkan dari instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya tarikan
pegas yang tidak teratur, pembebanan instrumen secara berlebihan. Atau kesalahan
kalibrasi akibatnya pembacaan yang tidak tepat. Kesalahan instrumental dapat
dihindari dengan cara (i). ketepatan memilih instrumen yang sesuai peruntukannya,
(ii) menggunakan faktor-faktor koreksi setelah mengetahui banyaknya banyaknya
kesalahan instrumental, (iii) Kalibrasi instrumen dengan instrumen standar (baku).
(2) Kesalahan karena lingkungan (environmental errors) yakni jenis kesalahan akibat dari
keadaan luar yang berpengaruh terhadap instrumen, seperti efek perubahan suhu,
kelembaban udara, tekanan udara luar, atau medan elektromagnetik.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan dinamis.
Contoh mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar poros
menyebabkan kesalahan statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan instrumen
untuk memberikan respon yang cepat bila terjadi perubahan dalam variable yang diukur.
3. Kesalahan yang tak disengaja (random errors): diakibatkan oleh penyebab-
penyebab yang tidak dapat secara langsung diketahui sebab perubahan-perubahan
parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Kesalahan-kesalahan ini biasanya
hanya kecil pada pengukuran yang telah direncanakan secara baik; tetapi menjadi penting
pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi, misalkan suatu tegangan
akan diukur oleh sebuah voltmeter yang dibaca setiap setengah jam. Walaupun instrumen
dioperasikan pada kondisikondisi lingkungan yang sempurna dan telah dikalibrasikan
secara tepat sebelum pengukuran, akan diperoleh hasil-hasil pembacaan yang sedikit
berbeda selama periode pengamatan. Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara
kalibrasi apapun dan juga oleh cara pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya untuk
membetulkan kesalaha ini adalah dengan menambah jumlah pembacaan dan
menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan pendekatan paling baik terhadap
harga yang sebenarnya.

f. Ketidakpastian Mutlak
Ketidak pastian mutlak merupakan suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan karena
keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang
umumnya digunakan yaitu bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X maka
ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:
x = NST
dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai
X = x x
Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara, dantaranya
adalah menggunakan kesalahan rentang atau bisa juga menggunakan standar deviasi.

g. Kesalahan Rentang Hasil Pengukuran


Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi sama dengan pengukuran
tunggal. Kesalahan Rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan
ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai
berikut:
Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x. Misalnya n buah, yaitu x1, x2,
x3, xn
Cari nilai rata-ratanya yaitu x-bar
x-bar = (x1 + x 2 + + xn)/n
Tentukan x-mak dan x-min dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya
dapat dituliskan
x = (xmax xmin)/2
Penulisan hasilnya sebagai:
x = x-bar x

E. Alat dan Bahan


1. Kubus logam
2. Penggaris
3. Neraca digital
4. Lup

F. Prosedur Percobaan
1. Mengukur suhu dan tekanan awal ruangan.
2. Mengukur panjang,lebar,dan tinggi dari kubus logam menggunakan penggaris
secara tunggal, kemudian mencatatnya dalam tabel hasil pengamatan.
3. Mengukur panjang,lebar,dan tinggi dari kubus logam menggunakan penggaris
secara berulang sebanyak 5 kali, kemudian mencatannya dalam tabel hasil
pengamatan.
4. Mengukur massa dari kubus logam menggunakan neraca digital secara tunggal,
kemudian mencatatnya dalam tabel hasil pengamatan.
5. Mengukur massa dari kubus logam menggunakan neraca digital secara berulang
sebanyak 5 kali, kemudian mencatatnya dalam tabel hasil pengamatan.
6. Merapikan kembali alat dan bahan percobaan kemudian menaruhnya kembali ke
tempat semula.
7. Mengukur suhu dan tekanan akhir ruangan.

G. Tabel dan Data Pengamatan


Pengukuran tunggal
Panjang 2,000 0,05 cm
Lebar 2,000 0,05 cm
Tinggi 2,000 0,05 cm
Massa 67,38 0,005 gram

Pengukuran berulang
Panjang 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm
Lebar 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm
Tinggi(tetap 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm 2,000 cm
)
Massa 67,38gra 67,38gra 67,34gra 67,32gra 67,36gra
m m m m m
H. Pengolahan Data
Volume untuk p dan l pengukuran tunggal
V= p x l x t
= 2x2x2
=8 cm3
V V
V p l
p l l p

V l l p p

V
= 2 x 0,05 + 2 x 0,05
V
= 0,1 + 0,1 = 0,2
V= 8 0,2 cm3

Massa untuk pengukuran tunggal


m = m m
= 67,380 0,005 gram

Massa jenis untuk volume dari pengukuran panjang dan lebar secara tunggal
dan pengukuran massa secara tunggal
m
= V

= 67,38 / 8
= 8,4225 g/cm3

1
2
= v m + m/v x v
= 1/8 x 0,005 + 67,38/64 x 0,2
= 6,25x10-4 + 1,05 x 0,2
= 0,21 g/cm3

= 8,42 0,21 g/cm3

=
8420 210 kg/m3
Massa jenis untuk pengukuran berulang
Massa berulang

67,38+ 67,38+67,34+67,32+67,36
m= 5

= 67,36 gram
n di (gram) di d (di d)2
o (gram) gram2
1 67,38 0,02 0,0004
2 67,38 0,02 0,0004
3 67,34 0,02 0,0004
4 67,32 0,04 0,0016
5 67,36 0 0
336,78 0,1 0,0028

d
10
2
i d
m 1

n 1

m
0,0028
4

m = 0,0026

Volume pengukuran tunggal = 8 0,2 cm3


= m/v
= 67,356 / 8
= 8,42 g/cm3

1
2
= v m + m/v x v

= 1/8 x 0,0026 + 67,36/64 x 0,2


= 3,25 x 10-4 + 0,2105
= 0,2108

= 8,42 0,21 g/cm3 = 8420 210 kg/m3

I. Analisis Data
data massa jenis yang kami temukan hanya 2 buah data yaitu yang
menggunakan pengukuran massa secara berulang dan juga secara tunggal.
Kami memutuskan untuk menggunakan 2 data saja karena karena kami
menggunakan alat yang ketelitiannya kurang baik , yaitu penggaris dimana
ketelitiannya hanyalah 0,1cm sehingga data yang kami ambil walaupun secara
berulang tapi menghasilkan 5 buah data yang homogen sehingga standar
deviasinya pastilah 0 dan ketidakpastiannya pasti 0 juga. Maka kami hanya
menggunakan 2 buah data saja agar diketahui ketidakpastian dari nilai besaran
volumenya.
nilai massa jenis dari kubus logam yang kami temukan yaitu (massa
tunggal-volume tunggal) 8420 210 kg/m3 dan (massa berulang- volume
tunggal)8420 210 kg/m3. Hasil nya sama persis setelah nilai dari massa
jenis dari kedua cara penghitungan dibulatkan. Sebenarnya terdapat perbedaan
ketika nilai kedua massa jenis tersebut belum dibulatkan, tapi setelah di
bulatkan nilainya menjadi sama persis. Kesamaan nilai ini dikarenakan
penghitungan yang cukup akurat dimana 1 data menggunakan data tunggal
dan ketidak pastian hanya diperoleh dari x ketelitian neraca digital dan 1
data lainnya menggunakan standar deviasi dari 5 data massa yang diperoleh.
J. Simpulan dan Saran
Kesimpulan dari percobaan kali ini adalah kami menemukan 2 buah
data nilai massa jenis dari kubus logam yaitu 8420 210 kg/m3 dan 8420
210 kg/m3 yang menunjukan bahwa hasil pengolahan dari kedua data
tersebut sama persis.
Saran, untuk percobaan serupa ini seharusnya kita menggunakan alat
ukur panjang dengan ketelitian yang cukup besar seperti jangka sorong atau
mikrometer sekrup agar diperoleh nilai data yang variatif. Sehingga kita bisa
memvariasikan penghitungan massa jenis yang akan kita cari.

K. Daftar Pustaka
Tipler Paul. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

L. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai