Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Percobaan penentuan perbandingan jumlah mol pereaksi dilakukan dengan tujuan


untuk menentukan jumlah mol zat yang bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Dalam
suatu reaksi kimia, bahwa perbandingan jumlah mol yang bereaksi sangat
menentukan jumlah hasil reaksi. Percobaan ini dilakukan dengan metodologi
pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan larutan KI dan larutan Pb(NO 3)2 dengan
CuSO4 masing-masing berbeda tabung dan volume hingga terlihat hasil dari
perbandingannya. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada campuran Pb(NO3)2
dengan larutan KI menghasilkan endapan yang berbeda pada tabung yang berbeda
pula., yaitu 1:9 = 0,6 cm endapan, 3:7 = 0,9 cm endapan, 5:5 = 1 cm endapan, 7:3
= 0,5 cm endapan, 9:1 = 0,3 cm endapan. Sedangkan pada campuran larutan
Pb(NO3)2 dengan CuSO4 menghasilkan endapan yang berbeda pada tabung yang
berbeda pula, yaitu 1:9 = 0,4 cm endapan, 3:7 = 0,6 cm endapan, 5:5= 0,4 cm
endapan, 7:3 =0,4 cm endapan, 9:1 = 0,3 cm endapan. Penentuan perbandingan
volume reaktan sangat berpengaruh juga terhadap hasil endapan.

Kata kunci : Perbandingan Mol, Tinggi Endapan, Volume Reaktan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi


1.2 Tanggal Praktikum : 26 Maret 2018
1.3 Tujuan Praktikum : Menentukan jumlah mol zat yang bereaksi
didalam suatu reaksi kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mol dan Tetapan Avogadro


Dalam mempelajari ilmu kimia perlu diketahui suatu kuantitas yang
berkaitan dengan jumlah molekul, atom, ion, atau electron, dalam suatu cuplikan
zat. Dalam satuan sistem internasional, (SI), satuan dasar dari kuantitas ini disebut
mol. “Mol adalah jumlah zat suatu sistem yang mengandung sejumlah basaran
elementer (atom, molekul, dsb.) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram
tepat isotop karbon – 12 (12c) jumlah besaran elementer ini disebut tetapan
Avogadro (dahulu disebut bilangan Avogadro) dengan lambang L (dahulu N)”.
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat
itu sebanyak ato yang terdapat dalam 12 gram atom karbon. Jadi, dalam stu mol
zat terdapat 6,022 x 1023 partikel. Nilai tersebut disebut tetapan Avogadro dengan
lambang L atau N.
Dalam kehidupan sehari-hari mol juga dianalogikan sebagai lusin .jika
lusin menyatakan jumlah 6,022 x 1023 partikel zat . kata partikel pada NaCl
misalnya dapat dinyatakan dengan ion dan melekul sedangkan Zn , C dan Al
dinyatakan dengan atom.
Kita dapat menyebut satu mol Na+ atau satu mol ion sulfat, SO4. Oleh
karena itu perlu diperhatikan zat yang memiliki lebih dari satu bentuk. Misalnya
hidrogen dapat berbentuk molekul H2, tetapi dalam keadaan tertentu dapat
berbentuk atom hidrogen H. Jadi tepatnya dapat kita menyebut 1 mol molekul
hidrogen. (L molekul H2), dan satu mol atom hidrogen (L atom H). Dalam
praktek, kita menggunakan mol untuk zat yang berada dalam keadaan standard.
Gas hidrogen, nitrogen , dan oksigen, fluor,chlor, dsb. Terdapat sebagai molekul
diatomik, H2, N2, O2, F2, Cl2, oleh karena itu satu mol zat-zat ini menyatakan
bentuk monoatomik H, O, dan sebagainya. Maka digunakan satu mol hidrogen,
oksigen, dan sebagainya (Achmad, 2001).
2.2 Satuan mol
Konsep mol muncul setelah diperkenalkan oleh wiliam ostwald pada 1896
yang mengambilnya dari kata latin yang berarti “tumpukan” atau “gundukan”.
Ddefinisi yang lebih tepat ditetapkan oleh komite internasional 1969 pada berat
dan pengukuran, yang menyetujiu mol (simbol mol dalam sistem SI) sebagai
“banyaknya suatu zat yang mengandung unsur dasar sebanyak atom yang terdapat
dalam 0,012 kg karbon 12.”
Nilai berat molekul (relatif massa molar) dibangun dari tabel berat atom
berdasarkan pada skala yang berubah-ubah dari massa relatif unsur-unsur. Berat
atom sebuah unsur adalah massa sebuah atom berdasarkan skala yang menetapkan
bahwa sebuah massa adalah 12 tepat untuk isotop 12C, yang intinya berisi 6 proton
dan 6 neutron (David M Himmelblau).
Massa atom relatif ( berat atom ) :
massa satu atom X
Ar X = 1
massa satu atom c-12
..................................................
2

(2.1)

Massa molekul relatif (berat molekul) :


massa satu atom Y
Mr X = 1
massa satu atom C-12
.................................................
2

(2.2)

Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus kimia paling sederhana yang
dimiliki suatu senyawa. Rumus empiris memberikan informasi mengenai
perbandingan jumlah atom relatif setiap atom yang terkandung dalam senyawa
itu.contohnya rumus empiris glukosa adalah CH2O perbandingan yaitu : 1 : 1 : 1.
Rumus molekul yaitu suatu zat menjelaskan atom setiap unsur dalam suatu
molekul zat itu. Contohnya : rumus molekul karbon dioksida adalah C0 2 artinya
setiap molekul karbon dioksida mengandung 1 atom karbon dan 2 atom O
(Brody,1999)
Mol dapat digunakan untuk menentukan rumus kimia yang belum
diketahui rumusnya. Penentuan kadar zat suatu senyawa , kadar unsur dalam suatu
senyawa dapat dihitung :

massa unsur
% unsur = x 100% .................................................
Mr senyawa
(2.3)

jumlah Ar unsur
Massa unsur = x berat senyawa ............................(2.4)
Mr senyawa

(Ratmond, 2005)

2.3 Reaksi Kimia


Persamaan reaksi menjelaska n secara kuantitatif peristiwa dan apa yang
terjadi jika 2 pereaksi atau lebih bergabung, sedangkan secara kuantitatif
menyatakan jumlah zat yang bereaksi serta jumlah zat yang bereaksi serta jumlah
produksi reaksi. Dalam menuliskan persamaan reaksi, harus diketahui dengan
benar rumus pereaksi dan produk reaksi sebelum reaksi tiu disetarakan. Macam-
macam reaksi kimia, reaksi kimia dapat digolongkan dalam :

2.3.1 Arti Persamaan Reaksi


N2 + 3H2 → 2NH3
Persamaan diatas menjelaskan bahwa 1 molekul Nitrogen dan 3 molekul
hidrogen menghasilkan 2 molekul amonia. Setiap jumlah nitrogen dan hidrogen
dengan perbandingan 1 : 3 menghasilkan amonia sebanyak dua kali molekul
nitrogen yang bereaksi.
Jika kedua ruas persamaan reaksi ( dalam molekul ) dikali dengan 6 × 10 23
( tetapan avogadro ), maka persamaan reaksi dapat dibaca sebagai : 1 mol nitrogen
bereaksi dengan 3 mol hidrogen menghasilkan 2 mol amonia. Perbandingan
molekul atau mol yang terlibat dalam suatu reaksi kimia ditentukan oleh koefisien
persamaan reaksi.

2.3.2 Macam Reaksi Kimia


Reaksi kimia dapat digolongkan menjadi :
a. Reaksi sintetis yaitu pembentukan senyawa dari unsur-unsur
Fe + Cl2 → FeCl2
b. Reaksi metatesis yaitu reaksi pertukaran antar senyawa.
NaCl + AgNO3 → AgCl(s) + NaNO3
c. Reaksi penetralan atau reaksi asam basa.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
d. Reaksi redoks
1
K2SO3 + O2 → K2SO4
2

2.3.3 Penyetaraan Persamaan Reaksi


Penyetaraan persamaan reaksi adalh sebagai berikut :
1. Harus diketahui rumus zat pereaksi dan rumus produk reaksi
2. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom
unsur dalam produk reaksi.
3. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat kecil.

2.4 Pereaksi pembatas


Pereaksi yang habis beraksi disebut pereaksi pembatas, karena membatasi
kemungkinan pereaksi itu bereaksi kembali. Produk reaksi ditentukan oleh
pereaksi pembatas. Contohnya yaitu :
2Zn + O2 → 2ZnO
Reaksi pembatas adalah reaksi yang terdapat dalam jumlah stoikiometri terkecil.
Reaktan berlebih adalah reaktan terdapat lebih dari pada reaktan pembatas. Persen
berlebih dari sebuah reaktan didasarkan pada jumlah kelebihan reaktan pembatas
sesuai dengan persamaan kimia (Rosen, 1996).

2.5 Konsentrasi Larutan


Konsentrsi larutan merupakan komposisi zat secara kuantitatif yang
menyatakan perbandingan zat terlarut dengan pelarut ( larutan ). Konsentrasi
dapat dinyatakan dalam satuan fisika dan kimia.
1. Konsentrasi dalam satuan fisika
Apabila kita menggunakan satuan fisika, maka konsentrasi larutan dapat
dinyatakan sebagai berikut, kecuali :
a. Dengan massa zat terlarut per satuan volume larutan ( misalnya 30 gram
KCl per liter larutan).
b. Dengan persen komposisi ataupun satuan massa pelarut per 100 satuan
massa larutan.
2. Konsentrasi larutan dalam satuan kimia
a. Normalitas
Jumlah gram ekuivalen zat pelarut yang terkandung dalam satu liter
larutan. Secara sistematis, normalitas dapat dinyatakan dengan :
gram ekuivalen zat terlarut
N= ............................................................
liter larutan
(2.5)
ml ekuivalen zat terlarut
N= ................................................................
cm kubik
(2.6)
b. Molaritas larutan
Banyaknya mol zat terlarut dalam setiap molaritas larutan. Molaritas
larutan menyatakan perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dengan volume
larutan (liter). Secara matematis dapat dinyatakan dengan:
n gram
M= = .................................................................................
V Mr x V
(2.7)

c. Molalitas larutan
Perbandingan mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Secara sistematis dapat
dinyatakan sebagai berikut :
gram 1000
m= x ...................................................................................
Mr P
(2.8)
Keterangan :
m = kemolalan larutan ( mol kg -1 atau m )
g = massa terlarut ( gram )
P = massa zat terlarut ( gram )
Mr = massa molekul relatif
d. Fraksi mol
Perbandingan antara jumlah mol salah satu komponen larutan ( jumlah mol
zat pelarut dan jumlah mol zat terlarut ) dengan jumlah mol larutan. Fraksi mol
dinyatakan dengan persamaan :
Na Nb
Xa= atau Xb= .......................................................
Na+Nb Nb+Na
(2.9)

2.6 Pengenceran larutan

Prosedur penyiapan konsentrasi larutan dari konsentrasi yang lebih kecil


ke konsentrasi awal. Proses pengenceran biasanya digunakan untuk
mempermudah membuat larutan dari larutan yang diketahui konsenterasinya
tanpa mengubah atau mengurangi jumlah mol zat terlarut dalam larutan.
Persamaan umum pengenceran adalah :
(mol zat terlarut sebelum diencerkan) = (mol zat terlarut setelah diencerkan)
M x V = mol zat terlarut.....................................................................(2.10)

Dari rumus, karena seluruh zat terlarut berasal dari larutan yang
disediakan, maka dapat disimpulkan bahwa :

M1.V1 = M2.V2......................................................................................(2.11)
Keterangan :
M1M2 = konsenterasi awal dan akhir
V1.V2 = volume awal dan akhir
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sebagai berikut :
1. Tabung reaksi 10 buah dan rak tabung 1 set
2. Penggaris 1 buah
3. Pipet volum 10 ml

3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sebagai
berikut :
1. Larutan Pb(NO3)2 0,2 M ( Timbal (II) nitrat )
2. Larutan KI 0,2 M ( Kalium Iodida )
3. Larutan K2CrO4 0,1 ( Kalium Kromat )

3.2 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
1. Larutan Pb(NO3)2 0,2 M dan larutan KI 0,2 M dimasukkan ke dalam 5
buah tabung reaksi berikut.
Tabung A B C D E
Pb(NO3)2 0,2
1 3 5 7 9
M
KI 0,2 M
9 7 5 3 1

2. Tiap-tiap campuran diaduk, kemudian dibiarkan endapan turun selama 20


menit.
3. Cara kerja di atas diulangi dengan menggantikan larutan KI dengan larutan
K2CrO4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pb(NO3)2 + KI
Perbandingan Hasil
Cara Kerja
Mol Tinggi Endapan Perubahan Warna
1:9 0,6 cm Kuning
Pb(NO3)2 3:7 0.9 cm Kuning
0,2 M + 5:5 1 cm Kuning
KI 0,2 M 7:3 0,5 cm Kuning
9:1 0,3 cm Kuning

Tabel 4.1 Hasil Pb(NO3)2 + CuSO4


Perbandingan Hasil
Cara Kerja
Mol Tinggi Endapan Perubahan Warna
9:1 0,4 cm Biru
Pb(NO3)2 7:3 0.6 cm Biru
0,2 M+
5:5 0,4 cm Biru
CuSO4 0,2
M 3: 7 0,4 cm Biru
1:9 0,3 cm Biru

5.2 Pembahasan
Pada percobaan I, larutan Pb(NO3)2 0,2 M ditambah dengan larutan KI 0,2
M dengan perbandingan 1:9 menghasilkan endapan 0,6 cm berwarna kuning,
perbandingan 3:7 menghasilkan endapan 0,9 cm berwarna kuning, perbandingan
5:5 menghasilkan endapan 1 cm berwarna kuning, perbandingan 7:3
menghasilkan endapan 0,3 cm berwarna kuning. Serta perbandingan 9:1 juga
menghasilkan endapan 0,3 cm dan berwarna kuning.
Hal ini dikarenakan larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI bersifat padatan.
Sehingga menghasilkan warna larutan dan endapan berwarna kuning. Terlihat
dari percobaan yang telah dilakukan, endapan yang dihasilkan tiap-tiap campuran
berbeda-beda. Pada larutan Pb(NO3)2 ditambah dengan larutan KI yang memiliki
perbandingan 5:5 menghasilkan endapan yang lebih banyak dibandingkan dengan
perbandingan lainnya. Dan pada perbandingan 9:1 menghasilkan endapan yang
lebih sedikit, yaitu 0,3 cm. Hal ini membuktikan bahwa jumlah mol pereaksi
sangat mempengaruhi pada tinggi endapan.
Reaksi yang terjadi yaitu :
Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2↓kuning + 2 KNO3
Pada percobaan II, larutan Pb(NO3)2 0,2 M ditambah dengan larutan
CuSO4 0,2 M sebanyak volume yang telah ditentukan, yaitu perbandingan 1:9
menghasilkan endapan 0,4 cm dan berwarna biru, perbandingan 3:7 menghasilkan
endapan 0,6 cm dan berwarna biru. Begitu juga perbandingan 5:5 dan
perbandingan 7:3 yang menghasilkan endapan 0,4 cm dan berwarna biru pula.
Serta perbandingan 9:1 yang menghasilkan endapan setinggi 0,3 cm dan berwarna
biru.
Pada campuran ini, yang bertindak sebagai pereaksi adalah CuSO 4,
terdapat endapan karena larutan Pb(NO3)2 berupa padatan yang sulit larut dalam
air, dan menghasilkan warna larutan dan endapan berwarna biru karena larutan
CuSO4 memiliki warna larutan biru.
Adapun perbandingan 7:3 memiliki tinggi endapan paling banyak yaitu 0,6
cm, perbandingan 1:9 memiliki tinggi endapan 0,3 cm.
Reaksi yang terjadi :
Pb(NO3)2 + CuSO4 → PbSO4↓biru+ 2 Cu(NO3)2
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Jumlah reaksi sangat menentukan jumlah hasil reaksi.
2. Dalam percobaan ini terjadi reaksi perubahan warna dan menghasilkan
endapan.
3. Kuantitas satu endapan ditentukan oleh berapa banyak jumlah atau volume
yang digunakan, dalam hal ini yang dimaksudkan reaktannya.
4. volume atau jumlah endapan yang mengendap atau yang dapat diukur,
tergantung dari berapa lama diendapkannya zat atau larutan tersebut.

V.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini, ada berbagai bahan yang digunakan.
Dalam percobaan ini, larutan CuSO4 dapat diganti dengan larutan K2Cr2O4.
Sedangkan larutan KI dapat diganti dengan AgNO3, agar dapat memperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Brady E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakata : Bina Aksara
Chay, Raymond. 2005. Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga
Himmelblau, David. Prinsip Dasar dan Kalkulasi Dalam Teknik Kimia.ed.
Bahasa Indonesia.jakarta : PT. Prenhallindo
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Buatlah grafik tinggi endapan pada masing-masing nomor tabung untuk


masing-masing percobaan.
2. Berapakah perbandingan jumlah mol Pb(NO3)2 dan KI yang bereaksi
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana ?

Jawaban :

1. Grafik tinggi endapan Pb(NO3)2 + KI

1.2
1
Tinggi Endapan (cm)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C D E

2. Grafik tinggi endapan Pb (NO3)2 + CuSO4

1.2
1
Tinggi Endapan (cm)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C D E
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN FUNGSINYA

Pipet Volum

Untuk mengukur volume larutan

Tabung reaksi

Untuk Menampung larutan dalam jumlah yang sedikit dan juga sebagai
tempat untuk mereaksikan dua zat atau lebih.

Rak Tabung Reaksi


Untuk tempat tabung reaksi

Anda mungkin juga menyukai