(2.1)
(2.2)
Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus kimia paling sederhana yang
dimiliki suatu senyawa. Rumus empiris memberikan informasi mengenai
perbandingan jumlah atom relatif setiap atom yang terkandung dalam senyawa
itu.contohnya rumus empiris glukosa adalah CH2O perbandingan yaitu : 1 : 1 : 1.
Rumus molekul yaitu suatu zat menjelaskan atom setiap unsur dalam suatu
molekul zat itu. Contohnya : rumus molekul karbon dioksida adalah C0 2 artinya
setiap molekul karbon dioksida mengandung 1 atom karbon dan 2 atom O
(Brody,1999)
Mol dapat digunakan untuk menentukan rumus kimia yang belum
diketahui rumusnya. Penentuan kadar zat suatu senyawa , kadar unsur dalam suatu
senyawa dapat dihitung :
massa unsur
% unsur = x 100% .................................................
Mr senyawa
(2.3)
jumlah Ar unsur
Massa unsur = x berat senyawa ............................(2.4)
Mr senyawa
(Ratmond, 2005)
c. Molalitas larutan
Perbandingan mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Secara sistematis dapat
dinyatakan sebagai berikut :
gram 1000
m= x ...................................................................................
Mr P
(2.8)
Keterangan :
m = kemolalan larutan ( mol kg -1 atau m )
g = massa terlarut ( gram )
P = massa zat terlarut ( gram )
Mr = massa molekul relatif
d. Fraksi mol
Perbandingan antara jumlah mol salah satu komponen larutan ( jumlah mol
zat pelarut dan jumlah mol zat terlarut ) dengan jumlah mol larutan. Fraksi mol
dinyatakan dengan persamaan :
Na Nb
Xa= atau Xb= .......................................................
Na+Nb Nb+Na
(2.9)
Dari rumus, karena seluruh zat terlarut berasal dari larutan yang
disediakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
M1.V1 = M2.V2......................................................................................(2.11)
Keterangan :
M1M2 = konsenterasi awal dan akhir
V1.V2 = volume awal dan akhir
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain sebagai
berikut :
1. Larutan Pb(NO3)2 0,2 M ( Timbal (II) nitrat )
2. Larutan KI 0,2 M ( Kalium Iodida )
3. Larutan K2CrO4 0,1 ( Kalium Kromat )
5.2 Pembahasan
Pada percobaan I, larutan Pb(NO3)2 0,2 M ditambah dengan larutan KI 0,2
M dengan perbandingan 1:9 menghasilkan endapan 0,6 cm berwarna kuning,
perbandingan 3:7 menghasilkan endapan 0,9 cm berwarna kuning, perbandingan
5:5 menghasilkan endapan 1 cm berwarna kuning, perbandingan 7:3
menghasilkan endapan 0,3 cm berwarna kuning. Serta perbandingan 9:1 juga
menghasilkan endapan 0,3 cm dan berwarna kuning.
Hal ini dikarenakan larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI bersifat padatan.
Sehingga menghasilkan warna larutan dan endapan berwarna kuning. Terlihat
dari percobaan yang telah dilakukan, endapan yang dihasilkan tiap-tiap campuran
berbeda-beda. Pada larutan Pb(NO3)2 ditambah dengan larutan KI yang memiliki
perbandingan 5:5 menghasilkan endapan yang lebih banyak dibandingkan dengan
perbandingan lainnya. Dan pada perbandingan 9:1 menghasilkan endapan yang
lebih sedikit, yaitu 0,3 cm. Hal ini membuktikan bahwa jumlah mol pereaksi
sangat mempengaruhi pada tinggi endapan.
Reaksi yang terjadi yaitu :
Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2↓kuning + 2 KNO3
Pada percobaan II, larutan Pb(NO3)2 0,2 M ditambah dengan larutan
CuSO4 0,2 M sebanyak volume yang telah ditentukan, yaitu perbandingan 1:9
menghasilkan endapan 0,4 cm dan berwarna biru, perbandingan 3:7 menghasilkan
endapan 0,6 cm dan berwarna biru. Begitu juga perbandingan 5:5 dan
perbandingan 7:3 yang menghasilkan endapan 0,4 cm dan berwarna biru pula.
Serta perbandingan 9:1 yang menghasilkan endapan setinggi 0,3 cm dan berwarna
biru.
Pada campuran ini, yang bertindak sebagai pereaksi adalah CuSO 4,
terdapat endapan karena larutan Pb(NO3)2 berupa padatan yang sulit larut dalam
air, dan menghasilkan warna larutan dan endapan berwarna biru karena larutan
CuSO4 memiliki warna larutan biru.
Adapun perbandingan 7:3 memiliki tinggi endapan paling banyak yaitu 0,6
cm, perbandingan 1:9 memiliki tinggi endapan 0,3 cm.
Reaksi yang terjadi :
Pb(NO3)2 + CuSO4 → PbSO4↓biru+ 2 Cu(NO3)2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah reaksi sangat menentukan jumlah hasil reaksi.
2. Dalam percobaan ini terjadi reaksi perubahan warna dan menghasilkan
endapan.
3. Kuantitas satu endapan ditentukan oleh berapa banyak jumlah atau volume
yang digunakan, dalam hal ini yang dimaksudkan reaktannya.
4. volume atau jumlah endapan yang mengendap atau yang dapat diukur,
tergantung dari berapa lama diendapkannya zat atau larutan tersebut.
V.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini, ada berbagai bahan yang digunakan.
Dalam percobaan ini, larutan CuSO4 dapat diganti dengan larutan K2Cr2O4.
Sedangkan larutan KI dapat diganti dengan AgNO3, agar dapat memperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Brady E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakata : Bina Aksara
Chay, Raymond. 2005. Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga
Himmelblau, David. Prinsip Dasar dan Kalkulasi Dalam Teknik Kimia.ed.
Bahasa Indonesia.jakarta : PT. Prenhallindo
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN
Jawaban :
1.2
1
Tinggi Endapan (cm)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C D E
1.2
1
Tinggi Endapan (cm)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A B C D E
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN FUNGSINYA
Pipet Volum
Tabung reaksi
Untuk Menampung larutan dalam jumlah yang sedikit dan juga sebagai
tempat untuk mereaksikan dua zat atau lebih.