Disusun Oleh :
Kelompok V (A4)
(Underwood, 1986)
Rumus molekul kimia suatu menunjukkan perbandingan jumlah atom
yangada dalan senyawa tersebut (Underwood, 1986). Para ahli kimia mencari
satuanjumlah zat yang dapat dipakai untuk menghitung jumlah partikel. Dalam
reaksi kimia dikenal dengan konsep mol. Satu mol adalah banyaknya zat yang
mengandung partikel-partikel zat itu sebanyak atom yang terkandung dalam 12
gram C sebanyak 6,023 × 10²³ (tetapan Avogadro).
Dengan demikian berarti:
1 mol = 6,02 x 1023 atom unsur
= 6,02 x 1023 molekul senyawa
Jumlah partikel dalam suatu zat juga sangat banyak dan hal itu membuat
kita sulit untuk menghitungnya. Namun, para ahli kimia berhasil menemukan
caramenghitung jumlah partikel, massa zat, dan volume gas. Hubungan kuantitatif
antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi disebut juga dengan stoikiometri.
2.1.1 Penggunaan Konsep Mol
Konsep mol dapat digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu senyawa
yang belum diketahui. Rumus kimia suatu senyawa dapat menjelaskan atau
meyatakan jumlah relatif atom yang terdapat dalam senyawa itu. Ada dua jenis
rumus kimia, yaitu rumus empiris dan rumus molekul.
a. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan
perbandingan atom-atom dari berbagai unsur dari senyawa. Rumus empiris
digunakan untuk zat-zat yang tidak terdiri dari molekul-molekul distift, misalnya
NaCl untuk natrium klorida MgO untuk magnesium oksida dan CaCO 3 untuk
kalsium karbonat.
Rumus empiris dapat ditentukan dari data :
1. Macam unsur dalam senyawa (analisa kualitatif)
2. Persen komposisi unsur analisa (kuantitatif)
3. Massa relatif unsur-unsur yang bersangkutan
Cara menentukan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dalam
tahap-tahap berikut :
1. Tentukan massa dalam setiap unsure dalam senyawa massa tertentu,
senyawa atau persen massa setiap unsur-unsur dari data ini dapat diperoleh
massa relatif unsur yang terdapat dalam senyawa.
2. Membagi massa setiap unsur dengan massa atom relatif, sehingga
memperoleh perbandingan mol setiap unsur atau perbandingan atom.
3. Mengubah perbandingan yang diperoleh diatas menjadi bilangan
sederhana dengan cara membagi dengan bilangan bulat.
b. Rumus Molekul
Rumus molekul memberikan jumlah molekul atau mol. Data yang
diperlukan untuk menentukan rumus molekul, yaitu:
1. Rumus Empiris
2. Massa Molekul Relatif
Rumus kimia menentukan perbandingan atom unsur-unsur yang menyusun
suatu zat. Dengan mengetahui reaksi kimia zat tersebut, kita dapat mereaksikan
pereaksi-pereaksi sedemikian rupa. Sehingga zat yang terbentuk mamiliki
perbandingan atom unsure-unsur penyusun yang sesuai dengan rumus kimianya.
Sebagai contoh, karbon monoksida (CO) mempunyai perbandingan antara
atom C dengan atom O sama dengan (=) yang berarti perbandingan atom-atom
dalam rumus kimianya.
Rumus molekul merupakan kelipatan bulat dari rumus empiris. Oleh
karena itu, rumus molekul suatu senyawa dapat dituliskan sebagai (RE)x dengan
RE sebagai rumus empiris dan x sebagai bilangan bulat.
2.2 Reaksi Kimia
2.2.1 Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan
kesetaraan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dengan menggunakan
rumus kimia. Dalam reaksi kimia terdapat zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
Dalam menuliskan persamaan reaksi, rumus kimia pereaksi dituliskan di ruas kiri
dan rumus kimia hasil reaksi dituliskan di ruas kanan. Antara kedua ruas itu
dihubungkan dengan anak panah (→) yang menyatakan arah reaksi kimia.
Contoh :
Logam magnesium bereaksi dengan gas klorin membentuk magnesium klorida.
Persamaan reaksinya adalah :
Mg + Cl2 → MgCl2…………………………………..…..…………….(2.2)
N2 + 3H2 → 2NH3………………………………………….……...…(2.3)
persamaan ini menjelaskan bahwa 1 molekul hydrogen menghasilkan 2 molekul
amonia. Perbandingan 1: 3 menghasilkan amonia.
2.2.2 Macam-Macam Reaksi Kimia
1. Reaksi Sintesa
Reaksi sintesa yaitu pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya.
Contoh :
Fe + Cl2 → FeCl2………………………………………………..…….(2.4)
2. Reaksi Metatesis
Reaksi metatesis yaitu pertukaran antara senyawa.
Contoh :
NaCl + NaOH → AgCl + NaNO3…………………………………...(2.5)
3. Reaksi Asam Basa
Disebut juga reaksi penetralan.
Contoh :
HCl + NaOH → NaCl + H2O………….………………………………(2.6)
4. Reaksi Redoks
Contoh :
K2SO4 + O2 → K2SO4……………………………...………………(2.7)
2.2.3 Penyetaraaan Persamaan Reaksi
Penyetaraan persamaan reaksi ialah sebagai berikut :
a. Harus diketahui rumus zat pereaksi dengan rumus produk reaksinya.
b. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom
unsur dalam produk relatif.
c. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat, terkecil, koefisien reaksi
merupakan perbandingan jumlah pereaksi dari zat yang terlihat dalam
reaksi.
2.2.4 Bilangan Oksidasi
a. Bilangan oksidasi setiap atom adalah unsur bebas sama dengan nol
(hidrogen dalam H2, belerang dalam SI, fosfor dalam P4, semuanya
mempunyai bilangan oksidasi nol).
b. Dalam senyawa bilangan oksidasi ficur sama dengan -1.
c. Bilangan oksidasi dalam ion sederhana sama dengan muatannya dalam
senyawa bilangan oksidasi unsure golongan AI, sama dengan +1,
sedangkan AII sama dengan +2.
d. Bilangan oksidasi hidrogen, dalam senyawa hidrogen sama dengan +1
kecuali dalam hibrida logam seperti NaOH, C4H2 sama dengan -1.
e. Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa sama dengan -2, kecuali dalam
peroksida sama dengan -1 dalam OF2 sama dengan +2, dan seperoksida.
f. Untuk senyawa netral, jumlah bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap
atom sama dengan nol.
g. Untuk semua ion, jumlah mol bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap
atom sama dengan muatan mol (Brady, 1999).
2.2.5 Pereaksi pembatas
Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas, karena membatasi
kemungkinan pereaksi itu bereaksi kembali. Produk reaksi ditentukan oleh
pereaksi pembatas, contoh :
2Zn + O2 → 2ZnO…………………….………………………………(2.8)
Reaksi pembatas adalah reaksi yang terdapat dalam jumlah stoikiometri terkecil.
Reaktan berlebih adalah reaktan yang terdapat lebih dari pada reaktan pembatas.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Tabung A B C D E
Tabung A B C D E
4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1
dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi
Pb(NO3)2 0,2 M + KI 0,2 M.
Tabung Nama Campuran Perbandingan Hasil Pengamatan
Mol Tinggi Warna
Endapan Endapan
A Pb(NO3)2 (0,2 M) + 1:9 0,5 cm kuning
KI (0,2 M )
B 3:7 0,7 cm kuning
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, pencampuran antara larutan Pb(NO 3)2 + KI
menghasilkan endapan. Untuk tabung A perbandingannya 1 : 9 dengan tinggi
endapan 0,5 cm dan warna endapan berwarna kuning, tabung B perbandingan 3 :
7 tinggi endapan 0,7 cm dengan warna endapan kuning. Kemudian pada tabung C
perbandingan 5 : 5 dengan warna endapan kuning dan tinggi endapan 0,8 cm,
tabung D perbandingan 7 : 3 tinggi endapan 0,5 cm berwarna kuning, pada tabung
E perbandingan 9 : 1 tinggi endapan 0,2 cm warna endapan kuning. Dalam
percobaan ini, tingginya tingkat perbandingan volume sangat berpengaruh
terhadap hasil endapan yang diperoleh. Sebagai contoh bisa kita lihat pada tabung
A dengan perbandingan 1 : 9 dengan endapan 0,5 cm, sedangkan pada tabung D
perbandingannya 9 : 1 endapannya 0,5 cm. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
perbandingan jumlah mol pereaksi sangat berpengaruh pada endapan dan hasil
reaksi.
Pb(NO3)2 + 2KI → 2KNO3(aq) + PbI2(s)...............................................(4.2.1)
Pada larutan CuSO4+ Pb(NO3)2 perbandingan tabung A 1 : 9 menghasilkan
tinggi endapan 0,3 cm dan warna endapan adalah putih, tabung B perbandingan
3 : 7 endapan setinggi 0,8 cm berwarna putih, pada tabung C perbandingan 5 : 5
tinggi endapan 0,6 cm warnanya putih, tabung D perbandingan 7 : 3 endapannnya
setinggi 0,5 cm berwarna putih dan pada tabung E perbandingan 9 : 1 tinggi
endapan 0,2 cm warna putih. Pada percobaan ini, juga membuktikan bahwa
tingkat perbandingan jumlah mol pereaksi sangat berpengaruh pada endapan dan
hasil reaksi semakin rendah perbandingan CuSO4 maka semakin tinggilah
endapan. Sedangkan pada percobaan pertama, semakin rendah perbandingan
maka semakin rendah pula tinggi endapan.
Pb(NO3)2 + CuSO4 → PbSO4(s) + Cu(NO3)2(aq)....................................(4.2.2)
Senyawa yang dapat menyebabkan endapan adalah Pb(NO 3)2, hal itu
dikarenakan Pb(NO3)2 mempunyai sifat padat. Pengendapan dapat terjadi jika
konsentrasi suatu senyawa melebihi kelarutannya (seperti saat mencampur pelarut
atau mengubah suhunya). Pengendapan dapat terjadi dengan cepat dari larutan
jenuhnya, Pb(NO3)2 yang ditambahkan ke dalam larutan 2KI dan terbentuk
endapan timbal iodida PbI2 yang berwarna kuning. Pb(NO3)2 yang ditambahkan ke
dalam larutan CuSO4 dan terbentuk endapan tembaga II nitrat Cu(NO3)2 yang
berwarna putih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan diatas, maka diperoleh beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Penentuan jumalah mol yang bereaksi didalam suatu reaksi kimia sangat
berpengaruh, bahwa perbandingan jumlah mol yang bereaksi sangat
menentukan jumlah hasil reaksi.
2. Semakin tinggi atau semakin rendah perbandingan maka semakin rendah
dan semakin tinggi pula hasil reaksi tersebut.
3. Penentuan perbandingan volume reaktan sangat berpengaruh juga terhadap
hasil endapan.
4. Pada reaksi Pb(NO3)2 dengan KI menghasilkan endapan berupa Pbl 2 yang
berwarna kuning dan didapat tinggi endapan sedangkan pada reaksi
Pb(NO3)2 dengan CuSO4 menghasilkan endapan berupa PbSO4 + Cu(NO3)2
yang berwarna putih dan didapat tinggi endapan.
5. Pada PbSO4 + Cu(NO3)2 tidak terdapat kesamaan tinggi endapan. Namun
pada 2KNO3 + Pbl2 terdapat kesamaan tinggi endapan antara tabung A
dengan D yaitu 0,5 cm.
5.2 Saran
Disarankan pada praktikum untuk lebih teliti dan lebih hati-hati pada saat
melakukan percobaan. Disarankan agar berhati-hati pada saat menggunakan alat-
alat praktikum agar tidak terjadi kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA
Julia Hafitri. 2016 Dasar Teori Praktikum Kimia Dasar: Stoikiometri Reaksi
1. Buatlah grafik tinggi endapan pada masing masing nomor tabung untuk
masing-masing percobaan!
Jawab :
Tabung
Grafik Tinggi Endapan Pb(NO3)2 + CuSO4
0.9
0.8
0.8
0.7
0.6
Tinggi Endapan
0.6
0.5
0.5
0.4 Tinggi Endapan
0.3
0.3
0.2
0.2
0.1
0
A B C D E
Tabung