Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PENENTUAN PERBANDINGAN JUMLAH MOL PEREAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh :
Kelompok V (A4)

Nur Fatihah NIM. 210140099

Nisa afrillya NIM. 210140102

Riza Andira NIM. 210140120

Rizki aulia NIM. 210140121

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK

Koefisien reaksi pada persamaan kimia menunjukkan perbandingan jumlah mol


zat- zat yang bereaksi dan zat-zat hasil reaksi. Perbandingan koefisien reaksi ini
dinamakan rasio stoikiometri yang disingkat RS. Dalam ilmu kimia mol adalah
satuan pengukuran jumlah yang standar. Ketika kita mereaksikan zat-zat tertentu,
zat tersebut bereaksi dengan perbandingan mol yang bulat dan sederhana tetapi
kita tidak dapat menghitung jumlah zat-zat tersebut secara langsung dengan
neraca. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah mol
zat yang bereaksi di dalam suatu reaksi kimia. Percobaan ini dilakukan dengan
metodelogi pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan KI dan larutan Pb(NO3)2
dengan CuSO4 masing-masing berbeda tabung dan volume hingga terlihat hasil
dari perbandingannya. Hasil dari percobaan ini adalah berupa endapan yang
berbeda-beda. Penentuan perbandingan volume sangat berpengaruh terhadap hasil
endapan.

Kata Kunci: Endapan, Koefisien, Konsep Mol, Perbandingan Mol, Stoikiometri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi


1.2 Tanggal Praktikum : 3 November 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Nur Fatihah NIM.210140099
2. Nisa Afrillya NIM.210140102
3. Riza Andira NIM.210140120
4. Rizki Aulia NIM.210140121
1.4 Tujuan Praktikum : Menentukan jumlah mol zat yang bereaksi didalam
suatu reaksi kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mol merupakan jumlah tertentu untuk menyatakan banyaknya suatu zat


yang berukuran mikroskopis. Satu mol menunjukkan banyaknya partikel yang
terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama dengan jumlah partikel dalam
12 gram atom C-12. Seorang ilmuwan bernama Avogadro berhasil menghitung
banyaknya partikel dalam 12 gram atom C-12, yaitu sebanyak 6,02 × 10 23 partikel.
Sungguh besaran yang tidak dapat dijangkau dengan indera manusia. Bilangan
tersebut lebih dikenal sebagai bilangan Avogadro. Untuk 1 mol zat mengandung
6,02 × 1023 partikel. Dengan demikian, hubungan antara jumlah mol dan jumlah
partikel dirumuskan sebagai berikut.
Jumlah partikel = mol x 6,02 x 1023…………………………..……….(2.1)
2.1 Konsep Mol
Dalam ilmu kimia mol adalah satuan pengukuran jumlah yang standar.
Ketika kita mereaksikan zat-zat tertentu, zat tersebut bereaksi dengan
perbandinganmol yang bulat dan sederhana tetapi kita tidak dapat menghitung
jumlah zat-zat tersebut secara langsung dengan neraca. Neraca tidak dalam satuan
kimia, yaitu mol. Mol menyatakan jumlah zat, satuan jumlah zat ini sama halnya
dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Dalam satuan SI satu mol tersusun
dari 6,02×1023 molekul, nilai ini disebut sebagai tetapan Avogadro. Tetapan
Avogadro adalah bilangan yang menyatakan jumlah atom karbon yang terdapat
dalam 12 gramδ-20, dengan lambang L atau N. Dalam kehidupan sehari-hari, jika
lusin menyatakan 12 buah maka mol menyatakan jumlah 6,022×10 23 partikel zat,
kata partikel zat NaCl, H2SO4, N2 dapat dinyatakan dengan ion dan molekul.
Sedangkan pada unsur seperti Zn, C, Af, dapat dinyatakan dengan atom.

Tabel 2.1 Jumlah Partikel Dalam Beberapa Zat


Nama zat Rumus Jumlah Jenis Jumlah partikel
partikel
Seng Zn 1 mol Atom 1x(6,002x1023)

Alumunium Al 1 mol Atom 1x(6,002x1023)

Natrium NaCl 1 mol Ion 1x(6,002x1023)


klorida

Air H2O 1 mol Molekul 1x(6,002x1023)

(Underwood, 1986)
Rumus molekul kimia suatu menunjukkan perbandingan jumlah atom
yangada dalan senyawa tersebut (Underwood, 1986). Para ahli kimia mencari
satuanjumlah zat yang dapat dipakai untuk menghitung jumlah partikel. Dalam
reaksi kimia dikenal dengan konsep mol. Satu mol adalah banyaknya zat yang
mengandung partikel-partikel zat itu sebanyak atom yang terkandung dalam 12
gram C sebanyak 6,023 × 10²³ (tetapan Avogadro).
Dengan demikian berarti:
1 mol = 6,02 x 1023 atom unsur
= 6,02 x 1023 molekul senyawa
Jumlah partikel dalam suatu zat juga sangat banyak dan hal itu membuat
kita sulit untuk menghitungnya. Namun, para ahli kimia berhasil menemukan
caramenghitung jumlah partikel, massa zat, dan volume gas. Hubungan kuantitatif
antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi disebut juga dengan stoikiometri.
2.1.1 Penggunaan Konsep Mol
Konsep mol dapat digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu senyawa
yang belum diketahui. Rumus kimia suatu senyawa dapat menjelaskan atau
meyatakan jumlah relatif atom yang terdapat dalam senyawa itu. Ada dua jenis
rumus kimia, yaitu rumus empiris dan rumus molekul.
a. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan
perbandingan atom-atom dari berbagai unsur dari senyawa. Rumus empiris
digunakan untuk zat-zat yang tidak terdiri dari molekul-molekul distift, misalnya
NaCl untuk natrium klorida MgO untuk magnesium oksida dan CaCO 3 untuk
kalsium karbonat.
Rumus empiris dapat ditentukan dari data :
1. Macam unsur dalam senyawa (analisa kualitatif)
2. Persen komposisi unsur analisa (kuantitatif)
3. Massa relatif unsur-unsur yang bersangkutan
Cara menentukan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dalam
tahap-tahap berikut :
1. Tentukan massa dalam setiap unsure dalam senyawa massa tertentu,
senyawa atau persen massa setiap unsur-unsur dari data ini dapat diperoleh
massa relatif unsur yang terdapat dalam senyawa.
2. Membagi massa setiap unsur dengan massa atom relatif, sehingga
memperoleh perbandingan mol setiap unsur atau perbandingan atom.
3. Mengubah perbandingan yang diperoleh diatas menjadi bilangan
sederhana dengan cara membagi dengan bilangan bulat.
b. Rumus Molekul
Rumus molekul memberikan jumlah molekul atau mol. Data yang
diperlukan untuk menentukan rumus molekul, yaitu:
1. Rumus Empiris
2. Massa Molekul Relatif
Rumus kimia menentukan perbandingan atom unsur-unsur yang menyusun
suatu zat. Dengan mengetahui reaksi kimia zat tersebut, kita dapat mereaksikan
pereaksi-pereaksi sedemikian rupa. Sehingga zat yang terbentuk mamiliki
perbandingan atom unsure-unsur penyusun yang sesuai dengan rumus kimianya.
Sebagai contoh, karbon monoksida (CO) mempunyai perbandingan antara
atom C dengan atom O sama dengan (=) yang berarti perbandingan atom-atom
dalam rumus kimianya.
Rumus molekul merupakan kelipatan bulat dari rumus empiris. Oleh
karena itu, rumus molekul suatu senyawa dapat dituliskan sebagai (RE)x dengan
RE sebagai rumus empiris dan x sebagai bilangan bulat.
2.2 Reaksi Kimia
2.2.1 Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan
kesetaraan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dengan menggunakan
rumus kimia. Dalam reaksi kimia terdapat zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
Dalam menuliskan persamaan reaksi, rumus kimia pereaksi dituliskan di ruas kiri
dan rumus kimia hasil reaksi dituliskan di ruas kanan. Antara kedua ruas itu
dihubungkan dengan anak panah (→) yang menyatakan arah reaksi kimia.
Contoh :
Logam magnesium bereaksi dengan gas klorin membentuk magnesium klorida.
Persamaan reaksinya adalah :
Mg + Cl2 → MgCl2…………………………………..…..…………….(2.2)
N2 + 3H2 → 2NH3………………………………………….……...…(2.3)
persamaan ini menjelaskan bahwa 1 molekul hydrogen menghasilkan 2 molekul
amonia. Perbandingan 1: 3 menghasilkan amonia.
2.2.2 Macam-Macam Reaksi Kimia
1. Reaksi Sintesa
Reaksi sintesa yaitu pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya.
Contoh :
Fe + Cl2 → FeCl2………………………………………………..…….(2.4)
2. Reaksi Metatesis
Reaksi metatesis yaitu pertukaran antara senyawa.
Contoh :
NaCl + NaOH → AgCl + NaNO3…………………………………...(2.5)
3. Reaksi Asam Basa
Disebut juga reaksi penetralan.
Contoh :
HCl + NaOH → NaCl + H2O………….………………………………(2.6)
4. Reaksi Redoks
Contoh :
K2SO4 + O2 → K2SO4……………………………...………………(2.7)
2.2.3 Penyetaraaan Persamaan Reaksi
Penyetaraan persamaan reaksi ialah sebagai berikut :
a. Harus diketahui rumus zat pereaksi dengan rumus produk reaksinya.
b. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom
unsur dalam produk relatif.
c. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat, terkecil, koefisien reaksi
merupakan perbandingan jumlah pereaksi dari zat yang terlihat dalam
reaksi.
2.2.4 Bilangan Oksidasi
a. Bilangan oksidasi setiap atom adalah unsur bebas sama dengan nol
(hidrogen dalam H2, belerang dalam SI, fosfor dalam P4, semuanya
mempunyai bilangan oksidasi nol).
b. Dalam senyawa bilangan oksidasi ficur sama dengan -1.
c. Bilangan oksidasi dalam ion sederhana sama dengan muatannya dalam
senyawa bilangan oksidasi unsure golongan AI, sama dengan +1,
sedangkan AII sama dengan +2.
d. Bilangan oksidasi hidrogen, dalam senyawa hidrogen sama dengan +1
kecuali dalam hibrida logam seperti NaOH, C4H2 sama dengan -1.
e. Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa sama dengan -2, kecuali dalam
peroksida sama dengan -1 dalam OF2 sama dengan +2, dan seperoksida.
f. Untuk senyawa netral, jumlah bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap
atom sama dengan nol.
g. Untuk semua ion, jumlah mol bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap
atom sama dengan muatan mol (Brady, 1999).
2.2.5 Pereaksi pembatas
Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas, karena membatasi
kemungkinan pereaksi itu bereaksi kembali. Produk reaksi ditentukan oleh
pereaksi pembatas, contoh :
2Zn + O2 → 2ZnO…………………….………………………………(2.8)
Reaksi pembatas adalah reaksi yang terdapat dalam jumlah stoikiometri terkecil.
Reaktan berlebih adalah reaktan yang terdapat lebih dari pada reaktan pembatas.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat - alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Gelas ukur 1 buah
2. Rak tabung 1 buah
3. Tabung reaksi 10 buah
4. Penggaris 1 buah
5. Stopwatch 1 buah
6. Pipet Tetes 1 buah

3.1.2 Bahan – bahan


Adapun bahan -bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Larutan KI 0,2 M 50 ml
2. Larutan Pb(NO3)2 0,2 M 50 ml
3. Larutan CuSO4 0,1 M 50 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
1. Dimasukkan larutan Pb(NO3)2 0,2 M dan larutan KI 0,2 M ke dalam 5
buah tabung reaksi berikut :
Tabel 3.2.1 Pb(NO3)2 0,2 M + KI 0,2 M

Tabung A B C D E

Pb(NO3)2 0,2 M (50 ml) 1 3 5 7 9

KI 0,2 M (50 ml) 9 7 5 3 1


2. Kocok tiap-tiap campuran kemudian dibiarkan endapan turun selama lebih
kurang 20 menit.
3. Ulangi cara kerja diatas dengan menggantikan larutan KI dengan larutan
CuSO4.
Tabel 3.2.2 Pb(NO3)2 0,2 M + CuSO4 0,1 M

Tabung A B C D E

Pb(NO3)2 0,2 M (50 ml) 1 3 5 7 9

CuSO4 0,1 M (50 ml) 9 7 5 3 1


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1
dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi
Pb(NO3)2 0,2 M + KI 0,2 M.
Tabung Nama Campuran Perbandingan Hasil Pengamatan
Mol Tinggi Warna
Endapan Endapan
A Pb(NO3)2 (0,2 M) + 1:9 0,5 cm kuning
KI (0,2 M )
B 3:7 0,7 cm kuning

C 5:5 0,8 cm kuning

D 7:3 0,5 cm kuning

E 9:1 0,2 cm kuning

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi


Pb(NO3)2 0,2 M + CuSO4 0,2 M.
Tabung Nama Campuran Perbandingan Hasil Pengamatan
Mol Tinggi Warna
Endapan Endapan
A Pb(NO3)2 (0,2 M) + 1:9 0,3 cm putih
CuSO4 (0,1 M )
B 3:7 0,8 cm putih

C 5:5 0,6 cm putih

D 7:3 0,5 cm putih


E 9:1 0,2 cm putih

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, pencampuran antara larutan Pb(NO 3)2 + KI
menghasilkan endapan. Untuk tabung A perbandingannya 1 : 9 dengan tinggi
endapan 0,5 cm dan warna endapan berwarna kuning, tabung B perbandingan 3 :
7 tinggi endapan 0,7 cm dengan warna endapan kuning. Kemudian pada tabung C
perbandingan 5 : 5 dengan warna endapan kuning dan tinggi endapan 0,8 cm,
tabung D perbandingan 7 : 3 tinggi endapan 0,5 cm berwarna kuning, pada tabung
E perbandingan 9 : 1 tinggi endapan 0,2 cm warna endapan kuning. Dalam
percobaan ini, tingginya tingkat perbandingan volume sangat berpengaruh
terhadap hasil endapan yang diperoleh. Sebagai contoh bisa kita lihat pada tabung
A dengan perbandingan 1 : 9 dengan endapan 0,5 cm, sedangkan pada tabung D
perbandingannya 9 : 1 endapannya 0,5 cm. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
perbandingan jumlah mol pereaksi sangat berpengaruh pada endapan dan hasil
reaksi.
Pb(NO3)2 + 2KI → 2KNO3(aq) + PbI2(s)...............................................(4.2.1)
Pada larutan CuSO4+ Pb(NO3)2 perbandingan tabung A 1 : 9 menghasilkan
tinggi endapan 0,3 cm dan warna endapan adalah putih, tabung B perbandingan
3 : 7 endapan setinggi 0,8 cm berwarna putih, pada tabung C perbandingan 5 : 5
tinggi endapan 0,6 cm warnanya putih, tabung D perbandingan 7 : 3 endapannnya
setinggi 0,5 cm berwarna putih dan pada tabung E perbandingan 9 : 1 tinggi
endapan 0,2 cm warna putih. Pada percobaan ini, juga membuktikan bahwa
tingkat perbandingan jumlah mol pereaksi sangat berpengaruh pada endapan dan
hasil reaksi semakin rendah perbandingan CuSO4 maka semakin tinggilah
endapan. Sedangkan pada percobaan pertama, semakin rendah perbandingan
maka semakin rendah pula tinggi endapan.
Pb(NO3)2 + CuSO4 → PbSO4(s) + Cu(NO3)2(aq)....................................(4.2.2)
Senyawa yang dapat menyebabkan endapan adalah Pb(NO 3)2, hal itu
dikarenakan Pb(NO3)2 mempunyai sifat padat. Pengendapan dapat terjadi jika
konsentrasi suatu senyawa melebihi kelarutannya (seperti saat mencampur pelarut
atau mengubah suhunya). Pengendapan dapat terjadi dengan cepat dari larutan
jenuhnya, Pb(NO3)2 yang ditambahkan ke dalam larutan 2KI dan terbentuk
endapan timbal iodida PbI2 yang berwarna kuning. Pb(NO3)2 yang ditambahkan ke
dalam larutan CuSO4 dan terbentuk endapan tembaga II nitrat Cu(NO3)2 yang
berwarna putih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan diatas, maka diperoleh beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Penentuan jumalah mol yang bereaksi didalam suatu reaksi kimia sangat
berpengaruh, bahwa perbandingan jumlah mol yang bereaksi sangat
menentukan jumlah hasil reaksi.
2. Semakin tinggi atau semakin rendah perbandingan maka semakin rendah
dan semakin tinggi pula hasil reaksi tersebut.
3. Penentuan perbandingan volume reaktan sangat berpengaruh juga terhadap
hasil endapan.
4. Pada reaksi Pb(NO3)2 dengan KI menghasilkan endapan berupa Pbl 2 yang
berwarna kuning dan didapat tinggi endapan sedangkan pada reaksi
Pb(NO3)2 dengan CuSO4 menghasilkan endapan berupa PbSO4 + Cu(NO3)2
yang berwarna putih dan didapat tinggi endapan.
5. Pada PbSO4 + Cu(NO3)2 tidak terdapat kesamaan tinggi endapan. Namun
pada 2KNO3 + Pbl2 terdapat kesamaan tinggi endapan antara tabung A
dengan D yaitu 0,5 cm.

5.2 Saran
Disarankan pada praktikum untuk lebih teliti dan lebih hati-hati pada saat
melakukan percobaan. Disarankan agar berhati-hati pada saat menggunakan alat-
alat praktikum agar tidak terjadi kerusakan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press

Brady,James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa


Aksara
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/kimia/konsep-mol-kimia-kelas-10/
Imam Rahayu, Praktis Belajar Kimia. N.p., PT Grafindo Media Pratama.

Julia Hafitri. 2016 Dasar Teori Praktikum Kimia Dasar: Stoikiometri Reaksi

Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

L.Underwood,R.A.Day.JR. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif.Edisi:5. Jakarta :


Erlangga
Sunarya, Yayan & Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Bandung: Setia Purna Inves
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Buatlah grafik tinggi endapan pada masing masing nomor tabung untuk
masing-masing percobaan!
Jawab :

Grafik Tinggi Endapan Pb(NO3)2+ KI


0.9 0.8
0.8 0.7
0.7
Tinggi Endapan

0.6 0.5 0.5


0.5
0.4 Tinggi Endapan
0.3 0.2
0.2
0.1
0
A B C D E

Tabung
Grafik Tinggi Endapan Pb(NO3)2 + CuSO4
0.9
0.8
0.8
0.7
0.6
Tinggi Endapan
0.6
0.5
0.5
0.4 Tinggi Endapan
0.3
0.3
0.2
0.2
0.1
0
A B C D E

Tabung

2. Berapa perbandingan jumlah mol Pb(NO3)2 dan KI yang bereaksi


berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana?
Penyelesaian :
Diketahui : Pb(NO3)2 0,2 M
KI 0,2 M
Volume Pb(NO3)2 50 ml
Volume KI 50 ml
Ditanya : Perbandingan jumlah mol Pb(NO3)2 dan KI
Jawab :
Mol Pb(NO3)2 = Mol KI
M . V Pb(NO3)2 = M . V KI
0,2 M . 50 ml = 0,2 M . 50 ml
1 = 1
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat

1. Tabung Reaksi Untuk mereaksikan


dua atau lebih zat

2. Penggaris Untuk mengukur


endapan dalam
tabung reaksi
3. Gelas ukur Untuk mengukur
volume larutan atau
zat cair dengan cepat

4. Stopwatch Untuk mengukur


lamanya waktu yang
diperlukan

5. Rak Tabung Sebagai tempat


Reaksi
menyimpan atau
meletakkan tabung
reaksi

6. Pipet Tetes Untuk meneteskan


larutan

Anda mungkin juga menyukai