Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran adalah suatu bentuk teknik untuk mengaitkan
suatu bilangan dengan suatu besaran standar yang telah diterima
sebagai satuan (Sumarno, 2010).
Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan hasil berupa
nilai ukur yang tepat dan benar. Ketepatan pengukuran merupakan
hal yang sangat penting untuk memperoleh hasil atau data yang
akurat dan dapat dipercaya. Dalam melakukan pengukuran,
digunakan suatu alat yang disebut alat ukur. Alatukur adalah alat
yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut.
Seluruh alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang
bervariasi bergantung pada keriteria dan tingkat kesalahan.
Angka penting terdiri dari atas angka pasti dan angka sesuai
dengan alat ukur yang digunakan. Pengamatan suatu gejala secara umum
tidak lengkap apabila tidak ada data yang didapat dari hasil pengukuran (Tipler,
2011).
Pengukuran dilakukan untuk membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya. Namun, pengukuran tersebut tentu
juga pernah atau akan mengalami kesalahan, jika kita tidak memperhatikan
ketentuan-ketentuan untuk melakukan pengukuran tersebut. Sehigga menimbulkan
ketidakpastian dalam pengukuran (Kandi, 2010).
Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah, kita
sebagai orang yang mempelajari ilmu fisika, harus memiliki ketelitian yang tinggi
agar bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan
pengukuran-pengukuran. Karena pengukuran tersebut adalah salah satu kegiatan yang
amat penting untuk mendapatkan hasil yang akurat (Nurachmandani, 2009).
Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah praktikan dapat
mengetahui ketidakpastian pengukuran dalam percobaan atau
kesalahan (error) dalam suatu percobaan serta mengetahui
kesalaha-kesalahan dalam peritungan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam
bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima
sebagai satuan. Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran panjang meja
dengan pensil. Dalam kegiatan tersebut artinya kamu membandingkan panjang meja
dengan panjang pensil. Panjang pensil yang kamu gunakan adalah sebagai
satuan.Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut
besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk
semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan
disebut satuan tidak baku. Kesalahan pada pengukuran di sebabkan oleh beberapa
yang disebabkan oleh masalah pada alat dan keadaaan pada saat pengamatan antara
lain adalah adanya nilai skala terkecil (Sugiyarto, 2008).

2.2. Kesalaha Bersistem (Systemic Error)

Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang


digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat (Waluyanti, 2008).

2.1.1. Kesalahan Kalibrasi


Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan
atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat (Sustini, 2012).
2.1.2. Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan
tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa
kembali tepat pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami
penambahan atau pengurangan sesuai dari skala nol semestinya (Winarsih, 2013).

2.1.3. Kesalahan Komponen Alat


Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Hal
ini menjadikan jarum atau skala penunjuk tidak tepat pada angka nol yang membuat
skala berikutnya bergeser ( Sumarno, 2010).

2.1.4. Kesalahan Paralaks (Kesalahan Arah Pandang)


Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-
garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum (Tipler, 2011).

2.1.5. Kesalahan karena Suhu dan Kelembaban


Kesalahan ini dikarenakan oleh faktor pemilihan waktu yang yidak tepat.
Contohnya pada mistar plastik jika penggunaannya dilakukan diterik matahari akan
mempengaruhi hasil pengamatan. Hal tersebut, dapat menyebabkan pemuaian pada
misttar yang berakibat pada kesalahan pengukuran (Kandi, 2010).
2.3. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak dapat langsung
diketahui. Antara lain sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran
terjadi secara acak. Pada pengukuran yang sudah direncanakan kesalahan-kesalahan
ini biasanya hanya kecil. Tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan
ketelitian tinggi akan berpengaruh. Kesalahan acak (random) adalah kesalahaan yang
terjadi karena fluktuasi saat melakukan pengukuran (Nurachmandani, 2009).

2.4. Kesalahan Lainnya


Kesalahan lainnya dapat berupa Kesalahan yang bersumber dari kurang
terampilnya manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Kesalahan seperti ini
memang tidak dapat dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu perbaikan. Sumber
Kesalahan ini juga tidak boleh dianggap enteng, karena keterampilan seseorang
dalam melakukan praktik-praktik tersebut sangatlah penting. Kesalahan pemakaian
alat ukur, misalnya ketika membaca skala pada jangka sorong atau penggaris, arah
pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis skala yang dibaca. Jika tidak,
maka akan terjadi kesalahan paralaks (metode pembacaan skala yang tidak tegak
lurus) (Sugiyarto, 2008).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di Laboraorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya pada Jumat, 19
Februari 2016 pukul 08.00 WIB sampai 09.40 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) Jangka Sorong dan 2)
Penggaris
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: 1) Penghapus, 3)
Kotak Susu, 4) Kemasan Popmie, 5) Kemasan Yakult

3.3. Cara Kerja


Cara kerja praktikum kali ini adalah:
1. Seluruh praktikam diberi penjelasan dari asisten tentang penggunaan JAngka
Sorong
2. Penjelasan tersebut dicatat oleh masing-masing praktikan
3. Salah satu praktikan ditunjuk untuk menjelaskan kembali tentang penggunaan
Jangka sorong
4. Masing-masing kemasan yang praktikan diukur dengan jamgka sorong,
dengan berbagai ketebalan. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali
5. Hitung data berdasarkan ketidakpastian pengukuran dalam percobaan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Praktikum ketidakpastian pengukuran dalam percobaan,
bahan yang digunakan adalah aquadest sebagai zat yang akan
dijadikan tolak ukur dalam pengukuran kali ini. Pada praktikum ini
mula-mula praktikaan mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam percobaan kali ini.
Percobaan ini juga kita memakai alat, yaitu jangka sorong.
Alat ini digunakan untuk mengukur ketebalan dari bahan yang
dibawa untuk praktikum ini. Jangka sorong adalah alat pengukur
tebal suatu benda yang sangat kecil sekali, kepekaannya mencapai
0,1 mm.
Setelah itu lakukan percobaan dengan ketebalan dari masing-
masing bahan dengan menggunakan jangka sorong. Lalu kita
berapa ketebalan dari masing-masing bahan, walaupun ketebalan
dari masing-masing bahan tersebut tidak sama. Catat hasil
pengukuran tersebut lalu dimasukkan dalam data-data pengukuran
tersebut ke dalam tabel. Nilai yang dicatat adalah ukuran ketebalan
kulit masing-masing bahan, dan masing-masing bahan dicatat
sebanyak tiga kali agar hasil yang didapat lebih akurat.
Bahan-bahan yang akan dilakukan adalah kotak susu,
penghapus, kemasan popmie, dan kemasan yakult. Kotak susu
dalam pengukuran yang lebih tebal adalah pada percobaan yang
kedua dari percobaan pertama dan ketiga. Karena bahan pada
percobaan yang kedua sangat jauh berbeda. Penghapus dalam
pengukurannya tidak jauh perbedaan dari pengukuran-pengukuran.
Dan pada percobaan Kemasan popmie, sama seperti percobaan
yakult, yaitu dengan mengukur diameternya. Pecobaan ini
menggunakan jangka sorong dalam pengukurannya sangat jauh
berbeda, ada yang tebal, sedang dan sangat tebal. Percobaan ini
dapat menjelaskan ketebalan dari masing-masing bahan dan
pengukurannya lebih efisien lagi dan lebih akurat.
Data yang didapatkan maka kita dituntut untuk mencari nilai
terbaik, simpangan, harga sesatan rata-rata maksimal dengan
begitu suatu percobaan dapat menaksirkan kesalahan yag
diperbuat dan berusaha untuk menguranginya dan juga dapat
digunaakan untuk menghindari kecelakaan yang akan terjadi
sewaktu kita melakukan percobaan.
Ketelitian praktikan juga sangat mempengaruhi hasil dari percobaan
yang dilakukan karena kurang telitinya praktikan dalam
menggunakan alat dan juga kesalahan dalam melihat jumlah
larutan atau bahan dapat memperbesar kesalahan praktikum.
Ketetapan pembacaan skala pada alat sangat mempengaruhi
hasil laboratorium, karena pada alat-alat tertentu belum memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi. Hal ini tergantung pada diameter alat
yang digunakan, sebab semakin kecil diameter alat maka semakin
besar tingkat ketelitian dan resiko kesalahan penggunaan alat akan
semakin kecil.
Jika dari hasil tersebut diketahui penyimpangan terlalu besar
maka bila diperlukan, percobaan harus diulang kembali dengan
berbagai cara, misalnya dengan mengulang pengukuran beberapa
kali yang lebih teliti atau mengganti alat-alat percobaan dengan
alat yang lebih baik ketelitiannya. Dengan kata lain peralatan dan
sarana (termasuk waktu) yang tersedia bagi kita membatas tujuan
dan hasil yang tercapai. Jadi jelaslah untuk keerluan ini mutlak
diperlukan teori sesatan (ketidakpastian).
Ketelitian praktikan juga merupakan salah satu faktor
praktikum dapat berjalan dengan lancar. Ketelitian praktikan juga
sangat mempengaruhi hasi dari percobaan yang dilakukan karena
kurang telitinya praktikan dalam menggunakan alat dan juga
kesalahan dalam melihat jumlah praktikum. Dengan ketelitian atau
kecermatan pada pengukuran larutan, perhitungan dan hasil
sebagainya resiko kjesalahan yang terjadi akan semakin kecil.
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan maka kita dituntut
untuk mencari nilai terbaii, simpangan, harga sesatan rata-rata
maka dengan begitu suatu percobaan dapat menaksirkan kesalahan
yang diperbuat dan berusaha untuk mengurangi dan juga
digunakan untuk menghindari kecelakaan yang akan terjadi
sewaktu kita melakukan percobaan.
BAB 5
KESIMPULAN

1. Ketelian praktikan juga merupakan salah satu faktor praktikum


dapat berjalan dengan lancar.
2. Ketelitian praktikan juga sangat mempengaruhi hasi dari percobaan
yang dilakukan karena kurang telitinya praktikan dalam
menggunakan alat dan dalam melihat jumlah praktikum.
3. Menjaga kebersihan alat sangat penting agar percobaan yang
dilakukan lebih akurat karena tidak terkontaminasi
4. Setiap alat memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda
5. Jangka sorong lebih teliti daripada mistar
DAFTAR PUSTAKA

Kandi. 2010. Pengukuran SMA 3. Jakarta: Pusat Pengembangan Dan


Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam
Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika SMA 3. Jakarta:Pusat Perbukuan
Departemen Pendidkan Nasional.
Sugiyarto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sumarno, Joko. 2010. Fisika SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Sustini, Euis. Soejoto.1992. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.
Bandung. Departemen Pendidikan Nasional
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 2 Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Waluyanti, Sri Dkk. 2008. Alat Ukur Dan Teknik Pengukuran.
Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional.
Winarsih, Any Dkk. 2008. Ipa Terpadu. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai