Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI 1

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DALAM PERCOBAAN

OLEH
A.K. PANJI NUGROHO
05031181320020
KELOMPOK 3

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA

2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam setiap percobaan


ilmiah, seperti penelitian dan praktikum. Dalam ilmu-ilmu eksak, kegiatan
pengukuran yang akurat merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan data dan
penyediaan informasi. Namun, dalam setiap kegiatan pengukuran selalu ada sebuah
ketidakpastian nilai pengukuran. Hal itu dapat diakibatkan oleh keterbatasan alat
maupun keterbatasan orang yang melakukan pengukuran. Untuk mendapatkan
tingkat ketepatan nilai yang tinggi, pengukuran biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang mempunyai keakuratan yang tinggi dan dilakukan
secara berulang-ulang sehingga didapatkan sejumlah data yang mendekati nilai
sebenarnya yang kemudian dapat diolah kembali dengan menggunakan kaidah-
kaidah statistika (Burhanuddin, 2011).
Nilai pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dalam setiap
praktikum. Oleh karena itu, diperlukan alat ukur yang mempunyai tingkat ketelitian
yang tinggi sehingga dapat menghasilkan nilai pengukuran dengan keakuratan yang
tinggi. Akurasi alat ukur menggambarkan ukuran ketepatan nilai hasil pengukuran
dengan nilai sebenarnya. Dengan demikian tingkat presisi dan akurasi suatu alat ukur
menjadi sangat penting dalam menentukan sebuah ketidakpastian pengukuran (Lia,
2013).

B. Tujuan

Praktikan dapat mengetahui ketidakpastian pengukuran dalam percobaan atau


kesalahan (error) dalam suatu percobaan serta mengetahui kesalahan-kesalahan
dalam perhitungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, yaitu perbedaan antara


dua hasil pengukuran. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya
Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan paralaks maupun dalam proses perhitungan
pengukurannya. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya
suatu besaran melalui pengukuran. Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh
hasil pengukuran seteliti mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan
ketidakpastian yang menyertainya (Burhanuddin, 2011).
Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita harus berusaha menelaah dan
mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan
yang kita lakukan. Senada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau
kita belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif
(Ibrahim, 2013). Untuk itulah dalam praktikum dibutuhkan sebuah pengukuran yang
akurat. Akan tetapi, ternyata tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Pengukuran
adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan. Diketahui bahwa pengukuran dibagi menjadi dua jenis yaitu pengukuran
langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung merupakan
pengukuran yang dilakukan terhadap besaran pokok objek yang akan diukur seperti
berat, panjang, dan suhu. Sedangkan pengukuran tidak langsung ialah pengukuran
yang menghitung suatu besaran lain dimana nilainya didapat dari besaran-besaran
lain, misalnya mengukur massa jenis suatu benda (Ibrahim, 2013). Mengukur dapat
dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau
permasalahan secara kualitatik. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau
sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari
data-data yang mendukung. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-
data numerik yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari
permasalahan tersebut (Musyarofah, 2013).
Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara
nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu kesalahan bersistem dan kesalahan acak
(Sufyan, 2012).
Kesalahanan bersistem ini berasal dari peralatan yang digunakan meliputi
kesalahan kalibrasi; kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang
dibuat sehingga tiap kali alat itu digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam tiap
pengukuran; titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk
alat ukur; kesalahan komponen alat yang sering terjadi pada pegas; atau mungkin
kesalahan yang timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak (Lia,
2013).
Sedangkan kesalahaan acak berasal dari kondisi yang berbeda-beda pada saat
dilakukan pengukuran. Contohnya perubahan kondisi pada saat kalibrasi alat dan
pada saat pengukuran; perubahan suhu, tekanan udara, atau tegangan listrik; dan
gangguan-gangguan yang mungkin terjadi selama pengukuran (Musyarofah, 2013).
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan
relatif. Masing masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal
dan berulang. Ketidakpastian mutlak adalah suatu nilai ketidakpastian yang
disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal,
ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai setengah dari NST. Sedangkan
ketidakpastian relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran (Burhanuddin, 2011).
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum Ketidakpastian Pengukuran dalam Percobaan telah dilaksanakan


pada hari Rabu tanggal 19 Februari 2014 pukul 10.00 WIB s/d. 11.40 WIB
bertempat di Laborarium Kimia Hasil Pertanian P.S. Teknologi Hasil Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) Jangka sorong, dan
2) Penggaris.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah: 1) Penghapus pensil,
2) Buku (note), 3) Kotak jangka sorong, 4) Spidol, 5) Penghapus papan tulis, dan 6)
Pena Standard.

C. Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum kali ini adalah:


1. Seluruh praktikan diberikan penjelasan dari asisten tentang penggunaan jangka
sorng.
2. Penjelasan tersebut dicatat oleh masing-masing praktikan.
3. Salah satu praktikan ditunjuk unutk menjelaskan kembali tentang penggunaan
jangka sorong.
4. Masing-masing benda praktikan diukur dengan jangka sorong, dengan berbagai
ketebalan. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali.
5. Hitung data berdasarkan ketidakpastian pengukuran dalam percobaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil dari praktikum kali ini adalah:


Nama Benda Mistar Jangka Sorong
Buku (note) 2,3 cm 2,155 cm
Kotak jangka sorong 2,1 cm 2,150 cm
Spidol 1,5 cm 1,540 cm
Penghapus papan tulis 3,0 cm 3,50 cm
Pena ‘Standard’ 0,7 cm 0,755 cm
B. Pembahasan

Pengukuran diatas memperlihatkan bahwa hasil pengukuran ke-lima buah


benda menunjukkan perbedaan. Perbedaan tersebut meskipun tidak terlalu jauh
selisihnya, disebabkan karena ketelitian alat pengukur yang kita gunakan berbeda.
Mistar memliki ketelitian 1 mm sedangkan jangka sorong memiliki ketelitian 0,1
mm. Jelas bahwa jangka sorong memiliki ketelitian yang lebih. Ini juga ditunjukkan
dengan terdapatnya beberapa angka di belakang koma pada hasil pengukuran
menggunakan jangka sorong.
Faktor lain yang mendukung ketidakpastian ini adalah kesalahan paralaks
atau posisi mata pada saat membaca hasil pengukuran. Mata yang tidak tepat berada
di atas skala, juga akan mengakibatkan kesalahan pengukuran.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:


1. Ketelitian penggaris (1 mm) < ketelitian jangka sorong (0,1 mm).
2. Pada pengukuran kali ini kesalahan diakibatkan oleh perbedaan tingkat ketelitian
dan kesalahan paralaks.
3. Pengukuran spidol memiliki selisih yang paling kecil.
4. Pengukuran buku (note) memiliki selisih yang paling besar.
5. Jika kita ingin mengukur sesuatu yang memiliki ketelitian lebih, kita harus
menggunakan jangka sorong ketimbang penggaris.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, M. 2011. Dasar Pengukuran Ketidakpastian. (online)(http://alvinburha


ni.wordpress.com/2011/01/02/dasar-pengukuran-ketidakpastian/).diakses pa
da tanggal 22 Februari 2014.

Ibrahim, D. 2013. Laporan Pendahuluan Praktikum Fisika 1. (online)(www.academi


a.edu/4818249/Laporan_Pendahuluan_Praktikum_Fisika_1).diakses pada ta
nggal 22 Februari 2014.

Lia. 2013. Pengukuran Mekanik dan Ketidakpastian. (online)(http://lia-sipit.blogspot


.com/2013/02pengukuran-mekanik-dan-ketidakpastian.html).diakses pada ta
nggal 22 Februari 2014.

Musyarofah, L. 2013. Laporan Fisika Dasar Pengukuran. (online)(http://shofaifa.blo


gspot.com/2013/02/laporan-fisika-dasar-pengukuran.html).diakses pada tang
gal 22 Februari 2014.

Sufyan. 2012. Intisari Praktikum Fisdas. (online)(http://sufyants.wordpress.com/201


2/04/07/intisari-praktikum-fisdas/).diakses pada tanggal 22 Februari 2014.

Anda mungkin juga menyukai