Sejarah Perkembangan Teori Struktural Dalam Pembangunan Wilayah dan Para Tokoh
Pendukungnya
Dari akhir 1960-an, adanya perubahan struktural dalam sifat kapitalisme dan implikasinya
terhadap pembangunan wilayah mendorong banyak minat kajian pembangunan wilayah dengan
pendekatan Marxis atau radikal. Adanya deindustrialisasi, pergeseran ke kegiatan ekonomi
pendukung, peningkatan mobilitas regional dan internasional faktor-faktor produksi dan
peningakatan ketidaksetaraan wilayah dalam ekonomi, sosial, gender dan etnis mendorong
munculnya kritik secara radikal terhadap pendekatan pembangunan wilayah yang berlaku pada
saat itu (Bluestone dan Harrison 1982; Harvey 1982). Isu-isu seperti itu sampai didominasi
didekati oleh para ahli teori pembangunan wilayah struktural dengan ilmu pengetahuan yang
objektif, positivis, dan seringkali kuantitatif.
Marxisme secara umum terinspirasi dari pemikiran Karl Marx. Secara garis besar, ada dua cabang
Marxisme: Marxisme humanistic dan Marxisme struktural. Marxisme struktural adalah suatu
pendekatan terhadap filsafat Marxis yang didasarkan pada strukturalisme, terutama yang terkait
dengan karya filsuf Prancis Louis Althusser dan murid-muridnya. Itu berpengaruh di Prancis
selama 1960-an dan 1970-an, dan juga mempengaruhi para filsuf, ahli teori politik, dan sosiolog
di luar Prancis selama tahun 1970-an. Pendukung Marxisme struktural lainnya adalah sosiolog
Nicos Poulantzas dan antropolog Maurice Godelier. Berbeda dengan Marxisme humanistik,
Marxisme struktural Althusser menekankan bahwa Marxisme adalah ilmu yang meneliti struktur
objektif, [Althusser, 1971] dan ia percaya bahwa humanistik, historis dan Marxisme
fenomenologis, yang didasarkan pada karya-karya awal Marx, terperangkap dalam "ideologi
humanistik pra-ilmiah". [Andersen, 2000]. Marxisme struktural memandang bahwa terdapat
struktur sosial dan hubungan kapitalis pada produksi di suatu wilayah.
Gambar 3.1 Sebuah Kerangka Kerja Dasar
Sumber: Wright, 1976
Beberapa pendukung Marxisme Struktural antara lain Lovering (1989) dan Massey (1995).
Mereka menggunakan pendekatan Marxisme Struktural dalam kajian pembangunan wilayah.
Salah satu kontribusi pengetahuan yang utama dengan pendekatan Marxisme Struktural dalam
pembangunan wilayah adalah teori spatial division of labor. Dibangun di atas kritik ekonomi
politik dari ekonomi neo-klasik, teori Marxis Massey (1995) merintis kerja awal kajian ekonomi
politik geografis yang pada masa berikutnya tetap menjadi teori yang sangat berpengaruh dalam
geografi ekonomi dan pengembangan wilayah (Castree 1999; Pike 2005; MacKinnon dan
Cumbers 2007). Selama bertahun-tahun teori ini telah disempurnakan dan diperluas, dengan ruang
dan hubungan spasial tetap menjadi pusat perhatiannya pada masyarakat kontemporer.
Spesialisasi industri wilayah secara historis dijelaskan di mana semua fungsi terkonsentrasi secara
geografis telah terfragmentasi dan diperluas secara spasial dari waktu ke waktu. Teori ini
menafsirkan pertumbuhan wilayah sebagai suatu tahapan episodik dalam suatu periode sejarah
baik konvergensi dan divergensi (Martin dan Sunley 1998). Pembagian fungsi yang tidak merata
dari spesialisasi industri wilayah membentuk terjadinya pembagian geografis fungsi perusahaan
dan pekerjaan yang terkait sehingga membentuk ada wilayah inti (kaya) dan wilayah peripheral
(pinggiran atau miskin) (Massey 1995). 'Pembangunan' yang terjadi adalah peningkatan
spesialisasi fungsional wilayah yang menyebabkan terjadinya hirarki. Transisi dalam
pembangunan wilayah dijelaskan oleh perubahan posisi dan peran wilayah dalam pembagian
ruang kerja. Akumulasi modal dan kekuatan sosial dari konflik kelas merupakan bagian integral
dari ekonomi politik Marxis dan menekankan peran penting kekuatan eksternal wilayah dalam
membentuk perubahan ekonomi dan sosial di wilayah (Dunford dan Perron, 1994; Perron, 2004).
Dalam pendekatan ini, ruang dan tempat adalah fokus geografis (Beynon dan Hudson 1993). Ada
kaitan antara model penyebab kumulatif (Cumulative Causation) dalam teori Keynesian dengan
pendekatan Marxis ini (Holland 1976). Implikasi kebijakan menekankan peran penting kebijakan
negara dan wilayah dalam tindakan progresif untuk memperbaiki ketidaksetaraan wilayah dengan
cara yang bertanggung jawab secara demokratis.
Teori spatial divisions of labour disebut juga teori Power Geometry, bahwa ketidaksetaraan sosial
dihasilkan oleh ketidakmerataan ekonomi kapitalis, menciptakan perbedaan (division) yang
mencolok antara wilayah kaya dan miskin dan antar kelas sosial. Contoh-contoh kajian empiris
yang menemukan bukti terjadinya spatial division of labor antara lain:
• Sawers dan Tabb (1984) mengkaji pergeseran industri dari timur laut ('rustbelt') ke
selatan dan barat ('sunbelt') di Amerika Serikat .
• Massey (1991) mengkaji struktur spasial industri elektronik, otomotif, dan kimia di
Inggris
• Lovering, J. (1991) mengkaji perubahan geografis industri militer di Inggris
Kebijakan yang berdasarkan teori ini pernah diterapkan di negara-negara eropa tengah dan eropa
timur sampai tahun 1990an. Kekinian negara yang menerapkan kebijakan atas dasar teori ini antara
lain: Kuba, Bolivia dan Venezuela. Khusus Bolivia dan Venezuela, sampai saat ini masih terjadi
perseteruan dan pergolakan politik antara kebijakan pembangunan berdasarkan Marxian (radikal)
atau berdasarkan pendekatan yang lebih umum seperti Neo-Klasik dan Keynesian.