Ekonomi Keynesian telah banyak digunaka sebagai model ekonomi standar di negara-negara maju
selama dan sesudah Great Depression (Depresi Hebat), Perang Dunia II, dan ekspansi ekonomi
pasca-perang (1945–1973), meskipun kemudian kehilangan beberapa pengaruh setelah guncangan
minyak bumi dan terjadi stagflasi tahun 1970-an. Munculnya krisis keuangan global tahun 2007-
2008 menyebabkan kebangkitan pemikiran Keynesian, yang berlanjut sebagai ekonomi Keynesian
baru.
Ekonom Keynesian umumnya berpendapat bahwa permintaan agregat berfluktuasi dan tidak
stabil, ekonomi pasar sering mengalami hasil ekonomi makro yang tidak efisien dalam bentuk
resesi ekonomi (ketika permintaan rendah) dan inflasi (ketika permintaan tinggi), dan bahwa ini
dapat dikurangi dengan melakukan respon dengan intervensi pemerintah atau kebijakan ekonomi,
khususnya, tindakan kebijakan moneter oleh bank sentral dan tindakan kebijakan fiskal oleh
pemerintah, yang dapat membantu menstabilkan output selama siklus bisnis. Ekonom Keynesian
umumnya menganjurkan mekanisme pasar perlu dikelola oleh pemerintah, dengan peran aktif
untuk intervensi pemerintah selama resesi dan depresi.
Intervensi pemerintah
Intervensi pemerintah adalah tindakan pengaturan yang diambil oleh pemerintah yang berupaya
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh individu, kelompok, dan organisasi tentang masalah
sosial dan ekonomi, atau dengan kata lain setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang
mempengaruhi pasar dengan tujuan mengubah keseimbangan atau hasil dari mekanisme pasar
bebas.
Intervensionisme ekonomi, kadang-kadang juga disebut statisme ekonomi dan intervensi negara,
adalah perspektif kebijakan ekonomi yang mendukung intervensi pemerintah dalam proses pasar
untuk tidak hanya memperbaiki kegagalan pasar tetapi juga meningkatkan kesejahteraan umum.
Intervensi ekonomi dapat ditujukan pada berbagai tujuan politik atau ekonomi, seperti mendorong
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan lapangan kerja, menaikkan upah, menaikkan atau
mengurangi harga, mempromosikan kesetaraan pendapatan, mengelola jumlah uang beredar dan
suku bunga, meningkatkan laba, termasuk mengatasi kegagalan pasar.
Cara berpikir Keynesianisme telah menjadi inspirasi bagi ilmuan yang fokus meneliti tentang
kesenjangan antara wilayah atau kesenjangan antar negara dan ilmuwan yang berpandangan
perlunya intervensi pemerintah dalam mengatasi kesenjangan wilayah tersebut. Beberapa tokoh
ahli teori kesenjangan antar wilayah atau antar negara yang terinspirasi dari cara berpikir ekonomi
Keynesian antara lain Myrdal, Perroux, dan Friedman.
Pendekatan basis ekspor juga sejalan dengan teori spesialisasi wilayah untuk pertumbuhan.
Wilayah cenderung mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor komoditas yang
menggunakan faktor-faktor yang wilayah tersebut unggul secara relatif melimpah dibandingkan
wilayah lain, secara intensif. Faktor-faktor produksi yang mendukung ekspor tersebut meliputi
bahan mentah, tenaga kerja, modal dan / atau teknologi (Armstrong dan Taylor 2000). Spesialisasi
dan keunggulan komparatif dalam teori basis ekspor Keynesian berbeda dengan teori Neo-Klasik.
Perbedaanya yaitu teori basis ekspor fokus pada spesialisasi dan keunggulan komparatif dalam hal
menyediakan dan mendukung produksi komoditas yang memiliki permintaan di luar wilayah atau
keunggulan komparatif pada komoditas yang bisa diekspor. Sedangkan pada teori Neo-Klasik
menekankan pada keunggulan komparatif efisiensi dan produktifitas faktor produksi (modal,
tenaga kerja, teknologi).
Respons wilayah terhadap permintaan dari wilayah lain (eksternal) mendorong pertumbuhan pada
sektor basis (sektor ekspor) dan pada sektor non-basis (sektor yang mendukung sektor basis).
Dengan kata lain, teori basis ekspor menekankan pentingnya spesialisasi dan dampak permintaan
dari wilayah lain (eksternal) untuk pertumbuhan produksi wilayah. Adapun besarnya permintaan
ditentukan oleh:
a. Harga barang yang diekspor di dalam wilayah itu,
b. Tingkat pendapatan wilayah lain,
c. Harga barang substitusi di pasar wilayah lain (eksternal).
Daya saing keunggulan komparatif (antar wilayah di dalam nasional maupun internasional) produk
ekspor suatu wilayah dibandingkan secara relatif terhadap yang ada di wilayah lain menentukan
pertumbuhan sektor ekspor tersebut. Kualitas produk dan layanan purna jual juga mempengaruhi
permintaan. Adapun di sisi penawaran, (faktor biaya produksi, termasuk upah, modal, bahan baku,
input dan teknologi) juga termasuk mempengaruhi daya saing produk ekspor wilayah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan wilayah dalam
memproduksi barang yang banyak diminta wilayah lain atau mampu memproduksi barang yang
bisa diekspor ke wilayah lain, maka wilayah tersebut semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi
wilayahnya.
Para reviewer buku-buku tersebut beragam pendapat dalam mengomentari dan mengkritisi buku-
buku karya Myrdal. Ada yang menolak ada yang menerima dengan antusias. Bauer, misalnya,
merasa kecewa karena buku terlalu sedikit menyediakan pengetahuan baru atau pandangan baru.
Dan perhatian fokus pada upaya mempromosikan kebijakan daripada mempromosikan
pengetahuan. Reviewer seperti R. A. Easterlins, R. F. Mikesells and G. M Meier menyatakan
bahwa buku-buku Myrdal merupakan buku-buku yang paling provokatif yang ditulis pada
masalah-masalah negara-negara miskin.
Salah satu konsep utama yang diusulkan oleh Myrdal terkait penjelasan kesenjangan wilayah
adalah konsep Teori Circular and Cumulative Causation. Berikut ini adalah ulasannya. Teori ini
menyatakan bahwa proses pertumbuhan wilayah cenderung terjadi secara melingkar dan kumulatif
terkumpul pada suatu wilayah, yang pada akhirnya menghasilkan pertumbuhan wilayah yang tidak
seimbang. Pertumbuhan di wilayah maju yang menurut teori Neo-Klasik dapat menguntungkan
wilayah tertinggal melalui efek ‘spread’, tidak terjadi, yang terjadi adalah efek backwash yang
selanjutnya dapat memperkuat kesenjangan dengan mendorong aliran modal dan tenaga kerja dari
wilayah yang tertinggal ke wilayah yang maju.
Pendidikan dan Keterampilan Lemahnya percaya
yang rendah dan berjejaring
Gambar 1 Kausalitas Sirkuler dan Kumulatif Pada Wilayah Yang Semakin Miskin dengan
Pendekatan Myrdal (“Lingkaran Setan Kemiskinan”)
Gambar tersebut menunjukkan bahwa kemiskinan dan keterbelakangan secara historis dikaitkan
dengan enam faktor utama dengan cara yang kompleks. Faktor-faktor ini termasuk pendidikan dan
pekerjaan (modal manusia), kepercayaan dan jaringan (modal sosial), prasangka dan diskriminasi
(modal asosial), kebiasaan, norma dan adat istiadat (modal budaya), nutrisi dan psikologis (modal
kesehatan), serta pendapatan dan kekayaan (modal finansial).
Permintaan domestik yang Sangat yakin Investasi (aset
tinggi (C dan G) produktif) yang tingggi
Gambar 1 Kausalitas Sirkuler dan Kumulatif Pada Wilayah Yang Semakin Kaya dengan
Pendekatan Kaldor
Gambar tersebut menunjukkan bagaimana permintaan adalah inti dari masalah, dan bahwa itu
saling bergantung dengan penawaran. Tingkat permintaan domestik yang kuat dengan sendirinya
dan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain, dapat membantu menyediakan lingkungan di mana
kepercayaan relatif tinggi (ketidakpastian rendah), sehingga merangsang investasi pada tingkat
yang relatif tinggi. Investasi dapat menghasilkan peningkatan produktivitas melalui skala
ekonomi, ruang lingkup, dan learning by doing (LBD) (Hukum Verdoorn), dengan aglomerasi
spasial, infrastruktur, dan eksternalitas komunikasi yang memainkan peran penting; serta melalui
inovasi. Oleh karena itu, permintaan dan penawaran saling bergantung secara sistem, dan bukan
analisis supply-demand biasa atau bukan analisis ortodoksi independen (persediaan) dan dependen
(permintaan) biasa. Tingkat pendapatan domestik yang kuat memacu produktivitas, yang
merangsang ekspor neto, terutama jika sistem keuangan internasional stabil dan produktif daripada
terlalu spekulatif.
Uraian teori Kausalitas Sirkuler dan Kumulatif baik ala Myrdal maupun ala Kaldor menyatakan
bahwa wilayah kekayaan perekonomian lama-kelamaan akan cenderung terakumulasi di suatu
wilayah yang sudah sejahtera terlebih dahulu, sementara wilayah yang miskin (tertinggal) akan
tetap terjebak dalam kemiskinannya (ketertinggalannya).
b. Bantuan Otomatis (Automatic assistance) atau Subsidi modal dan tenaga kerja secara otomatis
(Automatic capital and labour subsidies)
“Automatic Assistance”, adalah bantuan finansial yang diberikan kepada perusahaan-
perusahaan jika perusahaan menetap di wilayah yang tidak unggul atau wilayah yang
mengalami permasalahan ekonomi. Seiring dengan bantuan otomatis, hibah modal dapat
diberikan kepada perusahaan yang menetap di wilayah yang kurang unggul, bahkan tanpa
syarat, dan bahkan, banyak bantuan finansial dapat diberikan kepada proyek-proyek yang
menciptakan sedikit pekerjaan (Vanhove (2000).
c. Desentralisasi kewenangan dalam meregenerasi ekonomi wilayah dari nasional ke pemimpin-
pemimpin dan lambaga-lembaga di tingkat sub nasional (Decentralisation of regional
regeneration powers to local and regional agencies and authorities)
Regenerasi ekonomi mengacu pada kebangkitan kembali ekonomi wilayah dan berkaitan
dengan perbaikan di dalam daya saing dan kemakmuran ekonomi. Ini juga sering terkait
dengan peningkatan investasi ke dalam dan relokasi bisnis ke wilayah yang mengalami
penurunan. Regenerasi wilayah adalah pembaruan kembali dan perbaikan wilayah dari sisi
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Regenerasi ekonomi bertujuan untuk memperkuat ekonomi
lokal dan menciptakan kesejahteraan dengan mengatasi ketiadaan pekerjaan, istilah yang
digunakan untuk peningkatan penciptaan lapangan kerja.
d. Pengendalian pembangunan industri
Kebijakan industri adalah segala jenis intervensi selektif atau kebijakan pemerintah yang
berupaya mengubah struktur produksi ke sektor-sektor yang diharapkan menawarkan prospek
yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi daripada yang akan terjadi tanpa adanya
intervensi tersebut” (Pack and Saggi, 2006).
e. Investasi infrastruktur (infrastructure investment)
f. Perencanaan spasial (rencana tata ruang)
g. Nasionalisasi industri
h. Pengelolaan kota dan pembangunan kota baru
i. Stimulasi atau dukungan untuk industry yang berorientasi ekspor (export base stimulation)
j. Inovasi kelembagaan perekonomian
k. Pembangunan kawasan-kawasan industri yang bisa menggerakkan efek berganda, seperti
industry otomotif, kimia, di wilayah yang tertinggal. Contoh di Indonesia seperti Kawasan
Ekonomi Khusus yang dibangun di luar Jawa.
REFERENSI
Mario Seccareccia. The Role of Public Investment as Principal Macroeconomic Tool to Promote
Long-Term Growth. Journal International Journal of Political Economy Volume 40, 2011 - Issue
4. Pages 62-82
R. Milbourne , G. Otto & G. Voss Public investment and economic growth. Journal Applied
Economics Volume 35, 2003 - Issue 5. Pages 527-540
Regional Policy: A European Approach. By Norbert Vanhove
Perroux, F. (1950) Economic space: theory and applications, Quarterly Journal of Economics, 64
(1): 89–104
Kaldor, N. (1970) The case for regional policies, Scottish Journal of Political Economy, 18:
337–348.
Kaldor, N. (1981) The role of increasing returns, technical progress and cumulative causation in
the theory of international trade and economic growth. In F. Targetti and A. Thirlwall (eds),
The Essential Kaldor. London, Duckworth, 327–350