Anda di halaman 1dari 117

BAB I

KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro


Dalam Teori Ekonomi Mikro telah dibahas tentang kata ekonomi yaitu
“peratutan rumah tangga”. Perlunya peraturan rumah tangga, tidak lain karena
setiap individu mempunyai kebutuhan yang sifatnya tidak terbatas, sementara alat
untuk memenuhi kebutuhan berupa sumber daya sifatnya terbatas. Keterbatasan
sumber daya tersebut menimbulkan kelangkaan, sehingga diperlukan
pengorbanan untuk memperolehnya. Oleh karena itu perlu pilihan-pilihan dalam
pengambilan keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan kegiatan
ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Ekonomi mikro ruang lingkup analisisnya pada kegiatan-kegiatan ekonomi
dari unit-unit ekonomi individual, yaitu studi tentang bagaimana rumah tangga dan
perusahaan mengambil keputusan dan bagaimana pengambil keputusan ini
berinteraksi di pasar. Prinsip utama ekonomi mikro adalah bahwa rumah tangga
dan perusahaan berusaha mencapai optimalisasi, mereka melakukan hal terbaik
yang bisa dilakukan untuk mereka sendiri berdasarkan tujuan dan kendala yang
mereka hadapi. Dalam model-model ekonomi mikro, rumah tangga memilih
pembeliannya untuk memaksimalkan tingkat kepuasan yang disebut dengan
utilitas (utility), dan perusahaan-perusahaan mengambil keputusan-keputusan
produksi untuk memaksimalkan keuntungan atau laba mereka.
Dalam teori ekonomi mikro sebagaimana dijelaskan di atas tidak menjelaskan
tentang masalah-masalah ekonomi secara keseluruhan/agregat atau secara lebih
luas yaitu masalah pengangguran, masalah kenaikan harga (inflasi), masalah
pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi, masalah hubungan ekonomi
antar negara, masalah kestabilan ekonomi, dan bagaimana peran pemerintah
dalam perekonomian. Masalah-masalah ekonomi secara agregat merupakan
cakupan analisis teori ekonomi makro. Jadi, teori ekonomi makro menganalisis
kegiatan-kegiatan ekonomi secara agregat (keseluruhan), misalnya bagaimana
Muhammad Ilham =1= Teori Ekonomi Makro
uang dan pengeluaran total (aggregate expenditure) menentukan output,
kesempatan kerja (employment) dan tingkat harga dalam dan kestabilannya
perekonomian, peran hubungan ekonomi luar negeri, serta peran pemerintah
melalui kebijakannya dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.
Dengan kata lain teori ekonomi makro membahas permasalahan yang
menyangkut kehidupan dan kepentingan ekonomi masyarakat secara
keseluruhan.
Apakah aspek-aspek yang bersifat agregat dari kegiatan ekonomi itu?
Apabila yang dibahas adalah mengenai produsen, maka yang dimaksud adalah
produsen keseluruhan perekonomian. Begitu pula apabila yang dibahas mengenai
tingkah laku konsumen, maka yang dianalisis adalah tingkah laku keseluruhan
konsumen dalam menggunakan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa
yang dihasilkan dalam perekonomian. Dalam analisis ekonomi makro juga dibahas
peranan pemerintah dalam mengatur kegiatan perekonomian. Pada aspek ini yang
diperhatikan adalah tentang berbagai kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan
untuk mengatasi masalah-masalah dalam keseluruhan perekonomian seperti
masalah inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi makro sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus
mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara agregat bertujuan untuk
menganalisis hubungan-hubungan kausal antara variabel-variabel ekonomi
agregatif. Di antara variabel-variabel ekonomi agregatif yang banyak dibahas
dalam ekokomi makro antara lain: tingkat pendapatan nasional, tingkat
kesempatan kerja, pengeluaran konsumsi rumah tangga, tabungan (saving),
investasi nasional, jumlah uang yang beredar, tingkat harga, tingkat bunga, neraca
pembayaran luar negeri, stok kapital nasional, hutang pemerintah, dan lain
sebagainya. Singkatnya, ekonomi makro membahas tentang berbagai masalah
pokok perekonomian yang aktual.
Sekalipun ada perbedaan antara ekonomi makro dan ekonomi mikro, namun
tidak terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Bagaimanapun
perekonomian secara agregat tidak lain merupakan penjumlahan atas pasar yang
tercakup di dalamnya. Oleh karena itu perbedaan antara ekonomi makro dan
ekonomi mikro terutama terletak pada penekanan dan penyajiannya. Dalam

Muhammad Ilham =2= Teori Ekonomi Makro


mempelajari proses penentuan harga pada suatu industri, adalah bermanfaat bagi
para ahli ekonomi mikro untuk mengasumsikan bahwa harga-harga di industri lain
adalah tertentu. Dalam ekonomi makro, di mana kita mempelajari tingkat harga,
kita akan mengabaikan perubahan harga relatif barang antar industri yang
berbeda. Dalam ekonomi mikro kita juga akan mengasumsikan bahwa total
pendapatan dari semua konsumen adalah tertentu dan bagaimana konsumen
mengalokasikan pengeluaran mereka yang bersumber dari pendapatan atas
berbagai barang yang ada. Sebaliknya, dalam ekonomi makro tingkat pendapatan
ataupun pengeluaran agregat merupakan variabel utama yang akan dipelajari.
Peristiwa-peristiwa ekonomi muncul dari interaksi banyak rumah tangga
konsumen dan perusahaan/produsen, sehingga ekonomi mikro dan ekonomi
makro memiliki keterkaitan yang sangat erat. Bila kita mempelajari perekonomian
secara menyeluruh, kita harus mempertimbangkan keputusan-keputusan dari
pelaku-pelaku ekonomi individu. Misalnya, untuk memahami apa yang
menentukan pengeluaran konsumen total, kita harus memikirkan keluarga yang
memutuskan berapa banyak uang yang harus dibelanjakan hari ini dan berapa
banyak yang harus ditabung untuk hari esok. Untuk memahami apa yang
menentukan investasi total, kita harus memikirkan perusahaan yang memutuskan
apakah akan membangun pabrik baru. Jadi, variabel-variabel agregat merupakan
penjjumlahan dari variabel-variabel yang menggambarkan banyak keputusan
individu. Dengan demikian teori ekonomi makro berdiri di atas pondasi ekonomi
mikro.
Inti teori ekonomi makro adalah penentuan pendapatan nasional. Teori
ekonomi makro mengkaji bagaimana keseimbangan jangka pendek dan jangka
panjang bisa dicapai. Keseimbangan jangka pendek adalah tercapainya
keseimbangan antara penawaran agregat (aggregate supply) dan permintaan
agregat (aggregate demand). Keseimbangan dalam jangka panjang adalah
adanya kenaikan kapasitas produksi atau pertumbuhan ekonomi (economic
growth) yang sesuai dengan keseimbangan, atau tingkat pertumbuhan produksi
yang cukup pesat dalam kondisi pekerjaan penuh (full employment). Untuk
mencapai keseimbangan jangka pendek maupun jangka panjang, maka
diperlukan kerangka sistem dan kebijakan ekonomi makro.

Muhammad Ilham =3= Teori Ekonomi Makro


B. Perkembangan Teori Ekonomi Makro
Dalam pemikiran klasik yang dimotori oleh Adam Smith (1723-1790) sebagai
“Bapak Ilmu Ekonomi” dengan bukunya “An Inquiry Into the Nature and Causes of
the Wealth of Nations” percaya bahwa perekonomian yang berlangsung
dikendalikan oleh invisible hands (tangan-tangan yang tidak kelihatan). Oleh
karena itu perekonomian tidak boleh diintervensi oleh pemerintah, karena invisible
hands secara otomatis akan mengarahkan perekonomian menuju keseimbangan
(equilibrium). Hal tersebut diperkuat oleh pemikiran Jean Baptiste Say (1767-1832)
yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaanya
sendiri (supply creates its own demand), yang disebut sebagai Hukum Say (Say’s
Law) Traité d'économie politique (1803). Hukum Say didasarkan pada asumsi
bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Setiap ada produksi, akan
ada pendapatan yang besarnya persis sama dengan nilai produksi tadi. Dengan
demikian, dalam keadaan seimbang, produksi akan menciptakan permintaannya
sendiri atas produksi barang yang bersangkutan. Asumsi-asumsi yang digunakan
oleh mahzab klasik tersebut menyandarkan pada asumsi mikro ekonomi.
Dalam perkembangannya, permasalahan ekonomi semakin kompleks dan
luas, sehingga analisis ekonomi tidak cukup jika hanya dianalisis secara mikro
ekonomi. Permasalahan ekonomi mencapai puncaknya ketika terjadi depresi
ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 1929 hingga 1932 yang disebut dengan
the Great Depression, dan berdampak luas terhadap perekonomian dunia.
Berbagai permasalahan ekonomi yang terjadi ketika depresi tersebut seperti angka
pengangguran yang meningkat, output perekonomian yang berkurang drastis,
serta investasi yang merosot tajam. Depresi ekonomi dunia tersebut menunjukkan
bahwa asumsi-asumsi ekonomi klasik yang hanya menyandarkan pada analisis
mikro ekonomi tidak mampu menjalankan tugasnya dalam mengatasi
permasalahan ekonomi secara agregat.
Pasca depresi ekonomi dunia 1932, ahli ekonomi makro terkenal John
Maynard Keynes (1883-1946) menerbitkan buku yang berjudul The General
Theory of Employment, Interest, and Money pada tahun 1936. Teori umum
Keynes melakukan revolusi terhadap pemikiran klasik dengan memperkenalkan
konsep permintaan agregat (aggregate demand) sebagai jumlah konsumsi,
investasi dan belanja pemerintah sebagai faktor penentu tingkat kegiatan

Muhammad Ilham =4= Teori Ekonomi Makro


ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu negara. Keynes juga mengatakan bahwa
kesempatan kerja penuh (full employment) dan pertumbuhan ekonomi yang
mantap hanya dapat dicapai jika pemerintah berperan melalui kebijakan
anggaran pemerintah. Dengan demikian dalam perekonomian perlu ada campur
tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal. Selain Keynes, ahli-ahli dari Amerika
modern seperti Milton Friedman, Franco Modigliani, James Tobin serta generasi
berikutnya seperti Martin Feldstein, Robert Lucas, dan Thomas Sargent
semuanya mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penerapan teori
ekonomi makro atas masalah perumusan kebijaksanaan.
Perkembangan teori ekonomi makro berkaitan erat dengan masalah
ekonomi yang muncul pada setiap kurun waktu. Ilmu ekonomi Keynesian
berkembang selama masa depresi ekonomi secara global pada dasa warsa
1930-an, dan menunjukkan jalan keluar dari depresi tersebut. Moneterisme
berkembang selama dasa warsa 1960-an dengan menyajikan cara penyelesaian
masalah inflasi. Ekonomi sisi penawaran (supply-side economics) mendadak
diminati pada awal dasa warsa 1980-an, karena menyajikan cara penyelesaian
yang mudah atas kekacauan ekonomi yang ada pada waktu itu, yaitu dengan
memulai pemotongan pajak.
Dalam waktu yang cukup lama, terdapat dua tradisi intelektual dalam
ekonomi makro. Salah satu aliran pemikiran berpendapat bahwa pasar yang paling
baik adalah pasar yang bebas dari intervensi pemerintah, sedangkan yang lain
berpendapat bahwa intervensi pemerintah akan sangat membantu dalam
mengatasi resesi ekonomi. Pada dasa warsa 1960-an, perdebatan tentang
masalah ini melibatkan kelompok moneteris yang dipimpin oleh Milton Friedman di
satu pihak, serta Keynesians yang didukung oleh Franco Modigliani dan James
Tobin di pihak lain. Pada dasa warsa 1970-an, perdebatan tentang masalah yang
sama tersebut telah mendorong munculnya aliran baru para ahli ekonomi makro
klasik baru, yang tokoh-tokohnya antara lain Robert Lucas dan Thomas Sargent,
kelompok ini tetap berpengaruh pada dasa warsa 1980-an.
Kelompok ekonomi klasik baru mempunyai banyak persamaan pandangan
dengan Friedman mengenai kebijakan. Mereka melihat dunia sebagai suatu
tempat di mana untuk kepentingannya sendiri, individu bertindak secara rasional
dalam situasi pasar yang menyesuaian diri secara cepat terhadap perubahan

Muhammad Ilham =5= Teori Ekonomi Makro


kondisi. Intervensi pemerintah dianggap sebagai suatu hal yang memperburuk
keadaan. Model ini merupakan tantangan terhadap ekonomi makro tradisional,
yang memandang perlunya intervensi pemerintah dalam mengatasi perekonomian
yang oleh kelompok klasik baru dianggap hanya mampu menyesuaikan diri secara
lamban, kaku, kurang informasi, dan mengandung kebiasaan sosial sehingga
menghambat pencapaian kondisi equilibrium pasar secara cepat.
Ilmu ekonomi makro berkaitan dengan dunia nyata, perbedaan yang ada
tentu saja akan menjadi perhatian utama dalam perdebatan politis dan pers
mengenai kebijakan ekonomi. Dalam bahan kuliah ini, kita tidak akan
memusatkan perhatian pada perbedaan itu, namun lebih kepada pembahasan
tentang hal-hal yang substantif dari teori ekonomi makro.

C. Masalah-Masalah Pokok Ekonomi Makro


Setiap masyarakat selalu berusaha untuk mencapai tingkat kegiatan
ekonomi yang tinggi, yaitu tingkat kegiatan ekonomi yang dapat mewujudkan
tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) dan pertumbuhan ekonomi
yang mantap. Namun demikian, setiap perekonomian tidak selalu mencapai
keadaan yang ideal tersebut. Kebanyakan negara selalu menghadapi masalah
pengangguran, dan seringkali pula menghadapi masalah inflasi. Dalam uraian
berikut akan dibahas secara ringkas empat masalah ekonomi makro pokok yang
dihadapi setiap perekonomian.

1. Pengangguran
Pengangguran terjadi mana kala terjadi ketidakseimbangan di pasar kerja,
yaitu jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar dibanding jumlah permintaan
tenaga kerja. Penyediaan kesempatan kerja yang sesuai dengan jumlah tenaga
kerja yang tersedia merupakan tanggung jawab penting suatu perekonomian.
Dalam suatu sistem perekonomian yang bersifat laissez-faire atau sistem pasar
bebas, tanggung jawab tersebut terutama berada pada pihak swasta. Di samping
itu, kebijaksanaan pemerintah sangat penting artinya dalam mempengaruhi
kegiatan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja. Dalam suatu perekonomian
modern, pengangguran dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu pengangguran
normal, pengangguran struktural dan pengangguran konjungtur.

Muhammad Ilham =6= Teori Ekonomi Makro


a. Pengangguran normal
Pengangguran normal (normal unemployment) adalah pengangguran
yang disebabkan oleh adanya pekerja yang keluar dari tempat berkeja yang
sedang ditekuninya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau yang lebih
sesuai dengan mereka. Pengangguran ini disebut juga sebagai search
unemployment atau frictional unemployment. Pengangguran seperti ini terjadi
pada keadaan permintaan sama atau Iebih besar dari pada penawaran
tenaga kerja, sehingga sekelompok tenaga kerja terdorong untuk keluar dari
pekerjaan yang sedang ditekuninya sekarang untuk mencari pekerjaan yang
Iebih baik dari aspek pendapatan maupun syarat-syarat kerja yang lebih
sesuai dengan pendidikan, keahlian dan kepribadiannya.

b. Pengangguran struktural
Dalam kegiatan ekonomi yang selalu berubah, beberapa perusahaan,
atau sektor perekonomian tertentu mengalami kemajuan atau keuntungan,
tetapi pada beberapa perusahaan atau sektor ekonomi lainnya mengalami
kemunduran atau kerugian yang berlangsung lama. Kemajuan teknologi
pada sektor ekonomi tertentu, perubahan selera masyarakat, dan masuknya
pesaing baru yang lebih efisien di pasar merupakan faktor-faktor penyebab
kemunduran kegiatan ekonomi pada sektor lainnya. Apabila hal ini terjadi,
maka perusahaan terpaksa memberhentikan sebagian atau mungkin seluruh
tenaga kerjanya. Pengangguran yang terjadi tersebut merupakan
pengangguran struktural (structural unemployment).

c. Pengangguran Konjungtur
Dua jenis pengangguran yang telah dikemukakan sebelumnya, oleh para
pakar ekonomi belum menganggap sebagai suatu permasalahan pengangguran
yang serius. Pengangguran mulai dianggap serius apabila tingkat kegiatan
ekonomi berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh, yaitu jika
pendapatan nasional aktual (sebenarnya) berada di bawah pendapatan
nasional potensial. Semakin besar perbedaannya, semakin besar pula

Muhammad Ilham =7= Teori Ekonomi Makro


pengangguran yang berlaku. Jadi pengangguran konjungtur muncul apabila
terjadi kemerosotan kegiatan ekonomi.
Kemerosotan kegiatan ekonomi merupakan akibat dari kemerosotan
dalam pengeluaran atas barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian. Kemerosotan itu terjadi dapat disebabkan oleh faktor-
faktor dalam negeri seperti menurunnya tingkat pengeluaran masyarakat dan
tingkat investasi perusahaan. Kemerosotan ekonomi yang bersumber dari
luar negeri seperti kemerosotan ekspor atau kecenderungan mengimpor yang
semakin besar. Pengangguran yang disebabkan oleh kemerosotan kegiatan
ekonomi disebut dengan pengangguran konjungtur.

2. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan
terus menerus. Jadi kenaikan harga atas satu atau jenis barang atau jasa pada
suatu saat tertentu (dan hanya bersifat sementara) belum merupakan masalah
inflasi. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi manakala kenaikan harga
itu bersifat umum dan terus menerus, dan sulit untuk dikendalikan dalam jangka
pendek.
Dalam masa inflasi, harga-harga output dan input, upah, sewa dan bunga
cenderung meningkat bersama-sama. Tingkat hidup ditentukan oleh hubungan
antara pendapatan yang diperoleh dengan harga yang harus dibayar. Bila
pendapatan naik melebihi kenaikan harga, maka tingkat hidup meningkat.
Sebaliknya, bila kenaikan pendapatan Iebih rendah dari kenaikan harga yang
harus dibayar, maka tingkat hidup menurun.
Walaupun inflasi tidak secara otomatis menurunkan tingkat hidup, namun
inflasi tetap merupakan masalah karena tiga alasan, yaitu:
1) Inflasi dapat mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan di antara anggota
masyarakat;
2) Inflasi dapat mengakibatkan menurunnya efisiensi ekonomi;
3) inflasi dapat mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja.

Muhammad Ilham =8= Teori Ekonomi Makro


3. Ketidakseimbangan Neraca Pembayaran Luar Negeri
Dalam hubungan ekonomi antara suatu negara dengan negara lain
(hubungan ekonomi luar negeri), segala transaksi hubungan ekonomi luar
negeri tersebut dicatat dalam neraca pembayaran luar negeri. Transaksi
ekonomi tersebut meruapakan transaksi yang terjadi antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain selama satu jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun. Transaksi-transaksi ini meliputi transaksi barang dan jasa,
transaksi finansial seperti penerimaan atau pemberian kredit dari atau kepada
negara lain, transaksi modal.
Dalam catatan neraca pembayaran luar negeri tergambar jumlah
penerimaan dan pembayaran/pengeluaran. Bila jumlah pembayaran luar negeri
tidak sama dengan jumlah penerimaan yang diperoleh dari luar negeri, maka
terjadi surplus (bila penerimaan Iebih besar dari pembayaran) atau defisit (bila
penerimaan lebih kecil dari pembayaran keluar negeri). Bila suatu negara
mengalami surplus atau defisit neraca pembayaran, maka neraca pembayaran
negara tersebut mengalami ketidak-seimbangan (balance of payment
disequilibrium).

4. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian yang mengalami pertumbuhan adalah suatu perekonomian
di mana terjadi kenaikan jumlah produksi barang/jasa. Kenaikan jumlah produksi
tersebut didorong oleh kenaikan jumlah tenaga kerja yang terserap baik
kuantitas maupun kualitas, kenaikan investasi dan teknologi. Pertumbuhan
ekonomi merupakan masalah ekonomi makro jangka panjang. Jika jumlah
produksi yang dapat dicapai lebih kecil dibanding potensi untuk memproduksi,
maka pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.
Kondisi seperti ini mengakibatkan tingkat pengangguran mengalami peningkatan.

C. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Makro


Dalam upaya mencapai perekonomian yang stabil diperlukan kebijaksanaan
ekonomi. Tindakan-tindakan pemerintah untuk mempengaruhi variabel-variabel

Muhammad Ilham =9= Teori Ekonomi Makro


ekonomi agregatif atau untuk mempengaruhi jalannya perekonomian dengan
maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya disebut
dengan kebijaksanaan ekonomi makro (macroeconomic policy). Adapun tujuan
yang diharapkan dapat dicapai melalui kebijaksanaan ekonomi makro adalah
suatu keadaan perekonomian sebagai berikut:
1. Tingkat kesempatan kerja yang tinggi.
Suatu perekonomian yang paling ideal adalah perekonomian tanpa
pengangguran yaitu seluruh sumber daya dapat terpakai. Pengangguran
merupakan gejala ekonomi yang tidak diinginkan oleh masyarakat manapun juga.
Namun demikian, dalam prakteknya sulit untuk menghilangkan pengangguran
sama sekali. Oleh karena itu, suatu perekonomian sudah cukup berhasil apabila
dapat mencapai dan mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi.

2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi.


Tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi (peningkatan output) yang tinggi,
khususnya bagi negara-negara yang masih terbelakang perekonomiannya
merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dalam bidang pembangunan
ekonomi. Tercapainya tingkat kesempatan kerja yang tinggi (full employment)
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Begitu pula sebaliknya dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan kerja, karena
kegiatan produksi membutuhkan sumber daya.

3. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi.


Pendapatan nasional yang tinggi mencerminkan banyaknya jumlah
barangbarang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Tingkat
pendapatan nasional yang tinggi dapat tercapai bila tujuan tingkat kesempatan
kerja yang tinggi dan tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat terwujud.

4. Keseimbangan neraca pembayaran luar negeri.


Dari segi tinjauan ekonomi murni, baik neraca pembayaran luar negeri yang
defisit maupun yang surplus bertendensi menimbulkan keadaan yang tidak
diinginkan. Tetapi dari segi politis, surplus neraca pembayaran cenderung

Muhammad Ilham = 10 = Teori Ekonomi Makro


Iebih diinginkan dari pada neraca pembayaran yang seimbang apalagi defisit.
Dengan demikian pada umumnya dalam praktek, yang ingin dicapai adalah
neraca pembayaran yang tidak defisit.

5. Distribusi pendapatan yang Iebih merata.


Distribusi pendapatan yang Iebih merata pada umumnya dianggap sebagai
distribusi pendapatan yang adil. Dengan tingkat kesempatan kerja dan tingkat
pendapatan nasional yang tinggi serta tingkat kestabilan harga yang disertai
dengan distribusi pendapatan nasional yang merata merupakan tujuan yang
diharapkan dari suatu kebijaksanaan ekonomi. Distribusi pendapatan yang
kurang merata dapat menimbulkan masalah-masalah sosial, sehingga
mengurangi ketentraman hidup dan tingkat kebahagiaan serta bertendensi pula
menimbulkan pemborosan-pemborosan.

6. Stabilitas ekonomi.
Kestabilan ekonomi meliputi kestabilan tingkat pendapatan dan kesempatan
kerja juga kestabilan tingkat harga. Ketidakstabilan ekonomi dapat
mengakibatkan perekonomian terperangkap dalam laju inflasi yang tinggi,
tingkat pengangguran yang tinggi, sehingga menurunkan taraf hidup
masyarakat.

Tujuan-tujuan kebijaksanaan ekonomi makro seperti yang disebutkan di


atas, ada yang usaha pencapaiannya mempunyai arah yang sejalan ada pula
yang mempunyai arah yang berlawanan satu dengan Iainnya. Pencapaian
tujuan dengan arah yang sejalan misalnya, tujuan untuk mempertahankan
tingkat kesempatan kerja yang tinggi dengan tujuan untuk mempertahankan
tingkat pendapatan nasional yang tinggi. Bila tingkat kesempatan kerja yang
tinggi tercapai berarti kapasitas produksi nasional berada dalam pemanfaatan
penuh. Pemanfaatan penuh atas kapasitas produksi nasional mempunyai
makna bahwa tingkat pendapatan tertinggi yang dapat dihasilkan oleh suatu
perekonomian sudah tercapai.
Adapun tujuan-tujuan yang usaha pencapaiannya sering menimbulkan
konflik antara satu tujuan dengan tujuan Iainnya, misalnya: tujuan untuk

Muhammad Ilham = 11 = Teori Ekonomi Makro


mempertahankan neraca pembayaran luar negeri yang tidak defisit dengan
tujuan untuk mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi. Untuk
menurunkan defisit neraca pembayaran luar negeri, maka diperlukan penurunan
tingkat pendapatan nasional. Hal tersebut dapat terjadi karena kesempatan kerja
yang tinggi akan meningkatakan pendapatan nasional. Selanjutnya dengan
tingkat pendapatan nasional yang tinggi dapat meningkatkan impor, sehingga
bertendensi menimbulkan defisit neraca pembayaran. Namun demikian
penurunan defisit neraca pembayaran tidak harus dengan menurunkan
kesempatan kerja dan pendapatan nasional, karena masih dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan ekspor.
Bentuk kebijaksanaan yang ditempuh untuk mencapai tujuan suatu
perekonomian adalah kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal.
Kebijaksanaan moneter (dijalankan oleh bank sentral) dan kebijaksanaan fiskal
(dijalankan oleh pemerintah melalui menteri keuangan) merupakan
kebijaksanaan ekonomi makro yang ditempuh suatu negara dalam
mempengaruhi keadaan perekonomiannya agar keadaan perekonomian tidak
selalu menyimpang dari tujuan yang diinginkan.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu ada alat. Alat untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan disebut dengan instrumen kebijaksanaan
(policy instrument). Selanjutnya variabel yang digunakan sebagai instrumen
kebijaksanaan disebut variabel instrumen (instrument variable). Variabel
instrumen dalam kebijaksanaan moneter adalah jumlah uang beredar, yang
menyangkut pengaturan mata uang dan sistem perbankan, yaitu penetapan
suku bunga dan persyaratan kredit. Instrument variabel yang digunakan dalam
kebijaksanaan fiskal adalah pengeluaran pemerintah, pajak dan transfer.

D. Rangkuman
1. Intl teori ekonomi makro adalah penentuan pendapatan nasional. Ekonomi
makro menganalisis kegiatan-kegiatan ekonomi secara agregat
(keseluruhan), misalnya bagaimana uang dan pengeluaran total
(aggregate expenditure) menentukan output, kesempatan kerja
(employment) dan tingkat harga dalam perekonomian.

Muhammad Ilham = 12 = Teori Ekonomi Makro


2. Masalah-masalah pokok yang selalu menjadi isu ekonomi makro adalah
masalah pengangguran, inflasi, ketidakseimbangan neraca pembayaran
dan pertumbuhan ekonomi.
3. Tindakan-tindakan pemerintah yang berupa usaha untuk mempengaruhi
variabel-variabel ekonomi agregatif dengan maksud mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya disebut dengan kebijaksanaan ekonomi
makro (macroeconomic policy). Adapun tujuan yang diharapkan dapat
dicapai melalui kebijaksanaan ekonomi makro: tingkat kesempatan kerja
yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat pendapatan
nasional yang tinggi, stabilitas ekonomi, keseimbangan neraca
pembayaran luar negeri, distribusi pendapatan yang Iebih merata.

E. Glossary
Aggregate demand (permintaan agregat). Total jumlah permintaan atau
pengeluaran nominal terhadap barang dan jasa.

Aggregate expenditure (pengeluaran agregat). Lihat Aggregate demand.

Aggregate supply (penawaran agregat). Total dari barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen termasuk barang konsumsi dan barang
modal.

Balance of payments (neraca pembayaran). Suatu pernyataan mengenai


transaksi perdagangan dan keuangan suatu negara dengan negara lain
dalam periode waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.

Balance of payment disequlibrium (Ketidakseimbangan neraca pembayaran).


Lihat balance of payment equilibrium.

Balance of payment equilibrium (keseimbangan neraca pembayaran). Suatu


keadaan di mana belanja dan investasi suatu negara tidak melebihi
belanja dan investasi negara-negara lain ke negara tersebut, sehingga
cadangan devisa tidak bertambah maupun berkurang.

Full Employment (pemanfaatan atau kesempatan kerja penuh). Keadaan di


mana tidak terdapat pengangguran yang tidak disengaja

Lassez-faire (biarkan kami sendiri). Pandangan yang menyatakan bahwa


pemerintah sebaiknya tidak mencampuri kegiatan ekonomi.

Muhammad Ilham = 13 = Teori Ekonomi Makro


F. Soal-soal Latihan
1. Kemukakan pengertian dan ruang lingkup ekonomi makro!
2. Uraikan secara singkat sejarah berkembangannya teori ekonomi makro!
3. Sebut dan jelaskan permasalahan ekonomi makro baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Jelaskan tujuan kebijakan ekonomi makro dan alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan kebijakan ekonomi makro.
5. Apakah tujuan-tujuan ekonomi makro dapat saling bertentangan? Jelaskan!
Dan apa solusi yang bisa dilakukan?
6. Analisislah kondisi ekonomi makro Indonesia berdasarkan data-data ekonomi
makro yaitu inflasi, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, neraca
pembayaran, distribusi pendapatan.

Muhammad Ilham = 14 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 1. Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran, 2016- Januari 2019 (2012=100)
Makanan Jadi, Transpor,
Perumahan, Air, Komunikasi,
Minuman, Pendidikan, dan Jasa
Bahan Kese-
Tahun/Bulan Listrik, Gas, dan Rekreasi dan Keuangan Umum
Makanan Sandang hatan
Rokok, dan Olahraga
Bahan Bakar
Tembakau
2019 0,92 0,27 0,28 0,47 0,27 0,24 -0,16 0,32
Januari 0,92 0,27 0,28 0,47 0,27 0,24 -0,16 0,32
2018 3,41 3,91 2,43 3,59 3,14 3,15 3,16 3,13
Desember 1,45 0,22 0,13 0,08 0,20 0,10 1,28 0,62
November 0,24 0,20 0,25 0,23 0,36 0,05 0,56 0,27
Oktober 0,15 0,27 0,42 0,54 0,06 0,09 0,26 0,28
September -1,62 0,29 0,21 0,27 0,41 0,54 -0,05 -0,18
Agustus -1,10 0,35 0,25 -0,07 0,20 1,03 -0,15 -0,05
Juli 0,86 0,45 0,16 0,29 0,27 0,83 -0,65 0,28
Juni 0,88 0,40 0,13 0,36 0,27 0,07 1,50 0,59
Mei 0,21 0,31 0,19 0,33 0,21 0,09 0,18 0,21
April -0,26 0,24 0,16 0,29 0,22 0,04 0,19 0,10
Maret 0,14 0,26 0,06 0,36 0,37 0,07 0,28 0,20
Februari 0,13 0,43 0,22 0,35 0,26 0,07 0,02 0,17
Januari 2,34 0,43 0,23 0,50 0,28 0,16 -0,28 0,62
2017 1,26 4,10 5,14 3,92 2,99 3,33 4,23 3,61
Desember 2,26 0,30 0,17 0,13 0,18 0,07 0,75 0,71
November 0,37 0,22 0,13 0,12 0,27 0,10 0,09 0,20
Oktober -0,45 0,28 0,18 0,18 0,21 0,16 -0,13 0,01
September -0,53 0,34 0,21 0,52 0,16 1,03 0,02 0,13

Muhammad Ilham = 15 = Teori Ekonomi Makro

Makanan Jadi, Transpor,


Perumahan, Air, Komunikasi,
Minuman, Pendidikan, dan Jasa
Bahan Kese-
Tahun/Bulan Listrik, Gas, dan Rekreasi dan Keuangan Umum
Makanan Sandang hatan
Rokok, dan Olahraga
Bahan Bakar
Tembakau
Agustus -0,67 0,26 0,10 0,32 0,20 0,89 -0,60 -0,07
Juli 0,21 0,57 0,06 0,06 0,15 0,62 -0,08 0,22
Juni 0,69 0,39 0,75 0,78 0,34 0,07 1,27 0,69
Mei 0,86 0,38 0,35 0,23 0,37 0,03 0,23 0,39
April -1,13 0,12 0,93 0,49 0,08 0,03 0,27 0,09
Maret -0,66 0,31 0,30 0,18 0,21 0,08 -0,13 -0,02
Februari -0,31 0,39 0,75 0,52 0,26 0,08 0,15 0,23
Januari 0,66 0,47 1,09 0,33 0,50 0,12 2,35 0,97
2016 5,69 5,38 1,90 3,05 3,92 2,73 -0,72 3,02

Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 16 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 2. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Triw III- Triw IV- Triw III- Triw IV- Triw I s.d IV- Sumber
Lapangan Usaha 2018Terhadap 2018Terhadap 2018Terhadap 2018Terhadap 2018Terhadap Pertumbuhan
Triw II-2018 Triw III-2018 Triw III-2017 Triw IV-2017 Triw I s.d IV-2017 Tahun 2018
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c)
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,22 -21,41 3,66 3,87 3,91 0,49
B. Pertambangan dan Penggalian 0,31 -0,16 2,67 2,25 2,16 0,17
C. Industri Pengolahan 2,58 -1,16 4,35 4,25 4,27 0,91
D. Pengadaan Listrik dan Gas 3,38 1,46 5,58 5,46 5,47 0,06
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah,Limbah, dan Daur Ulang 3,79 3,53 6,20 7,92 5,46 0,00
F. Konstruksi 4,80 4,60 5,79 5,58 6,09 0,61
G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 3,05 -2,18 5,28 4,39 4,97 0,66
H. Transportasi dan Pergudangan 2,42 0,20 5,65 5,34 7,01 0,29
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,68 1,51 5,91 5,95 5,66 0,17
J. Informasi dan Komunikasi 3,67 0,40 8,14 7,17 7,04 0,36
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,08 -0,02 3,14 6,27 4,17 0,17
L. Real Estat 1,05 0,91 3,82 4,24 3,58 0,10
M,N.Jasa Perusahaan 2,41 1,76 8,67 8,94 8,64 0,15
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 3,07 12,47 7,93 7,13 7,02 0,23
Jasa Pendidikan 2,90 11,45 6,60 4,97 5,36 0,16
Q. Jasa Keesehatan dan Kegiatan Soaial 2,21 5,98 7,54 7,80 7,13 0,08
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,67 1,47 9,19 9,08 8,99 0,15

Muhammad Ilham = 17 = Teori Ekonomi Makro


NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 2,80 -2,06 5,03 4,92 4,95 4,76
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS 9,84 6,68 8,40 10,83 10,58 0,41
PRODUK
PRODUK DOMESTIK BRUTO 3,09 -1,69 5,17 5,18 5,17 5,17
Sumber: Badan Pusat Statistik

Lampiran 3. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Tahun 2015 - 2018


2015 2016 2017 2018
Uraian
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Angkatan Kerja
114.819.199 120.647.697 118.411.973 124.538.849 121.022.423 127.067.835 124.004.950
Bekerja 120.846.821
94,19 93,82 94,50 94,39 94,67 94,50 94,87 94,66
Persentase bekerja (%)
7.560.822 7.024.172 7.031.775 7.005.262 7.040.323 6.871.264 7.000.691
Pengangguran 7.454.767
Persentase Pengangguran (%) 5,81 6,18 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13 5,34
122.380.021 127.671.869 125.443.748 131.544.111 128.062.746 133.939.099 131.005.641
Jumlah AK 128.301.588
Bukan Angkatan Kerja
16.734.963 16.245.007 15.922.029 15.244.852 16.492.370 15.602.798 16.532.322
Sekolah 16.514.465
38.203.701 36158428 39335203 36078772 39918919 36010268 39647690
Mengurus RT 32.488.589
8.782.232 7.525.330 8.395.742 7.720.183 7.605.381 7.992.757 7.593.788
Lainnnya 7.294.973
63.720.896 59.928.765 63.652.974 59.043.807 64.016.670 59.605.823 63.773.800
Jumlah BAK 56.298.027
Penduduk Usia 15 Tahun ke
186.100.917 187.600.634 189.096.722 190.587.918 192.079.416 193.544.922 194.779.441
atas 184.599.615
Persentase AK terhadap
69,50 65,76 68,06 66,34 69,02 66,67 69,20 67,26
Penduduk Usia Kerja (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 18 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 4. Neraca Pembayaran Indonesia (Juta US$)
2016 2017 2018
ITEMS
Total Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV** Total**

Muhammad Ilham = 19 = Teori Ekonomi Makro


2016 2017 2018
ITEMS
Total Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV** Total**
II. Transaksi Modal 41 0 5 19 22 46 58 3 9 23 93
- Penerimaan 41 0 5 19 22 46 58 3 9 23 93
- Pembayaran 0 0 0 0 0 0

Muhammad Ilham = 20 = Teori Ekonomi Makro


III. Transaksi Finansial 29,306 6,652 5,344 9,579 7,112 28,686
- Aset 15,920 -4,284 -7,808 -4,002 -2,315 -18,410 - Kewajiban 13,386 10,936 13,152 13,581
9,427 47,096 1. Investasi Langsung 16,136 2,646 4,469 6,968 4,419 18,502 a. Aset 5) 11,594
-374 242 -1,129 -746 -2,008
b. Kewajiban 5) 4,542 3,020 4,228 8,097 5,166 20,510 2. Investasi Portofolio 18,996 6,536
8,126 3,840 2,557 21,059 a. Aset 2,218 -1,019 -223 -732 -1,382 -3,356
b. Kewajiban 16,778 7,555 8,349 4,572 3,938 24,415
2)
- Sektor publik 16,835 6,437 4,530 6,107 4,804 21,877 894 1,232 4,809 9,504
3)
- Sektor swasta -57 1,119 3,820 -1,535 -866 2,537 462 5,011
3. Derivatif Finansial -9 -72 25 -69 -128 12 91 -237 -74 4. Investasi Lainnya -5,817 -2,458 -7,276 204 -10,747 712 - 1,999
a. Aset 1,499 -3,075 -7,950 -232 -13,487
b. Kewajiban -7,316 617 674 436 2,740
2)
- Sektor publik -2,369 121 -923 48 -597 -1,353
3)
- Sektor swasta -4,947 497 1,597 965 1,034
IV. Total (I + II + III) 12,394 4,629 980 5,361 1,567 -3,056 -4,614 -4,723 6,534 -5,859
V. Selisih Perhitungan Bersih -305 -115 -241 -2 -593 -950 -798 305 337 -1,116 -1,272
VI. Neraca Keseluruhan (IV + V) 12,089 4,514 739 5,359 974 11,586 -7,131
VII. Cadangan Devisa dan yang -12,089 -4,514 -739 -5,359 -974 -11,586 3,855 4,309 4,386 -5,418 7,131
terkait 4)
A. Transaksi Cadangan Devisa -12,089 -4,514 -739 -5,359 -974 -11,586 3,855 4,309 4,386 -5,418 7,131
2016 2017 2018
ITEMS
Total Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV** Total**
B. Kredit dan Pinjaman IMF 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C. Exceptional Financing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Memorandum:
- Posisi Cadangan Devisa 116,362 121,806 123,094 129,402 130,196 130,196 126,003 119,839 114,848 120,654 120,654
Dalam Bulan Impor dan
Pembayaran Utang Luar Negeri 8.4 8.6 8.6 8.6 8.3 8.3 7.7 6.9 6.3 6.5 6.5
Pemerintah

Muhammad Ilham = 21 = Teori Ekonomi Makro


- Transaksi Berjalan (% PDB) -1.82 -0.84 -1.73 -1.61 -2.16 -1.60 -2.07 -3.01 -3.28 -3.57 -2.98
Catatan
1) Berdasarkan BPM6, namun penggunaan tanda "+" and "-" mengikuti BPM5
2) Terdiri dari Pemerintah dan Bank Sentral

3) Terdiri dari Bank and Non Bank

4) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit

5) Besarnya Inflow DI aset dan outflow DI liabilities pada Tw.IV'16 dan 2016 dipengaruhi oleh transaksi

divestasi sektor perbankan melalui crossing di pasar negosiasi


*angka sementara ** angka sangat sementara
Sumber : Bank Indonesia

Muhammad Ilham = 22 = Teori Ekonomi Makro


BAB II
PENDAPATAN NASIONAL

A. Pengertian Pendapatan Nasional dan Arus Perputaran Ekonomi


Ilmu ekonomi sangat erat kaitannya dengan pengukuran gejala-gejala
penting, seperti pengangguran, harga, pendapatan, dan sebagainya. Salah satu
konsep pengukuran yang cukup penting dalam ilmu ekonomi khususnya ekonomi
makro yang sering menjadi pusat perhatian dalam mengukur keberhasilan sebuah
perekonomian adalah pendapatan nasional.
Pendapatan nasional disebut juga pendapatan masyarakat, pada umumnya
digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan, kemakmuran dan kemajuan
perekonomian suatu masyarakat. Secara umum, pengertian pendapatan nasional
dapat ditinjau dari sudut pandang, yaitu dari sudut pandang produksi, penerimaan,
dan konsumsi.
Pendapatan nasional ditinjau dari sudut pandang produksi, lazim disebut
produk nasional (national product) adalah jumlah harga pasar (nilai) barang dan
jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam satu kurun waktu tertentu, biasanya
satu tahun. Dalam hal ini pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari hasil
kali jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam kurun waktu
satu tahun dengan harga pasar masing-masing. Pendapatan nasional ditinjau dari
sudut pandang penerimaan adalah jumlah dari semua penerimaan masyarakat
yang ikut dalam proses produksi seluruh barang dan jasa dalam kurun waktu
tertentu, biasanya satu tahun. Golongan masyarakat yang ikut dalam proses
produksi adalah para pemilik faktor, yang terdiri atas: pemilik alam menerima
sewa (rent), pemilik tenaga kerja (pekerja) menerima upah/gaji (wage), pemilik
modal menerima bunga (interest) dan pengusaha menerima laba
(profit).
Golongan masyarakat yang menghasilkan barang dan jasa disebut rumah
tangga produksi (produsen). Selanjutnya pihak pemasok faktor-faktor produksi
disebut rumah tangga konsumen. Dengan adanya dua jenis rumah tangga
tersebut, maka terjadi arus perputaran produksi (barang dan jasa) dan arus
perputaran uang. Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh rumah tangga
Muhammad Ilham = 22 = Teori Ekonomi Makro
produsen disebut produk nasional, sedangkan pendapatan yang diterima rumah
tangga konsumen disebut sebagai balas jasa atas penyerahan faktor-faktor
produksi kepada rumah tangga produsen disebut pendapatan nasional.
Gambar 2.1 memberikan ilustrasi bagaimana perputaran roda
perekonomian berlangsung dalam sistem perekonomian tertutup sederhana.
Rumah tangga konsumen menawarkan faktor-faktor produksi kepada rumah
tangga produsen melalui pasar sumber, sehingga timbul arus faktor produksi dari
rumah tangga konsumen ke pasar sumber dan selanjutnya ke rumah tangga
produsen. Kemudian rumah tangga produsen memberi imbalan jasa kepada
rumah tangga konsumen (pemilik faktor-faktor produksi) berupa uang
(pendapatan) sehingga timbul arus uang atau arus pendapatan.
Selanjutnya faktor-faktor produksi diproses oleh rumah tangga produsen
untuk menghasilkan barang dan jasa. Barang dan jasa tersebut disalurkan ke
rumah tangga konsumen untuk dikonsumsi melalui pasar produk, sehingga timbul
arus barang dan jasa. Dengan adanya arus barang dan jasa tersebut, maka
rumah tangga konsumen melakukan pembayaran kepada rumah tangga produsen
atas pembelian barang dan jasa, sehingga timbul arus uang atau arus
pendapatan. Tidak semua pendapatan yang diperoleh pemilik faktor produksi
dibelanjakan, tetapi ada yang ditabung. Tabungan tersebut merupakan kebocoran
dalam arus pendapatan. Namun demikian tabungan yang ada kemudian
disalurkan ke lembaga keuangan, yang selanjutnya diberikan kepada pemodal
untuk diinvestasikan dalam kegiatan produksi, sehingga kebocoran yang terjadi
tertutupi oleh investasi.

Muhammad Ilham = 24 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 2.1:

Lembaga
Tabungan Pemodal
Keuangan Pinjaman Investasi

B. Hubungan Antara Berbagai Konsep Pendapatan Nasional.


1. Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic Product
(GDP)

Selain produksi nasional atau gross national product (GNP), dalam


suatu perekonomian juga terdapat produksi domestik atau gross domestic
product (GDP). Perbedaan antara keduanya terletak pada batasan wilayah
dalam menghasilkan barang dan jasa. Di dalam GNP yang diperhitungkan
adalah seluruh nilai barang dan jasa yang benar-benar merupakan hak
masyarakat yang tercatat sebagai warga negera dari suatu negara,
sedangkan GDP yang diperhitungkan adalah seluruh nilai (berdasarkan harga
pasar yang berlaku) dari barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat yang
tinggal di dalam satu wilayah negara. Di dalam GDP masih terdapat unsur hak
orang asing (hasil penanaman modal asing dan belum diperhitungkan hasil
penanaman modal di luar negeri. Dengan demikian GNP adalah nilai GDP
ditambah dengan pendapatan netto terhadap luar negeri dari faktor produksi.
Bila nilai GNP Iebih besar dari GDP menunjukkan bahwa penghasilan faktor

Muhammad Ilham = 25 = Teori Ekonomi Makro


produksi negara tersebut di luar negeri melebihi penghasilan yang diterima
faktor produksi asing di negara tersebut.

2. Pengukuran Nilai Pendapatan Nasional

Nilai pendapatan nasional dapat diukur dari tiga sudut pandang, yaitu:
pendapatan nasional nominal, pendapatan nasional riel, dan pendapatan
nasional psikis.

a. Pendapatan nasional nominal adalah pendapatan nasional yang diukur


dari jumlah satuan uang. Jumlah satuan uang ini merupakan
penjumlahan harga pasar dari seluruh produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat atau jumlah uang yang diterima masyarakat
(pemilik faktorfaktor produksi) baik berupa sewa, upah, bunga maupun
laba. Nilai pendapatan nasional tersebut dihitung berdasarkan harga
yang berlaku. Misalnya bila yang dihitung adalah GNP nominal tahun
2012 menunjukkan nilai barang dan jasa berdasarkan harga yang
berlaku tahun 2012. Bila GNP nominal tahun 2016, maka menunjukkan
nilai barang dan jasa berdasarkan harga berlaku tahun 2016.
b. Pendapatan nasional riel adalah pendapatan nasional yang diukur dari
nilai tukar atau daya bell. Penentu tinggi atau rendahnya pendapatan riel
adalah perkembangan tingkat harga yang tampak pada indeks harga.
Bila tingkat harga naik lebih tinggi dari kenaikan pendapatan, maka
pendapatan riel menurun, demikian sebaliknya. Jadi pendapatan
nasional riel dihitung berdasarkan harga tetap (konstan). Untuk
menghitung GNP riel, maka GNP nominal nominal harus dideflasikan
dengan menggunakan indeks harga, yaitu dengan rumus :

Jadi bila tahun dasar ditentukan tahun 2012, maka perhitungan indeks
harga didasarkan pada harga tahun 2012. Indeks harga dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Laspeyres : m Pni

Muhammad Ilham = 26 = Teori Ekonomi Makro


 .P .Qoi
i=1P (n−1)i
(n−1)i
IHKn = m X 100
Poi.Qoi
i=1
Secara sederhana indeks harga dapat dihitung menggunakan rumus :

Po : harga tahun dasar


Pn : harga tahun berjalan

c. Pendapatan nasional psikis adalah pendapatan nasional yang diukur dari


segi kemanfaatan atau utilitas yang diperoleh/dirasakan oleh masyarakat
selama satu tahun.
Selain pengukuran pendapatan nasional sebagaimana
dikemukakan di atas, pendapatan nasional dapat pula dibedakan
menjadi pendapatan nasional potensial dan pendapatan nasional
aktual. Pendapatan nasional potensial adalah tingkat pendapatan
nasional yang akan dicapai apabila sumber daya dalam perekonomian
digunakan sepenuhnya. Atau pendapatan nasional yang akan dicapai
dalam keadaan kesempatan kerja penuh (full emplyment). Dalam
kenyataan full employment sulit tercapai. Oleh karena itu suatu
perekonomian sudah dapat dikatakan full employment apabila
pengangguran yang terjadi hanyalah pengangguran dalam bentuk
pengangguran normal dan pengangguran struktural.
Pendapatan nasional aktual adalah pendapatan nasional yang
sebenarnya dapat terwujud oleh kegiatan ekonomi pada suatu waktu
tertentu. Pada umumnya pendapatan nasional aktual lebih kecil dari
pada pendapatan nasional potensial. Perbedaan besarnya pendapatan
nasional potensial dengan pendapatan nasional aktual disebut jurang
pendapatan nasional (gap national income). Dalam kenyataannya tidak
mudah untuk memperoleh data mengenai pendapatan nasional
potensial, akan tetapi dapat diperkirakan berdasarkan potensi sumber
daya yang dimiliki oleh suatu perekonomian.

Muhammad Ilham = 27 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 2.4: Pendapatan Nasional Potensial dan Pendapatan Nasional
Aktual

E Y Potensial
F
D
Yn C

Y Aktual

Yo
B

T1 T2 T3 T4 Tahun

Gambar 2.4 menerangkan bahwa dari titik A sampai mendekati titik D


pendapatan nasional potensial (Yp) Iebih besar dari pada pendapatan
nasional aktual (Ya). Jika sumber daya ekonomi dimanfaatkan sepenuhnya,
maka Yp mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara aktual
pendapatan nasional kadang mengalami kenaikan dan kadang menurun
hingga ke titik B, misalnya pada tahun Th1 nilai pendapatan nasional aktual (Y
aktual) sebesar Yo (pada titik B), sedangkan nilai pendapatan nasional
potensial (Y potensial) Iebih tinggi sebesar Yn (pada titik C). Jadi pada tahun
tersebut jurang pendapatan nasional sangat lebar. Dalam keadaan di mana
pendapatan nasiona potensial (Y potensial) Iebih besar dari pada pendapatan
nasional aktual (Y aktual) menunjukkan bahwa dalam perekonomian terjadi
pengangguran.

Pada tahun T2 Ypotensial = Yaktual yang berarti tidak terjadi


pengangguran, karena hampir semua sumber daya ekonomi digunakan
sepenuhnya. Kemudian pada tahun T3 nilai Yaktual Iebih besar dari pada
Ypotensial. Dapat pula terjadi di mana Yaktual Iebih besar dari Ypotensial

Muhammad Ilham = 28 = Teori Ekonomi Makro


yaitu dalam contoh gambar di atas pada tahun T3 (titik E). Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian secara aktual mengalami perkembangan
yang pesat. Hal tersebut berlaku mana kala pengangguran mencapai tingkat
yang sangat rendah (biasanya kurang dari 4 persen), di mana tenaga kerja
utamanya di sektor industri banyak melakukan kerja lembur (melebihi jam
kerjanya yang biasa), atau dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan
tenaga kerja asing. Dalam keadaan yang demikian biasanya diikuti oleh
masalah inflasi.

3. Tingkat-Tingkat Pendapatan Nasional


Dalam perhitungan pendapatan nasional terdapat konsep atau istilah
yang saling berkaitan. Konsep tersebut adalah produk domestik bruto, produk
nasional brutto, produk nasional netto, pendapatan nasional netto, pendapatan
perseorangan dan pendapatan bersih.

a. Produk Domestik Bruto


Seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen,
perusahan, pemerintah dan sektor luar negeri. Berdasarkan pendekatan
ini, maka pendapatan nasional dapat dirumuskan dengan:
PDB atau Y = C + I +G + (X — M)

b. Produk Nasional Brutto (PNB)


PNB atau disebut juga Gross National Product (GNP) adalah jumlah
nilai barang dan jasa yang dihitung dengan dasar harga pasar yang berlaku
yang dihasilkan oleh masyarakat dalam satu tahun. Barang dan jasa ini
adalah barang akhir (final goods). Yaitu barang yang telah mencapai tahap
penggunaan akhir, sehingga siap untuk dikonsumsi oleh konsumen.

PNB = PDB + PFPDLN (pendapatan faktor produksi domestik


yang ada di luar negeri) – PFPLNDN (pembayaran faktor
prodksi luar negeri yang ada di dalam negeri).

Muhammad Ilham = 29 = Teori Ekonomi Makro


c. Pendapatan Nasional/National Income (NI)

National Income adalah produk nasional bersih, yaitu yang


diperoleh dengan cara mengurangkan GNP dengan pajak tak langsung
netto (setelah memperhitungkan subsidi) dan nilai penyusutan aktiva/modal
tetap atau :

NI = GNP – Pajak tak langsung netto – Penyusutan

d. Pendapatan Perseorangan/Personal Income (PI)

Pendapatan Perseorangan atau Personal Income (PI) adalah


jumlah penerimaan setiap orang dalam masyarakat. Tidak semua
pendapatan nasional netto diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi,
karena masih harus dikurangi dengan pajak yang tidak dibagikan, pajak
perseroan, kemudian ditambah dengan transfer payment. Dengan
demikian:

PI = NNI — (laba yang ditahan, pajak perseroan dan iuran jaminan


keamanan) + transfer payment (yaitu tunjangan penganggur,
tunjangan hari tua/pensiunan, beasiswa, tunjangan veteran,
bunga hutang negara dan lain-lain).

e. Pendapatan Bersih Disposable Income (DI)

Pendapatan bersih juga disebut take home pay atau Disposable


Income (DI) adalah pendapatan yang sudah menjadi hak milik masyarakat.
Pendapatan ini merupakan pendapatan yang benar-benar sudah slap
dibelanjakan oleh masyarakat. Jumlah DI adalah jumlah PI dikurangi
dengan pajak perseorangan/pajak langsung:

DI = PI — Pajak Langsung
Berikut ini contoh perhitungan dari tingkat-tingkat pendapatan nasional
di atas.
PDB………………………………………………………. Rp. 2.100.000
PFPDLN………………………………………… Rp. 600.000+
PFPLNDN.......................................................... Rp. 700.000-
GNP................................................................................. Rp. 2.000.000

Muhammad Ilham = 30 = Teori Ekonomi Makro


Pajak tidak langsung (netto)………………….. Rp. 100.000-
Penyusutan……………………………………... Rp. 200.000-
NNI……………………………………………………….. Rp. 1.700.000
Laba ditahan, pajak perseroan………………. Rp. 50.000-
Transfer payment……………………………… Rp. 30.000+
PI………………………………………………………….. Rp. 1.680.000
Pajak langsung………………………………… Rp. 242.700-
DI…………………………………………………………. Rp. 1.437.300
C. Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional

Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional suatu negara dikenal tiga


macam pendekatan, yaitu: pendekatan pengeluaran (expenditure approach),
pendekatan penerimaan (income approach) dan pendekatan produksi (production
approach).

1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran adalah


jumlahn seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen,
perusahan, pemerintah dan sektor luar negeri. Berdasarkan pendekatan ini,
maka pendapatan nasional dapat dirumuskan dengan:

Y = C + I +G + (X — M)
Keterangan :
Y : Pendapatan nasional
C : Pengeluaran konsumsi rumah tangga konsumen (consumption).
I : Pengeluaran investasi perusahaan
G : Pengeluaran pemerintah (Government Expenditure)
X — M : Ekspor netto merupakan pengeluaran bersih sektor luar negeri.
Persamaan di atas hanya menunjukkan nilai GDP. Untuk memperoleh
nilai GNP, maka nilai GNP harus dikoreksi dengan nilai netto dari faktor-faktor
produksi dalam negeri yang dipekerjakan di luar negeri, sehingga nilai GNP
dapat diperoleh dengan rumus:
Y=C+I+G+ (X — M) + F
Simbol F pada persamaan di atas merupakan penerimaan oleh
orangorang, perusahaan-perusahaan atau pemerintah dari faktorfaktor
produksi domestik yang dipekerjakan dan dibayar di luar negeri dikurangi
dengan pembayaran ke atas faktor-faktor produksi milik asing di dalam negeri.

Muhammad Ilham = 31 = Teori Ekonomi Makro


Jika F bernilai positif berarti pendapatan faktor produksi domestik yang
dibayar di luar negeri lebih besar dari pada pembayaran ke atas faktor
produksi asing di dalam negeri, dan jika F bernilai negatif berarti pembayaran
ke atas faktor produksi asing di dalam negeri Iebih besar dari pada
pendapatan yang diperoleh faktor produksi domestik di luar negeri.

2. Pendekatan Produksi (Production Approach)


Pendapatan nasional dapat pula dihitung berdasarkan hasil akhir
baran-barang dan jasa-jasa dalam suatu periode tertentu dari semua sektor
produksi atau lapangan usaha yang menghasilkan barang/jasa.
Barangbarang/jasa-jasa yang dihasilkan merupakan nilai output netto atau
nilai tambah (added value) yang diciptakan pada berbagai sektor lapangan
usaha. Dengan menghitung dan kemudian menjumlahkan seluruh nilai
tambah dari masing-masing sektor lapangan usaha, dapatlah dihindari
terjadinya penghitungan ganda (double counting). Untuk menghindari
perhitungan ganda tersebut, dalam menghitung pendapatan nasional dapat
dilakukan perhitungan dengan cara berikut:
(a) Menjumlahkan nilai tambah (added value), yaitu menghitung pendapatan
nasional dengan menjumlahkan tambahan nilai barang atau jasa setelah
melalui suatu proses produksi tertentu. Nilai tambah adalah tambahan
harga atau nilai produksi setelah melalui suatu proses produksi. Dengan
demikian pendapatan nasional merupakan penjumlahan tambahan nilai
yang diperoleh dari setiap tahapan proses produksi.
(b) Menghitung nilai akhir (final value) dari barang dan jasa yang dihasilkan.
Nilai akhir barang dan jasa adalah harga pasar barang dan jasa akhir
dikurangi dengan biaya yang diambil dari tahun lalu. Besarnya nilai akhir
barang dan jasa adalah sama dengan jumlah nilai tambahnya.
Untuk Iebih jelasnya prosedur perhitungan pendapatan nasional
berdasarkan nilai tambah (added value) dan nilai akhir (final value), perhatikan
contoh berikut. Contoh 2.1: Misalkan pada tahun 2016 suatu sektor "X"
menghasilkan pakaian jadi dengan data berikut.
Tahap I: hasil kapas dijual kepada industri tekstil senilai Rp.2.000 berarti dari
hasil kapas tercipta nilai tambah Rp.2.000 yang sekaligus merupakan nilai
akhir kapas.

Muhammad Ilham = 32 = Teori Ekonomi Makro


Tahap II: kapas diproses sehingga menghasilkan benang, nilai penjualan
benang yang juga merupakan nilai akhir dari benang sebesar Rp. 3.500,
dengan demikian tercipta nilai tambah sebesar Rp.1 .500.
Tahap III: benang diproses menjadi kain dengan menghasilkan nilai akhir dari
kain senilai Rp. 5.250, sehingga tercipta nilai tambah Rp.1.750.
Tahap IV atau tahap akhir: kain diproses menjadi pakaian, nilai akhir atau
penjualan pakaian tersebut adalah senilai Rp. 7.500, dalam hal ini berarti
tercipta lagi nilai tambah sebesar Rp. 2.250.
Jadi dengan menjumlahkan nilai tambah dari beberapa tahapan produksi
di atas diperoleh penjumlahan nilai tambah sebesar Rp. 7.500, di mana nilai
tersebut sama dengan nilai akhir dari suatu tahapan produksi yaitu berupa
pakaian jadi yang siap dipakai konsumen. Dengan demikian yang
diperhitungkan sebagai pendapatan nasional adalah jumlah nilai tambah atau
nilai akhir dari suatu proses produksi sebesar Rp. 7.500. Jika nilai akhir
dijumlahkan diperoleh nilai sebesar Rp.18.250, inilah yang disebut dengan
perhitungan ganda (double counting). OIeh karena itu dalam perhitungan
pendapatan nasional perhitungan ganda harus dihindari dengan cara
menjumlahkan nilai tambah atau hanya menghitung nilai akhir dari suatu
produk.

Tabel 2.1 : Perhitungan Pendapatan Sektor "X" Tahun 2016


Tahap Produksi Nilai Tambah Nilai Akhir
I 2.000 2.000
II 1.500 3.500
III 1.750 5.250

IV 2.250 7.500
Jumlah 7.500 18.250
Adapun bentuk persamaan matematis perhitungan pendapatan nasional
berdasarkan pendekatan produk adalah :

Y = PiQi P2Q2+ ...............+PnQn


Keterangan :
Y : pendapatan nasional
P1, P2, ..Pn : harga satuan produk barang/jasa sektor 1 hingga sector ke n

Muhammad Ilham = 33 = Teori Ekonomi Makro


Qi, Q2, ...Qn : Jumlah produk barang/jasa sektor 1 hingga sektor ke n.

3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)


Pendekatan pendapatan adalah cara menghitung pendapatan nasional
berdasarkan pendapatan yang diperoleh pemilik faktor-faktor produksi sebagai
balas jasa dalam partisipasinya membentuk produk nasional.
Pendekatan ini dapat dirumuskan dengan:
Y=w+π+r+i
Keterangan
Y : Pendapatan nasional w : Upah/gaji (wage)
yang diterima tenaga kerja π : Profit/laba yang
diperoleh usahawan
r : Sewa (rent) yang diterima pemilik faktor produksi tanah atau sumber
daya Iainnya
i : bunga modal (interest) yang diterima pemilik modal.

D. Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional


Studi tentang pendapatan nasional bagi suatu negara memiliki peranan yang
sangat penting. Data pendapatan nasional yang akurat mempunyai beberapa
manfaat yaitu:
1. Sebagai indikator tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa
Pendapatan nasional merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat
kemajuan suatu perekonomian. Masyarakat yang makmur dan sejahtera
adalah masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan tinggi. Pada umumnya
masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah (negara miskin) dibarengi
dengan tingkat pendidikan yang rendah menunjukkan bahwa negara tersebut
jauh dari kemajuan. Oleh karena itu, setiap pemerintah berupaya keras untuk
meningkatkan pertumbuhan pendapatan nasionalnya agar dapat mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

2. Sebagai alat penentu struktur perekonomian

Struktur atau corak perekonomian suatu masyarakat dapat dilihat dari


komposisi pendapatan nasionalnya. Sektor produksi yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap pendapatan nasional merupakan penentu
struktur perekonomian.

Muhammad Ilham = 34 = Teori Ekonomi Makro


3. Sebagai dasar untuk menyusun perenecanaan pembangunan dan
berbagai kebijakan
Data kuantitatif tentang jumlah produk (output), konsumsi masyarakat,
investasi, saving dan juga pengeluaran pemerintah, dapat dipergunakan
sebagai dasar untuk menentukan kebijakan ekonomi yang Iebih balk di masa
yang akan datang. Data pendapatan nasional dapat dipergunakan sebagai
dasar berpijak pelaksanaan pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, untuk
meningkatkan produktivitas sektor pertanian dapat disusun berbagai
kebijakan seperti penyediaan bibit unggul, pupuk dan berbagai obatobatan,
penyempurnaan irigasi, pembukaan lahan baru, dan sebagainya.

4. Sebagai dasar penentu kemanfaatan hubungan luar negeri


Studi tentang pendapatan nasional juga dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk menevaluasi kemanfaatan hubungan kerja sama dengan luar negeri.
Cara yang dapat ditempuh adalah membandingkan data dalam neraca
pendapatan nasional dengan data neraca pembayaran luar negeri. Hasil
perbandingan yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai pengukur seberapa
besar manfaat dan arti pentingnya kerja sama ekonomi luar negeri terhadap
perekonomian dalam negeri.

5. Dapat mengukur perkembangan perekonomian bangsa dari tahun ke


tahun
Berdasarkan data pendapatan nasional dapat diketahui arah
perkembangan perekonomian masyarakat, apakah semakin maju dan
berkembang, semakin mundur dan merosot ataukah tidak menentu
(turunnaik/berfluktuasi). Dengan demikian dapat ditentukan kegiatan apa yang
harus dilakukan masyarakat untuk mengarahkan perkembangan pendapatan
sesuai dengan yang diinginkan.

E. Rangkuman
1. Pengertian pendapatan nasional dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu
dari sudut pandang produksi lazim disebut produk nasional (national product)
adalah jumlah harga pasar (nilai) barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat dalam satu kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Dan sudut
pandang penerimaan adalah jumlah dari semua penerimaan masyarakat yang

Muhammad Ilham = 35 = Teori Ekonomi Makro


ikut dalam proses produksi seluruh barang dan jasa dalam kurun waktu
tertentu.
2. Nilai pendapatan nasional dari aspek nilai dapat diukur dari tiga sudut
pandang, yaitu:
pendapatan nasionalnominal, pendapatan nasional riel, dan pendapatan nasional
psikis.
3. Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional suatu negara dikenal tiga
macam pendekatan, yaitu: pendekatan pengeluaran (expenditure approach),
pendekatan penerimaan (income approach) dan pendekatan produksi
(production approach).
4. Data pendapatan nasional yang akurat mempunyai beberapa manfaat yaitu:
sebagai indikator tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa; sebagai
slat penentu struktur perekonomian; sebagai dasar untuk menyusun berbagai
kebijakan; sebagai dasar penentu kemanfaatan hubungan luar negeri; sebagai
dasar untuk menyusun perenecanaan kegiatan ekonomi di masa yang akan
datang; dapat mengukur perkembangan perekonomian bangsa dari tahun ke
tahun.

F. Glossary
Disposable income (pendapatan sesudah pajak atau pendapatan yang slap
dibelanjakan). Jumlah pendapatan yang diterima moleh rumah tangga
setelah pembayaran pajak pendapatan dan asuransi nasional.

Final goods (barang jadi). Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh pemakai
akhir, jadi bukan untuk menghasilkan barang lainnya.
Value added (Pertambahan nilai). Selisih antara nilai dari barang yang
diproduksi dengan biaya bahan baku dan bahan lainnya yang digunakan
untuk memproduksi barang tersebut.

G. Soal-soal Latihan
1. Kemukakan pengertian : a. pendapatan nasional; b. Pendapatan nasional
nominal; c. Pendapatan nasional riel; d. Pendapatan nasional psikis; e.
Gross National Product; f. Gross Domestic Product.
2. Sebutkan dan uraikan tiga macam pendekatan dalam perhitungan
pendapatan nasional.
3. Susunlah kerangka perkiraan pendapatan nasional Iengkap dengan
posposnya.

Muhammad Ilham = 36 = Teori Ekonomi Makro


4. Jelaskan manfaat perhitungan pendapatan nasional.

Muhammad Ilham = 37 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 1: PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016–2018 (triliun rupiah)

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2010


Lapangan Usaha
2016 2017 2018 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1 671,6 1 787,3 1 900,4 1 211,0 1 257,9 1
307,0
B. Pertambangan dan Penggalian 890,9 1 029,6 1 199,0 774,6 779,7 796,5
C. Industri Pengolahan 2 545,2 2 739,7 2 947,3 2 016,9 2 103,5 2
193,3
D. Pengadaan Listrik dan Gas 142,3 162,4 176,4 100,0 101,5 107,1
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur
8,9 9,4 10,0 7,6 8,0 8,4
Ulang
F. Konstruksi 1 287,6 1 410,5 1 562,3 925,0 987,9 1
048,1
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan 1
Mobil dan Sepeda Motor 1 635,4 1 768,9 1 931,9 1 255,8 1 311,8 376,9
H. Transportasi dan Pergudangan 645,0 735,2 797,3 374,8 406,7 435,2
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 363,1 386,9 412,5 282,8 298,1 314,9
J. Informasi dan Komunikasi 449,2 513,7 559,1 459,2 503,4 538,9
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 520,2 571,2 616,3 378,3 398,9 415,6
L. Real Estat 350,5 382,5 406,6 279,5 289,7 300,1
M, N. Jasa Perusahaan 211,6 238,2 267,1 159,3 172,8 187,7
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 476,5 498,2 541,7 320,0 326,6 349,5
P. Jasa Pendidikan 417,4 446,3 482,1 293,9 304,7 321,1
Q. Jasa Keesehatan dan Kegiatan Soaial 132,1 144,6 157,9 102,5 109,5 117,3
R, S, T,U. Jasa Lainnya 211,4 239,3 268,6 156,5 170,2 185,5
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 11 958,9 13 063,9 14 9 097,7 9 530,9 10
236,5 003,1
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 442,8 523,3 600,9 336,9 381,8 422,2
PRODUK DOMESTIK BRUTO 12 401,7 13 587,2 14 9 434,6 9 912,7 10
837,4 425,3
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 37 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 2: PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Tahun 2016–2018 (triliun rupiah)
Atas Dasar Harga Konstan
Atas Dasar Harga Berlaku
Jenis Pengeluaran 2010
2016 2017 2018 2016 2017 2018
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7 027,0 7 627,6 8 269,8 5 126,3 5 379,8 5 651,2
Private Consumption Expenditure
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 144,5 160,6 180,8 105,4 112,7 122,9
NPISHs Consumption Expenditure
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1 181,6 1 234,6 1 332,5 774,3 790,8 828,7
General Government Consumption Expenditure
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4 040,2 4 370,6 4 790,6 3 041,6 3 228,8 3.444,1
Gross Domestic Fixed Capital Formation
5 Perubahan Invenntori 158,9 210,6 338,6 133,4 126,9 197,4
Change in Inventories
6 Ekspor Barang dan Jasa 2 367,4 2 743,1 3 110,8 1 971,2 2 146,8 2 285,9
Export of Goods and Services

7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2 273,5 2 605,2 3 272,5 1 818,1 1 964,6 2 201,1
Less : Import of Goods and Services
Diskrepansi Statistik1 -244,4 -154,7 86,8 100,5 91,5 96,2
Statistical Discrepancy
Produk Dmoestik Bruto (PDB 12 401,7 13 587,2 14 837,4 9 434,6 9 912,7 10 425,3
Gross Domestic Product (GDP)
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 39 = Teori Ekonomi Makro


Ket. 1. Perbedaan perhitungan berdasarkan lapangan usaha dengan berdasarkan pengeluaran

Lampiran 3: GDP, GNP, dan National Income Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I 2017 – Triwulan III 2018
2017 2018
Jenis Pengeluaran
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Tw. I Tw. II Tw. III
PENGELUARAN KONSUMSI 1.838.636,70 1.873.331,70 1.952.579,60 1.962.437,70 7.626.985,70 1.991.691,80 2.042.129,90 2.119.465,90
RUMAH TANGGA
Private Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI 38 314,0 39 698,3 40 763,7 41 793,5 160 569,5 42 769,7 44 558,2 45 609,5
LNPRT
NPISHs Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI 211 829,2 427 050,7 223 426,8
289 935,6 308 053,4 1 236 869,0 315 003,4 333 820,6
PEMERINTAH
General Government Consumption
Expenditure
PEMBENTUKAN MODAL TETAP 1 017 940,4 1 181 083,0 1 126 059,5
1 055 629,7 1 115 902,8 4 370 555,8 1 147 228,3 1 231 914,0
DOMESTIK BRUTO
Gross Domestic Fixed Capital
Formation
A. PERUBAHAN IINVENTORI 98 725,6 95 912,7 44 - 64 618,5 174 517,9 119 355,4 138 854,0 77 733,4
Change in Inventories
B. DISKREPANSI STATISTIK 1) - 37 646,1 - 35 177,9 - 12 978,1 - 58 697,0 - 144 499,2 - 7 756,3 18 710,8 52 639,5
Statistical Discrepancy
EKSPOR BARANG DAN JASA 663 391,4 644 390,4 714 810,2 745 556,8 2 768 148,8 740 017,6 749 423,8 849 345,2
Export of Goods and Services
Dikurangi : IMPOR BARANG DAN 603 156,6 743 997,9 728 978,7
597 134,6 660 061,1 2 604 350,1 769 697,8 874 920,7
JASA
Less : Import of Goods and
Services

Muhammad Ilham = 40 = Teori Ekonomi Makro


PRODUK DOMESTIK BRUTO 3 228 034,6 3 366 585,8 3 503 568,6 3 490 608,3 13 588 797,3 3 506 585,8 3 686 210,5 3 835 607,4
Gross Domestic Product (GDP)

2017 2018
Jenis Pengeluaran
Total
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
PENDAPATAN NETO TERHADAP - 104 644,1 - 96 894,6 -107.984,60 -
LUAR NEGERI ATAS FAKTOR - 115 275,9 - 112 828,2 - 429 642,8 -114.675,30 133.087,40
PRODUKSI
Net Factor Income from Abroad
PRODUK NASIONAL BRUTO 3 123 390,5 3 251 309,9 3 390 740,4 3 393 713,7 13 159 154,5 3 398 601,2 3 571 535,2 3 702
Gross National Product (GNP) 520,0

Dikurangi : PAJAK TAK 110 813,0 261 485,0 124 328,6 193
LANGSUNG NETO 147 580,1 158 176,8 678 054,9 190 101,8 507,4
Less : Net Indirect Taxes

Dikurangi : PENYUSUTAN 544 279,0 603 955,0 631 021,2 651 646,0 2 430 901,3 632 063,0 680 456,2 733
Less : Depreciation 280,7

PENDAPATAN NASIONAL 2 468 298,5 2 499 774,8 2 601 542,4 2 480 582,7 10 050 198,3 2 642 209,5 2 700 977,2 2 775
National Income (NI) 731,8

Sumber: Badan Pusat Statistik


Ket. 1. Perbedaan perhitungan berdasarkan lapangan usaha dengan berdasarkan pengeluaran

Lampiran 4: PDB Per Kapita Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 –2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018


PDB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku

Muhammad Ilham = 41 = Teori Ekonomi Makro


a Nilai (juta rupiah) 38,4 41,9 45,1 47,9 51,9 56,0
b Indeks Peningkatan (%) 9.29 9.25 7.64 6.25 8.23 7.91
c. Nilai (US$) 3.666,8 3.531,9 3.372,9 3.603,6 3.876,3 3.927,0
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 42 = Teori Ekonomi Makro


BAB III
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL UNTUK
PEREKONOMIAN TERTUTUP DUA SEKTOR

A. Perekonomian Tertutup Dua Sektor


Untuk menganalisis pendapatan nasional, pada umumnya perekonomian
dikelompokkan menjadi perekonomian tertutup dan perekonomian terbuka.
Perbedaan keduanya yaitu dalam perekonomian tertutup belum menyertakan
peran hubungan ekonomi luar negeri dalam analisis, sedangkan dalam analisis
perekonomian terbuka sudah menyertakan peran hubungan ekonomi luar negeri.
Selanjutnya, dalam analisis perekonomian tertutup, terbagi lagi menjadi
analisis pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup dua sektor yang belum
menyertakan peran pemerintah dan analisis pendapatan nasional dalam
perekonomian tertutup tiga sektor yang telah menyertakan peran pemerintah.
Pada bab ini akan menganalisis pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana.
Dalam sistem perekonomian tertutup dua sektor hanya dikenal dua sektor
ekonomi, yaitu sektor rumah tangga konsumen dan sektor rumah tangga
perusahaan. Hal ini berarti bahwa pengeluaran masyarakat seluruhnya dalam
setiap tahunnya akan terdiri atas pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) dan
pengeluaran investasi perusahaan (I). Dengan demikian pendapatan nasional
dapat dirumuskan dengan :
Y = C + I
Keterangan :
Y : Pendapatan nasional
C : Pengeluaran konsumsi rumah tangga I
: Pengeluaran investasi oleh perusahaan.
Untuk menganalisis pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup dua
sektor, terdapat empat variabel ekonomi agregatif yang dianalisis hubungannya
satu sama lain. Adapun keempat variabel tersebut adalah: pendapatan nasional
(Y), konsumsi atau consumption (C), tabungan atau saving (S), dan investasi atau
investment (I). Dalam analisis tersebut, variabel investasi diasumsikan sebagai
variabel eksogen, yaitu besarnya
Muhammad Ilham = 41 = Teori Ekonomi Makro
investasi ditentukan oleh kekuatan yang tidak dijelaskan dalam model yang
sedang dianalisis.
Hubungan keempat variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari aspek
penggunaan pendapatan dan aspek sumber pendapatan. Adapun bentuk
persamaan masing-masing aspek adalah: Aspek penggunaan pendapatan: Y = C
+ S artinya pendapatan digunakan untuk konsumsi dan tabungan. Aspek sumber
pendapatan: Y = C + I artinya pendapatan bersumber dari konsumsi dan investasi.
Kedua persamaan di atas menunjukkan hubungan variabel ekonomi yang
bersifat fungsional. Jika ada perubahan nilai pada ruas kiri, pasti akan diikuti oleh
perubahan nilai ruas kanan dengan jumlah yang sama.
Contoh 3.1 : untuk persamaan pertama (aspek penggunaan pendapatan):
* Jika pendapatan (Y) = Rp.200 trilyun dan konsumsi (C) = Rp.150 trilyun, maka
besarnya tabungan (S) = Rp.50 trilyun.
* Jika Y turun sebesar Rp.20 trilyun menjadi Rp.180 trilyun, sedangkan C tetap
Rp.150 trilyun, maka besarnya S = Rp.30 trilyun, yang berarti S turun sebesar
Rp.20 trilyun.
* Jika turunnya Y sebesar Rp.20 trilyun diikuti oleh turunnya C sebesar Rp.10
trilyun, sehingga C menjadi Rp.140 trilyun, maka S akan menjadi sebesar Rp. 40
trilyun, berarti S turun sebesar Rp.10 trilyun.
Contoh di atas berlaku pula untuk persamaan kedua (aspek sumber pendapatan).

B. Fungsi konsumsi dan Fungsi Tabungan

1. Fungsi Konsumsi (Consumption Function)


Pengeluaran konsumsi rumah tangga meliputi pembelian barang-barang
tahan lama seperti televisi, pakaian dan sebagainya, dan barang-barang tidak
tahan lama seperti makanan, minuman dan sebagainya serta pengeluaran untuk
jasajasa seperti angkutan, salon, biaya telepon, dan sebagainya. Banyak faktor
yang menentukan besar kecilnya konsumsi, namun dalam analisis kita
diasumsikan bahwa besar kecilnya konsumsi ditentukan oleh besar kecilnya
pendapatan nasional Hubungan antara besar kecilnya konsumsi dengan
pendapatan nasional disebut dengan fungsi konsumsi. Adapun bentuk fungsi
konsumsi adalah:

Muhammad Ilham = 44 = Teori Ekonomi Makro


C=a+cY Keterangan :
C : besarnya konsumsi
Y : besarnya pendapatan nasional
a : besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional nol (konsumsi
otonom) c : koefisien kecenderungan mengkonsumsi marginal
(marginal propensity to consume).

Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah angka perbandingan antara


besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan
nasional yang mengakibatkan terjadinya perubahan konsumsi. MPC dapat
dirumuskan dengan :

Keterangan:
∆C : besarnya perubahan konsumsi
∆Y : besarnya perubahan pendapatan nasional
Koefisien MPC selalu menunjukkan angka positif dengan nilai yang lebih
kecil dari satu, tetapi lebih besar dari nol. Angka positif, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pendapatan akan diikuti dengan pertambahan konsumsi. Angka
lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa setiap pertambahan pendapatan tidak
seluruhnya digunakan untuk konsumsi, melainkan sebahagian dari pendapatan
disisihkan untuk tabungan.
Untuk memperoleh persamaan garis fungsi konsumsi yang berbentuk garis
lurus, maka kita harus mengetahui besarnya konsumsi pada dua tingkat
pendapatan nasional yang berbeda. Adapun persamaan fungsinya adalah :

C = (APCn MPC)Yn + MPC.Y


APCn (Average Propensity to Consume): kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata pada tingkat pendapatan nasional sebesar n. Merupakan perbandingan
antara besarnya konsumsi dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu
sendiri, yang dapat dirumuskan dengan:

Berdasarkan rumus fungsi konsumsi, maka dapat diperoleh bentuk grafik


persamaan garis lurus sebagaimana gambar 3.1. Pada gambar tersebut
menunjukkan fungsi konsumsi dari seluruh rumah tangga dalam perekonomian.
Sumbu horizontal adalah pendapatan nasional dan sumbu vertikal adalah
besarnya konsumsi. Pada gambar di atas tampak garis yang membentuk sudut

Muhammad Ilham = 45 = Teori Ekonomi Makro


45°, sehingga jarak antara setiap titik pada garis itu dengan sumbu vertikal dan
sumbu horizontal adalah sama. Hal ini mengandung arti bahwa besarnya
pendapatan nasional sama dengan besarnya konsumsi. Dalam gambar tampak
pula garis fungsi konsumsi C = a + cY yang dimulai dari titik a, yang
mengandung arti bahwa pada saat pendapatan nasional sama dengan nol
besarnya konsumsi adalah a (konsumsi otonom). Pada saat pendapatan
nasional mencapai Yn garis fungsi konsumsi memotong garis dengan sudut 45 °
pada titik Break Event Point (BEP) atau titik impas. Pada titik ini pengeluaran
konsumsi tepat sama dengan besarnya pendapatan nasional, yang berarti
tabungan sama dengan nol.

Gambar 3.1 : Grafik fungsi konsumsi


C

Y=Y

BEP
Cn

a
450
Y
Yn

C = a + cY

2. Fungsi Tabungan (Saving Function)


Sebagaimana telah dikemukakan contoh pada bagian 1 materi pokok bab
ini, bahwa penurunan pendapatan mengakibatkan pula menurunnya tingkat

Muhammad Ilham = 46 = Teori Ekonomi Makro


tabungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya tabungan ditentukan
oleh besar keciinya pendapatan nasional, kemudian pada fungsi konsumsi
diketahui bahwa nilai a (konsumsi otonom/autonomous consumption)
menunjukkan besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional sebesar nol,
yang berarti besarnya tabungan adalah negatif. Berdasarkan hal tersebut, maka
bentuk fungsi tabungan dapat dirumuskan dengan:

S = sY – a
Keterangan :
S : besarnya tabungan s : marginal propensity to save (MPS) atau
kecenderungan menabung marginal

Nilai “a” yang negatif disebut dengan dissaving (tabungan negatif), artinya
jika seseorang tidak memiliki pendapatan, maka ia harus mengeruk tabungan
dari pendapatan masa Ialunya, atau meminjam (menghutang) untuk melakukan
konsumsi.
Persamaan fungsi tabungan dapat pula diperoleh melalui proses berikut:
Y=C+S
S=Y—C
S = Y — (a + cY)
S = Y — a — cY
S = (1 — c)Y — a
Oleh karena MPC merupakan bagian dari kenaikan pendapatan yang dikonsumsi,
maka bagian yang tidak dikonsumsi merupakan bagian dari kenaikan pendapatan
yang ditabung atau MPS, sehingga:

Pada fungsi konsumsi dikenal istilah APC, maka dalam fungsi tabungan
dikenal pula istilah Average Propensity to Save (APS) atau kecenderungan
menabung rata-rata yang dapat dirumuskan dengan :

3. Hubungan Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan


Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang fungsi konsumsi dan
fungsi tabungan. Sekarang kita akan membahas hubungan fungsi konsumsi

Muhammad Ilham = 47 = Teori Ekonomi Makro


dengan fungsi tabungan. Untuk lebih jelasnya hubungan kedua fungsi tersebut
tampak pada gambar berikut:
Gambar 3.2 : Hubungan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
C
Y=Y

C = a + cY
BE
C

S = (1 – c)Y -
a 45
Y Y
–a

Pada gambar 3.2 menunjukkan garis fungsi tabungan S = (1 – c)Y – a yang


dimulai dari titik (–a) yang berarti bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar
nol, besarnya konsumsi rumah tangga sebesar (a), maka akan terjadi apa yang
disebut dengan dissaving atau tabungan negatif, sehingga nilai (a) dalam fungsi
konsumsi akan menjadi (–a) dalam fungsi saving. Jadi waiaupun kita belum
memiliki pendapatan, kita harus tetap makan, minum dan berpakaian. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, kita harus berhutang atau mengeruk tabungan
masa lalu, ituiah yang disebut dengan dissaving. Selanjutnya pada saat
pendapatan nasional sebesar Yn, besarnya pendapatan sama dengan konsumsi
(titik BEP), maka besarnya tabungan adaiah nol. Tabungan nol ditunjukkan oieh
perpotongan garis fungsi tabungan dengan garis horizontal pada titik Yn yang
sejajar dengan titik BEP.
Untuk menentukan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, maka dapat
diselesaikan berdasarkan contoh dengan mengikuti prosedur di bawah ini.
Contoh 3.2: Diketahui, pada periode awal besarnya pendapatan nasional (Yo)
per tahun Rp.1.000, besarnya konsumsi (Co) per tahun Rp.950. Jika pada
periode berikutnya pendapatan nasional (Yn) mencapai Rp.1.250, besarnya
konsumsi (Cn) Rp.1.150. Tentukanlah (a) fungsi konsumsi, (b) fungsi tabungan,
(c) nilai Break Even Point (BEP), dan (d) gambarkan grafiknya.

Jawab :

Muhammad Ilham = 48 = Teori Ekonomi Makro


(a). Fungsi konsumsi

Nilai a (konsumsi otonom) = (APCn - MPC)Yn


a = (0,92 - 0,8)1.250 a = (0,12)1.250 = 150

Berdasarkan fungsi konsumsi C = a + cY, maka diperoleh:


C = 150 + 0,8Y

(b). Fungsi tabungan


Oleh karena MPS = s = 1 – MPC
= 1 – 0,8 = 0,2
Nilai a (konsumsi otonom) pada fungsi konsumsi merupakan tabungan negatif (–a)
pada fungsi tabungan, maka –a = –150, sehingga fungsi tabungan adalah

S = 0,2Y – 150

(c) Break Even Point (BEP), besarnya pendapatan nasional sama dengan
besarnya konsumsi. Y = C
Y = 150 + 0,8Y
Y 0,8Y = 150
(1 – 0,8)Y = 150

Dapat dibuktikan bahwa dengan pendapatan nasional sebesar Y = 750, maka


besarnya konsumsi :
C = 150 + 0,8(750)
= 150 + 600 = 750
Dengan demikian besarnya tabungan :
S=Y–C
S = 750 – 750 = 0

Muhammad Ilham = 49 = Teori Ekonomi Makro


Artinya tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, tetapi
karena besarnya pendapatan sama dengan konsumsi, maka tabungan sama
dengan nol atau tidak ada sisa pendapatan.

(d) Gambar Grafik

Y=Y

C = 150 + 0,8Y

BEP
750

150 S = 0,2Y – 150

0
45 Y
750

– 150

Gambar di atas menjelaskan bahwa pada titik BEP besarnya pendapatan


nasional sama dengan besarnya konsumsi, di mana garis fungsi konsumsi
memotong garis bersudut 45 °. Di sisi lain garis fungsi tabungan memotong garis
horisontal yang menunjukkan besarnya tabungan sama dengan nol.
Berdasarkan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan di atas, dapat
digambarkan hubungan antara konsep fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 2 : Hubungan Antara Konsep Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan.


Y C MPC S MPS APC APS MPC+ MPS APC+ APS
0 150 - -150 - - - - -
250 350 0,8 -100 0,2 1,4 -0,4 1 1
500 550 0,8 -50 0,2 1,1 -0,1 1 1

Muhammad Ilham = 50 = Teori Ekonomi Makro


750 750 0,8 0 0,2 1 0 1 1
1.000 950 0,8 50 0,2 0,95 0,05 1 1
1.250 1.150 0,8 100 0,2 0,92 0,08 1 1
Pada tabel 2 tampak bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar Rp. 0
sudah ada konsumsi sebesar Rp.150 trilyun, sehingga nilai tabungan sebesar
Rp. —150 trilyun yang merupakan dissaving. Kemudian dengan koefisien MPC
sebesar 0,8 menunjukkan bahwa jika pendapatan nasional bertambah, maka
bagian pertambahan pendapatan nasional yang dikonsumsi sebesar 0,8 dan
nilai MPS sebesar 0,2 menunjukkan bahwa bagian pertambahan pendapatan
nasional yang ditabung sebesar 0,2, sehingga MPC + MPS = 1.
Selanjutnya, tampak pula bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar
Rp.250 trilyun besarnya konsumsi Rp.350 trilyun, sehingga proporsi konsumsi
terhadap pendapatan atau kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC)
sebesar 1,4 dan proporsi tabungan terhadap pendapatan atau kecenderungan
menabung rata-rata (APS) sebesar —0,4. Dengan demikian APC + APS = 1.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpilkan bahwa pada saat pendapatan
nasional yang rendah koefisien APCnya tinggi dan koefisien APSnya rendah.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa proporsi konsumsi terhadap pendapatan
akan tinggi pada saat pendapatan nasional masih rendah, sebaliknya proporsi
tabungan akan rendah. Artinya bahwa masyarakat yang berpendapatan rendah
proporsi belanjanya terhadap pendapatannya akan lebih besar di banding
masyarakat yang berpendapatan tinggi.

C. Rangkuman
1. Variabel ekonomi agregatif yang dianalisis hubungannya satu sama lain dalam
perekonomian dua sektor adalah: pendapatan nasional (Y),
konsumsi/consumption (C), tabungan/saving (S), dan investasi/investment (I).
Hubungan keempat variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari aspek: a)
penggunaan pendapatan: Y = C + S, artinya pendapatan digunakan untuk
konsumsi dan tabungan; b) sumber pendapatan: Y = C + I, artinya pendapatan
bersumber dari konsumsi dan investasi.
2. Jumlah pengeluaran konsumsi masyarakat ditentukan oleh pendapatan
nasional. Hubungan antara besar kecilnya konsumsi dengan pendapatan
nasional disebut dengan fungsi konsumsi.

Muhammad Ilham = 51 = Teori Ekonomi Makro


3. Jumlah tabungan ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasional.
Hubungan antara besar kecilnya tabungan dengan pendapatan nasional
disebut dengan fungsi tabungan.
4. Hubungan antara fungsi konsumsi dengan fungsi tabungan, yaitu pada saat
pendapatan nasional nol masyarakat tetap mengkonsumsi, sehingga yang
dilakukan adalah mengeruk tabungan masa lalu atau meminjam yang disebut
dengan tabungan negatif (dissaving). Kemudian, semakin besar bagian
pendapatan yang dikonsumsi, semakin kecil bagian pendapatan yang ditabung.

D. Glossary
Autonomous consumption (konsumsi otonom). Sebagian dari total pengeluaran
untuk konsumsi yang tidak berubah dengan berubahnya pendapatan
nasional. Atau besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional sama
dengan nol.
Average Propensity to Consume, disingkat APC (kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata). Bagian dari tingkat pendapatan nasional tertentu dengan yang
dibelanjakan untuk konsumsi.

Average Propensity to Save, disingkat APS (kecenderungan menabung ratarata).


Bagian dari tingkat pendapatan nasional tertentu dengan yang dapat
ditabung.
Dissaving (tabungan negatit). Belanja barang konsumsi yang lebih besar dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan dalam suatu periode (di mana
kekuarangannya dibiayai dari pinjaman atau tabungan masa lalu).

Marginal Propensity to Consume, disingkat MPC (Kecenderungan marjinal untuk


mengkonsums0. Bagian dari setiap perubahan dalam pendapatan nasional
yang digunakan untuk konsumsi.
Marginal Propensity to Save, disingkat MPS (Kecenderungan marjinal untuk
menabung).
Bagian dari setiap perubahan dalam pendapatan nasional yang ditabung.
E. Soal-soal Latihan

1.Jjelaskan ruang lingkup perekonomian tertutup sederhana dan variabelvariabel


ekonomi agregatifnya.

2. Jika diketahui: pada saat pendapatan nasional sebesar Rp.21 trilyun,


pengeluaran konsumsi sebesar Rp.20 trilyun, dan pada saat pendapatan
nasional Rp.50 trilyun pengeluaran konsumsi Rp.44 trilyun. Carilah:

Muhammad Ilham = 52 = Teori Ekonomi Makro


a. Nilai intersep konsumsi, nilai MPC kemudian tentukan fungsi konsumsinya
serta tentukan garisnya pada mar grafik.

b. Nilai intersep tabungan, nilai MPS kemudian tentukan fungsi tabungannya


serta tentukan garisnya pada gambar grafik.

3. Buktikan bahwa MPC + MPS = 1 dan APC + APS = 1.

Muhammad Ilham = 53 = Teori Ekonomi Makro


BAB IV
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL DALAM
PEREKONOMIAN TERTUTUP DUA SEKTOR

Dalam penentuan keseimbangan pendapatan nasional dapat dijelaskan


dengan menggunakan perumpamaan bahwa suatu perekonomian
tertutup hanya terdiri atas dua sektor, yakni sektor rumah tangga konsumen dan
sektor perusahaan. Dalam hal ini berarti pemerintah tidak campur tangan dalam
perekonomian. Selain itu diasumsikan pula bahwa tingkat harga adalah konstan
(tidak berubah).

A. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Variabel


Eksogen.
Keseimbangan pendapatan nasional tercapai pada saat perekonomian
mencapai keseimbangan (equilibrium). Artinya dalam perekonomian tersebut tidak
terdapat pengangguran sumber-sumber produksi. Dalam analisis pendapatan
nasional, sumber-sumber produksi diberi simbol I (investment), sedangkan
penggunaan sumber-sumber produksi diberi simbol S (saving). Dalam analisis ini
investasi diasumsikan sebagai variabel eksogen, yaltu variabel yang besarnya
sudah ditetapkan sedemikian rupa, di mana investasi tersebut ditentukan oleh
variabel dari luar model.
Pengeluaran investasi sebagai salah satu komponen penting dari
pengeluaran agregat merupakan pengeluaran untuk membeli barang modal riel.
Barang-barang modal riel itu dapat berbentuk: (1) alat-alat produksi seperti pabrik,
mesin-mesin dan perlengkapan lainnya yang digunakan dalam proses produksi;
(2) rumah tempat tinggal; dan (3) perubahan nilai barang cadangan, berupa bahan
mentah, barang setengah jadi dan barang jadi.
Investasi adalah pengeluaran yang bertujuan menambah stok modal.
Investasi dibedakan dua golongan yakni investasi barang cadangan (inventory
investment) dan investasi tetap (fixed investment). Investasi barang cadangan
adalah kenaikan atau penurunan nilai stok barang cadangan yang dimiliki
perusahaan. Investasi tetap adalah penambahan alat-alat produksi baru berupa

Muhammad Ilham = 54 = Teori Ekonomi Makro


pabrik, mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan produksi, bangunan perusahaan
dan rumah tempat tinggal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah:
(a) Pengharapan atau ramalan mengenai keadaan di masa depan;
(b) Perubahan dan perkembangan teknologi;
(c) Stok barang modal yang dimiliki;
(d) Pajak perseroan;
(e) Biaya pengadaan, pemeliharaan dan operasi; (f) Tingkat bunga dan
efisiensi marginal modal;
(g) Tingkat dan perubahan pendapatan nasional.
Dalam rumah tangga perekonomian tertutup dua sektor, pendapatan
nasional dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu: 1) aspek penggunaannya: Y = C + S;
2) aspek sumbernya Y = C + I. Hubungan antara kedua persamaan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:

Co + lo = Yo
Yo = C1 +S1
C1 + I1 = Y1
Y1 = C2 + S2
C2 + I2 = Y2
Y2 = C3 + S3
C3 + I3 = Y3
dan seterusnya
Hubungan persamaan di atas menunjukkan bahwa Y tahun no! (Yo)
bersumber dari Co dan lo yang digunakan untuk C dan S tahun pertama (C1 dan
S1). Besarnya C1 dan S1 sama besarnya C1 dan I1 yang merupakan sumber
pendapatan nasional tahun ke satu, yang digunakan untuk C dan S tahun ke dua.
Besarnya C dan S tahun ke dua sama dengan C2 dan I2 yang merupakan sumber
pendapatan tahun ke dua, yang digunakan untuk C dan S tahun ke tiga. Demikian
seterusnya.

Muhammad Ilham = 55 = Teori Ekonomi Makro


Berdasarkan proses bekerjanya pembentukan dan
penggunaan pendapatan nasional di atas, maka pendapatan nasional akan
mencapai equilibrium dengan syarat S = I, karena Y = Y dan C = C. Jika S tidak
sama dengan I, maka dalam perekonomian akan terjadi celah inflasi (inflationary
gap) atau celah deflasi (deflationary gap).
Dalam analisis penentuan keseimbangan pendapatan nasional dapat
dijelaskan dengan dua pendekatan yaitu: (a) pendekatan pengeluaran dan output
agregat atau pendekatan konsumsi dan investasi (consumption-investment
approach), (b) pendekatan kebocoran dan injeksi atau pendekatan tabungan dan
investasi (saving-invesment approach).

1. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran dan


Output Agregat.
Pengeluaran agregat yang dimaksud dalam analisis ini adalah pengeluaran
agregat dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga berupa pengeluaran konsumsi
dan sektor perusahaan berupa investasi. Output agregat adalah keseluruhan
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian yang disebut dengan
pendapatan nasional. Jadi keseimbangan pendapatan nasional tercapai apabila
perekonomian menghasilkan output yang sama dengan pengeluaran agregat,
yang dapat dirumuskan dengan Y = C + I.
Adapun cara untuk menemukan formulasi dalam menghitung tingkat pendapatan
nasional dalam keseimbangan adalah:
Y=C+I
Y = a + cY + I
Y — cY = a + I
(1 — c)Y = a + I

2. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan


Tabungan dan Investasi
Dalam perekonomian dua sektor (rumah tangga dan perusahaan),
keseimbangan pendapatan nasional tercapai pada saat tingkat investasi yang

Muhammad Ilham = 56 = Teori Ekonomi Makro


direncanakan sama dengan besarnya tingkat tabungan. Proses penentuan
keseimbangan pendapatan nasional dengan pendekatan tabungan dan investasi
dapat diperoleh dengan cara berikut:
S=I
S=Y-C
Y-C=I
Y - (a + c)Y = I
Y - a - cY = I Y
- cY = a + I

Contoh 4.1: Jika diketahui fungsi konsumsi C = 150 + 0,8Y dan besarnya
investasi (I) = Rp.80 trilyun, hitunglah bearnya pendapatan nasional dalam
keseimbangan dan gambarkan grafiknya.
Jawab:

Dapat dibuktikan bahwa 1.150 merupakan pendapatan nasional


dalam keseimbangan, yaitu: C = 150 + 0,8(1.150)
C = 150 + 920 = 1.070
Y=C+I
Y = 1.070 + 80 = 1.150
atau : S = Y– C S =
1.150 – 1.070 = 80
Jadi S = I = 80
BEP diketahui : Y = C = 750

Gambar 4.1 : Keseimbangan Pendapatan Nasional pada


Perekonomian Tertutup Sederhana

Muhammad Ilham = 57 = Teori Ekonomi Makro


C, S, I
Y=Y

1.150
C = 150 + 0,8Y = 1.070
1.070

BEP
750

150 S = 0,2Y – 150 = 80


80 0
I = 80
45
750 1.150

– 150

B. Analisis Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Variabel


Endogen
Dalam kenyataan banyak faktor yang menentukan besarnya pengeluaran
investasi. Dua di antara berbagai faktor tersebut yang dianggap sangat penting
dan paling menentukan besarnya pengeluaran investasi adalah tingkat bunga dan
tingkat pendapatan nasional.

1. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Fungsi


Tingkat
Bunga
Pengaruh tingkat bunga terhadap pengeluaran investasi memberikan
kesimpulan bahwa investasi merupakan fungsi tingkat bunga (r) di mana:

dalam arti bahwa apabila tingkat bunga dinaikkan, maka pengeluaran investasi
akan berkurang, sebaliknya apabila tingkat bunga turun, maka pengeluaran

Muhammad Ilham = 58 = Teori Ekonomi Makro


investasi akan bertambah. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa antara
tingkat bunga dan investasi mempunyai hubungan yang negatif. Dengan demikian
fungsi investasi berbentuk:

I = lo — αr
Keterangan : I :
besarnya investasi
lo : besarnya investasi otonom (autonomous investment

r : tingkat bunga

Untuk Iebih jelasnya dikemukakan contoh berikut.


Contoh 4.2 :
Bila diketahui :
- fungsi investasi I = 90 — 2r
- fungsi konsumsi C = 150 + 0,8Y.
- Telah diketahui pula bahwa BEP di mana S = 0 adalah pada saat pendapatan
nasional (Y) = 750.
- Jika suku bunga (r) = 30%, maka besarnya investasi adalah :
- I= 90 — 2(30)
I = 90 — 60 = 30, dengan demikian besarnya pendapatan nasional adalah:
Y = C +I
Y= 150 + 0,8Y+ 30
Y — 0,8Y = 150 + 30
0,2Y = 180

Jika suku bunga (r) = 20%, maka besarnya investasi adalah :


I= 90 — 2(20)
I= 90 – 40 = 50, sehingga besarnya pendapatan nasional adalah :
Y = 150 + 0,8Y + 50
Y — 0,8Y = 150 + 50
0,2Y = 200

Muhammad Ilham = 59 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 4.2 : Hubungan Tingkat Bunga, Investasi dan Keseimbangan
Pendapatan Nasional

r
45 A

30 I = 90 – 2r
20

30 50 90 I I
I
I=I
r = 20% E2
50 50

30 r = 30% E1
30

30 50 I 750 900 1000 Y


B C

-150

Dalam bentuk grafik, hubungan negatif antara tingkat bunga dengan


pengeluaran investasi dapat dikemukakan dalam bentuk kurva permintaan
investasi pada kuadran kiri atas Gambar 4.2. Pada gambar tersebut tampak
bahwa pada saat tingkat bunga 30% per tahun pengeluaran investasi sebesar
Rp. 30 trilyun/tahun, dan ketika tingkat bunga turun menjadi 20%, maka
pengeluaran investasi meningkat menjadi Rp.50 trilyun/tahun.
Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh perubahan investasi terhadap
tingkat pendapatan nasional, di bawah kuadran investasi (gambar A) terdapat
kuadran pertolongan (gambar B) yang menggambarkan garis pertolongan
bersudut 450 dengan I = I, di mana pada sumbu vertikal dan horisontal keduanya
menunjukkan tingkat investasi. Melalui garis pertolongan I = I, dengan tingkat
bunga 30 % besarnya investasi Rp.30 trilyun dan besarnya pendapatan nasional
Rp.900 trilyun (keseimbangan E1). Saat tingkat bunga turun menjadi 20%,
investasi meningkat menjadi Rp.50 trilyun pada gambar B dan gambar C, di mana
besarnya pendapatan nasional adalah Rp.1.000 trilyun (keseimbangan E 2).

Muhammad Ilham = 60 = Teori Ekonomi Makro


2. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Fungsi
Pendapatan
Nasional

Hubungan investasi dengan pendapatan nasional bersifat positif. Artinya


apabila pendapatan nasional meningkat, maka besarnya pengeluaran investasi
ikut meningkat. Adapun bentuk persamaan fungsi investasinya adalah:
I = lo + αY
Keterangan:
I : Jumlah pengeluaran investasi lo : Jumlah pengeluaran investasi
pada saat pendapatan nasional nol.

Positifnya hubungan pendapatan nasional dengan pengeluaran investasi


dapat diuraikan sebagai berikut: produsen yang rasional hanya mau
mengadakan investasi apabila diperkirakan proyek yang akan dilaksanakan
dapat mendatangkan keuntungan, misalnya karena adanya permintaan akan
barangbarang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut cukup
memadai. Permintaan yang cukup memadai ini disebabkan oleh adanya
peningkatan pendapatan nasional. Hubungan tersebut dapat dilihat berdasarkan
gambar berikut.

Gambar 4.3 : Hubungan Pendapatan Nasional dengan Investasi.

Muhammad Ilham = 61 = Teori Ekonomi Makro


I

In’ I = lo + αY

In

Io

Yn Y
Yn’
Gambar 4.3 menunjukkan bentuk garis persamaan investasi sebagai fungsi
pendapatan nasional adalah garis lurus dengan slope positif. Pada saat
pendapatan nasional sebesar Yn, besarnya investasi adalah In, demikian
selanjutnya ketika pendapatan nasional meningkat menjadi Yn', besarnya
investasi meningkat menjadi In'.
Untuk mengetahui keseimbangan pendapatan nasional, dapat diperoleh dengan
rumus :
S=I
So + sY = lo + αY
(s — α)Y = lo – So

Keterangan :
Y = besarnya pendapatan nasional s
= MPS = (1 — c)
So = Besarnya tabungan pada saat pendapatan nasional sebesar nol
lo = Investasi otonom
α = marginal propensity to invest

Contoh 4.3 :
Bila diketahui :

Muhammad Ilham = 62 = Teori Ekonomi Makro


- fungsi investasi I = 200 + 0,1Y -
fungsi konsumsi C = 0,75Y + 40.
Berdasarkan data tersebut tentukanlah:
a. Keseimbangan pendapatan nasional,
b. Besarnya investasi,
c. Besarnya tabungan,
d. Besarnya konsumsi,
e. Gambarkan grafiknya.
Jawab :
a. Keseimbangan pendapatan nasional
Diketahui fungsi konsumsi C = 0,75Y + 40, maka fungsi tabungan
S = 0,25Y - 40
Dengan menggunakan prosedur penyelesaian :
S=I
So + sY = lo + αY
(s — α)Y = lo – So

0,25Y – 40 = 200 + 0,1Y


(0,25 – 0,1)Y = 200 – (-40)
0,15Y= 200 +40

b. Besarnya investasi :
I = 200 + 0,1(1.600)
I = 200 + 160 = 360
c. Besarnya tabungan :
S = 0,25Y – 40
S = 0,25(1.600) –
40 S = 400 – 40 =
360, terbukti
bahwa S = I

Muhammad Ilham = 63 = Teori Ekonomi Makro


d. Besarnya konsumsi C
= 0,75Y + 40
C = 0,75(1.600) + 40 C
= 1.200 + 40 = 1.240,
terbukti bahwa :
C=Y–S
C = 1.600 — 360 = 1.240

Pada gambar grafik menunjukkan garis fungsi tabungan S = 0,25Y – 40


berpotongan dengan garis fungsi investasi I = 200 + 0,1Y pada saat pendapatan
nasional dalam keseimbangan sebesar Rp.1.600, di mana S = I = Rp.360, dan Y
= C + I = Rp.1.600. Pada pendapatan nasional keseimbangan tersebut garis
fungsi konsumsi C : 0,75Y + 40 tepat berada pada titik konsumsi sebesar

Muhammad Ilham = 64 = Teori Ekonomi Makro


Rp.1.420. Angka Rp.240 menunjukkan titik awal gari konsumsi otonom tambah
investasi otonom (40 + 200). Perpotongan garis fungsi tabungan dengan sumbu
horisontal pada titik 160 menunjukkan BEP, di mana Y = C yang berarti tabungan
sama dengan nol.

C. Rangkuman
1. Keseimbangan pendapatan nasional tercapai pada saat perekonomian
mencapai keseimbangan (equilibrium). Artinya dalam perekonomian tersebut
tidak terdapat pengangguran sumber-sumber produksi.
2. Investasi sebagai variabel eksogen, yaitu besarnya investasi sudah ditetapkan
sedemikian rupa, di mana investasi tersebut ditentukan oleh variabel dari luar
model.
3. Investasi sebagai variabel endogen, di mana besarnya investasi ditentukan
oleh tingkat bunga dan pendapatan nasional. Investasi sebagai fungsi dari
tingkat bunga terdapat hubungan yang negatif, sedangkan investasi sebagai
fungsi dari pendapatan nasional terdapat hubungan yang positif.

D. Glossary
Autonomous investment (investasi otonom): Bagian dari investasi riel yang
tidak terpengaruh oleh tingkat dan perubahan pendapatan nasional.
Investasi ini terutama tergantung pada faktor-faktor persaingan seperti
modernisasi pabrik.

Marginal Propensity to Invest: (Kecenderungan marjinal untuk berinvestasi).


Bagian dari setiap perubahan dalam pendapatan nasional yang
digunakan untuk investasi.

E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dengan investasi sebagai variabel eksogen.
2. Bila diketahui fungsi konsumsi C = 0,8Y + 200; investasi = Rp.300 trilyun.
Berdasarkan data tersebut hitunglah besarnya: a. pendapatan nasional dalam
keseimbangan; b. Pengeluaran konsumsi; c. Besarnya Tabungan. Setelah itu

Muhammad Ilham = 65 = Teori Ekonomi Makro


gambarkan grafiknya dan analisislah hubungan antar variabel yang dihitung
tersebut.
3. Jelaskan pengertian keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dengan investasi sebagai variabel endogen.
4. Bila diketahui fungsi investasi I = 80 — 2r dan fungsi konsumsi C = 0,75Y + 20.
Berdasarkan data tersebut tentukanlah a. Besarnya investasi pada tingkat
bunga 30%, 25% dan 20%; b. Besarnya pendapatan nasional pada berbagai
tingkatan investasi (pada pertanyaan 4.a di atas); gambarkan grafiknya dan
analisislah hubungan antar variabel yang diperhitungkan.

Muhammad Ilham = 66 = Teori Ekonomi Makro


BAB V
ANGKA PENGGANDA (MULTIPLIER) DALAM
PEREKONOMIAN TERTUTUP DUA SEKTOR

A. Pengertian

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pengeluaran agregat akan


mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional. Oleh karena itu melalui
materi ini akan diuraikan tentang besarnya perubahan keseimbangan pendapatan
nasional yang terjadi sehubungan dengan adanya perubahan dalam pengeluaran
agregat.
Angka Pengganda (multiplier) adalah pelipatgandaan perubahan pendapatan
nasional karena adanya perubahan suatu variabel ekonomi. Perubahan yang
dimaksud bisa positif dan bisa pula negatif. Suatu angka yang menunjukkan
besarnya perubahan pendapatan nasional disebut koefisien multiplier. Dalam
perekonomian tertutup sederhana terdapat dua jenis multiplier, yaitu angka
pengganda investasi (investment multiplier) dengan simbol (K1) dan angka
pengganda konsumsi (consumption multiplier) dengan simbol (Kc). Gambar 5.1 :
Perubahan Keseimbangan dan Multiplier

Yo Y, Pendapatan Nasional

Muhammad Ilham = 64 = Teori Ekonomi Makro


Pada gambar 5.1 terlihat bahwa perubahan pengeluaran agregat dari AE o ke AE1
mengakibatkan perubahan keseimbangan dalam perekonomian dari E 0 ke El, di
mana pendapatan nasional mengalami peningkatan dari Y o menjadi Y1.
Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan pada pajak, investasi,
konsumsi otonom, pengeluaran pemerintah, ekspor, impor. Pada gambar tersebut
tampak juga bahwa dengan adanya pertambahan pengeluaran agregat (∆AE)
akan menambah pendapatan nasional yang lebih besar dari pertambahan
pengeluaran agregat itu sendiri.

B. Angka Pengganda Investasi (Analisis Statis)

Angka pengganda investasi adalah pelipatgandaan perubahan pendapatan


nasional karena adanya perubahan investasi. Rumus untuk menghitung multiplier
investasi (KI) adalah :

Misalnya jika angka pengganda investasi K I = 4, maka jika dalam satu tahun
Investasi meningkat sebesar Rp.100 trilyun, maka pendapatan nasional
bertambah sebesar RP.400 trilyun.
Contoh 5.1 :
JIka diketahui persamaan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.
Besarnya investasi per tahun pada periode 1 sebesar Rp.80 trilyun, dan pada
periode 2 sebesar Rp.100 trilyun.
Tentukanlah : a) Angka pengganda investasi, dan besarnya perubahan investasi;
b) pendapatan nasional pada periode 1, c) pendapatan nasional pada periode 2,
d) besarnya perubahan pendapatan nasional.
Jawab
a) Angka pengganda investasi dan besarnya perubahan investasi

Besarnya perubahan investasi ∆I = 100 — 80 = 20

b) pendapatan nasional pada periode 1

Muhammad Ilham = 68 = Teori Ekonomi Makro


c) pendapatan nasional pada periode 2 :

atau :
Y2 = Y1 + ∆Y
Y2 = Y1 + K1∆l
Y2 = 480 + 4(20) = 560

d) besarnya perubahan pendapatan nasional :


∆Y = 560 — 480 = 80; dan
∆Y = KI x ∆I = 4 x 20 = 80
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dibuktikan bahwa dengan
adanya perubahan investasi, maka pendapatan nasional mengalami perubahan
sebesar 4 kali nilai perubahan investasi.

C. Angka Pengganda Konsumsi (Analisis Statis)


Angka Pengganda konsumsi adalah pelipatgandaan perubahan pendapatan
nasional karena adanya perubahan konsumsi otonom. Dengan demikian
perubahan yang terjadi adalah pada nilai a dalam rumus fungsi konsumsi.
Multiplier konsumsi dapat dirumuskan dengan:

Contoh 5.2:
Jika diketahui : pada awalnya fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y kemumudian
mengalami perubahan menjadi C = 50 + 0,75Y
Diasumsikan yang berubah hanyalah konsumsi otonom, sedangkan investasi
sebesar Rp.80 trilyun tidak mengalami perubahan.
Tentukanlah: a) angka pengganda konsumsi otonom, besarnya perubahan
konsumsi otonom. b) keseimbangan pendapatan nasional dan perubahannya.
Jawab:
a) Angka pengganda konsumsi otonom dan besarnya perubahan konsumsi

Muhammad Ilham = 69 = Teori Ekonomi Makro


otonom

Perubahan konsumsi otonom = a2 – a1 = 50 – 40 = 10


Artinya jika konsumsi otonom mengalami kenaikan sebesar Rp.10 trilyun,
sehingga fungsi konsumsi menjadi C = 50 + 0,75Y, maka pendapatan nasional
akan bertambah sebesar 4 kali perubahan konsumsi otonom yaitu: 4 x Rp.10
trilyun = Rp.40 trilyun.
b) Keseimbangan pendapatan nasional dan perubahannya
- Keseimbangan pendapatan nasional sebelum adanya perubahan konsumsi
otonom :

− Keseimbangan pendapatan nasional setelah adanya perubahan konsumsi


otonom sebesar Rp.10 trilyun :

Dengan demikian besarnya perubahan pendapatan nasional:


∆Y = Y2 – Y1 = 520 – 480 = 40

D. Perubahan konsumsi dan tabungan


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa angka pengganda menyebabkan
berubahnya keseimbangan pendapatan nasional. Selanjutnya dengan adanya
perubahan pendapatan nasional, maka jumlah konsumsi dan tabungan juga
mengalami perubahan. Perubahan konsumsi dengan adanya angka pengganda:
C1= Co + ∆C
∆C = MPC. ∆Y
Perubahan tabungan dengan adanya angka pengganda:
S1= So + ∆S
∆S = MPS. ∆Y
Berikut ini dikemukakan contoh perubahan konsumsi dan tabungan dengan
adanya angka pengganda investasi.

Muhammad Ilham = 70 = Teori Ekonomi Makro


Contoh 5.3: Bila diketahui Fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y; Investasi periode nol
lo = Rp.80 trilyun; Investasi pada periode berikutnya I 1 = Rp.100 trilyun.
Berdasarkan data di atas tentukanlah a) keseimbangan konsumsi yang lama (Co)
dan baru (C1), dan b) keseimbangan tabungan yang lama (So) dan tabungan baru
(S1).
Jawab:
Diketahui:
Besarnya angka pengganda investasi:

Maka ∆I = I1 – I0 = 100 – 80 = Rp. 20 trilyun


Y0 = 480, dan Y1 = 560
a) keseimbangan konsumsi yang lama (Co) dan baru (C 1)
Co = 40 + 0,75(Y0)
Co = 40 + 0,75(480)
Co = 40 + 360 = 400
C1 = Co + MPC. ∆Y
C1= 400 + 0,75(80)
C1= 400 + 60 = 460

b) keseimbangan tabungan yang lama (So) dan tabungan baru (S 1) :


S0 = 0,25Y – 40
S0 = 0,25(480) – 40
S0 = 120 – 40 = 80
S1 = S0 + MPS . ∆Y
S1 = 80 + 0,25(80)
S1 = 80 + 20 = 100
Dengan demikian dapat pula dibuktikan bahwa:
Y0 = C 0 + S 0
Y0 = 400 + 80 = 480
Y1 = C 1 + S 1
Y1 = 460 + 100 = 560

Muhammad Ilham = 71 = Teori Ekonomi Makro


E. Bekerjanya Angka Pengganda Melalui Analisis Dinamik
Proses bekerjanya angka pengganda yang telah diuraikan di atas merupakan
model analisis statis, yaitu hanya dengan cara membandingkan antara
keseimbangan sebelum adanya perubahan investasi dengan keseimbangan
setelah adanya perubahan investasi. Untuk memperjelas tentang proses
bekerjanya angka pengganda dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
dinamik, yaitu analisa yang menguraikan proses perubahan yang terjadi dengan
menghubungkan antara keseimbangan yang lama dengan keseimbangan yang
baru.
Adapun proses untuk memperoleh keseimbangan yang baru dengan adanya
perubahan investasi untuk analisis dinamik, maka digunakan rumus berikut:
Y0 = C0 + I0
C0 = a + cY0
Yn = Cn + In
Cn = a + cYn-1

Berdasarkan formulasi di atas dapat dijelaskan bahwa


keseimbangan pendapatan nasional pada periode n (Y n) diperoleh dengan
menjumlahkan konsumsi pada periode n (C n) dengan investasi pada periode n (ln),
sedangkan konsumsi pada periode n (Cn) diperoleh dengan menggunakan
pendapatan nasional pada periode sebelumnya (Y n-1). Untuk Iebih memperjelas
bagaimana proses terjadinya perubahan tersebut perhatikan tabel di bawah ini
berdasarkan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.

Muhammad Ilham = 72 = Teori Ekonomi Makro


Tabel 1 : Proses perubahan pendapatan dengan adanya perubahan investasi.
Perubahan Investasi Perubahan Investasi Secara
Hanya Berlaku Satu Kali Periode Terus Menerus
C I Y C I Y
400 80 480 1 400 80 480
400 100 500 2 400 100 500

400 80 480 32 460 100


400 80 480 33 460 100 560

Berdasarkan tabel 1 di atas tampak bahwa jika perubahan investasi hanya


berlaku sátu kali yaitu dari Rp.80 trilyun menjadi Rp.100 trilyun kemudian kembali
lagi ke investasi awal yaitu Rp.80 trilyun, maka melalui proses dinamik besarnya

Muhammad Ilham = 73 = Teori Ekonomi Makro


konsumsi akan kembali ke nilai awal yaitu sebesar Rp.400 trilyun, begitu pula
pendapatan nasional akan kembali ke nilai awal menjadi Rp.480 trilyun.
Pada tabel 1 tersebut tampak pula bahwa jika investasi mengalami
perubahan dari Rp.80 trilyun menjadi Rp.100 trilyun secara terus menerus, maka
melalui proses dinamik besarnya konsumsi akan mencapai Rp.480 trilyun, dan
pendapatan nasional mencapai Rp.560 trilyun.
Selanjutnya untuk memperoleh keseimbangan yang baru untuk analisisis
dinamik dengan adanya perubahan konsumsi otonom, maka rumus yang
digunakan adalah:
Y0 = C0 + I0
C0 = a + cY0

Yn = Cn + In, dan

Cn = (a + ∆a) + cYn-1
Berdasarkan formulasi di atas dapat dijelaskan bahwa keseimbangan
pendapatan nasional pada periode n (Y n) diperoleh dengan menjumlahkan
konsumsi pada periode n (C n) dengan investasi pada periode n (I n). Konsumsi
otonom pada Cn terdiri atas konsumsi otonom awal (a) ditambah dengan besarnya
perubahan konsumsi otonom (∆a), sedangkan besarnya investasi pada periode n
(In) tidak mengalami perubahan. Untuk Iebih memperjelas bagaimana proses
terjadinya perubahan tersebut perhatikan tabel 2 di bawah ini berdasarkan fungsi
konsumsi C = 40 + 0,75Y.

Tabel 2 : Proses Perubahan Pendapatan dengan Adanya Perubahan Konsumsi


Otonom.
PerubahanKonsumsi Periode Perubahan Konsumsi
Otonom Hanya Berlaku satu Otonom Berlaku Secara Terus
kali Menerus
C I Y C I Y
400.00 80 480.00 1 400.00 80 480.00
410.00 80 490.00 2 410.00 80 490.00
407.50 80 487.50 3 417.50 80 497.50
405.63 80 485.63 4 423.13 80 503.13
404.22 80 484.22 5 427.34 80 507.34
403.16 80 483.16 6 430.51 80 510.51
PerubahanKonsumsi Periode Perubahan Konsumsi
Otonom Hanya Berlaku satu Otonom Berlaku Secara Terus

Muhammad Ilham = 74 = Teori Ekonomi Makro


kali Menerus
C I Y C I Y
402.37 80 482.37 7 432.88 80 512.88
401.78 80 481.78 8 434.66 80 514.66
401.33 80 481.33 9 436.00 80 516.00
401.00 80 481.00 10 437.00 80 517.00
400.75 80 480.75 11 437.75 80 517.75
400.56 80 480.56 12 438.31 80 518.31
400.42 80 480.42 13 438.73 80 518.73
400.32 80 480.32 14 439.05 80 519.05
400.24 80 480.24 15 439.29 80 519.29
400.18 80 480.18 16 439.47 80 519.47
400.13 80 480.13 17 439.60 80 519.60
400.10 80 480.10 18 439.70 80 519.70
400.08 80 480.08 19 439.77 80 519.77
400.06 80 480.06 20 439.83 80 519.83
400.04 80 480.04 21 439.87 80 519.87
400.03 80 480.03 22 439.90 80 519.90
400.02 80 480.02 23 439.93 80 519.93
400.02 80 480.02 24 439.95 80 519.95
400.01 80 480.01 25 430.96 80 519.96
400.01 80 480.01 26 439.97 80 519.97
400.01 80 480.01 27 439.98 80 519.98
400.01 80 480.01 28 439.98 80 519.98
400.00 80 480.00 29 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 30 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 31 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 32 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 33 440.00 80 520.00
400.00 80 480.00 34 440.00 80 520.00
400.00 80 480.00 35 440.00 80 520.00

Tabel 2 menunjukkan bahwa jika konsumsi otonom mengalami perubahan


hanya berlaku satu kali yaitu fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y menjadi C = 50 +
0,75Y, di mana konsumsi otonom (a) dari Rp.40 trilyun menjadi Rp.50 trilyun
kemudian kembali lagi ke konsumsi otonom awal yaitu Rp.40 trilyun dengan
asumsi besarnya investasi tidak mengalami perubahan, maka melalui proses
dinamik besarnya konsumsi akan kembali ke nilai awal yaitu sebesar Rp.400
trilyun, begitu pula pendapatan nasional akan kembali ke nilai awal menjadi
Rp.480 trilyun.

Muhammad Ilham = 75 = Teori Ekonomi Makro


Pada tabel 2 tampak pula bahwa jika konsumsi otonom mengalami
perubahan dari Rp.40 trilyun menjadi Rp.50 trilyun secara terus menerus, maka
melalui proses dinamik besarnya konsumsi akan mencapai Rp.440 trilyun, dan
pendapatan nasional mencapai Rp.520 trilyun dengan asumsi investasi tidak
mengalami perubahan.

F. Rangkuman
1. Perubahan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dapat disebabkan oleh perubahan investasi dan/atau
perubahan konsumsi otonom, di mana besarnya perubahan tersebut
ditentukan oleh angka multiplier investasi (K I) dan multiplier konsumsi (Kc).
2. Perubahan yang terjadi pada keseimbangan pendapatan nasional akibat
perubahan investasi dan konsumsi otonom melalui proses angka
pengganda juga mengakibatkan terjadinya perubahan konsumsi dan
tabungan.

G. Glossary
Investment multiplier (angka pengganda investasi). Pelipatgandaan
perubahan pendapatan nasional karena adanya perubahan investasi,
suatu angka yang harus dikalikan dengan besarnya investasi untuk
mengetahui besarnya perubahan keseimbangan pendapatan nasional
yang diakibatkan oleh perubahan investasi itu sendiri.

Consumption multiplier (angka pengganda konsumsi). Lihat penjelasan


investment multiplier, yang diterapkan untuk konsumsi otonom.

H. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian dan jenis-jenis angka pengganda (multiplier) dalam
perekonomian tertutup dua sektor.
2. Jika diketahui:
− fungsi konsumsi C = 0,75Y + 25.
− Besarnya investasi pada Periode avval I = Rp.40 trilyun, kemudian
pada periode kedua I = Rp. 80 trilyun
Berdasarkan data di atas hitunglah
besarnya: a. Angka pengganda investasi;
b. Besarnya perubahan investasi;

Muhammad Ilham = 76 = Teori Ekonomi Makro


c. Keseimbangan pendapatan nasional pada periode awal;
d. Keseimbangan pendapatan nasional pada periode kedua.
3. Jika diketahui:
- Fungsi konsumsi C = 0,8Y + 20
- Besarnya investasi pada periode awal I = Rp.40 trilyun, pada periode
kedua besarnya I = Rp.60 trilyun. Berdasarkan data di atas hitunglah:
a. Besarnya keseimbangan pendapatan nasional pada periode 1 dan
periode ke 2.
b. Besarnya konsumsi pada periode 1 dan periode ke2
c. Besarnya tabungan pada periode 1 dan periode ke 2.

Muhammad Ilham = 77 = Teori Ekonomi Makro


BAB VI
KETIDAKSEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL

A. Pengertian Ketidakseimbangan Pendapatan Nasional


Besar kecilnya jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu
perekonomian tergantung pada besar kecilnya kapasitas produksi nasional. Besar
kecilnya kapasitas produksi nasional tergantung pada komposisi, kualitas dan
kuantitas faktor-faktor produksi yang tersedia dalam suatu perekonomian.
Kapasitas produksi nasional suatu perekonomian menunjukkan batas
kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-
jasa untuk tiap satuan waktu.
Jika dalam suatu perekonomian semua kapasitas produksi (sumber daya
ekonomi) digunakan sepenuhnya, maka perekonomian tersebut berada dalam
keadaan full employment (kesempatan kerja penuh), atau perekonomian berada
dalam keseimbangan. Ketidakseimbangan
(disequilibrium) pendapatan nasional dapat terjadi apãbila ada sebagian dari
kapasitas produksi nasional yang menganggur (under employment).
Perekonomian yang berada dalam keadaan under employment bertendensi
menimbulkan deflasi.
Apabila kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, akan
tetapi permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa masih terus bertambah
(over employment) sementara produksi barang-barang dan jasa-jasa tidak dapat
ditambah lagi, maka akan terjadi perubahan terhadap pengalokasian kembali
faktor-faktor produksi (reallocation resources).
Reallocation resources dapat terjadi jika ada pergeseran penggunaan faktor
produksi dari kelompok perusahaan yang satu ke kelompok perusahaan yang lain,
atau dari sektor yang satu ke sektor lainnya. Perekonomian yang berada dalam
keadaan over employment bertendensi menimbulkan inflasi.
Ketersediaan faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja dan modal
sangat penting artinya bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu
faktorfaktor produksi tersebut perlu dimanfaatkan sepenuhnya secara efisien

Muhammad Ilham = 78 = Teori Ekonomi Makro


dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi nasional. Kapasitas produksi
nasional yang tinggi menunjukkan jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dapat
dihasilkan oleh suatu perekonomian akan bertambah. Apabila kapasitas produksi
nasional bertambah besar, maka taraf hidup penduduk suatu negara dapat
ditingkatkan. Hal tersebut telah banyak dibuktikan oleh banyak negara di dunia
terutama Amerika Serikat yang kaya akan sumber daya alam, memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas dan memiliki produktivitas tinggi serta kemampuan
modal yang memadai telah mendorong perekonomiannya ke arah yang lebih
maju. Selain itu telah dibuktikan pula bahwa hal yang sangat penting dalam
mendorong kemajuan ekonomi suatu negara adalah tersedianya sumber daya
manusia yang memiliki produktivitas tinggi walaupun sumber daya alamnya
terbatas seperti Jepang dan Singapura akan tetapi perekonomiannya mengalami
kemajuan yang sangat pesat.

B. Deflationary Gap dan Inflationary Gap


Untuk dapat memperoleh gambaran tentang sejauh mana tingkat
employment yang terjadi menyimpang dari kapasitas produksi yang ada, kita
dapat menggunakan konsep celah inflasi (inflationary gap) dan celah deflasi
(deflationary gap). Inflationary gap adalah besarnya perbedaan antara jumlah
investasi yang terjadi dengan besarnya full employment saving, di mana investasi
lebih besar dari pada tabungan. Dalam keadaan demikian berarti dalam
perekonomian terjadi kelebihan pengeluaran total atau permintaan agregat
(aggregate demand) pada tingkat kesempatan kerja penuh dibanding pendapatan
nasional potensial, di mana output tidak dapat lagi ditingkatkan lebih lanjut.
Kenaikan permintaan akan mengakibatkan kenaikan harga, dengan kata lain
output riel tetap, tetapi nilai nominal dari output akan mengalami inflasi.
Deflationary gap adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi yang
terjadi dengan besarnya full employment saving, di mana investasi lebih kecil dari
pada tabungan. Deflationary gap menunjukkan bahwa dalam perekonomian nilai
pengeluaran total atau permintaan agregat lebih rendah dibanding pendapatan
nasional potensial. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengurangan
pengeluaran, maka beberapa sumber-sumber ekonomi yang tidak produktif akan

Muhammad Ilham = 79 = Teori Ekonomi Makro


mengakibatkan pendapatan nasional aktual lebih rendah dari pendapatan nasional
potensial.
Contoh 6.1: Jika diketahui :

− Fungsi konsumsi : C = 20 + 0,75Y


− Besarnya investasi per tahun : I = Rp.40 trilyun Berdasarkan
data di atas hitunglah:
a. Besarnya deflationary gap atau inflationary gap apabila kapasitas produksi
nasional sebesar Rp.200 trilyun per tahun
b. Besarnya deflationary gap atau inflationary gap apabila kapasitas produksi
nasional sebesar Rp.280 trilyun per tahun Jawab:
a. Jika kapasitas produksi nasional (Y) = Rp.200 trilyun, besarnya full
employment saving adalah :
S = Y — C = 200 — {20 + 0,75(200)} = Rp.30 trilyun
Oleh karena Investasi (I) = Rp.40 trilyun dan full employment saving (S) = 30
trilyun, di mana I > S , maka yang terjadi adalah Inflationary gap (IG) = Rp.10
trilyun.

b.Jika kapasitas produksi nasional (Y) = Rp.280 trilyun, besarnya full


employment saving adalah :
S = Y — C = 280 — {20 + 0,75(280)} = Rp.50 trilyun
Oleh karena S > I, maka yang terjadi adalah deflationary gap (DG) = Rp.10
trilyun.
Berdasarkan gambar 6.1 dapat dijelaskan bahwa celah inflasi (inflationary
gap) sebesar 10 timbul karena investasi = 40 lebih besar dari pada tabungan = 30,
di mana garis investasi berada di atas garis fungsi tabungah. Kemudian celah
deflasi sebesar 10 timbul karena karena investasi I = 40 Iebih kecil dari tabungan
S = 50, di mana garis investasi berada di bawah garis fungsi tabungan.

Muhammad Ilham = 80 = Teori Ekonomi Makro


C, S, I
Y = AE

60
40
20

20 80 200 240
250 280 Y

Gambar 6.1 : Inflationary gap dan deflationary gap

Selanjutnya jika dilihat dari aspek output atau kapasitas produksi nasional (Y)
dibandingkan dengan pengeluaran agregat (AE) = C + I, di mana diketahui bahwa:
- kapasitas produksi nasional (Y) sebesar Rp.200 trilyun.

− konsumsi (C) = 20 + 0,75(200)


= 20 + 150
= Rp.170 trilyun

− AE = C + I = 170 + 40 = Rp.210 trilyun


Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa inflationary
gap dapat terjadi ketika AE > Y, sehingga: IG = AE — Y
= 210 — 200 = Rp.10 trilyun

Muhammad Ilham = 81 = Teori Ekonomi Makro


Pada gambar di atas menunjukkan bahwa inflationary gap (IG) terjadi pada
saat garis AE berada di atas garis Y
Selanjutnya jika :

− kapasitas produksi nasional (Y) = Rp.280 trilyun konsumsi


(C) = 20 + 0,75(280)
= 20 + 210
= Rp.230 trilyun
AE = C + I = 230 + 40
= Rp.270 trilyun
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa Y > AE yang berarti terjadi
deflationary gap sebesar Rp.10 trilyun, yaitu DG = Y — AE, di mina DG = 280
— 270 = Rp.10 trilyun. Pada gambar di atas tampak bahwa deflationary gap
terjadi pada saat garis kapasitas produksi nasional (Y) berada di atas garis
AE.

C. Rangkuman
1. Ketidakseimbangan pendapatan nasional merupakan suatu kondisi di mana:
a) sebagian kapasitas produksi nasional menganggur (under employment);
b) kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, tetapi
permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa totalnya masih terus
bertambah (over employment) sementara produksinya tidak dapat ditambah
lagi.
2. Ketidakseimbangan pendapatan nasional dapat menimbulkan celah deflasi
(bila tabungan > investasi) dan celah inflasi (bila investasi > tabungan).

D. Glossary
Deflationary gap (celah deflasi). Penurunan pengeluaran total pada tingkat
pendapatan nasional potensial. Karena pengurangan beberapa
pengeluaran, maka beberapa sumber-sumber ekonomi yang tidak produktif
akan mengakibatkan pendapatan nasional aktual berada di bawah
pendapatn nasional potensial.

Muhammad Ilham = 82 = Teori Ekonomi Makro


Rill employment saving (tabungan pada tingkat kesempatan kerja penuh). Jumlah
tabungan yang sudah berada pada tingkat kesempatan kerja penuh, di
mana jumlah tabungan tersebut tidak dapat ditambah lagi besarnya.

Inflatibnaty gap (celah inflasi). Kelebihan pengeluaran total pada tingkat


kesempatan kerja penuh dari pendapatan nasional potensial. Karena tidak
mungkin lagi meningkatkan output lebih lanjut, kénaikan permintaan akan
mengakibatkan kenaikan harga, dengan kata lain output riel tetap, tetapi
uang atau nilai nominal dari output akan mengalami inflasi.

Over employment (kesempatan kerja di atas full employment). Kapasitas produksi


nasional sudah dalam penggunaan penuh, akan tetapi permintaan
terhadap barang-barang dan jasa-jasa totalnya masih terus bertambah
sementara produksi barang-barang dan jasa tidak dapat ditambah lagi.
Kondisi ini bertendensi menimbulkan inflasi.

Under employment (kesempatan kerja di bawah full employmen). Suatu kondisi di


mana ada sebagian dari kapasitas produksi nasional yang menganggur
dan bertendensi menimbulkan deflasi.

E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional berada dalam
kondisi ketidakseimbangan.
2. Jelaskanlah dalam kondisi yang bagaimana terjadinya inflationary gap dan
deplationary gap.
3. Jika diketahui:
a. Fungsi konsumsi C = 0,8Y + 80
b. Investasi yang terjadi sebesar Rp.50 trilyun Berdasarkan data di
atas:
a. Hitunglah besarnya inflationary gap atau deflationary gap yang terjadi jika
kapasitas produksi nasional Rp. 500 trilyun dan Rp.750 trilyun.
b. Gambarkan grafiknya dan analisislah hubungan antar variabel yang
diperhitungkan.
c. Untuk menghilangkan deflationary gap atau inflationary gap (berdasarkan
hasil perhitungan anda), apakah pengeluaran investasi perlu ditambah
atau dikurangi dan dalam jumlah berapa?

Muhammad Ilham = 83 = Teori Ekonomi Makro


Muhammad Ilham = 84 = Teori Ekonomi Makro
BAB VII
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DENGAN
ADANYA KEBIJAKSANAAN FISKAL
(Perekonomian Tiga Sektor)

Gambar 7.1: Siklus Kegiatan Ekonomi 3 Sektor

A. Pengertian dan Fungsi Kebijaksanaan Fiskal


Analisis makro ekonomi yang telah dikembangkan oleh J.M. Keynes
menekankan sangat pentingnya peranan pemerintah dalam mengatur kegiatan
perekonomian dalam upaya mencapai kesempatan kerja penuh. Menurut Keynes,
jika perekonomian diserahkan sepenuhnya kepada pasar tanpa ada campur
tangan pemerintah, maka kesempatan kerja penuh dan kestabilan ekonomi akan

Muhammad Ilham = 85 = Teori Ekonomi Makro


sulit terwujud. Akan terjadi fluktuasi ekonomi yang tajam dari satu periode ke
periode berikutnya. Hal ini dapat menimbulkan implikasi yang serius terhadap
kesempatan kerja dan pengangguran serta tingkat harga. Untuk memecahkan
berbagai masalah yang muncul dalam perekonomian Keynes menekankan
perlunya campur tangan pemerintah. Kebijaksanaan fiskal adalah salah satu alat
yahg penting untuk memecahkan permasalahan perekonomian.
Dewasa ini tidak ada satu negarapun yang perekonomiannya tanpa campur
tangan pemerintah. Sejauh mana campur tangan pemerintah dalam
perekonomian tergantung pada sistem perekonomian yâng dianut oleh masing-
masirig negara. Keikutsertaan pemerintah dalam perekonomian bertujuan:
(1) untuk mengatasi masalah deflasi dan inflasi;
(2) mengatasi masalah ketimpangan dalam distribusi pendapatan;
(3) menghindari timbulnya masalah monopoli pihak swasta;
(4) terciptanya pertumbuhan ekonomi yang mantap dari tahun ke tahun.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dilakukan melalui
kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam
mempengaruhi perekonomian melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Dalam hal ini pemerintah mengatur perimbangan antara penerimaan dan
belanja negara sedemikian rupa, sehingga dapat menyebabkan kondisi ekonomi
yang lebih balk.
Secara umum dapat dikemukakan tiga fungsi pokok kebijaksanaan fiskal,
yaitu:
(1) Fungsi alokasi.
Fungsi ini mengarah pada pengalokasian faktor-faktor produksi pada
sektorsektor tertentu, sehingga kebutuhan masyarakat yang bersifat kolektif
(public goods) dapat terpenuhi.
(2) Fungsi distribusi.
Fungsi ini mengarah pada pembagian pendapatan kepada masyarakat secara
menyeluruh. Melalui kebijaksanaan anggaran, pemerintah dapat
mempengaruhi pelaksanaan distribusi pendapatan kepada masyarakat secara
adil.
(3) Fungsi stabilisasi.

Muhammad Ilham = 86 = Teori Ekonomi Makro


Melalui kebijaksanaan fiskal diharapkan dapat tercapai dan terpelihara tingkat
keternpatan kerja yang tinggi, tingkat yang stabil dan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.

B. Bentuk-bentuk Kebijaksanaan Fiskal


Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa
kebijaksanaan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang bertujuan untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian melalui anggaran belanja negara.
Kebijaksanaan fiskal yang bertujuan untuk menstabilkan kegiatan ekonomi
dilakukan melalui: (1) perubahan pengeluaran pemerintah dan (2) perubahan
dalam pemungutan pajak.
Perubahan-perubahan tersebut di atas dapat dilakukan melalui anggaran
belanja negara. Anggaran belanja negara terdiri atas penerimaan dan
pengeluaran. Dalam pembahasan ini transaksi-taransaksi pemerintah dapat
digolongkan sebagai berikut: (1) Penerimaan, yang dalam pembahasan ini kita
asumsikan hanya dari hasil penerimaan pajak; (2) Pengeluaran, yang dapat
dibedakan menjadi : (a) pengeluaran konsumsi pemerintah yang biasa disebut
goverment expenditure atau goverment purchase; (b) Pengeluaran pemerintah
berupa goverment transfer.
(1) Pajak
Pajak (tax) dimaksudkan sebagai uang atau daya beli yang diserahkan
oleh masyarakat kepada pemerintah, di mana terhadap penyerahan uang atau
daya beli tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa secara langsung.
Hasil dari pemungutan pajak tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dengan adanya pembangunan fasilitas umum atau barangbarang publik,
seperti jalan raya, taman kota, dan sebagainya.
(2) Pengeluaran konsumsi pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah meliputi semua pengeluaran
pemerintah, di mana pemerintah secara langsung menerima balas jasanya.
Misalnya pengeluaran pemerintah untuk membayar gaji Pegawai Negeri
Sipil/TNI. Atas pengeluaran ini pemerintah memperoleh balas jasa berupa prestasi
kerja dari para Pegawai Negeri Sipil/TNI.

Muhammad Ilham = 87 = Teori Ekonomi Makro


Pengeluaran lainnya adalah transfer pemerintah. Pengeluaran
pemerintah tanpa balas jasa langsung disebut goverment transfer atau
transfer pemerintah (Tr). Beberapa contoh transfer pemerintah antara lain :
sumbangan pemerintah yang diberikan kepada warga negara korban
bencana alam; sumbangan pengangguran; uang pensiun yang diterima oleh
para Pegawai Negeri Sipil/TNI yang telah pensiun; subsidi kepada
perusahaanperusahaan; beasiswa kepada para pelajar/mahasiswa, dan
sebagainya.

C. Peranan Kebijksanaan Fiskal dalam Perekonomian.


Kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya volume transaksi yang
diadakan oleh pemerintah dari tahun ke tahun bertendensi meningkat Iebih cepat
dari pada meningkatnya pendapatan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
peranan kebijaksanaan fiskal dalam turut menentukan tingkat pendapatan
nasional menjadi Iebih besar. Diharapkan bahwa dengan kebijaksanaan fiskal,
pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari
keadaankeadaan yang tidak diinginkan seperti masalah pengangguran, tingkat
inflasi yang tinggi, neraca pembayaran yang terus menerus defisit, dan
sebagainya.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, di mana tingkat investasi
yang timbul atas inisiatif dari masyrakat sendiri masih relatif rendah, sementara di
sisi lain guna meningkatkan tarap hidup suatu masyarakat, kapasitas produksi
nasional perlu ditingkatkan. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional
dibutuhkan adanya pembentukan modal (capital formation) yang cukup berarti.
Dengan demikian masyarakat perlu mengadakan investasi yang besar untuk
mewujudkan capital formation yang dibutuhkan. Akan tetapi kemampuan
masyarakat untuk berinvestasi masih sangat terbatas, yang disebabkan oleh
rendahnya pendapatan. Akibat dari rendahnya pendapatan masyarakat, maka
jumlah tabungan juga rendah, sehingga tingkat investasi yang dapat diwujudkan
sangat terbatas. Oleh karena campur tangan pemerintah melalui kebijaksanaan
fiskal sangat diperlukan dalam mendorong tingkat investasi.

Muhammad Ilham = 88 = Teori Ekonomi Makro


D. Analisis Pendapatan Nasional dengan Pajak Sebagai Variabel Eksogen 1.
Model Pendapatan Nasional dengan adanya Kebijaksanaan Fiskal
Dalam menganalisis pendapatan nasional dengan pajak sebagai variabel
eksogen diasumsikan bahwa pajak bukan fungsi dari pendapatan nasional, atau
besarnya pajak tidak ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional. Dalam bagian
ini akan diuraikan keseimbangan pendapatan nasional tercapai dengan adanya
sektor pemerintah dalam kegiatan perekonomian melalui kebijaksanaan fiskal.
Dengan demikian dalam kegiatan perekonomian, pengeluaran agregat terdiri atas:
pengeluaran konsumsi, investasi dan belanja pemerintah yang dapat dirumuskan
dengan:
Y=C+I+G
Dalam perekonomian, di mana terdapat campur tangan pemerintah, ada
delapan variabel agregatif yang dianalisis hubungannya yaitu Y, C, S, I, G, Tr, Tx
dan Yd. Hubungan antar variabel ekonomi tersebut dapat dilihat pada persamaan
berikut:
Persamaan I : Y = C + S + Tx
Persamaan II : Y = C + I + G + Tr
Persamaan I ditinjau dari segi penggunaan, artinya pendapatan yang
diterima masyarakat dipergunakan untuk konsumsi, tabungan dan membayar
pajak. Persamaan II ditinjau dari segi sumbernya, artinya bahwa pendapatan
bersumber dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan pembayaran transfer
oleh pemerintah.
Pengeluaran masyarakat dalam perekonomian tiga sektor ini tidak lagi
secara Iangsung ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional sebagai
earning (earned income) yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh para
anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-
faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam pembentukan produk nasional,
akan tetapi ditentukan oleh pendapatan yang siap untuk dibelanjakan (disposable
income). Besarnya disposable income (Yd) sama dengan besarnya pendapatan
sebagai earning (Y) ditambah dengan transfer (Tr) kemudian dikurangi dengan
pajak (Tx) yang dapat dirumuskan dengan :
Yd = Y + Tr – Tx

Muhammad Ilham = 89 = Teori Ekonomi Makro


Pembahasan kebijaksanaan fiskal dalam analisis ini
merupakan kebijaksanaan fiskal dalam sistem pajak sederhana, di mana
pajak diasumsikan sebagai variabel eksogen yaitu pajak yang besarnya tidak
ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasional.

2.. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan


Berdasarkan persamaan Yd = Y + Tr – Tx, maka persamaan fungsi
konsumsi adalah:
C = a + cYd, sehingga:
C = a + c(Y + Tr – Tx)
C = a + cY + cTr – cTx
Selanjutnya fungsi tabungan dapat ditemukan dengan cara berikut:
S = Yd – C
S = Yd – (a + cYd)
S = Yd – a – cYd
S – (1 – c)Yd – a
Contoh 7.1: Jika diketahui :
Fungsi konsumsi: C = 40 + 0,8Yd
Besarnya transfer pemerintah (Tr) = 40
Besarnya pajak yang dipungut pemerintah (Tx) = 60
Berdasarkan data di atas tentukanlah: a) Fungsi konsumsi sebelum dan setelah
adanya transfer dan pajak; b) Fungsi tabungan sebelum dan setelah adanya
transfer dan pajak; dan c) Gambarkan grafiknya.
Jawab:
Diketahui bahwa : Yd = Y + Tr – Tx
Fungsi konsumsi : C = 40 + 0,8Yd,
sehingga : Fungsi tabungan : S = -40 +
0,2Yd a. Fungsi konsumsi
1) Sebelum adanya transfer (Tr) dan Pajak (Tr)
Co = 40 + 0,8(Y + 0 – 0)
C0 = 40 + 0,8Y
2) Fungsi konsumsi setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 0

Muhammad Ilham = 90 = Teori Ekonomi Makro


C1 = 40 + 0,8(Y + 40 — 0) C1
= 40 + 0,8Y + 0,8(Y) – 0,8(0)
C1 = 40 + 0,8Y + 32
C1 = 72 + 0,8Y
3) Fungsi konsumsi jika Tr = 0 dan Tx = 60.
C2 = 40 + 0,8(Y + 0 – 60)
C2 = 40 + 0,8Y + 0,8(0) – 0,8(60)
C2 = 40 + 0,8Y + 0 – 48
C2 = -8+ 0,8Y
4) Fungsi konsumsi setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 60
C3 = 40 + 0,8(Y + 40 – 60)
C3 = 40 + 0,8Y + 0,8(40) – 0,8(60)
C3 = 40 + 0,8Y + 32 – 48
C3 = 24 + 0,8Y
b. Fungsi tabungan
1) Sebelum adanya Tr dan Tx
So = —40 + 0,2(Y + 0 — 0)
So = —40 + 0,2Y
2) setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 0
S1 = —40 + 0,2(Y + 40 — 0)
S1 = —40 + 0,2Y + 8 — 0
S1 = —32 + 0,2Y
3) Jika Tr = 0 dan Tx = 60 S2 = —40 + 0,2(Y + 0 — 60)
S2 = —40 + 0,2Y + — 12
S2 = —52 + 0,2Y
4) setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 60
S3 = —40 + 0,2(Y + 40 — 60)
S3= —40 + 0,2Y + 8 — 12
S3 = —44 + 0,2Y

Muhammad Ilham = 91 = Teori Ekonomi Makro


b. Gambar grafik
C, S
Y=AE

C1

C0

C3

C2

72

S1
40
S0
24
S3
S2

0
120 200 360 Y
-8
-32

-40
-44
-52

E. Keseimbangan Pendapatan Nasional Dalam Model Pajak Sederhana


Dalam perekonomian tertutup dua sektor tanpa adanya kebijakan fiskal,
keseimbangan pendapatan nasional tercapai dengan syarat bahwa besarnya
investasi sama dengan tabungan (I = S). Dengan adanya campur tangan
pemerintah dalam perekonomian melalui kebijakan fiskal, maka besarnya
investasi tidak sama dengan tabungan (I # S). Kalau demikian halnya, apakah

Muhammad Ilham = 92 = Teori Ekonomi Makro


syarat keseimbangan dalam perekonomian dengan kebijakan fiskal? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, dapat ditentukan melalui proses berikut:
Diketahui bahwa:
(a) Y = C + I + G
(b) Yd = Y + Tr – Tx , dengan demikian:
Y=Yd – Tr+Tx
Yd adalah disposable income yang merupakan pendapatan yang siap dikonsumsi
dan sisanya ditabung, maka:
(c) Yd = C + S
Dengan menggabungkan persamaan (a) dan (b), maka diperoleh:
(d) C+I+G=Y=Yd – Tr+Tx
Kemudian jika persamaan (c) disubstitusi ke persamaan (d), maka diperoleh:
(e) C+I+G=C+S – Tr+Tx
Berdasarkan persamaan (e), maka diperoleh syarat keseimbangan
pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup tiga sektor dengan adanya
kebijakan fiskal pemerintah:
I + G + Tr = S + Tx
Adapun cara untuk menentukan keseimbangan pendapatan nasional, dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Cara I:
Y=C+I+G
C = a + cYd
Yd = Y + Tr - Tx, maka:
Y = a + cYd + I + G
Y = a + c(Y + Tr - Tx) + I + G
Y = a + cY + cTr - cTx + I + G
Y - cY = a + cTr - cTx + I + G
(1 - c)Y = a + cTr - cTx + I + G
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1−𝑐
Cara II dengan menggunakan persyaratan keseimbangan:

Muhammad Ilham = 93 = Teori Ekonomi Makro


S + Tx = I + G + Tr
Yd - C + Tx = I + G + Tr
Yd - (a + cYd) + Tx = I + G + Tr
Y + Tr + Tx - (a + cY + cTr - cTx) + Tx = I + G + Tr
Y + Tr - Tx - a - cY - cTr + cTx + Tx = I + G + Tr Y -
cY = a + cTr - cTx + I + G
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1−𝑐
Contoh 7.2 : Jika diketahui:
− Fungsi konsumsi : C = 40 + 0,8Yd
− Besarnya transfer pemerintah (Tr) = 80
− Besarnya pajak yang dipungut oleh pemerintah (Tx) = 40
− Besarnya investasi (I) = 60
− Besarnya belanja pemerintah atau goverment expenditure (G) = 50
Berdasarkan data di atas tentukanlah:
a. Keseimbangan pendapatan nasional
b. Besarnya konsumsi dalam keseimbangan
c. Besarnya tabungan dalam keseimbangan Jawab : Jawab:
a. Keseimbangan pendapatan nasional
Diketahui: Formulasi keseimbangan pendapatan nasional adalah
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1−𝑐

𝑌=

𝑌=

𝑌= = 910
b. Besarnya konsumsi dalam keseimbangan
C = 72 + 0,8(910)
C = 800
c. Besarnya tabungan dalam keseimbangan

Muhammad Ilham = 94 = Teori Ekonomi Makro


S = —32 + 0,2(910)
S = 150
Berdasarkan penyelesaian di atas dapat dibuktikan bahwa:
I + G + Tr = S + Tx
60 + 50 + 80 = 150 + 40
190 = 190

D. Randkuman
1. Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dilakukan mehlui
kebijaksanaan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah dalam meMpengarUhi
perekonomian melalui Anggaran Pendapatan dan Beláhja Negara (APBN).
Secara umum dapat dikemukakan tiga fungsi pokbk kebijaksanaan fiskal,
yaitu : a) fungsi alokasi; b) fungsi distilbusi; c) stabilisasi.
2. Bentuk-bentuk Kebijaksanaan Fiskal melalui APBN tergambar melalui
transaksi-taransaksi pemerintah yaitu : a) penerimaan berupa pajak; b)
pengeluaran, yang dapat dibedakan menjadi : (i) pengeluaran konsumsi
pemerintah yang biasa disebut goverment expenditure atau goverment
purchase; (ii) pengeluaran pemerintah berupa goverment transfer.
3. Peranan kebijaksanaan fiskal dalam menentukan tingkat pendapatan
nasional menjadi lebih besar, diharapkan pemerintah dapat mengusahakan
terhindarnya perekonomian dari keadaankeadaan yang tidak diinginkan
seperti masalah pengangguran, tingkat inflasi yang tinggi, neraca
pembayaran yang terus menerus defisit, dan sebagainya.
4. Dalam perekonomian, di mana terdapat campur tangan pemerintah, ada
delapan variabel agregatif yang dianalisis hubungannya yaitu Y, C, S, I, G,
Tr, Tx dan Yd. Hubungan antar variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari
segi : a) penggunaannya Y = C + S + Tx, artinya pendapatan yang diterima
masyarakat dipergunakan untuk konsumsi, tabungan dan membayar pajak;
b) sumbernya Y = C + I + G + Tr, artinya bahwa pendapatan bersumber dari
konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan pembayaran transfer
pemerintah.

Muhammad Ilham = 95 = Teori Ekonomi Makro


5. Pengeluaran dan tabungan masyarakat dalam perekonomian tiga sektor
tidak secara langsung ditentukan pendapatan nasional sebagai earning
(earned income), akan tetapi ditentukan oleh pendapatan yang siap untuk
dibelanjakan (disposable income). Besarnya disposable income (Yd) sama
dengan besarnya pendapatan sebagai earning (Y) ditambah dengan
transfer (Tr) kemudian dikurangi dengan pajak (Tx) yang dapat dirumuskan
dengan : Yd = Y + Tr — Tx

E. Glossary
Capital formation (pembentukan modal). 1. Proses penambahan persediaan
modal (capital stock) secara fisik bersih dalam suatu perekonomian
dalam upaya meningkat total output. 2 Proses peningkatan
ketersediaan modal secara internal dari perusahaan tertentu dengan
menahan keuntungan yang kemudian ditambahkan pada cadangan
modal.

Goverment Expenditure/ Goverment Purchase (pengeluaran/belanja


pemerintah). Pengeluaran dan investasi dari pemerintah pusat dan
daerah untuk menyediakan barang-barang social dan jasa-jasa
(kesehatan, pendidikan, dan lain-lain), memasarkan barang dan jasa
(batu tiara, jasa pos, dan lain-lain).

Goverment transfer (transfer pemerintah). Setiap pengeluaran yang dilakukan


oleh pemerintah untuk mana tidak memperoleh barangbararig atau
jasajasa sebagai gantinya. Pembayaran tertebut merupakan "transfer"
pendapatan dari satu kelompok individu (pembayar pajak) kepada
kelompok individu yang lain dalam bentuk tunjangan kesejahteraan,
seperti tunjangan pengangguran, jaminan sosial, tunjangan hari tua
(pensiun), dan lain-lain.

Earned income (penerimaan pendapatan). Hasil yang di dapat atas


pembayaran faktor-faktor produksi, seperti gaji/upah tenaga kerja,
keuntungan usaha, sewa tanah/alam serta kekayaan lainnya yang
disewakan, pembayaran bunga modal.

F. Soal-soal Latihan
1. Jelaskanlah: a. pengertian kebijaksanaan fiskal
b. fungsi kebijaksanaan fiskal.
2. Sebut dan jelaskan bentuk-bentuk kebijaksanaan fiskal.

Muhammad Ilham = 96 = Teori Ekonomi Makro


3. Jelaskanlah peranan kebijaksanaan fiskal dalam perekonomian.
4. Jelaskan pengertian kebijaksanaan fiskal dan variabel-variabe!nya dalam
sistem pajak sederhana.
5. Turunkankanlah dan analisislah rumus fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
dan perubahannya dalam sistem pajak sederhana dengan contoh angka
yang Anda tentukan sendiri.
6. Turunkanlah dan analisislah formula untuk menentukan keseimbangan
pendapatan nasional dalam &stem pajak sederhana dengan contoh angka
yang Anda tentukan sendiri.

Muhammad Ilham = 97 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 1: POSTUR OUTLOOK 2017 dan APBN 2018
(miliar rupiah)
2017 2018

Uraian Outlook APBN


A. PENDAPATAN NEGARA 1.7 36.060,2 1.894.7 20,3
I. PENDAPAT AN DALAM NEGERI 1.732.952,0 1.893.523,5
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.472.709,9 1.618.095,5
a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.436.730,9 1.579.395,5
1 ) Pajak Penghasilan 7 83.97 0,3 855.133,5
- PPh Non Migas 7 42.200,0 816.999,4
- PPh Migas 41 .7 7 0,3 38.134,1
2) Pajak pertambahan nilai 47 5.483,5 541 .801,1
3) Pajak bumi dan bangunan 15.412,1 17 .369,1
4) Cukai 153.165,0 155.400,0
5) Pajak lainnya 8.7 00,0 9.691,8
b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 35.979,0 38.700,0
1) Bea masuk 33.27 9,0 35.7 00,0
2) Bea keluar 2.7 00,0 3.000,0
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 260.242,2 275.428,0
a. Pendapatan SDA 95.643,1 103.674,9
1) SDA Migas 7 2.207 ,9 80.349,0
2) Non Migas 23.435,3 23.325,8
b. Pend. dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan 41.000,0 44.695,4
c. PNBP Lainnya 85.057,6 83.753,1
d. Pendapatan BLU 38.541,4 43.304,6
II. PENERIMAAN HIBAH 3.108,1 1.196,9
B. BELANJA NEGARA 2.098.940,6 2.220.657,0
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.343.073,6 1.454.494,4
1. Belanja K/L 769.208,0 847 .435,2
2. Belanja Non K/L 573.865,6 607 .059,2
a.l. a. Pembayaran Bunga Utang 218.57 5,7 238.607 ,1
1) Utang Dalam Negeri 202.292,6 222.315,7
2) Utang Luar Negeri 16.283,1 16.291,4
b. Subsidi 168.87 6,8 156.228,1
1) Subsidi Energi 89.864,0 94.525,1
2) Subsidi Non Energi 7 9.012,8 61 .7 03,0
c. Belanja Hibah 5.532,2 1 .460,8
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 755.867,0 766.162,6

Muhammad Ilham = 98 = Teori Ekonomi Makro


1. T ransfer ke Daerah 697 .667,0 706.162,6
a. Dana Perimbangan 669.923,7 67 6.603,0
1) Dana Transfer Umum 493.959,5 490.7 14,9
a) Dana Bagi Hasil 95.37 7 ,2 89.225,3
b) Dana Alokasi Umum 398.582,3 401 .489,6
2017 2018

Uraian Outlook APBN


2) Dana Transfer Khusus 17 5.964,2 185.888,1
b. Dana Insentif Daerah 7 .500,0 8.500,0
c. Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I.Y 20.243,3 21 .059,6
2. Dana Desa 58.200,0 60.000,0
C. KESEIMBANGAN PRIMER (144.304,8) (87 .329,5)
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (362.880,5) (325.936,6)
% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB (2,67) (2,19)
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II + III + IV + V) 362.880,5 325.936,6
I. PEMBIAYAAN UTANG 426.988,4 399.219,4
a.1 - Surat Berharga Negara (neto) 432.959,0 414.520,7
II. PEMBIAYAAN INVESTASI (59.733,8) (65.654,3)
III PEMBERIAN PINJAMAN (3.668,7) (6.690,1)
IV KEWAJIBAN PENJAMINAN (1.005,4) (1.121,3)
V. PEMBIAYAAN LAINNYA 300,0 183,0
Sumber : Kementerian Keuangan (Buku II Nota Keuangan Beserta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018)

Muhammad Ilham = 99 = Teori Ekonomi Makro


BAB VIII
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DALAM MODEL PAJAK
SEBAGAI FUNGSI DARI PENDAPATAN NASIONAL

A. Kebijaksanaan Fiskal dalam Model Pajak Sebagai Fungsi dari Penapatan


Nasional
Dalam pembahasan analisis kebijaksanaan yang lalu, kita asumsikan bahwa
pajak merupakan variabel eksogen. Namun dalam kenyataannya, pajak yang
dipungut pemerintah tidak tetap seperti yang telah kita bahas, melainkan bersifat
built-in fleksible. Pajak built-in fleksible merupakan pajak yang besar kecilnya
ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasional, sehingga berubah-ubah
tergantung dari besar kecilnya pendapatan nasional. Persamaan pajak dalam
model ini adalah:
Tx = To + tY

Keterangan :
Tx : besarnya pajak
To : besarnya pajak pada saat pendapatan nasional sama dengan nol,
biasanya
To < 0 tY : marginal rate of taxation yang merupakan nilai perbandingan
antara perubahan jumlah pajak dengan perubahan pendapatan nasional, di
mana 0 < t < 1
Y : besarnya pendapatan nasional.

Nilai To yang negatif menunjukkan adanya subsidi dari pemerintah pada saat
pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan apabila To = 0 menunjukkan bahwa
pada saat pendapatn nasional sebesar nol, maka besarnya pajak = 0. Nilai To
kecil kemungkinannya bernilai positif, karena apabila To positif berarti penduduk
yang tidak memiliki pendapatan akan tetap dikenakan pajak pendapatan. Nilai “t”

Muhammad Ilham = 100 = Teori Ekonomi


Makro
yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan nasional, semakin
tinggi pula pajak yang dipungut oleh pemerintah.

Gambar 8.1 : Fungsi Pajak Pendapatan


Pajak/tahun

∆Tx
ATx t = ∆Tx
AT>
AY ∆Y

Berdasarkan gambar di atas tampak pada pendapatan sebesar nol besarnya


pajak juga sebesar To (pajak negatif) yang menunjukkan besarnya subsidi
pemerintah. Pada saat pendapatan Y1, besarnya pajak sebesar nol, yang berarti
Y1 adalah batas pendapatan tidak kena pajak. Ketika pendapatan meningkat
menjadi Y2 besarnya pajak sebesar a, yang berarti semakin tinggi pendapatan,
semakin tinggi pula pajak yang dipungut oleh pemerintah.

B. Fungsi Konsumsi dalam Model Pajak Sebagai Fungsi dari Pendapatan


Nasional.

Pada bagian ini akan dibahas fungsi konsumsi di mana besarnya pajak
ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional (system pajak built-in fleksible), atau
pajak merupakan variabel endogen Dengan demikian bentuk fungsi konsumsi
dalam model ini akan berubah Adapun prosedur untuk memperoleh fungsi
konsumsi adalah:
C = a + cYd

Muhammad Ilham = 101 = Teori Ekonomi


Makro
Yd = Y + Tr — Tx
Tx = To + tY
Sehingga:
C = a + c{Y + Tr — (To + tY)}
C = a + c(Y + Tr — To — tY)
C = a + cY + cTr – cTo – ctY
C. Fungsi Tabungan dalam Sistem Pajak Built-in Fleksible.
Oleh karena fungsi konsumsi mengalami perubahan, maka fungsi tabungan
juga mengalami perubahan. Prosedur untuk memperoleh fungsi tabungan adalah :
S = Yd – C
Yd = Y + Tr - Tx C = a + cY
+ cTr – cTo – ctY
Sehingga :
S = Y + Tr – (To + tY) – (a + cY + cTr – cTo – ctY)
S = Y + Tr – To – tY – a – cY – cTr + cTo + ctY
S = (Y – tY – cY + ctY) + (Tr – cTr) – (To + cTo) – a
S = (1 – t – c + ct)Y + (1 - c)Tr – (1 – c)To – a
S =(1 – t – c + ct)Y + (1 - c)(Tr - To) – a
Contoh 8.1 :
Diketahui: - Fungsi konsumsi C = 0,75Yd + 20

− Fungsi pajak Tx = 0,2Y – 20


− Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun Berdasarkan
data di atas carilah:
a. persamaan garis fungsi konsumsi sebagai "earnings" b
persamaan garis fungsi tabungan
c. Gambarkan grafik fungsi konsumsi, fungsi tabungan, fungsi pajak dan garis
transfer pemerintah.
Jawab:
a. Fungsi konsumsi
C = a + cY + cTr – cTo - ctY
C = 20 + 0,75Y + 0,75(40) - 0,75(- 20) - 0,75(0,2)Y

Muhammad Ilham = 102 = Teori Ekonomi


Makro
C = 20 + 0,75Y + 30 + 15 - 0,15Y
C= 0,6Y+ 65
b. Fungsi tabungan
S = (1 — t — c + ct)Y + (1 — c)(Tr — To) — a
S = (1 — t — c + ct)Y + (1 — c)(Tr – To) – a
S = {1 — 0,2 — 0,75 + 0,75(0,2)}Y + (1 — 0,75){40 – (– 20 )} – 20
S = (0,05 + 0,15)Y + 0,25(60) — 20
S= 0,2Y+ 15-20 S=
0,2Y — 5

Muhammad Ilham = 103 = Teori Ekonomi


Makro
C, S, Tr, Tx

Y = AE

C1

C0

65
Tr = 40 S1
40
S0
20 Tx

-5 80 100 162,5 Y
-20

D. Analisis Keseimbangan Pendapatan Nasional

Sebagaimana telah diuraikan bahwa sifat built-in fleksible dari pajak


mengakibatkan berubahnya perumusan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
yang menggunakan "earned income" sebagai dasarnya. Demikian pula halnya
dengan perumusan untuk menentukan keseimbangan pendapatan

Muhammad Ilham = 104 = Teori Ekonomi


Makro
nasional dalam sistem built-in fleksible mengalami perubahan sebagaimana
berikut ini.
Y=C+I+G
C = a + cYd
Yd = Y + Tr - Tx
Tx = To + tY
Sehingga:
Y = a + c{Y + Tr - (To + tY)} + I +G
Y = a + cY + cTr - cTo - ctY + I + G
Y - cY ctY = a + cTr - cTo + I +G (1 -
c + ct)Y = a + cTr - cTo + I + G
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
Contoh 8.2 :
Diketahui : -. Fungsi konsumsi C = 0,75Yd + 20

− Fungsi pajak Tx = 0,2Y – 20


− Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
− nvestasi I = Rp.40 Trilyun
− Pengeluaran pemerintah G = Rp.60 Trilyun
Berdasarkan data di atas carilah:
a. Besarnya pendapatan nasional dalam keseimbangan
b. Besarnya pajak
c. Besarnya konsumsi
d. Besarnya tabungan
Jawab
a. Pendapatan nasional dalam keseimbangan

𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

Muhammad Ilham = 105 = Teori Ekonomi


Makro
𝑌=

𝑌=

𝑌= = 412,5
b. Besarnya pajak
Tx = 0,2Y - 20
Tx = 0,2(412,5) - 20 Tx = 62,5
c. Besarnya konsumsi
C = 0,75Yd + 20
Yd = Y + Tr - Tx
Yd = 412,5 + 40 - 62,5
Yd = 390
Sehingga :
C = 0,75(390) + 20
C = 292,5 + 20 = 312,5
d. Besarnya tabungan S = 0,25Yd — 20
S = 0,25(390) — 20 S = 97,5 — 20
S = 77,5

E. Perubahan Keseimbangan Pendapatan Nasional Melalui Proses Multiplier


Sebagaimana telah diuraikan bahwa angka pengganda merupakan angka
perbandingan antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan variabel
penyebab dari pada perubahan pendapatan nasional tersebut, maka dengan
berubahnya perumusan keseimbangan pendapatan nasional,
perumusanperumusan angka-angka pengganda yang telah diuraikan sebelumnya
perlu ditinjau kembali. Angka-angka pengganda berikut ini adalah angka-angka
pengganda dalam sistem perekonomian tertutup yang mempergunakan
kebijaksanaan fiskal dengan sistem perpajakan bulit-in fleksible.

Muhammad Ilham = 106 = Teori Ekonomi


Makro
1. Angka Pengganda Investasi
Apabila investasi berubah dari sebesar I per tahun menjadi sebesar (I + ∆l)
per tahun, dan perubahan ini mengakibatkan berubahnya keseimbangan
pendapatan nasional dari sebesar Y per tahun menjadi (Y + ∆Y) per tahun, maka
bila ditulis secara aljabar akan terlihat sebagai berikut :

Keseimbangan pendapatan nasional sebelum adanya perubahan investasi


adalah:
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
Setelah adanya perubahan investasi dan pendapatan nasional mencapai
keseimbangan, maka
𝑎 + (𝐼 + ∆𝐼) + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 ∆𝐼
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝐼
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝐼
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 maka angka
pengganda investasi :
∆𝑌 1
=
∆𝐼 = 𝐾𝐼 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

2. Angka Pengganda Konsumsi


Perubahan pengeluaran konsumsi otonom dari semula sebesar a
dengan perubahan sebesar ∆a sehingga menjadi (a + ∆a), mengakibatkan
keseimbangan pendapatan nasional berubah dari sebesar Y menjadi (Y + ∆Y),
sehingga :

Muhammad Ilham = 107 = Teori Ekonomi


Makro
(𝑎 + ∆𝑎) + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 ∆𝑎
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝑎
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝑎
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 maka angka
pengganda konsumsi :
∆𝑌 1
=
∆𝑎 = 𝐾𝐶 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
3. Angka Pengganda Transfer Pemerintah
Perubahan jumlah transfer pemerintah dari semula sebesar Tr dengan
perubahan sebesar ∆Tr sehingga menjadi (Tr + ∆Tr). mengakibatkan
keseimbangan pendapatan nasional berubah dari sebesar Y menjadi (Y + ∆Y),
sehingga :
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐(𝑇𝑟 + ∆𝑇𝑟) − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 + 𝑐∆𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 𝑐∆𝑇𝑟
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑐∆𝑇𝑟
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑐∆𝑇𝑟
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 maka angka pengganda
transfer pemerintah :
∆𝑌 𝑐

Muhammad Ilham = 108 = Teori Ekonomi


Makro
=
∆ 𝑇𝑟 = 𝐾𝑇𝑟 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

4. Angka Pengganda Pajak


Pengertian angka pengganda pajak di sini bukanlah angka perbandingan
antara perubahan keseimbangan pendapatan nasional dengan besarnya
perubahan pajak yang dipungut oleh pemerintah, sebab dalam sistem pajak
built-in fleksible, pajak merupakan variabel endogen yang merupakan fungsi
dari pendapatan nasional. Dalam sistem perpajakan seperti ini pemerintah
tidak dapat dengan sengaja secara Iangsung merubah besarnya pajak, kecuali
dengan merubah persamaan fungsi pajak itu sendiri.
Dalam persamaan fungsi pajak yang berbentuk Tx = To + tY, tindakan
pemerintah untuk merubah besarnya pungutan pajak dapat dilakukan dengan
merubah nilai To. Dengan demikian angka pengganda pajak (tax multiplier)
menunjukkan hubungan tetap antara perubahan pendapatan nasional dengan
perubahan besarnya pajak pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol (To).

Apabila besarnya pajak To berubah sebesar ∆To mengakibatkan


keseimbangan pendapatan nasional berubah sebesar ∆Y menjadi (Y + ∆Y),
sehingga :
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐(𝑇𝑜 + ∆𝑇𝑜)
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 − 𝑐∆𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 −𝑐∆𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
−𝑐∆𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
−𝑐∆𝑇𝑜
∆𝑌 =

Muhammad Ilham = 109 = Teori Ekonomi


Makro
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 maka angka
pengganda pajak :
∆𝑌 −𝑐
∆ 𝑇0 = 𝐾𝑇𝑥 = 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

Contoh 8.3 :
Diketahui :
(a) Fungsi konsumsi C = 0,75Yd + 20
(b) Fungsi pajak Tx = 0,2Y — 20
(c) Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
(d) Belanja pemerintah G = Rp.60 Trilyun
(e) Investasi I = Rp.40 Trilyun
(f) Jika diketahui pula pendapatan nasional dalam keseimbangan yang terjadi
sekarang sebesar Rp.412,5 trilyun (lihat contoh 8.2) dan pemerintah
menginginkan keseimbangan pendapatan nasional hanya sebesar Rp.352,5
trilyun. Jika yang dilakukan adalah (i) hanya merubah besarnya transfer
pemerintah (Tr), berapakah transfer pemerintah tersebut harus ditambah/
dikurangi; (ii) dengan hanya merubah besarnya pajak (To), berapakah
besarnya pajak tersebut harus ditambah/dikurangi atau (iii) dengan hanya
merubah besarnya belanja pemerintah (G), berapakah belanja pemerintah
tersebut harus ditambah/dikurangi.

Jawab :
Untuk mencapai keseimbangan pendapatan nasional sebesar Rp.352,5
Trilyun, berarti keseimbangan pendapatan nasional perlu dirubah dengan :
∆Y = Rp.352,5 Trilyun — Rp.412,5 Trilyun = Rp. —60 Trilyun
Perubahan pendapatan nasional (∆Y) atau penurunan sebesar Rp.-60 Trilyun
dapat dicapai dengan :
(i) merubah besarnya transfer pemerintah sebesar :
∆Y = KTr. ∆Tr
𝑐
∆𝑌 = ( )(∆𝑇𝑟)

Muhammad Ilham = 110 = Teori Ekonomi


Makro
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

−60 = ( )(∆𝑇𝑟)

−60 = ( )(∆𝑇𝑟)

−60 = 1,875 . ∆Tr

∆𝑇𝑟 = = 32 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
Dengan demikian besarnya transfer pemerintah harus dikurangi sebesar Rp.32
Trilyun.
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun melalui
pengurangan transfer sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan sebagai berikut:
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

𝑌=

𝑌=

𝑌=

𝑌= = 352,5
(ii) merubah besarnya pajak (To) :
−𝑐
∆𝑌 = . ∆𝑇𝑜
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

−60 = . ∆𝑇𝑜
−60 = - 1,875. ATo

∆𝑇𝑜 = = 32 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
Dengan demikian besarnya pajak harus ditambah sebesar Rp.32 Trilyun.

Muhammad Ilham = 111 = Teori Ekonomi


Makro
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun melalui
penambahan penerimaan pajak sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan sebagai
berikut :
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

𝑌=

𝑌=

𝑌=

𝑌=

𝑌= = 352,5
(iii) merubah besarnya belanja pemerintah (G) :
1
∆𝑌 = . ∆𝐺
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

∆𝑌 = . ∆𝐺

−60 = 2,5. ΔG

∆𝐺 = = 24 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
Dengan demikian besarnya belanja pemerintah harus dikurangi sebesar Rp.24
Trilyun.
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun melalui
pengurangan belanja pemerintah sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan sebagai
berikut :
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

𝑌=

Muhammad Ilham = 112 = Teori Ekonomi


Makro
𝑌=

𝑌= = 352,5

F. Pajak Built-in Fleksible Sebagai Penstabil Otomatis (Automatic Stabilizer)


Built-in fleksible tax merupakan "automotic stabilizer" yaitu alat penstabil
yang bekerja secara otomatis. Adapun penjelasan dari pernyataan tersebut adalah
: Dalam sistem pajak yang fleksible, yang besar kecilnya bergantung pada
pendapatan, jika pendapatan bertambah, maka kenaikan konsumsi agak
mengalami kelambatan karena sebagian dari pertambahan pendapatan itu
dipergunakan untuk membayar pajak yang fleksible itu. Terjadinya kelambatan
kenaikan konsumsi itu mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional dalam
periodeperiode berikutnya menjadi lambat, sehingga tingkat keseimbangan
pendapatan nasional akan tercapai pada tingkat yang Iebih rendah dari pada jika
pajaknya tidak flleksible.
Bagaimana jika tingkat pendapatan nasional mengalami penurunan? Jika
pendapatan nasional menurun, maka pajaknyapun menurun. Apabila kegiatan
ekonomi dalam kondisi yang kurang cerah, mengakibatkan pengeluaran
masyarakat untuk investasi berkurang. Gejala berkurangnya investasi dengan
sendirinya akan diikuti oleh penurunan pendapatan nasional. Akan tetapi
penurunan pendapatan nasional dalam sistem perpajakan built-in flkesible relatif
Iebih rendah di banding penurunan pendapatan nasional apabila dipergunakan
sistem perpajakan yang biasa. Sebab dalam sistem perpajakan built-in fleksible,
penurunan pendapatan akan diikuti oleh penurunan jumlah pajak yang dipungut
oleh pemerintah yang tidak berpengaruh besar terhadap penurunan konsumsi,
sedangkan dalam sistem perpajakan yang sederhana penurunan hasil pungutan
pajak tidak terjadi, sehingga konsumsi akan menurun Iebih tajam. Di samping
penurunan pendapatan nasional mengakibatkan menurunnya jumlah pajak yang
terpungut oleh pemerintah, penurunan tingkat pendapatan nasional mungkin juga
akan mengakibatkan bertambahnya jumlah transfer pemerintah, sebab dengan

Muhammad Ilham = 113 = Teori Ekonomi


Makro
bertambahnya jumlah penganggur, bertambah banyak pula jumlah bantuan
pemerintah untuk para penganggur tersebut.
Uraian di atas menjelaskan bahwa di satu sisi penerimaan mengalami
penurunan karena menurunnya jumlah pajak, di sisi lain pengeluaran pemerintah
akan bertambah dalam bentuk transfer, hal ini berarti penurunan "disposable
income" relatif Iebih rendah, sehingga penurunan konsumsi menjadi agak lunak.
Menurunnya pendapatan nasional pada periode berikutnya juga akan relatif Iebih
rendah, demikian seterusnya. Dengan demikian mudahlah kiranya dimengerti
bahwa tingkat pendapatan nasional dalam keseimbangan baru yang dapat
tercapai akan Iebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat keseimbangan yang
tercapai seandainya dipergunakan sistem perpajakan yang tidak bersifat built in
fleksible.
Meningkatnya dan menurunnya jumlah pungutan pajak atau jumlah transfer
pemerintah dalam sistem perpajakan built-in fleksible bekerja secara otomatis. Di
dalam sistem itu sendiri sudah terdapat di dalamnya alat mekanisme penyesuaian
besarnya pajak dan besarnya transfer pemerintah dengan besarnya pendapatan
nasional. Berdasarkan kenyataan ini, maka sistem perpajakan tersebut
merupakan sistem perpajakan atau sistem transfer pemerintah yang mempunyai
sifat "built-in fleksible".
Pajak fleksible dan transfer yang keduanya memiliki sifat built-in fleksible
adalah dapat dipahami melalui rumusan multiplier. Untuk pajak yang tidak fleksible
(sistem sederhana) penyebut dalam angka pengganda (multiplier) adalah (1 — c),
sedangkan dalam perekonomian dengan sistem pajak built-in fleksible
penyebutnya sebesar (1 — c + ct). Oleh karena nilai c selalu positif dan nilai t juga
pada umumnya positif, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa (1 — c) < (1
— c + ct).
Konsekuensi Iebih kecilnya angka penggganda dalam sistem "built-in
fleksible" adalah bahwa dengan perubahan investasi yang sama. peningkatan
pendapatan nasional dan peningkatan kesempatan kerja akan Iebih rendah bila
dibandingkan dalam perekonomian dengan perpajakan sederhana. Demikian pula
halnya dengan gejala penurunan sebagai akibat menurunnya investasi, juga akan

Muhammad Ilham = 114 = Teori Ekonomi


Makro
relatif Iebih rendah dalam perekonomian dengan sistem perpajakan "built-in
fleksible" dari pada dalam sistem perpajakan yang sederhana. Oleh karena itu,
maka sistem perpajakan yang mempunyai sifat "builtin fleksible dikatakan dapat
berfungsi sebagai "automatic stabilizer" suatu perekonomian.

G. Rangkuman
1. Pajak built-in fleksible merupakan pajak yang besar kecilnya ditentukan oleh
besar kecilnya pendapatan nasional, sehingga berubah-ubah tergantung dari
besar kecilnya pendapatan nasional. Dengan demikian besarnya konsumsi
ditentukan oleh pendapatan disposable yang telah memperhitungkan
pembayaran pajak.
2. Angka pengganda sebagai pelipatgandaan keseimbangan pendapatan
nasional dalam sistem pajak built-in fleksible terdiri atas angka pengganda
investasi, konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah. Berdasarkan
angka pengganda tersebut dapat diketahui berapa besarnya investasi,
konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan pendapatan nasional pada tingkat tertentu.
3. Sistem perpajakan built-instabilizer merupakan penstabil otomatis dalam
perekonomian, karena sistem built-infleksible memperlemah fluktuasi kegiatan
ekonomi agregatif.

H. Glossary
Built-in fleksible (fleksibel otomatis). Suatu sistem dalam kebijaksanaan fiskal, di
mana besarnya pajak akan secara otomatis mengikuti fleksibilitas
pendapatan nasional, artinya besar kecilnya pajak ditentukan oleh besar
kecilnya pendapatan nasional.

Automotic stabilizer (penstabil otomatis). Merupakan istilah yang dipergunakan


untuk sistem perpajakan "built-in fleksible", adalah peralatan dari
kebijaksanaan fiskal yang secara otomatis menurunkan pengaruh fluktuasi
dari aktivitas ekonomi.
I. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian kebijaksanaan fiskal dalam sistem pajak built- in fleksible.
2. Jika diketahui :

Muhammad Ilham = 115 = Teori Ekonomi


Makro
a. Fungsi konsumsi C = 0,80Yd + 25
b. Fungsi pajak Tx = 0,1Y — 20
c. Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun Berdasarkan data di atas
carilah :
a. persamaan garis fungsi konsumsi sebagai "earnings"
b. persamaan garis fungsi tabungan
c. Gambarkan grafik fungsi konsumsi, fungsi tabungan, fungsi pajak dan garis
transfer pemerintah.
3. Jika diketahui :
a. Fungsi konsumsi C 0,80Yd + 25
b. Fungsi pajak Tx = 0,1Y — 25
c. Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
d. Belanja pemerintah G = Rp.60 Trilyun
e. Investasi I = Rp.40 Trilyun
Berdasarkan data di atas hitunglah keseimbangan pendapatan nasional
dalam sistem perpajakan built-in fleksible.
4. Berdasarkan data nomor 1 di atas, jika kapasitas produksi nasional kurang
dari Rp.50 trilyun dan lebih dari Rp.50 trilyun dari keseimbangan yang anda
peroleh pada jawaban nomor 1 di atas, ditanya :
a. berapakah transfer pemerintah tersebut harus ditambah/ dikurangi (jika
kebijakan yang ditempuh hanya merubah transfer).
b. berapakah besarnya pajak tersebut harus ditambah/dikurangi (jika
kebijakan yang ditempuh hanya merubah pajak)
c. berapakah belanja pemerintah tersebut harus ditambah/dikurangi (jika
kebijakan yang ditempuh hanya merubah belanja pemerintah).

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ilham = 116 = Teori Ekonomi


Makro
Ackley, G., Sitohang, P. Teori Ekonomi Makro. LPFE-Ul, Jakarta.

Boediono. Ekonomi Makro. Yogyakarta. BPFE UGM

Branson, William H. Macroeconomic Theory and Policy. Harper & Row,


Publishers, Singapore

Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischer. Macroeconomics. MC Grow- Hill


Kogakusha, 4th edition.

Glassburner, Bruce dan Aditiawan Chandra. Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi


Makro. Jakarta, LP3ES.

Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfelf, Ekonomi Intemasional, Buku Kedua :


Moneter. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lipsey, Richard G. Economics. New York. Happer & Row

Mankiw, N.Gregory. Macroeconomics. Worth Publishers, INC., New York, 4th


edition.

Reksoprayitno, Soediyono. Ekonomi Makro: Pengantar Analisa Pendapatan


Nasional. Yogyakarta, Liberty.

Salvatore, Dominick, Ekonomi lntemasional, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Sobri. Ekonomi Makro. Yogyakarta, BPFE - UGM

Soelistyo, Ekonomi lntemasional. Liberty, Yogyakarta

Sukirno, Sadono. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada

Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran dari Klasik


Hingga Keynesian Baru. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Suyuthi, Imam. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta, LPTK-Depdikbud.

Muhammad Ilham = 117 = Teori Ekonomi


Makro

Anda mungkin juga menyukai