1. Pengangguran
Pengangguran terjadi mana kala terjadi ketidakseimbangan di pasar kerja,
yaitu jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar dibanding jumlah permintaan
tenaga kerja. Penyediaan kesempatan kerja yang sesuai dengan jumlah tenaga
kerja yang tersedia merupakan tanggung jawab penting suatu perekonomian.
Dalam suatu sistem perekonomian yang bersifat laissez-faire atau sistem pasar
bebas, tanggung jawab tersebut terutama berada pada pihak swasta. Di samping
itu, kebijaksanaan pemerintah sangat penting artinya dalam mempengaruhi
kegiatan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja. Dalam suatu perekonomian
modern, pengangguran dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu pengangguran
normal, pengangguran struktural dan pengangguran konjungtur.
b. Pengangguran struktural
Dalam kegiatan ekonomi yang selalu berubah, beberapa perusahaan,
atau sektor perekonomian tertentu mengalami kemajuan atau keuntungan,
tetapi pada beberapa perusahaan atau sektor ekonomi lainnya mengalami
kemunduran atau kerugian yang berlangsung lama. Kemajuan teknologi
pada sektor ekonomi tertentu, perubahan selera masyarakat, dan masuknya
pesaing baru yang lebih efisien di pasar merupakan faktor-faktor penyebab
kemunduran kegiatan ekonomi pada sektor lainnya. Apabila hal ini terjadi,
maka perusahaan terpaksa memberhentikan sebagian atau mungkin seluruh
tenaga kerjanya. Pengangguran yang terjadi tersebut merupakan
pengangguran struktural (structural unemployment).
c. Pengangguran Konjungtur
Dua jenis pengangguran yang telah dikemukakan sebelumnya, oleh para
pakar ekonomi belum menganggap sebagai suatu permasalahan pengangguran
yang serius. Pengangguran mulai dianggap serius apabila tingkat kegiatan
ekonomi berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh, yaitu jika
pendapatan nasional aktual (sebenarnya) berada di bawah pendapatan
nasional potensial. Semakin besar perbedaannya, semakin besar pula
2. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan
terus menerus. Jadi kenaikan harga atas satu atau jenis barang atau jasa pada
suatu saat tertentu (dan hanya bersifat sementara) belum merupakan masalah
inflasi. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi manakala kenaikan harga
itu bersifat umum dan terus menerus, dan sulit untuk dikendalikan dalam jangka
pendek.
Dalam masa inflasi, harga-harga output dan input, upah, sewa dan bunga
cenderung meningkat bersama-sama. Tingkat hidup ditentukan oleh hubungan
antara pendapatan yang diperoleh dengan harga yang harus dibayar. Bila
pendapatan naik melebihi kenaikan harga, maka tingkat hidup meningkat.
Sebaliknya, bila kenaikan pendapatan Iebih rendah dari kenaikan harga yang
harus dibayar, maka tingkat hidup menurun.
Walaupun inflasi tidak secara otomatis menurunkan tingkat hidup, namun
inflasi tetap merupakan masalah karena tiga alasan, yaitu:
1) Inflasi dapat mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan di antara anggota
masyarakat;
2) Inflasi dapat mengakibatkan menurunnya efisiensi ekonomi;
3) inflasi dapat mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian yang mengalami pertumbuhan adalah suatu perekonomian
di mana terjadi kenaikan jumlah produksi barang/jasa. Kenaikan jumlah produksi
tersebut didorong oleh kenaikan jumlah tenaga kerja yang terserap baik
kuantitas maupun kualitas, kenaikan investasi dan teknologi. Pertumbuhan
ekonomi merupakan masalah ekonomi makro jangka panjang. Jika jumlah
produksi yang dapat dicapai lebih kecil dibanding potensi untuk memproduksi,
maka pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.
Kondisi seperti ini mengakibatkan tingkat pengangguran mengalami peningkatan.
6. Stabilitas ekonomi.
Kestabilan ekonomi meliputi kestabilan tingkat pendapatan dan kesempatan
kerja juga kestabilan tingkat harga. Ketidakstabilan ekonomi dapat
mengakibatkan perekonomian terperangkap dalam laju inflasi yang tinggi,
tingkat pengangguran yang tinggi, sehingga menurunkan taraf hidup
masyarakat.
D. Rangkuman
1. Intl teori ekonomi makro adalah penentuan pendapatan nasional. Ekonomi
makro menganalisis kegiatan-kegiatan ekonomi secara agregat
(keseluruhan), misalnya bagaimana uang dan pengeluaran total
(aggregate expenditure) menentukan output, kesempatan kerja
(employment) dan tingkat harga dalam perekonomian.
E. Glossary
Aggregate demand (permintaan agregat). Total jumlah permintaan atau
pengeluaran nominal terhadap barang dan jasa.
Aggregate supply (penawaran agregat). Total dari barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen termasuk barang konsumsi dan barang
modal.
Angkatan Kerja
114.819.199 120.647.697 118.411.973 124.538.849 121.022.423 127.067.835 124.004.950
Bekerja 120.846.821
94,19 93,82 94,50 94,39 94,67 94,50 94,87 94,66
Persentase bekerja (%)
7.560.822 7.024.172 7.031.775 7.005.262 7.040.323 6.871.264 7.000.691
Pengangguran 7.454.767
Persentase Pengangguran (%) 5,81 6,18 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13 5,34
122.380.021 127.671.869 125.443.748 131.544.111 128.062.746 133.939.099 131.005.641
Jumlah AK 128.301.588
Bukan Angkatan Kerja
16.734.963 16.245.007 15.922.029 15.244.852 16.492.370 15.602.798 16.532.322
Sekolah 16.514.465
38.203.701 36158428 39335203 36078772 39918919 36010268 39647690
Mengurus RT 32.488.589
8.782.232 7.525.330 8.395.742 7.720.183 7.605.381 7.992.757 7.593.788
Lainnnya 7.294.973
63.720.896 59.928.765 63.652.974 59.043.807 64.016.670 59.605.823 63.773.800
Jumlah BAK 56.298.027
Penduduk Usia 15 Tahun ke
186.100.917 187.600.634 189.096.722 190.587.918 192.079.416 193.544.922 194.779.441
atas 184.599.615
Persentase AK terhadap
69,50 65,76 68,06 66,34 69,02 66,67 69,20 67,26
Penduduk Usia Kerja (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik
5) Besarnya Inflow DI aset dan outflow DI liabilities pada Tw.IV'16 dan 2016 dipengaruhi oleh transaksi
Lembaga
Tabungan Pemodal
Keuangan Pinjaman Investasi
Nilai pendapatan nasional dapat diukur dari tiga sudut pandang, yaitu:
pendapatan nasional nominal, pendapatan nasional riel, dan pendapatan
nasional psikis.
Jadi bila tahun dasar ditentukan tahun 2012, maka perhitungan indeks
harga didasarkan pada harga tahun 2012. Indeks harga dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Laspeyres : m Pni
E Y Potensial
F
D
Yn C
Y Aktual
Yo
B
T1 T2 T3 T4 Tahun
DI = PI — Pajak Langsung
Berikut ini contoh perhitungan dari tingkat-tingkat pendapatan nasional
di atas.
PDB………………………………………………………. Rp. 2.100.000
PFPDLN………………………………………… Rp. 600.000+
PFPLNDN.......................................................... Rp. 700.000-
GNP................................................................................. Rp. 2.000.000
Y = C + I +G + (X — M)
Keterangan :
Y : Pendapatan nasional
C : Pengeluaran konsumsi rumah tangga konsumen (consumption).
I : Pengeluaran investasi perusahaan
G : Pengeluaran pemerintah (Government Expenditure)
X — M : Ekspor netto merupakan pengeluaran bersih sektor luar negeri.
Persamaan di atas hanya menunjukkan nilai GDP. Untuk memperoleh
nilai GNP, maka nilai GNP harus dikoreksi dengan nilai netto dari faktor-faktor
produksi dalam negeri yang dipekerjakan di luar negeri, sehingga nilai GNP
dapat diperoleh dengan rumus:
Y=C+I+G+ (X — M) + F
Simbol F pada persamaan di atas merupakan penerimaan oleh
orangorang, perusahaan-perusahaan atau pemerintah dari faktorfaktor
produksi domestik yang dipekerjakan dan dibayar di luar negeri dikurangi
dengan pembayaran ke atas faktor-faktor produksi milik asing di dalam negeri.
IV 2.250 7.500
Jumlah 7.500 18.250
Adapun bentuk persamaan matematis perhitungan pendapatan nasional
berdasarkan pendekatan produk adalah :
E. Rangkuman
1. Pengertian pendapatan nasional dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu
dari sudut pandang produksi lazim disebut produk nasional (national product)
adalah jumlah harga pasar (nilai) barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat dalam satu kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Dan sudut
pandang penerimaan adalah jumlah dari semua penerimaan masyarakat yang
F. Glossary
Disposable income (pendapatan sesudah pajak atau pendapatan yang slap
dibelanjakan). Jumlah pendapatan yang diterima moleh rumah tangga
setelah pembayaran pajak pendapatan dan asuransi nasional.
Final goods (barang jadi). Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh pemakai
akhir, jadi bukan untuk menghasilkan barang lainnya.
Value added (Pertambahan nilai). Selisih antara nilai dari barang yang
diproduksi dengan biaya bahan baku dan bahan lainnya yang digunakan
untuk memproduksi barang tersebut.
G. Soal-soal Latihan
1. Kemukakan pengertian : a. pendapatan nasional; b. Pendapatan nasional
nominal; c. Pendapatan nasional riel; d. Pendapatan nasional psikis; e.
Gross National Product; f. Gross Domestic Product.
2. Sebutkan dan uraikan tiga macam pendekatan dalam perhitungan
pendapatan nasional.
3. Susunlah kerangka perkiraan pendapatan nasional Iengkap dengan
posposnya.
7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2 273,5 2 605,2 3 272,5 1 818,1 1 964,6 2 201,1
Less : Import of Goods and Services
Diskrepansi Statistik1 -244,4 -154,7 86,8 100,5 91,5 96,2
Statistical Discrepancy
Produk Dmoestik Bruto (PDB 12 401,7 13 587,2 14 837,4 9 434,6 9 912,7 10 425,3
Gross Domestic Product (GDP)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Lampiran 3: GDP, GNP, dan National Income Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I 2017 – Triwulan III 2018
2017 2018
Jenis Pengeluaran
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Tw. I Tw. II Tw. III
PENGELUARAN KONSUMSI 1.838.636,70 1.873.331,70 1.952.579,60 1.962.437,70 7.626.985,70 1.991.691,80 2.042.129,90 2.119.465,90
RUMAH TANGGA
Private Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI 38 314,0 39 698,3 40 763,7 41 793,5 160 569,5 42 769,7 44 558,2 45 609,5
LNPRT
NPISHs Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI 211 829,2 427 050,7 223 426,8
289 935,6 308 053,4 1 236 869,0 315 003,4 333 820,6
PEMERINTAH
General Government Consumption
Expenditure
PEMBENTUKAN MODAL TETAP 1 017 940,4 1 181 083,0 1 126 059,5
1 055 629,7 1 115 902,8 4 370 555,8 1 147 228,3 1 231 914,0
DOMESTIK BRUTO
Gross Domestic Fixed Capital
Formation
A. PERUBAHAN IINVENTORI 98 725,6 95 912,7 44 - 64 618,5 174 517,9 119 355,4 138 854,0 77 733,4
Change in Inventories
B. DISKREPANSI STATISTIK 1) - 37 646,1 - 35 177,9 - 12 978,1 - 58 697,0 - 144 499,2 - 7 756,3 18 710,8 52 639,5
Statistical Discrepancy
EKSPOR BARANG DAN JASA 663 391,4 644 390,4 714 810,2 745 556,8 2 768 148,8 740 017,6 749 423,8 849 345,2
Export of Goods and Services
Dikurangi : IMPOR BARANG DAN 603 156,6 743 997,9 728 978,7
597 134,6 660 061,1 2 604 350,1 769 697,8 874 920,7
JASA
Less : Import of Goods and
Services
2017 2018
Jenis Pengeluaran
Total
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III
PENDAPATAN NETO TERHADAP - 104 644,1 - 96 894,6 -107.984,60 -
LUAR NEGERI ATAS FAKTOR - 115 275,9 - 112 828,2 - 429 642,8 -114.675,30 133.087,40
PRODUKSI
Net Factor Income from Abroad
PRODUK NASIONAL BRUTO 3 123 390,5 3 251 309,9 3 390 740,4 3 393 713,7 13 159 154,5 3 398 601,2 3 571 535,2 3 702
Gross National Product (GNP) 520,0
Dikurangi : PAJAK TAK 110 813,0 261 485,0 124 328,6 193
LANGSUNG NETO 147 580,1 158 176,8 678 054,9 190 101,8 507,4
Less : Net Indirect Taxes
Dikurangi : PENYUSUTAN 544 279,0 603 955,0 631 021,2 651 646,0 2 430 901,3 632 063,0 680 456,2 733
Less : Depreciation 280,7
PENDAPATAN NASIONAL 2 468 298,5 2 499 774,8 2 601 542,4 2 480 582,7 10 050 198,3 2 642 209,5 2 700 977,2 2 775
National Income (NI) 731,8
Lampiran 4: PDB Per Kapita Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 –2018
Keterangan:
∆C : besarnya perubahan konsumsi
∆Y : besarnya perubahan pendapatan nasional
Koefisien MPC selalu menunjukkan angka positif dengan nilai yang lebih
kecil dari satu, tetapi lebih besar dari nol. Angka positif, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pendapatan akan diikuti dengan pertambahan konsumsi. Angka
lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa setiap pertambahan pendapatan tidak
seluruhnya digunakan untuk konsumsi, melainkan sebahagian dari pendapatan
disisihkan untuk tabungan.
Untuk memperoleh persamaan garis fungsi konsumsi yang berbentuk garis
lurus, maka kita harus mengetahui besarnya konsumsi pada dua tingkat
pendapatan nasional yang berbeda. Adapun persamaan fungsinya adalah :
Y=Y
BEP
Cn
a
450
Y
Yn
C = a + cY
S = sY – a
Keterangan :
S : besarnya tabungan s : marginal propensity to save (MPS) atau
kecenderungan menabung marginal
Nilai “a” yang negatif disebut dengan dissaving (tabungan negatif), artinya
jika seseorang tidak memiliki pendapatan, maka ia harus mengeruk tabungan
dari pendapatan masa Ialunya, atau meminjam (menghutang) untuk melakukan
konsumsi.
Persamaan fungsi tabungan dapat pula diperoleh melalui proses berikut:
Y=C+S
S=Y—C
S = Y — (a + cY)
S = Y — a — cY
S = (1 — c)Y — a
Oleh karena MPC merupakan bagian dari kenaikan pendapatan yang dikonsumsi,
maka bagian yang tidak dikonsumsi merupakan bagian dari kenaikan pendapatan
yang ditabung atau MPS, sehingga:
Pada fungsi konsumsi dikenal istilah APC, maka dalam fungsi tabungan
dikenal pula istilah Average Propensity to Save (APS) atau kecenderungan
menabung rata-rata yang dapat dirumuskan dengan :
C = a + cY
BE
C
S = (1 – c)Y -
a 45
Y Y
–a
Jawab :
S = 0,2Y – 150
(c) Break Even Point (BEP), besarnya pendapatan nasional sama dengan
besarnya konsumsi. Y = C
Y = 150 + 0,8Y
Y 0,8Y = 150
(1 – 0,8)Y = 150
Y=Y
C = 150 + 0,8Y
BEP
750
0
45 Y
750
– 150
C. Rangkuman
1. Variabel ekonomi agregatif yang dianalisis hubungannya satu sama lain dalam
perekonomian dua sektor adalah: pendapatan nasional (Y),
konsumsi/consumption (C), tabungan/saving (S), dan investasi/investment (I).
Hubungan keempat variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari aspek: a)
penggunaan pendapatan: Y = C + S, artinya pendapatan digunakan untuk
konsumsi dan tabungan; b) sumber pendapatan: Y = C + I, artinya pendapatan
bersumber dari konsumsi dan investasi.
2. Jumlah pengeluaran konsumsi masyarakat ditentukan oleh pendapatan
nasional. Hubungan antara besar kecilnya konsumsi dengan pendapatan
nasional disebut dengan fungsi konsumsi.
D. Glossary
Autonomous consumption (konsumsi otonom). Sebagian dari total pengeluaran
untuk konsumsi yang tidak berubah dengan berubahnya pendapatan
nasional. Atau besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional sama
dengan nol.
Average Propensity to Consume, disingkat APC (kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata). Bagian dari tingkat pendapatan nasional tertentu dengan yang
dibelanjakan untuk konsumsi.
Co + lo = Yo
Yo = C1 +S1
C1 + I1 = Y1
Y1 = C2 + S2
C2 + I2 = Y2
Y2 = C3 + S3
C3 + I3 = Y3
dan seterusnya
Hubungan persamaan di atas menunjukkan bahwa Y tahun no! (Yo)
bersumber dari Co dan lo yang digunakan untuk C dan S tahun pertama (C1 dan
S1). Besarnya C1 dan S1 sama besarnya C1 dan I1 yang merupakan sumber
pendapatan nasional tahun ke satu, yang digunakan untuk C dan S tahun ke dua.
Besarnya C dan S tahun ke dua sama dengan C2 dan I2 yang merupakan sumber
pendapatan tahun ke dua, yang digunakan untuk C dan S tahun ke tiga. Demikian
seterusnya.
Contoh 4.1: Jika diketahui fungsi konsumsi C = 150 + 0,8Y dan besarnya
investasi (I) = Rp.80 trilyun, hitunglah bearnya pendapatan nasional dalam
keseimbangan dan gambarkan grafiknya.
Jawab:
1.150
C = 150 + 0,8Y = 1.070
1.070
BEP
750
– 150
dalam arti bahwa apabila tingkat bunga dinaikkan, maka pengeluaran investasi
akan berkurang, sebaliknya apabila tingkat bunga turun, maka pengeluaran
I = lo — αr
Keterangan : I :
besarnya investasi
lo : besarnya investasi otonom (autonomous investment
r : tingkat bunga
r
45 A
30 I = 90 – 2r
20
30 50 90 I I
I
I=I
r = 20% E2
50 50
30 r = 30% E1
30
-150
In’ I = lo + αY
In
Io
Yn Y
Yn’
Gambar 4.3 menunjukkan bentuk garis persamaan investasi sebagai fungsi
pendapatan nasional adalah garis lurus dengan slope positif. Pada saat
pendapatan nasional sebesar Yn, besarnya investasi adalah In, demikian
selanjutnya ketika pendapatan nasional meningkat menjadi Yn', besarnya
investasi meningkat menjadi In'.
Untuk mengetahui keseimbangan pendapatan nasional, dapat diperoleh dengan
rumus :
S=I
So + sY = lo + αY
(s — α)Y = lo – So
Keterangan :
Y = besarnya pendapatan nasional s
= MPS = (1 — c)
So = Besarnya tabungan pada saat pendapatan nasional sebesar nol
lo = Investasi otonom
α = marginal propensity to invest
Contoh 4.3 :
Bila diketahui :
b. Besarnya investasi :
I = 200 + 0,1(1.600)
I = 200 + 160 = 360
c. Besarnya tabungan :
S = 0,25Y – 40
S = 0,25(1.600) –
40 S = 400 – 40 =
360, terbukti
bahwa S = I
C. Rangkuman
1. Keseimbangan pendapatan nasional tercapai pada saat perekonomian
mencapai keseimbangan (equilibrium). Artinya dalam perekonomian tersebut
tidak terdapat pengangguran sumber-sumber produksi.
2. Investasi sebagai variabel eksogen, yaitu besarnya investasi sudah ditetapkan
sedemikian rupa, di mana investasi tersebut ditentukan oleh variabel dari luar
model.
3. Investasi sebagai variabel endogen, di mana besarnya investasi ditentukan
oleh tingkat bunga dan pendapatan nasional. Investasi sebagai fungsi dari
tingkat bunga terdapat hubungan yang negatif, sedangkan investasi sebagai
fungsi dari pendapatan nasional terdapat hubungan yang positif.
D. Glossary
Autonomous investment (investasi otonom): Bagian dari investasi riel yang
tidak terpengaruh oleh tingkat dan perubahan pendapatan nasional.
Investasi ini terutama tergantung pada faktor-faktor persaingan seperti
modernisasi pabrik.
E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dengan investasi sebagai variabel eksogen.
2. Bila diketahui fungsi konsumsi C = 0,8Y + 200; investasi = Rp.300 trilyun.
Berdasarkan data tersebut hitunglah besarnya: a. pendapatan nasional dalam
keseimbangan; b. Pengeluaran konsumsi; c. Besarnya Tabungan. Setelah itu
A. Pengertian
Yo Y, Pendapatan Nasional
Misalnya jika angka pengganda investasi K I = 4, maka jika dalam satu tahun
Investasi meningkat sebesar Rp.100 trilyun, maka pendapatan nasional
bertambah sebesar RP.400 trilyun.
Contoh 5.1 :
JIka diketahui persamaan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.
Besarnya investasi per tahun pada periode 1 sebesar Rp.80 trilyun, dan pada
periode 2 sebesar Rp.100 trilyun.
Tentukanlah : a) Angka pengganda investasi, dan besarnya perubahan investasi;
b) pendapatan nasional pada periode 1, c) pendapatan nasional pada periode 2,
d) besarnya perubahan pendapatan nasional.
Jawab
a) Angka pengganda investasi dan besarnya perubahan investasi
atau :
Y2 = Y1 + ∆Y
Y2 = Y1 + K1∆l
Y2 = 480 + 4(20) = 560
Contoh 5.2:
Jika diketahui : pada awalnya fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y kemumudian
mengalami perubahan menjadi C = 50 + 0,75Y
Diasumsikan yang berubah hanyalah konsumsi otonom, sedangkan investasi
sebesar Rp.80 trilyun tidak mengalami perubahan.
Tentukanlah: a) angka pengganda konsumsi otonom, besarnya perubahan
konsumsi otonom. b) keseimbangan pendapatan nasional dan perubahannya.
Jawab:
a) Angka pengganda konsumsi otonom dan besarnya perubahan konsumsi
Yn = Cn + In, dan
Cn = (a + ∆a) + cYn-1
Berdasarkan formulasi di atas dapat dijelaskan bahwa keseimbangan
pendapatan nasional pada periode n (Y n) diperoleh dengan menjumlahkan
konsumsi pada periode n (C n) dengan investasi pada periode n (I n). Konsumsi
otonom pada Cn terdiri atas konsumsi otonom awal (a) ditambah dengan besarnya
perubahan konsumsi otonom (∆a), sedangkan besarnya investasi pada periode n
(In) tidak mengalami perubahan. Untuk Iebih memperjelas bagaimana proses
terjadinya perubahan tersebut perhatikan tabel 2 di bawah ini berdasarkan fungsi
konsumsi C = 40 + 0,75Y.
F. Rangkuman
1. Perubahan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dapat disebabkan oleh perubahan investasi dan/atau
perubahan konsumsi otonom, di mana besarnya perubahan tersebut
ditentukan oleh angka multiplier investasi (K I) dan multiplier konsumsi (Kc).
2. Perubahan yang terjadi pada keseimbangan pendapatan nasional akibat
perubahan investasi dan konsumsi otonom melalui proses angka
pengganda juga mengakibatkan terjadinya perubahan konsumsi dan
tabungan.
G. Glossary
Investment multiplier (angka pengganda investasi). Pelipatgandaan
perubahan pendapatan nasional karena adanya perubahan investasi,
suatu angka yang harus dikalikan dengan besarnya investasi untuk
mengetahui besarnya perubahan keseimbangan pendapatan nasional
yang diakibatkan oleh perubahan investasi itu sendiri.
H. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian dan jenis-jenis angka pengganda (multiplier) dalam
perekonomian tertutup dua sektor.
2. Jika diketahui:
− fungsi konsumsi C = 0,75Y + 25.
− Besarnya investasi pada Periode avval I = Rp.40 trilyun, kemudian
pada periode kedua I = Rp. 80 trilyun
Berdasarkan data di atas hitunglah
besarnya: a. Angka pengganda investasi;
b. Besarnya perubahan investasi;
60
40
20
20 80 200 240
250 280 Y
Selanjutnya jika dilihat dari aspek output atau kapasitas produksi nasional (Y)
dibandingkan dengan pengeluaran agregat (AE) = C + I, di mana diketahui bahwa:
- kapasitas produksi nasional (Y) sebesar Rp.200 trilyun.
C. Rangkuman
1. Ketidakseimbangan pendapatan nasional merupakan suatu kondisi di mana:
a) sebagian kapasitas produksi nasional menganggur (under employment);
b) kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, tetapi
permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa totalnya masih terus
bertambah (over employment) sementara produksinya tidak dapat ditambah
lagi.
2. Ketidakseimbangan pendapatan nasional dapat menimbulkan celah deflasi
(bila tabungan > investasi) dan celah inflasi (bila investasi > tabungan).
D. Glossary
Deflationary gap (celah deflasi). Penurunan pengeluaran total pada tingkat
pendapatan nasional potensial. Karena pengurangan beberapa
pengeluaran, maka beberapa sumber-sumber ekonomi yang tidak produktif
akan mengakibatkan pendapatan nasional aktual berada di bawah
pendapatn nasional potensial.
E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional berada dalam
kondisi ketidakseimbangan.
2. Jelaskanlah dalam kondisi yang bagaimana terjadinya inflationary gap dan
deplationary gap.
3. Jika diketahui:
a. Fungsi konsumsi C = 0,8Y + 80
b. Investasi yang terjadi sebesar Rp.50 trilyun Berdasarkan data di
atas:
a. Hitunglah besarnya inflationary gap atau deflationary gap yang terjadi jika
kapasitas produksi nasional Rp. 500 trilyun dan Rp.750 trilyun.
b. Gambarkan grafiknya dan analisislah hubungan antar variabel yang
diperhitungkan.
c. Untuk menghilangkan deflationary gap atau inflationary gap (berdasarkan
hasil perhitungan anda), apakah pengeluaran investasi perlu ditambah
atau dikurangi dan dalam jumlah berapa?
C1
C0
C3
C2
72
S1
40
S0
24
S3
S2
0
120 200 360 Y
-8
-32
-40
-44
-52
𝑌=
𝑌=
𝑌= = 910
b. Besarnya konsumsi dalam keseimbangan
C = 72 + 0,8(910)
C = 800
c. Besarnya tabungan dalam keseimbangan
D. Randkuman
1. Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dilakukan mehlui
kebijaksanaan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah dalam meMpengarUhi
perekonomian melalui Anggaran Pendapatan dan Beláhja Negara (APBN).
Secara umum dapat dikemukakan tiga fungsi pokbk kebijaksanaan fiskal,
yaitu : a) fungsi alokasi; b) fungsi distilbusi; c) stabilisasi.
2. Bentuk-bentuk Kebijaksanaan Fiskal melalui APBN tergambar melalui
transaksi-taransaksi pemerintah yaitu : a) penerimaan berupa pajak; b)
pengeluaran, yang dapat dibedakan menjadi : (i) pengeluaran konsumsi
pemerintah yang biasa disebut goverment expenditure atau goverment
purchase; (ii) pengeluaran pemerintah berupa goverment transfer.
3. Peranan kebijaksanaan fiskal dalam menentukan tingkat pendapatan
nasional menjadi lebih besar, diharapkan pemerintah dapat mengusahakan
terhindarnya perekonomian dari keadaankeadaan yang tidak diinginkan
seperti masalah pengangguran, tingkat inflasi yang tinggi, neraca
pembayaran yang terus menerus defisit, dan sebagainya.
4. Dalam perekonomian, di mana terdapat campur tangan pemerintah, ada
delapan variabel agregatif yang dianalisis hubungannya yaitu Y, C, S, I, G,
Tr, Tx dan Yd. Hubungan antar variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari
segi : a) penggunaannya Y = C + S + Tx, artinya pendapatan yang diterima
masyarakat dipergunakan untuk konsumsi, tabungan dan membayar pajak;
b) sumbernya Y = C + I + G + Tr, artinya bahwa pendapatan bersumber dari
konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan pembayaran transfer
pemerintah.
E. Glossary
Capital formation (pembentukan modal). 1. Proses penambahan persediaan
modal (capital stock) secara fisik bersih dalam suatu perekonomian
dalam upaya meningkat total output. 2 Proses peningkatan
ketersediaan modal secara internal dari perusahaan tertentu dengan
menahan keuntungan yang kemudian ditambahkan pada cadangan
modal.
F. Soal-soal Latihan
1. Jelaskanlah: a. pengertian kebijaksanaan fiskal
b. fungsi kebijaksanaan fiskal.
2. Sebut dan jelaskan bentuk-bentuk kebijaksanaan fiskal.
Keterangan :
Tx : besarnya pajak
To : besarnya pajak pada saat pendapatan nasional sama dengan nol,
biasanya
To < 0 tY : marginal rate of taxation yang merupakan nilai perbandingan
antara perubahan jumlah pajak dengan perubahan pendapatan nasional, di
mana 0 < t < 1
Y : besarnya pendapatan nasional.
Nilai To yang negatif menunjukkan adanya subsidi dari pemerintah pada saat
pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan apabila To = 0 menunjukkan bahwa
pada saat pendapatn nasional sebesar nol, maka besarnya pajak = 0. Nilai To
kecil kemungkinannya bernilai positif, karena apabila To positif berarti penduduk
yang tidak memiliki pendapatan akan tetap dikenakan pajak pendapatan. Nilai “t”
∆Tx
ATx t = ∆Tx
AT>
AY ∆Y
Pada bagian ini akan dibahas fungsi konsumsi di mana besarnya pajak
ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional (system pajak built-in fleksible), atau
pajak merupakan variabel endogen Dengan demikian bentuk fungsi konsumsi
dalam model ini akan berubah Adapun prosedur untuk memperoleh fungsi
konsumsi adalah:
C = a + cYd
Y = AE
C1
C0
65
Tr = 40 S1
40
S0
20 Tx
-5 80 100 162,5 Y
-20
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑌=
𝑌= = 412,5
b. Besarnya pajak
Tx = 0,2Y - 20
Tx = 0,2(412,5) - 20 Tx = 62,5
c. Besarnya konsumsi
C = 0,75Yd + 20
Yd = Y + Tr - Tx
Yd = 412,5 + 40 - 62,5
Yd = 390
Sehingga :
C = 0,75(390) + 20
C = 292,5 + 20 = 312,5
d. Besarnya tabungan S = 0,25Yd — 20
S = 0,25(390) — 20 S = 97,5 — 20
S = 77,5
Contoh 8.3 :
Diketahui :
(a) Fungsi konsumsi C = 0,75Yd + 20
(b) Fungsi pajak Tx = 0,2Y — 20
(c) Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
(d) Belanja pemerintah G = Rp.60 Trilyun
(e) Investasi I = Rp.40 Trilyun
(f) Jika diketahui pula pendapatan nasional dalam keseimbangan yang terjadi
sekarang sebesar Rp.412,5 trilyun (lihat contoh 8.2) dan pemerintah
menginginkan keseimbangan pendapatan nasional hanya sebesar Rp.352,5
trilyun. Jika yang dilakukan adalah (i) hanya merubah besarnya transfer
pemerintah (Tr), berapakah transfer pemerintah tersebut harus ditambah/
dikurangi; (ii) dengan hanya merubah besarnya pajak (To), berapakah
besarnya pajak tersebut harus ditambah/dikurangi atau (iii) dengan hanya
merubah besarnya belanja pemerintah (G), berapakah belanja pemerintah
tersebut harus ditambah/dikurangi.
Jawab :
Untuk mencapai keseimbangan pendapatan nasional sebesar Rp.352,5
Trilyun, berarti keseimbangan pendapatan nasional perlu dirubah dengan :
∆Y = Rp.352,5 Trilyun — Rp.412,5 Trilyun = Rp. —60 Trilyun
Perubahan pendapatan nasional (∆Y) atau penurunan sebesar Rp.-60 Trilyun
dapat dicapai dengan :
(i) merubah besarnya transfer pemerintah sebesar :
∆Y = KTr. ∆Tr
𝑐
∆𝑌 = ( )(∆𝑇𝑟)
−60 = ( )(∆𝑇𝑟)
−60 = ( )(∆𝑇𝑟)
∆𝑇𝑟 = = 32 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
Dengan demikian besarnya transfer pemerintah harus dikurangi sebesar Rp.32
Trilyun.
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun melalui
pengurangan transfer sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan sebagai berikut:
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑌=
𝑌=
𝑌=
𝑌= = 352,5
(ii) merubah besarnya pajak (To) :
−𝑐
∆𝑌 = . ∆𝑇𝑜
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
−60 = . ∆𝑇𝑜
−60 = - 1,875. ATo
∆𝑇𝑜 = = 32 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
Dengan demikian besarnya pajak harus ditambah sebesar Rp.32 Trilyun.
𝑌=
𝑌=
𝑌=
𝑌=
𝑌= = 352,5
(iii) merubah besarnya belanja pemerintah (G) :
1
∆𝑌 = . ∆𝐺
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝑌 = . ∆𝐺
−60 = 2,5. ΔG
∆𝐺 = = 24 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
Dengan demikian besarnya belanja pemerintah harus dikurangi sebesar Rp.24
Trilyun.
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun melalui
pengurangan belanja pemerintah sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan sebagai
berikut :
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑌=
𝑌= = 352,5
G. Rangkuman
1. Pajak built-in fleksible merupakan pajak yang besar kecilnya ditentukan oleh
besar kecilnya pendapatan nasional, sehingga berubah-ubah tergantung dari
besar kecilnya pendapatan nasional. Dengan demikian besarnya konsumsi
ditentukan oleh pendapatan disposable yang telah memperhitungkan
pembayaran pajak.
2. Angka pengganda sebagai pelipatgandaan keseimbangan pendapatan
nasional dalam sistem pajak built-in fleksible terdiri atas angka pengganda
investasi, konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah. Berdasarkan
angka pengganda tersebut dapat diketahui berapa besarnya investasi,
konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan pendapatan nasional pada tingkat tertentu.
3. Sistem perpajakan built-instabilizer merupakan penstabil otomatis dalam
perekonomian, karena sistem built-infleksible memperlemah fluktuasi kegiatan
ekonomi agregatif.
H. Glossary
Built-in fleksible (fleksibel otomatis). Suatu sistem dalam kebijaksanaan fiskal, di
mana besarnya pajak akan secara otomatis mengikuti fleksibilitas
pendapatan nasional, artinya besar kecilnya pajak ditentukan oleh besar
kecilnya pendapatan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada