Anda di halaman 1dari 44

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah sebuah studi mengenai bagaimana manusia akan memilih
penggunaan sumber daya yang langkah untuk berproduksi, melakukan penukaran dan
mengkonsumsi barang dan jasa, dalam usaha memenuhi keinginan yang tidak
terbatas. Ekonomi makro mempelajari kegiatan ekonomi secara keseluruhan
(agregatif). Makro berarti besar, Jelas ekonomi makro memiliki cara kerja dan tingkat
analisis yang berbeda dengan ekonomi mikro. Ekonomi makro dapat di jelaskan
sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang khusus membahas tentang gejala - gejala
ekonomi di suatu Negara pada suatu kesatuan/keseluruhan kegiatan perekonomian.
Teori ekonomi mikro tidak lagi memperhatikan pada kegiatan ekonomi yang
oleh bagian-bagian dalam suatu perekonomian, melainkan melihat kegiatan tersebut
sebagai suatu kesatuan kegiatan yang yang saling pengaruh mempengaruhi. Ekonomi
makro mempelajari kegiatan Ekonomi yang bersifat agregatif. Jika ekonomi mikro
mengkaji perilaku kamu sebagai pembeli, maka ekonomi makro akan melakukan
kajian secara keseluruhan terhadap pembeli yang termasuk dalam lingkupan umur
kamu, misalnya perilaku konsumsi remaja sekolah.
Tradisi teori ekonomi makro bersumber dari Keynes. Tradisi kajian ini timbul
sebagai reaksi-reaksi terhadap kegagalan tradisi ekonomi Adam Smith dalam
menjelaskan timbunya resesi, pengangguran, kemiskinan, dan masalah kegagalan
proses pembangunan ekonomi. Dalam tradisi ini, kedudukan negara/pemerintah
sebagai regulator perekonomian justru ditonjolkan. Kajian ekonomi saat ini trerutama
dilakukan pada tingkat negara dan juga sangat didominasi oleh kebijkan yang dibuat
Negara. Sehingga melaului cara ini sering terjadi kekeiruan penafsiran bahwa teori
makro ekonomi adalah kajian tentang ekonomi Negara - negara. Jelas pandangan ini
keliru, negara/pemerintah hanyalah salah satu aktor ekonomi yang memang cukup
penting kedudukannya dalam menghasilkan regulasi untuk mengatasi masalah dan
beban social akibat perubahan ekonimi. Oleh karena itu, dalam hal ini penulisan akan
membahas tentang pendahuluan ekonomi makro menengah yang mencakup tentang
alasan mengapa perlunya kita mempelajari ekonomi makro, pengukuran aktivitas
ekonomi, Konsumsi dan Investasi.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 2

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas yaitu adalah apa yang menjadi alasan pentingnya kita
mempelajari ekonomi makro, apa-apa sajakah perhitungan yang akan di gunakan
dalam pengukuran aktivitas ekonomi, dan Teori Konsumsi dan Investasi serta
perhitungannya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pembahasan dan pertumbuhan ekonomi makro, bagaimana menghitung PNB (Produk
Nasional Bruto), PDB (Produk Domestik Bruto), PNN (Produk Nasional Netto), PN
(Pendapatan Nasional) pada pengukuran aktivitas ekonomi, dapat mengetahui
perhitungan dalam mempelajari Konsumsi dan Investasi.



















Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 3

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Alasan Pentingnya Mempelajari Ekonomi Makro
Secara indivudial atau perilaku pelaku-pelaku ekonomi, suatu tujuan yang ingin
dicapai dalam melakukan kegiatan ekonomi adalah terpenuhinya setiap kebutuhan
hidup dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Sementara apabila dibahas
tujuan perekonomian secara luas maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
1.Tercapainya Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dinamis
2.Tercapainya kesempatan kerja penuh atau Full Employment
3.Tercapainya Stabilitas harga
4.Tercapainya Kebebasan berusaha dan berekonomi
5.Tercapainya Distribusi pendapatan yang merata
6.Terjaminnya keamanan atau jaminan ekonomis
Dari tujuan-tujuan tersebut maka ilmu ekonomi dibedakan menjadi dua cabang
yaitu ekonomi Mikro dan Makro. Analisis Mikro adalah pembahasan ekonomi yang
ditujukan pada subyek ekonomi secara individual (rumah tangga konsumen dan
rumah tangga produsen atau perusahaan secara individual) dan bagaimana mereka
berinteraksi di dalam pasar. Analisis Makro mempelajari subyek ekonomi secara
agregatif (keseluruhan) meliputi keterkaitan antara masing-masing pelaku ekonomi
seperti konsumen, produsen, Negara / pemerintah.dan luar negeri, variable-variabel
yang terdapat di dalamnya antara lain:
Pendapatan Nasional, kesempatan kerja dan pengangguran, jumlah uang beredar, laju
inflasi , pertumbuhan ekonomi maupun neraca pembayaran internasional.
Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah di ekonomi utama sebagai
berikut:
a. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam suatu kegiatan
ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut
full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang artinya belum
dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atau
terdapat pengangguran/belum berada pada kesempatan kerja penuh.
b. Sejauh mana Perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di dalam
bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang
berarti berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 4

c. Sejauh mana perdistribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatanterdapat trade off
maksudnya adalah bila yang satu membaik yang lainnya cenderung akan
memburuk. Ilmu ekonomi makro hanya akan membahas variable-variabel yang
berhubungan dengan gejala-gejala perekonomian secara keseuruhan,
secara totalitas, atau gejala umum, bukan perilaku dari pelaku ekonomi secara
individual. Secara umum terdapat beberapa variabel yang menjadi isu utama
ekonomi makro, yaitu antara lain:
1) Output agregat.
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan jasa yang di
produksi pada suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu.
Output agregat menggambarkan kekayaan suatu Negara dalam jangka waktu
tertentu.
2) Pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP. Pertumbuhan
ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam keadaan ekspansif,
sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif menandakan perekonomian
dalam keadaan resesi.
3) Inflasi.
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang yang bersifat continue dan terus
menerus, mempengaruhi individu-individu, bisnis, dan pemerintah.
4) Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja, padahal ia
masuk kedalam angkatan kerja dan memang mencari pekerjaan. Seseorang
baru dikatakan menganggur bila ia ingin bekerja dan telah berusaha mencari
kerja, namun tidak mendapatkannya.
Pemahaman yang sangat mendasar tentang ekonomi makro adalah mutlak ingin
mempelajari ilmu-ilmu ekonomi lainnya yang berkaitan,baik secara langsung maupun
tidak langsung. Ini dikarenakan banyaknya konsep-konsep dalam teori ekonomi
makro yang sangat diperlukan dan bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk
melakukan suatu tindakan ekonomi baik tindakan berproduksi, berkonsumsi,
berdagang atau tindakan dalam berinvestasi.


Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 5

II.2 MENGUKUR AKTIVITAS EKONOMI
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah
nilai output nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode
tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting
dalam sebuah perekonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
seberapa efisien sumber daya alam yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja,
barang modal, uang dan kemampuan kewirausahawanan) digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasional suatu
Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati
tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapital. Nilai output per
capital diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah
penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika output per kapital makin besar, Tingkat
kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur tenteng produktivitas
rata-rata adalah output per tenga kerja. Makin besar angkanya, makin tinggi
produktivitas tenga kerja.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang
masalah-masalah structural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika
sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka
perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Jika
sebagian besar output nasional berasal dari sector pertanian (ekstraktif), maka
perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi.
Dalam arti, perekonomian harus segera memodernisasi diri,dengan memperkuat
industrinya, agar ada keseimbangan kontribusi antara sector pertanian yang dianggap
sebagai sector ekonomi tradisional dengan sector industry yang dianggap sebagai
sector ekonomi modern.
Istilah yang paling sering digunakan dalam menghitung peningkatan aktivitas
ekonomi atau sering dikatatakan juga pendapatan nasioanal adalah Produk Domestik
Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) yang pengertian nya adalah:
Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh
sebuah perekonomian dalam suatu periode (kurun waktu) dengan menggunakan
factor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 6

The total market value of all final goods and services produced within a given
period, by factors of production located within a countr.
Tercakup dalam defenisi di atas adalah :
1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam
PDB adalah barang dan jasa yang digunakan pemakaian terakhir(untuk konsumsi).
2. Harga pasar , yang menunjukan bahwa nilai output nasional tersebut dihitung
berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3. Faktor-faktor produksi yng beralokasidi Negara yang bersangkutan, dalam arti
perhitungan PDB tidak memper-timbangkan asal factor prouksi (milik
perekonomian atau milik asing) yang digunakan dalam menghasilkan output.

II.2.1 Silklus Aliran Pendapatan (Circular Flow) dan Interaksi antar Pasar
a. Siklus aliran pendapatan ( Circular Flow )
Siklus aliran pendapatan (circular flow) seperti yang akan ditunjukan oleh
Diagram 2.1 dibawah adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana
interaksi antarpara pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai
pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing
pelaku ekonomi.
1. Sektor rumah tangga (Households Sector), yang terdiri atas sekumpulan individu
yang dianggap homogen dan identik.
2. Sektor Perusahaan (Firms Sector), yang terdiri atas sekumpulan perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa.
3. Sektor Pemerintah (Government Sector), yang memiliki kewenangan politik
untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan.
4. Sektor Luar negeri (Foreign Sector), yaitu sektor perekonomian dunia, dimana
perekonomian melakukan transaksi ekspor-impor.








Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 7


Diagram II.1
Circular flow of Economic Activity

Pembelian Barang dan Jasa
(4)
Pembelian Barang dan Jasa Pajak
(5) (3)





(6) (2)
Pajak Gaji Pembayaran Bunga,
Penghasilan Non Balas Jasa

(1)
Gaji,Upah, Bunga, Deviden, Sewa

(7) (8)
Ekspor Impor



b. Tiga Pasar Utama
Uraian di atas berdasarkan asumsi bahwa tingkat harga ditentukan lewat
mekanisme pasar. Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar yang begitu banyak
dikelompokkan menjadi tiga pasar utama yaitu:
Pasar Barang dan Jasa (Goodscand services Market)
Pasar Tenaga Kerja (abour Market)
Pasar Uang dan Modal (Money and Capital Market)




Perusahaan
Pemerintah
Rumah Tangga
Dunia
Internasional
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 8

II.2.2 Metode-metode Perhitungan Pendapat Nasional
Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara output (output
approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran (expenditure
approach). Masing masing cara (metode) melihat pendapatan nasional dari sudut
pandang yang berbeda , tetapi hasilnya saling melengkapi.
a. Metode Output (output approach) atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adala output (produksi yang dihasilkan) oleh suatu
perekonomian. Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output
seluruh perekonomian.
Dalam peritungan PDB dengan metode produksi ,yang dijumlahkan adalah nilai
tambah (value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud dengan nilai tambah
adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antara.

Dimana:
NT = Nilai tambah
NO = nilai output
NI = Nilai input antara
Dari persamaan (2.1) sebenarnya dapat dikatakan bahwa proses produksi
merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi
yang baik adalah aktivitasyang menghasilkan NT>0. Dengan demikian besarnya PDB
adalah :


Dimana :
i = sektor produksi ke 1,2,3,...n








Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 9

1. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Produksi :

Tabel 2.1
OutputSektoral Negara Medar , Tahun 2003
Sektor Produksi Nilai output Nilai input Nilai
Tambah
1. Pertanian (Kapas)
2. Pabrik Benang
3. Pabrik Tekstil
4. Industri Garmen
5. Perdagangan
(Pakaian)
300
400
600
800
1000
0
300
400
600
800
300
100
200
200
200

Untuk menghindarai perhitungan ganda, maka nilai PDB dihitung dengan
menjumlahkan nilai tambah masing-masing sektor produksi. Karena itu perhitungan
Produksi adalah:


b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total
balas jasa atas faktor produksi yang digunkan dalam proses produksi.
( )
Dimana:
Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan enterpreneuer atau kewirausahaan
Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa untuk memproduksi output dibutuhkan
input berupa tenaga kerja,barang modal,uang/finansial dan dan kemampuan
enterpreneuer atau sering disebut sebagai pengusaha.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 10

Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah ataugaji. Untuk barang dan
modaladalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang / aset finansial adalah pendapatan
bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan . Total balas jasa atas seluruh
faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).

2. Contoh Menghitung PN dengan Metode Pendapatan :

Pendapatan NasionalAmerika Serikat
Tahun 1994 Berdasarkan Pendekatan Pendapatan
(Dalam US$ Miliar)
Pendapatan Upah/Gaji (Compulation of Employes)
Pendapatan Non Gaji (Properties I ncome)
Pendapatan Perusahaan (Corporate Profits)
Pendapatan Bunga Netto (Net I nterest)
Pendapatan Sewa (Rental I ncome)
4.004,6
473,7
542,7
409,7
27,7
Pendapatan Nasional (National I ncome) 5.458,4

c. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran
dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis
pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :
1. Konsumsi rumah tangga
2. Konsumsi pemerintah
3. Pengeluaran investasi
4. Ekspor neto
Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis
pengeluaran tersebut:
( )
Dimana:

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 11

C = Konsumsi rumah tangga
G = Konsumsi pemerintah
I = Pengeluaran investasi
X = ekspor
M = impor
3. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Pengeluaran :

Produk Domestik Bruto Indonesia 1996
Harga Berlaku Meenurut Pengeluaran
(Dalam Miliar Rupiah)







Catatan : Ekspor Bersih (Net Export) = Ekspor Impor = 7.015, angka positif
menunjukan ekspor barang dan jasa tahun 1996 lebih besar Rp 7.015 miliar dari pada
impor barang dan jasa.

II.2.3 Beberapa Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agregatif
Tujuan Perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran-ukuran agregat
lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukkan kebijakan ekonomo guna
memperbaiki/meningkatkan kemakmuran/kesejahteraan rakyat. Beberapa pengertian
yang harus dipelajari berkaitan dengan hal tersebnut adalah :
a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk domestik bruto menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa
memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Akibatnya, PDB kurang
memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktor-
faktor produksi milik perekonomian domestik.


Konsumsi rumah tangga
Konsumsi pemerintah
Pembentukan Modal Tetap (PMT)
ekspor barang dan jasa
impor barang dan jasa
308.469
40.695
172.777
138.675
-131.660
Total PDB 528.956
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 12

b. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian
disebut sebagai Produk Nasional Bruto. PDB tidak memperhatika produksi yang
dihasilkan oleh faktor produksi milik domestik (perekonomian) yang berada di luar
perekonomian itu sendiri (berada di luar negeri). Sedangkan PNB sangat
memperhatikannya.
Jika pendapatan faktor-faktor produksi luar negeri yang ada dalam
perekonomian dinotasikan dengan PFLN sedangkan pendapatan faktor-faktor
produksi perekonomian yang ada dalam negeri dinotasikan dengan PFDN .
Maka :
c. Produk Nasional Neto (Net National Product)
Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang modal (capital goods).
Itulah sebabnya sektor perusahaan (dunia usaha) melakukan investasi guna mengganti
barang modal yang sudah aus (usang) dan menambah stok barang modal yang sudah
ada. Maka untuk mencari gambaran output yang lebih akurat, maka PNB harus
dikurangi depresiasi (penyusutan).

d. Pendapatan Nasional (National Income)
Untuk mendapatkan hasil PN kita harus mengurangi PNN dengan angka pajak
tidak langsung (PTL) dan menambahkan angka subsidi (S). Pajak tidak langsung
harus di kurangkan karena tidak mencerminkan balas jasa atas faktor produksi.
Sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa atas faktor
produksi.

e. Pendapatan Nasional (Personal Income)
Pendapatan Personal (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan
hak individu-individu dalam perekonomian , sebagai balas jasa atas keikutsertaan
mereka dalam proses produksi. Untuk memperoleh PP maka PN harus mengurangi
LTB (Laba tidak langsung). Sebab LTB merupakan hak perusahaan, selain itu
Pembayaran-pembayaran asuransi sosial (PAS) jugak harus dikurangi. Namun PP
jugak diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pemerintah dan konsumen
(PIGK) dan pendapatan non balas jasa (PNBJ)
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 13

Maka :

f. Pendapatan Nasional Disposable (Disposable Personal Income)
Yang dimaksud dengan pendapatan nasional disposable (PPD)adalah
pendapatan personal yang dapat dipakai oleh individu, baik untuk
membiayaikonsumsinya maupun untuk ditabung. Besarnya adalah pendapatan
personal dikurangi dengan pendapatan personal (PAP).
Dari Produk DomestikBruto sampai ke Pendapatan Personal Disposable dapat
diringkaskan sebagai berikut .
C + G + I + (X-M) = Produk Domestik Bruto (PDB)
Ditambah : Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar negeri
Dikurang : Pembayaran Faktor Produksi yang ada di dalam negeri
= Produk Nasional Bruto (PNB)
Dikurang : Penyusutan
= Produk Nasional Neto (PNN)
Dikurang : Pajak Tidak Langsung
Ditambah : Subsidi
= Pendapatan Nasional (PN)
Dikurang : Laba Ditahan
Dikurang : Pembayaran Asuransi Sosial
Ditambah : Pendapatan Bunga personal dari pemerinah/Konsumen
Ditambah : Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PP)
Dikurang : Pajak Pendapatan Nasional
= Pendapatan Personal Disposable



Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 14

4. Contoh Menghitung PDB, PNB, PNN, PN, PP dan PPD
PDB,PNB, Pendapatan Nasional,
Pendaptan Personal dan Pendapatan Disposable
Amerika Serikat, 1994
(Dalam US$ Miliar)
Produk Domestik Bruto (PDB)
Ditambah : Pendapatan Faktor Produksi yang ada di luar
negeri
Dikurang : Pembayaran Faktor Produksi yang ada didalam
negeri
= Produk Nasional Bruto (PNB)
Dikurang : Penyusutan
= Produk Nasional Neto (PNN)
Dikurang : Pajak Langsung - Subsidi
= Pendapatan Nasional (PN)
Dikurang : Laba Ditahan
Dikurang : Pembayaran Asuransi Sosial
Ditambah : Pendapatan Bunga personal dari pemerinah
Ditambah : Penerimaan bukan balas jasa
= Pendapatan Personal (PP)
Dikurang : Pajak Pendapatan Nasional
= Pendapatan Personal Disposable


6.738,4
167,1
(178,6)
6.726,9
(715,3)
6.011,5
(553,1)
5.458
(384,3)
(626,0)
254,3
963,4
5.701,7
(742,1)
4.959,6
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 15


II.2.4 PDB harga Berlaku dan Harga Konstan
Nilai PDB suatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil perkalian antara
harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan. Contoh dalam
perekonomian jenis poduk baju selama tahun 2002 diproduksi sebanyak 1000 potong
baju dengan harga jual per potong Rp 120,00 maka PDB 2002 besarnya adalah
Rp120.000,00 sedangkan PDB tahun 2001 sebesar Rp 100.000,00, sehingga sering
dikatakan telah terjadi pertumbuhan output sebesar 20% per tahun karena PDB 2002
lebih besar dar PDB 2001.
Namun demikian Nilai PDB yang lebih besar tidaklah berarti jumlah output
otomatis lebih besar. Seandainya harga sepotong baju pada tahun 2001 adalah Rp
80,00 maka jumlah pakaian yang diproduksi pada tahun 2001 adalah Rp 100.000 : Rp
80.000 = 1.250 unit. Ternyata walaupun harga PDB lebih besar tahun 2002 namun
outputnya jauh lebih sedikit. Hal tersebut disebabkan karena naiknya harga baju
selama tahun 2002 sebesar 50% dari Rp80,00 menjadi Rp 120,00.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat, maka perhitungan PDB sering
menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan. Hasil perhitungan ini
menghasilkan nilai PDB atas harga konstan. Yang dimaksud dengan harga konstan
adalah harga yang dianggap tidak berubah. Untuk memprolehnya kita harus
menentukaan tahun dasar yang merupakan tahun dimana perekonomian berada dalam
kondisi baik atau stabil. Sehingga kita dapat menghitung besar

dan

nya.



Secara umum hubungan antara PDB rill dengan PDB nominal dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut


Dimana Deflator = (harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100% selain tiu juga dapat
mengitung harga inflasiyaitu

( )
( )

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 16


1. Contoh mengitung nilai konstan :
Misalkan Kondisi pada tahun 2001 merupakan kondisi yang relative baik,

dan

dianggap sebagai harga dasar. Dengan

dan


Hitunglah

?
Maka




Sedangkan

dan

disebut sebagai PDB nominal (dihitung berdasarkan


harga yang berlaku)




Deflator = (Rp 120,00 : Rp 80,00) x 100% = 150% dengan



( )
( )

{

}







Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 17

II.3 KONSUMSI DAN INVESTASI
II.3.1 Teori Konsumsi
Pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government
consumption) dan konsumsi rumah tangga/masyarakat (household consumption
/private consumption). Namun pengeluaran konsumsi rumah tangga akan cenderung
lebih dibahas karena pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar
dalam total pengeluaran agregat, konsumsi pemerintah yang bersifat eksogenus
sedangkan konsumsi rumah tangga bersifat endogenus artinya besarnya konsumsi
rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap
mempengaruhinya, selain itu perkembangan masyarakat yang begitu cepat
menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat.

II.3.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah
tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Faktor-faktor Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah:
1. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah
tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi semakin besar.
2. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah, tanah dan
mobil) dan finansial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga).
Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena
menambah pendapatan disposabel. Misalnya, bunga deposito yang diterima
tiap bulan dan dividen yang diterima setiap tahun menambah pendapatan
rumah tangga.
3. Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik
dilihat dari masyarakat yang mampu dan masyarakat yang tidak mampu.
Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost)
dari kegiatan konsumsi akan semakin tinggi pula. Bagi masyarakat tidak
mampu yang ingin mengonsumsi dengan meminjam uang di bank atau
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 18

menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin tinggi, sehingga
masyarakat akan mengurangi konsumsi. Begitu juga dengan masyarakat
mampu atau yang memiliki banyak uang, tingkat bunga yang tinggi
menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan daripada
dihabiskan untuk konsumsi.
4. Perkiraan Tentang Masa Depan (household expectation about the future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka
akan meras lebih leluasa untuk melakukan konsumsi karena pengeluaran
konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa
depannya semakin buruk, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan
menekan pengeluaran konsumsi.
b. Faktor-faktor demografi (kependudukan)
Yang tercakup dalam faktor-faktor kependudukan adalah jumlah dan komposisi
penduduk.
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per
keluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata
penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara
absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada
Singapura karena jumlah penduduk Indonesia lebih banyak daripada
Singapura, sehingga tingkat konsumsi rumah tangga akan sangat besar.
2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi,
diantaranya: usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah,
menengah, tinggi), dan wilayah tinggal (perkotaan dan pedesaan). Adapun
pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi adalah:
a. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64
tahun), semakin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari
mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang tinggi
pula.
b. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga
semakin tinggi, ini disebabkan karena kebutuhan yang semakin banyak
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 19

yaitu selain kebutuhan primer ,kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat
serta eksistensinya juga harus dipenuhi.
c. Semakin banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan (urban),
pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi, karena pola hidup masyarakat
perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.

c. Faktor-faktor non-ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya
konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola
kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok
masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal). Contoh paling kongkret di
Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar
swalayan.

II.3.2 Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)
a. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat
dipengaruhi oleh pendapatan nasional saat ini (current disposable income). Menurut
Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan.
Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama
dengan nol. Inilah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous
consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi tersebut tidak
sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
C = a + bY

Dimana;

C = tingkat konsumsi
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan 0
b = marginal propensity to consume (MPC)
Y

= pendapatan disposabel
0 b 1

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 20

b. Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara pertambahan
konsumsi (AC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel (AY).
MPC= C/Yd
Keterangan:
MPC = Marginal Propensity to concume (kecondongan mengosumsi
marginal)
C = pertambahan konsumsi
Yd = pertambahan pendapatan
Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan
pendapatan disposabel , sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka
MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposabel terus meningkat,
konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi), sebab manusia tidak
mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Karena itu, 0 MPC 1.

c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata yaitu perbandingan antara tingkat
konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan diposabel serta konsumsi itu dilakukan (Yd).
APC = C/Yd
Keterangan:
APC = konsumsi rata-rata
C = tingkat konsumsi
Yd = besarnya pendapatan disposabel

d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan
untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian didapat:
Y = C + S
Dimana : S = tabungan (saving)
Setiap tambahan pengahasilan disposabel akan di alokasikan untuk menambah
konsumsi dan tabungan . Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi
tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity
to Save, disingkat MPS).
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 21

MPS= S/Yd
Keterangan :
MPS : Marginal Prospensity to saving (kecondongan menabung marginal)
S : pertambahan tabungan
Yd : pertambahan pendapatan
Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut
kecenderungan menabung rata-rata (Average Proprnsity to Save, disingkat APS).
MPC dan MPS
Jika tiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai tambahan konsumsi
dan tabungan, maka:

Jika kedua sisi dibagi dengan , maka:




Pada saat pendapatan disposabel masih rendah, setiap unit tambahan pendapatan
sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati 1. Nilai MPS
mendekati nol. Hal ini yang menyebabkan negara-negara miskin kemampuan
menabungnya sangat rendah, sehingga jika mereka ingin melakukan investasi harus
meminjam dari luar negeri. Umumnya, dana pinjaman tersebut berasal dari negara-
negara kaya, yang nilai MPC-nya sudah semakin mengecil, sementara MPS-nya
semakin besar.
Nilai APC ditambah dengan APS juga sama dengan satu, dapat dibuktikan
dengan:
Y = C + S
Kedua sisi dibagi dengan Y, sehingga:





Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 22



1. Contoh
Pada tahun 2008 tingkat pendapatan 1000 dan pada tahun 2009 tingkat pendapatannya
1500. Pada tahun yang sama tingkat konsumsi 700 dan pada tahun 2009 tingkat
konsumsi 1000.
Jawab:
C = a+bY
Maka kita terlebih dahulu mencari nilai b


Kemudian mencari nilai a
(

)
{(

) }
* +
()
Jadi, fungsi konsumsi adalah

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 23



II.3.2 Investasi (Penanaman Modal)
II.3.2.1 Definisi Investasi dan Penentu-Penentunya
Sering terdapat kekeliruan dalam masyarakat berkaitan dengan istilah investasi.
Suatu asuransi, misalnya membeli saham-saham perusahaan di pasaran saham.
Tindakan ini tidak dapat dipandang sebagai investasi. Begitu juga seseorang yang
menggunakan tabungannya untuk membeli saham perusahaan atau tanah selalu
dikatakan sebagai melakukan investasi. Dalam analisis makroekonomi tindakan
individu atau perusahaan asuransi tersebut membeli saham tidak dipandang sebagai
investasi. Untuk menghindari kekeliruan ini, sebagai langkah pertama dalam
membahas hal-hal yang berhubungan dengan investasi perusahaan, terlebih dahulu
akan diterangkan arti dari pengertian tersebut.
a. Arti Investasi
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut untuk
membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi.
Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-
baranng modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 24

b. Penentu-Penentu Investasi
Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang
membelanjakan bagian terbesar dari pendapatan mereka untuk membeli barang dan
jasa yang mereka butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan
untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan
demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam
menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping
ditentukan oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor
lain juga penting perananya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan
dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :
i. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh
ii. Suku bunga
iii. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
iv. Kemajuan teknologi
v. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
vi. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
Ada 3 elemen yang penting untuk memahami penentu-penentu investasi adalah :
1. Revenue
Investasi akan memberikan perusahaan revenue tambahan jika investasi itu
membantu perusahaan menjual lebih banyak produk.Ketika pabrik-pabrik
menganggur, perusahaan relatif mempunyai sedikit kebutuhan atas pabrik-
pabrik yang baru, sehingga investasinya rendah. Lebih umum lagi, investasi
bergantung pada revenue yang akan dihasilkan oleh status dari aktivitas
ekonomi keseluruhan.
2. Biaya
Penentu kedua yang penting dari tingkat investasi adalah biaya berinvestasi.
Karena barang-barang investasi bertahan selama bertahun-tahun, maka
memperhitungkan biaya investasi agak lebih rumit daripada memperhitungkan
biaya untuk komoditas yang lain seperti batubara atau gandum. Untuk barang-
barang bertahan lama, biaya modal meliputi bukan hanya harga dari barang
modal tetapi juga suku bunga yang dibayarkan oleh para peminjam untuk
mendsanai modal selain pajak yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan atas
pendapatan mereka.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 25

3. Ekspektasi
Elemen ketiga dalam penentu investasi adalah ekspektasi laba dan
kepercayaan bisnis. Investasi terutama sekali, merupakan spekulasi atas masa
depan,suatu taruhan bahwa revenue dari suatu investasi akan melebihi
biayanya. Jadi keputusan-keputusan investasi bergantung pada ekspektasi dan
ramalan-ramalan. Tetapi, seperti yang dikatakan orang bijak, meramal itu
berbahaya, terutama mengenai masa depan. Bisnis banyak bergantung pada
energi yang menganalisainvestasi dan yang mencoba untuk mempersempit
ketidakpastian mengenai investasi-investasi mereka.
Kita dapat merangkum pandangan kita mengenai kekuatan yang berada dibalik
keputusan investasi sebagai berikkut :
Bisnis berinvestasi untuk memperoleh laba. Karena barang modal dapat
bertahan bertahun-tahun, keputusan investasi bergantung pada (1) permintaan untuk
output yang dihasilkan oleh investasi baru, (2) suku bunga dan pajak yang
mempengaruhi biaya investasi, dan (3) ekspektasi bisnis mengenai keadaan
perekonomian.
II.3.2.2 Klasifikasi Investasi
Dalam rangka akuntansi dan pelaporan aset investasi pemerintah secara garis
besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Investasi jangka pendek
2. Investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi
jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua
belas) bulan atau lebih.
Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan menjadi
investasi nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah
investasi jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan atau tidak direncanakan untuk dijual kembali.
Klasifikasi Investasi dapat digambarkan sebagaimana Bagan sebagai berikut :
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 26









1. Contoh Investasi Jangka Pendek:
Misalkan Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal sebesar Rp
100 juta. Berdasarkan proposal, 5 tahun kemudian nilai nominal uang yang dia
peroleh adalah Rp 161 juta. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah nilai Rp 161
juta lima tahun mendatang itu lebih besar daripada Rp 100 juta saat ini ? Jika ya,
proposal usaha tersebut layak diterima. Sebaliknya, jika tidak.
Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rp 161 juta tersebut di atas ? Hal ini
sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi yang Rudi harapkan.
Seandainya, untuk menjalankan usahanya Rudi harus meminjam dari Bank dengan
bunga pinjaman 15 per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian investasi
setidak-tidaknya sama dengan 15 . Karena itu nilai 161 juta harus dideflasi sebesar
15 per tahun. Dalam perhitungan manajemen keuangan, angka 15 tersebut
dikenal sebagai factor diskonto.
Jika nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun mendatang
dinotasikan , nilai Rp 161 juta adalah , sedang waktu adalah , dan factor diskonto
adalah , maka berdasarkan manipulasi matematika sederhana, hubungan antara
elemen-elemen tersebut adalah :

( )


Dengan menggunakan data di atas :
Investasi
Investasi Jangka
Pendek

Investasi Jangka
Panjang

Permanen
Nonpermanen
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 27

( )

()


Nilai sekarang dari Rp 161 juta yang akan diterima 5 tahun mendatang adalah Rp 80,1
juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi awal, yang sebesar Rp 100 juta,
proposal usaha ditolak. Sebab usaha tersebut justru membuat nilai riil uang yang
diinvestasikan makin kecil. Dapat juga dikatakan bahwa return dari investasi lebih
kecil daripada tingkat bunga pinjaman. Ini bias dibuktikan dengan menggunakan
persamaan eksponensial sederhana di bawah ini.
Jika nilai Rp 161 juta, 5 tahun mendatang dinotasikan sebagai

, sedangkan investasi
awal dinotasikan sebagai

,maka :

( )


Karena nilai

dan sudah diketahui , maka dapat diketahui. Dengan


menggunakan data-data di atas :
( )


( )


( )


( )


( )
( )

Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya per tahun, lebih kecil daripada
biaya bunga pinjaman yang per tahun.


Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 28

2. Contoh Investasi Jangka Panjang:
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai
sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut
pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama. Dalam kasus
di atas,dilihat dari nilai uang masa mendatang , dasar pengambilan keputusan
terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa nilai 5 tahun mendatang dari uang
yang diinvestasikan saat ini. Jika nilai Rp 161 juta , 5 tahun mendatang adalah lebih
besar daripada nilai masa mendatang yang diharapkan, proposal usaha diterima.
Sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih kecil).
Jika investasi awal dinotasikan sebagai , nilai masa mendatang yang diharapkan
adalah ,waktu adalah , dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan adalah
, maka :
( )


( )


()
juta.
Nilai mendatang ( 5 tahun mendatang ) yang diharapkan Rudi dari investasi saat ini
adalah minimal Rp 201 juta. Sedangkan yang ditawarkan proposal usaha hanya Rp
161 juta, karena tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan hanyalah 10.
Proposal ditolak.







Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 29

II.3.2.3 Kriteria Investasi
Ada empat kriteria investasi yaitu:
1. Payback Period
2. Net Present Value
3. Profitability Index
4. Internal Rate of Return
1. Payback Period
Payback period adalah periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluaran investasi yang menggunakan aliran cash netto/proceed. Waktu yang
diperlukan agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali
seluruhnya.
Metode penilaian investasi memiliki kelemahan yaitu:
1. Metode ini mengabaikan penerimaan investasi (proceed) sesudah Payback
Period, hanya mengukur kecepatan kembalinya dana.
2. Mengabaikan time Value Of Money.
Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:


Dimana: Outlay = Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi
Proceed = Jumlah uang yang ditenima
1. Contoh Payback Period :
PD. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah proceed per tahun
adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:


Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam
aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 30

2. Net Present Value
Net Present Value adalah selisih Present Value dari keseluruhan Proceed dengan
Present Value dari keseluruhan investasi.
Bila present value proceed lebih besar atau sama dengan present value
investasi maka usul investasi diterima.
Bila present value proceed lebih kecil present value investasi maka usul
investasi ditolak.
Rumus yang dapat digunakan adalah:
NPV =


n
i n
i
CF
) 1 (
- Io
Dimana: CF = Cashf low = Proceeds = jumlah uang yang diterima, i =
Tingkat Bunga n = Periode Waktu, lo = Nilai lnvestasi awal
( tahun 0)
2. Contoh Net Present Value :
PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp. 45.000,-
Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp. 22.500,-.Tingkat suku bunga 10 maka
Net Present Valuenya adalah:


( )


( )


( )


= 20.454,5 + 18.595 + 16.904 = Rp 55.953,58 Rp 45.000 = Rp.
10.954,-
Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV positif, yaitu Rp.10.954.
Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek tersebut akan ditolak.
3. Profitability Index (Pi)
Merupakan metode perhitungan kelayakan investasi yang membagi antara Present
Value dari Proceeds dengan Present Value dari Outlays. Bila hasilnya Iebih besar dari
1 maka investasi diterima. Bila hasilnya kurang dari 1, maka investasi ditolak.
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 31

Rumus yang digunakan adalah:




Dimana : PV = Present Value
Outlay = Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi
Proceeds = Jumlah uang yang diterima
4. Internal Rate Of Return (Irr)
Internal Rate of Return adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai
sekarang dari proceeds sama dengan nilai sekarang dari outlay.
Rumus yang dapat digunakan dalam IRR adalah:
(


Dimana: P1 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV positif
P2 = nilai persentasi (i) yang menghasilkan NPV negatif
C1 = NPV positif C2 = NPV negative
3. Contoh Internal Rate Of Return (Irr) :
Tuan Yatna Supriyatna memiliki sebidang tanah yang akan dibangun sebuah usaha
yaitu Pabrik Susu. Adapun nilai investasi Tuan Yatna adalah Rp.640 juta. Proyek
penerimaan untuk kedua usaha adalah sebagai berikut:
Tahun Pabrik Susu
1 Rp. 50 Juta
2 Rp. 150 Juta
3 Rp. 200 Juta
4 Rp. 250 Juta
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 32



Berapakah nilai IRR-Pabrik Susu tersebut?
Pembahasan:
IRR = P
1
C
1
x
1 2
1 2
C C
P P


Dimana: P
1
adalah presentasi yang menghasilkan NPV Positif
P
2
adalah presentasi yang menghasilkan NPV Negatif
C
1
adalah NPV Positif C
2
adalah NPV Negatif
Gunakan metode coba-coba. Misalnya nilai P
1
adalah 19%. Maka nilai C
1
adalah:
Besarnya PV dapat dilihat dan tabel Present Value Interest Factor (tabel Ill) sebagai
berikut:
Tahun Cashflow PVIF (19%) PV
1 Rp. 50 Juta 0,840 Rp. 42,02 Juta
2 Rp. 150 Juta 0,706 Rp. 105,92 Juta
3 Rp. 200 Juta 0,593 Rp. 118,68 Juta
4 Rp. 250 Juta 0,499 Rp. 124,67 Juta
5 Rp. 300 Juta 0,419 Rp. 125,71 Juta
6 Rp. 350 Juta 0,352 Rp. 123,25 Juta
Total PV Rp. 640,26 Juta

NPV = PV Proceed PV Outlays
5 Rp. 300 Juta
6 Rp. 350 Juta
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 33

NPV = Rp. 640,26 juta Rp. 640 juta
NPV = Rp. 260.000
Nilai P1 dan C1 telah diketahui yaitu :
P
1
adalah 19%
C
1
adalah Rp.260.000
Sedangkan untuk mencari nilai C
2
, kita gunakan P
2
misalnya 20%, sehingga nilai P
2

dan C
2
adalah:
Tahun Cashflow PVIF (20%) PV
1 Rp. 50 Juta 0,833 Rp. 41,67 Juta
2 Rp. 150 Juta 0,694 Rp. 104,17 Juta
3 Rp. 200 Juta 0,579 Rp. 115,74 Juta
4 Rp. 250 Juta 0,482 Rp. 120,56 Juta
5 Rp. 300 Juta 0,402 Rp. 120,56 Juta
6 Rp. 350 Juta 0,402 Rp. 117,21 Juta
Total PV Rp. 619,91 Juta

NPV = PV Proceed PV Outlays NPV = Rp.619,91 juta Rp.640 juta
NPV = Rp.20,09 juta
(


()




Sehingga IRA dan Pabrik Susu Tuan Yatna adalah 19,01%
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 34

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPUAN
Ada tiga cara perhitungan pendapatan Nasional , yaitu cara output (output
approach),cara pendapatan (income approach) dan cara pengeluaran (expenditure
approach).
GDP Nominal (atau disebut GDP Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai
GDP tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP Riil (atau di sebut
GDP Atas Dasar Konstan) mengoreksi angka GDP nominal dengan memasukkan
pengaruh dari harga. GDP ini dapat juga dihitung dengan memakai dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan juga pendekatan pendapatan.
Konsumsi (atau lebih tepatnya, pengeluaran konsumsi pribadi) adalah pengeluaran
oleh rumah tangga atas barang jadi dan jasa. Tabungan adalah bagian dari
pendapatan pribadi setelah pajak yang tidak dikonsumsi.
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat.
sekarang pendapatan dimasa depan dapat dihitung denagn menggunakan
persamaan berikut :

()

()

()


faktor-faktor penting yang menentukan jumlah tingkat investasi pada pengusaha
meliputi beberapa factor:
Faktor-faktor utama yang menentukannya adalah :
Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh
Suku bunga
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
Kemajuan teknologi
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan




Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 35

DAFTAR PUSTAKA

Sukkirno,Saddono.2006.Makro Ekonomi.Edisi ke-3.Jakarta:Penerbit PT Rajagrafindo
Persada.
A.Samuelson,Paul.2004.Ilmu Makro Ekonomi.Edisi ke-17.Jakarta:Penerbit PT.Media
Global Edukasi.
TimPengampuh.2011. Pengantar Ekonomi Makro.Medan:Fakultas Ekonomi.
Univeritas Negeri Medan
Rahardja,Pratama,dkk.2004.Teori Ekonomi Makro.Jakarta: Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia














Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 36

LAMPIRAN SOAL

1. Sebelum bekerja pengeluaran Daniel sebesar Rp. 1.500.000,00 sebulan. Setelah
bekerja dengan penghasilan sebesar Rp. 5.000.000,00 pengeluarannya sebesar
Rp. 4.500.000,00. Fungsi konsumsi Daniel adalah.
Pembahasan :
dik :
- a = 1.500.000 (Konsumsi pada saat y=0)
- C = C1 C0 = 4.500.000 1.500.000 = 3.000.000
- Y = Y1 Y0 = 5.000.000
- Y = 5.000.000 0 = 5.000.000
dit : Fungsi Konsumsi ?
jawab :
Fungsi konsumsi dinyatakan dengan :
C = a + bY atau C a + mpcY
pada soal diatas sudah diketahui nilai a, Y, Y, dan C, jadi langkah selanjutnya kita
mencari MPC
MPC = C / Y
MPC = 3.000.000 / 5.000.000 = 3/6
MPC = 0,6
setelah MPC kita ketahui, maka fungsi konsumsi untuk Daniel dapat kita tentukan
sebagai berikut :
C = a + mpcY,
C = 1.500.000 + 0,6Y

2. Konsumsi masyarakat suatu negara ditunjukan oleh persamaan C = 30 + 0,8Y.
bila tabungan sebesar Rp.20,00 maka besarnya konsumsi adalah .
Pembahasan :
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 37


dik : - fungsi konsumsi C = 30 + 0,8Y
- tabungan S = 20
dit : Besar Konsumsi (C) ?
Jawab :
untuk mengetahui besarnya konsumsi, maka langkah yang paling pertama adalah kita
harus mencari terlebih dahulu berapakah nilai Pendapatan (Y) dari fungsi tersebut.
untuk mencari nilai Y maka kita bisa menggunakan fungsi tabungan dan nilai
tabungannya,
C = 30 + 0,8Y maka fungsi tabungannya adalah S = -a + (1 MPC)Y==>
S = -30 + 0,2Y diketahui nilai S = 20, lalu kita masukan kedalam fungsi tabungan (S)
untuk memperoleh nilai Y
S = -30 + 0,2Y
20 = -30 + 0,2Y
0,2Y = 20 + 30
0,2Y = 50
Y = 50 / 0,2
Y = 250
Langkah selanjutnya untuk mencari besarnya konsumsi (C) adalah kita memasukan
nilai Y
kedalam fungsi konsumsi.
C = 30 + 0,8Y
C = 30 + 0,8(250)
C = 30 + 200
C = 230
Jadi besarnya konsumsi (C) adalah 230.

Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 38

3. Keluarga Ibu Tutik mempunyai penghasilan Rp. 8.000.000,00 sebulan, dengan
pola konsumsi yang dinyatakan dengan fungsi C = 1.500.000 + 0,70Y.
Berdasarkan data tersebut maka besarnya tabungan keluarga ibu Tutik adalah .
Pembahasan:
Diketahui :
Y = 8.000.000
Fungsi Konsumsi ==> C = 1.500.000 + 0,70Y
Ditanya :
besarnya tabungan (S) ?
Jawab :
untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S) maka langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah merubah fungsi konsumsi kedalam fungsi tabungan kemudian
memasukan nilai pendapatan (Y) kedalam fungsi tabungan.
C = 1.500.000 + 0,70Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y
S = 1.500.000 + 0,30Y
untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan nila Y kedalam
fungsi
konsumsi:
S = -1.500.000 + 0,30(8.000.000)
S = -1.500.000 + 2.400.000
S = 900.000
Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah Rp.900.000,00

4. Bila diketahui fungsi tabungan : S = -50 + 0,15Yd, maka besarnya Marginal
Propensity to Consume (MPC) adalah..
Pembahasan :
untuk menjawab pertanyaan diatas, kita hanya memerlukan waktu 30detik,
diketahui MPS = 0,15 maka
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 39

MPC = 1 MPS
MPC = 1 0,15
MPC = 0,85
Jadi besarnya Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah 0,85

5. Bila diketahui, Fungsi konsumsi C = 200 + 0,8Y, maka besarnya Marginal
Propensity to Save (MPS) adalah.
Pembahasan:
Sama dengan soal sebelumnya, untuk membahas soal ini kita hanya membutuhkan
waktu 30 detik.
Diketahui MPC = 0,8 Maka
MPS = 1 MPC
MPS = 1 0,8
MPS = 0,2
Jadi besarnya Marginal Propensity to Save (MPS) adalah 0,2
6. Sebuah proyek jembatan selama 5 tahun dapat dikerjakan dengan 3 metode kerja
sebagai berikut
Metode I (dengan perancah tetap)
Membeli perancah seharga $ 100000
Biaya tenaga kerja per th $ 50000
Biaya bahan habis pakai per th $ 5000
Pada tahun ke 3 diperlukan biaya tambahan sebesar $ 10000
Harga jual lagi perancah $ 10000
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 40

Metode II (dengan perancah bergerak)
Tanpa membeli alat tetapi dengan sewa alat
Harga sewa alat per th $ 30000 hanya pada tahun ke-1,2, & 3 saja tahun ke 4 dan 5
tidak menyewa lagi karena sudah tidak membutuhkan
Pada th ke 4 dan 5 membutuhkan biaya tambahan masing-masing sebesar $ 10000
Biaya tenaga kerja per th $ 55000
Baiya bahan habis pakai per th $ 5000
Metode III (dengan peluncuran bertahap)
Membeli alat peluncuran $ 110000
Biaya tenaga kerja per th $ 35000
Biaya bahan habis pakai $ 5000
Harga jual lagi alat $ 5000
Manakah metode kerja yang paling ekonomis, jika i = 10% ?
(sehubungan usia proyek yang sama, maka gunakanlah metode METODE NILAI
SEKARANG)
Jawaban
Metode II
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 41



0


1
Sewa
30000
Tenaga
55000
Bahan
5000
2
Sewa
30000
Tenaga
55000
Bahan
5000
3
Sewa
30000
Tenaga
55000
Bahan
5000
4
Sewa
0
Tenaga
55000
Bahan
5000
Tambahan
10000
5
Sewa
0
Tenaga
55000
Bahan
5000
Tambahan
10000


= PV(rate,nper,pmt,fv,type)
Nilai Sekarang (II) = PV(10%,5,-(55000+5000),0)+PV(10%,3,-30000,0) +PV
(10%,4,0,-10000)+PV(10%,5,0,-10000)
= 315,092.11
Hitungan manual
Nilai Sekarang (II) = 30000 (P/A,10%,3) + (55000+5000) (P/A,10%,5) +10000
(P/F,10%,4) + 10000 (P/F,10%,5)
= 30000 (2,4869) + 60000 (3,7908) + 10000 (0,6830) + 10000(0,6209)
= 315.094





Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 42

Metode III
Nilai jual
lagi
5000


0
Beli
alat
110000

1
Tenaga
35000
Bahan
5000
2
Tenaga
35000
Bahan
5000
3
Tenaga
35000
Bahan
5000
4
Tenaga
35000
Bahan
5000
5
Tenaga
35000
Bahan
5000

= PV(rate,nper,pmt,fv,type)
Nilai Sekarang (I) = PV(10%,5,-(35000+5000),5000)+110000
= 258,526.86
Hitungan manual
Nilai Sekarang (I) = 110000 + (35000 + 5000) (P/A,10%,5) -5000(P/F,10%,5)
= 110000 + 40000 (3,7908) 5000 (0,6209)
= 258.527,5

Metode III yang dipilih karena yang paling murah.
7. PD. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $.45.000, jumlah proceed per
tahun adalah $. 22.500,- maka Payback Periodnya adalah:


Sehingga nilai Payback Period adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam
aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun.
8. PD. Maju Jaya melakukan investasi sebesar Rp. 45.000,-
Proceed adalah selama tiga tahun adalah Rp. 22.500,-.Tingkat suku bunga 10 maka
Net Present Valuenya adalah:
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 43



( )


( )


( )


= 20.454,5 + 18.595 + 16.904 = Rp 55.953,58 Rp 45.000 = Rp.
10.954,-
Usul diterima, karena PD. Maju Jaya memiliki nilai NPV positif, yaitu Rp.10.954.
Apabila nilai NPV PD. Maju Jaya negatif maka proyek tersebut akan ditolak.
9. Contoh Menghitung PDB dengan Metode Pengeluaran :

Produk Domestik Bruto Indonesia 1996
Harga Berlaku Meenurut Pengeluaran
(Dalam Miliar Rupiah)







Catatan : Ekspor Bersih (Net Export) = Ekspor Impor = 7.015, angka positif
menunjukan ekspor barang dan jasa tahun 1996 lebih besar Rp 7.015 miliar dari pada
impor barang dan jasa.

10. Misalkan Kondisi pada tahun 2001 merupakan kondisi yang relative
baik,

dan

dianggap sebagai harga dasar. Dengan

dan


Hitunglah

?
Maka




Sedangkan



Konsumsi rumah tangga
Konsumsi pemerintah
Pembentukan Modal Tetap (PMT)
ekspor barang dan jasa
impor barang dan jasa
308.469
40.695
172.777
138.675
-131.660
Total PDB 528.956
Ekonomi Makro Mengukur Aktivitas Ekonomi, Investasi dan Konsumsi Page 44

dan

disebut sebagai PDB nominal (dihitung berdasarkan


harga yang berlaku)




Deflator = (Rp 120,00 : Rp 80,00) x 100% = 150% dengan



( )
( )

{

Anda mungkin juga menyukai