Anda di halaman 1dari 110

BAB I

KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro


Dalam Teori Ekonomi Mikro telah dibahas tentang kata ekonomi yaitu
“peratutan rumah tangga”. Perlunya peraturan rumah tangga, tidak lain karena
setiap individu mempunyai kebutuhan yang sifatnya tidak terbatas, sementara alat
untuk memenuhi kebutuhan berupa sumber daya sifatnya terbatas. Keterbatasan
sumber daya tersebut menimbulkan kelangkaan, sehingga diperlukan
pengorbanan untuk memperolehnya. Oleh karena itu perlu pilihan-pilihan dalam
pengambilan keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan kegiatan
ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
Ekonomi mikro ruang lingkup analisisnya pada kegiatan-kegiatan
ekonomi dari unit-unit ekonomi individual, yaitu studi tentang bagaimana rumah
tangga dan perusahaan mengambil keputusan dan bagaimana pengambil keputusan
ini berinteraksi di pasar. Prinsip utama ekonomi mikro adalah bahwa rumah tangga
dan perusahaan berusaha mencapai optimalisasi, mereka melakukan hal terbaik
yang bisa dilakukan untuk mereka sendiri berdasarkan tujuan dan kendala yang
mereka hadapi. Dalam model-model ekonomi mikro, rumah tangga memilih
pembeliannya untuk memaksimalkan tingkat kepuasan yang disebut dengan
utilitas (utility), dan perusahaan-perusahaan mengambil keputusan-keputusan
produksi untuk memaksimalkan keuntungan atau laba mereka.
Dalam teori ekonomi mikro sebagaimana dijelaskan di atas tidak menjelaskan
tentang masalah-masalah ekonomi secara keseluruhan/agregat atau secara lebih
luas yaitu masalah pengangguran, masalah kenaikan harga (inflasi), masalah
pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi, masalah hubungan ekonomi
antar negara, masalah kestabilan ekonomi, dan bagaimana peran pemerintah
dalam perekonomian. Masalah-masalah ekonomi secara agregat merupakan
cakupan analisis teori ekonomi makro. Jadi, teori ekonomi makro menganalisis
kegiatan-kegiatan ekonomi secara agregat (keseluruhan), misalnya bagaimana

Muhammad Ilham =1= Teori Ekonomi Makro


uang dan pengeluaran total (aggregate expenditure) menentukan output,
kesempatan kerja (employment) dan tingkat harga dalam dan kestabilannya
perekonomian, peran hubungan ekonomi luar negeri, serta peran pemerintah melalui
kebijakannya dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan kata lain
teori ekonomi makro membahas permasalahan yang menyangkut kehidupan dan
kepentingan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Apakah aspek-aspek yang bersifat agregat dari kegiatan ekonomi itu?
Apabila yang dibahas adalah mengenai produsen, maka yang dimaksud
adalah produsen keseluruhan perekonomian. Begitu pula apabila yang
dibahas mengenai tingkah laku konsumen, maka yang dianalisis adalah
tingkah laku keseluruhan konsumen dalam menggunakan pendapatannya
untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Dalam
analisis ekonomi makro juga dibahas peranan pemerintah dalam mengatur
kegiatan perekonomian. Pada aspek ini yang diperhatikan adalah tentang berbagai
kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah-masalah
dalam keseluruhan perekonomian seperti masalah inflasi, pengangguran,
pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi makro sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus
mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara agregat bertujuan untuk
menganalisis hubungan-hubungan kausal antara variabel-variabel ekonomi agregatif.
Di antara variabel-variabel ekonomi agregatif yang banyak dibahas dalam
ekokomi makro antara lain: tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan
kerja, pengeluaran konsumsi rumah tangga, tabungan (saving), investasi nasional,
jumlah uang yang beredar, tingkat harga, tingkat bunga, neraca pembayaran luar
negeri, stok kapital nasional, hutang pemerintah, dan lain sebagainya.
Singkatnya, ekonomi makro membahas tentang berbagai masalah pokok
perekonomian yang aktual.
Sekalipun ada perbedaan antara ekonomi makro dan ekonomi mikro,
namun tidak terdapat perbedaan mendasar antara keduanya. Bagaimanapun
perekonomian secara agregat tidak lain merupakan penjumlahan atas pasar
yang tercakup di dalamnya. Oleh karena itu perbedaan antara ekonomi makro
dan ekonomi mikro terutama terletak pada penekanan dan penyajiannya. Dalam

Muhammad Ilham =2= Teori Ekonomi Makro


mempelajari proses penentuan harga pada suatu industri, adalah bermanfaat bagi
para ahli ekonomi mikro untuk mengasumsikan bahwa harga-harga di industri lain
adalah tertentu. Dalam ekonomi makro, di mana kita mempelajari tingkat harga,
kita akan mengabaikan perubahan harga relatif barang antar industri yang berbeda.
Dalam ekonomi mikro kita juga akan mengasumsikan bahwa total pendapatan
dari semua konsumen adalah tertentu dan bagaimana konsumen mengalokasikan
pengeluaran mereka yang bersumber dari pendapatan atas berbagai barang yang
ada. Sebaliknya, dalam ekonomi makro tingkat pendapatan ataupun pengeluaran
agregat merupakan variabel utama yang akan dipelajari.
Peristiwa-peristiwa ekonomi muncul dari interaksi banyak rumah tangga
konsumen dan perusahaan/produsen, sehingga ekonomi mikro dan ekonomi
makro memiliki keterkaitan yang sangat erat. Bila kita m e m p e l a j a r i
p e r e k o n o m i a n s e c a r a m e n y e l u r u h , k i t a h a r u s mempertimbangkan
keputusan-keputusan dari pelaku-pelaku ekonomi individu. Misalnya, untuk
memahami apa yang menentukan pengeluaran konsumen total, kita harus
memikirkan keluarga yang memutuskan berapa banyak uang yang harus
dibelanjakan hari ini dan berapa banyak yang harus ditabung untuk hari esok.
Untuk memahami apa yang menentukan investasi total, kita harus memikirkan
perusahaan yang memutuskan apakah akan membangun pabrik baru. Jadi,
variabel-variabel agregat merupakan penjjumlahan dari variabel-variabel yang
menggambarkan banyak keputusan individu. Dengan demikian teori ekonomi
makro berdiri di atas pondasi ekonomi mikro.
Inti teori ekonomi makro adalah penentuan pendapatan nasional. Teori
ekonomi makro mengkaji bagaimana keseimbangan jangka pendek dan jangka
panjang b i sa d ic a p a i . K e s e im b a n g a n j a n g ka pendek adalah
t e r c a p a i n ya keseimbangan antara penawaran agregat (aggregate supply)
dan permintaan agregat (aggregate demand). Keseimbangan dalam jangka panjang
adalah adanya kenaikan kapasitas produksi atau pertumbuhan ekonomi (economic
growth) yang sesuai dengan keseimbangan, atau tingkat pertumbuhan produksi
yang cukup pesat dalam kondisi pekerjaan penuh (full employment). Untuk mencapai
keseimbangan jangka pendek maupun jangka panjang, maka diperlukan kerangka
sistem dan kebijakan ekonomi makro.

Muhammad Ilham =3= Teori Ekonomi Makro


B. Perkembangan Teori Ekonomi Makro
Dalam pemikiran klasik yang dimotori oleh Adam Smith (1723-1790) sebagai
“Bapak Ilmu Ekonomi” dengan bukunya “An Inquiry Into the Nature and Causes of
the Wealth of Nations” percaya bahwa perekonomian yang berlangsung
dikendalikan oleh invisible hands (tangan-tangan yang tidak kelihatan). Oleh karena
itu perekonomian tidak boleh diintervensi oleh pemerintah, karena invisible hands
secara otomatis akan mengarahkan perekonomian menuju keseimbangan
(equilibrium). Hal tersebut diperkuat oleh pemikiran Jean Baptiste Say (1767-1832)
yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaanya
sendiri (supply creates its own demand), yang disebut sebagai Hukum Say (Say’s
Law) Traité d'économie politique (1803). Hukum Say didasarkan pada asumsi
bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan. Setiap ada produksi, akan
ada pendapatan yang besarnya persis sama dengan nilai produksi tadi. Dengan
demikian, dalam keadaan seimbang, produksi akan menciptakan permintaannya
sendiri atas produksi barang yang bersangkutan. Asumsi-asumsi yang digunakan
oleh mahzab klasik tersebut menyandarkan pada asumsi mikro ekonomi.
Dalam perkembangannya, permasalahan ekonomi semakin kompleks dan
luas, sehingga analisis ekonomi tidak cukup jika hanya dianalisis secara mikro
ekonomi. Permasalahan ekonomi mencapai puncaknya ketika terjadi depresi
ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 1929 hingga 1932 yang disebut dengan the
Great Depression, dan berdampak luas terhadap perekonomian dunia. Berbagai
permasalahan ekonomi yang terjadi ketika depresi tersebut seperti angka
pengangguran yang meningkat, output perekonomian yang berkurang drastis, serta
investasi yang merosot tajam. Depresi ekonomi dunia tersebut menunjukkan bahwa
asumsi-asumsi ekonomi klasik yang hanya menyandarkan pada analisis mikro
ekonomi tidak mampu menjalankan tugasnya dalam mengatasi permasalahan
ekonomi secara agregat.
Pasca depresi ekonomi dunia 1932, ahli ekonomi makro terkenal John
Maynard Keynes (1883-1946) menerbitkan buku yang berjudul The General
Theory of Employment, Interest, and Money pada tahun 1936. Teori umum
Keynes melakukan revolusi terhadap pemikiran klasik dengan memperkenalkan
konsep permintaan agregat (aggregate demand) sebagai jumlah konsumsi,

Muhammad Ilham =4= Teori Ekonomi Makro


investasi dan belanja pemerintah sebagai faktor penentu tingkat kegiatan
ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu negara. Keynes juga mengatakan bahwa
kesempatan kerja penuh (full employment) dan pertumbuhan ekonomi yang
mantap hanya dapat dicapai jika pemerintah berperan melalui kebijakan
anggaran pemerintah. Dengan demikian dalam perekonomian perlu ada campur
tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal. Selain Keynes, ahli-ahli dari Amerika
modern seperti Milton Friedman, Franco Modigliani, James Tobin serta generasi
berikutnya seperti Martin Feldstein, Robert Lucas, dan Thomas Sargent semuanya
mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap penerapan teori ekonomi
makro atas masalah perumusan kebijaksanaan.
Perkembangan teori ekonomi makro berkaitan erat dengan masalah ekonomi
yang muncul pada setiap kurun waktu. Ilmu ekonomi Keynesian berkembang
selama masa depresi ekonomi secara global pada dasa warsa 1930 -an, dan
menunjukkan jalan keluar dari depresi tersebut. Moneterisme berkembang selama
dasa warsa 1960-an dengan menyajikan cara penyelesaian masalah inflasi.
Ekonomi sisi penawaran (supply-side economics) mendadak diminati pada
awal dasa warsa 1980-an, karena menyajikan cara penyelesaian yang mudah
atas kekacauan ekonomi yang ada pada waktu itu, yaitu dengan memulai
pemotongan pajak.
Dalam waktu yang cukup lama, terdapat dua tradisi intelektual dalam
ekonomi makro. Salah satu aliran pemikiran berpendapat bahwa pasar yang paling
baik adalah pasar yang bebas dari intervensi pemerintah, sedangkan yang lain
berpendapat bahwa intervensi pemerintah akan sangat membantu dalam
mengatasi resesi ekonomi. Pada dasa warsa 1960-an, perdebatan tentang
masalah ini melibatkan kelompok moneteris yang dipimpin oleh Milton Friedman
di satu pihak, serta Keynesians yang didukung oleh Franco Modigliani dan James
Tobin di pihak lain. Pada dasa warsa 1970-an, perdebatan tentang masalah
yang sama tersebut telah mendorong munculnya aliran baru para ahli ekonomi
makro klasik baru, yang tokoh-tokohnya antara lain Robert Lucas dan Thomas
Sargent, kelompok ini tetap berpengaruh pada dasa warsa 1980-an.
Kelompok ekonomi klasik baru mempunyai banyak persamaan pandangan
dengan Friedman mengenai kebijakan. Mereka melihat dunia sebagai suatu tempat

Muhammad Ilham =5= Teori Ekonomi Makro


di mana untuk kepentingannya sendiri, individu bertindak secara rasional dalam
situasi pasar yang menyesuaian diri secara cepat terhadap perubahan kondisi.
Intervensi pemerintah dianggap sebagai suatu hal yang memperburuk keadaan.
Model ini merupakan tantangan terhadap ekonomi makro tradisional, yang
memandang perlunya intervensi pemerintah dalam mengatasi perekonomian yang
oleh kelompok klasik baru dianggap hanya mampu menyesuaikan diri secara
lamban, kaku, kurang informasi, dan mengandung kebiasaan sosial sehingga
menghambat pencapaian kondisi equilibrium pasar secara cepat.
Ilmu ekonomi makro berkaitan dengan dunia nyata, perbedaan yang ada
tentu saja akan menjadi perhatian utama dalam perdebatan politis dan pers
mengenai kebijakan ekonomi. Dalam bahan kuliah ini, kita tidak akan memusatkan
perhatian pada perbedaan itu, namun lebih kepada pembahasan tentang hal-hal
yang substantif dari teori ekonomi makro.

B. Masalah-Masalah Pokok Ekonomi Makro


Setiap masyarakat selalu berusaha untuk mencapai tingkat kegiatan
ekonomi yang tinggi, yaitu tingkat kegiatan ekonomi yang dapat mewujudkan tingkat
kesempatan kerja penuh (full employment) dan pertumbuhan ekonomi yang
mantap. Namun demikian, setiap perekonomian tidak selalu mencapai keadaan
yang ideal tersebut. Kebanyakan negara selalu menghadapi masalah
pengangguran, dan seringkali pula menghadapi masalah inflasi. Dalam uraian
berikut akan dibahas secara ringkas empat masalah ekonomi makro pokok yang
dihadapi setiap perekonomian.

1. Pengangguran
Pengangguran terjadi mana kala terjadi ketidakseimbangan di pasar
kerja, yaitu jumlah penawaran tenaga kerja lebih besar dibanding jumlah
permintaan tenaga kerja. Penyediaan kesempatan kerja yang sesuai dengan
jumlah tenaga kerja yang tersedia merupakan tanggung jawab penting suatu
perekonomian. Dalam suatu sistem perekonomian yang bersifat laissez-faire
atau sistem pasar bebas, tanggung jawab tersebut terutama berada pada pihak
swasta. Di samping itu, kebijaksanaan pemerintah sangat penting artinya dalam

Muhammad Ilham =6= Teori Ekonomi Makro


mempengaruhi kegiatan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja. Dalam
suatu perekonomian modern, pengangguran dapat dibedakan dalam tiga
bentuk, yaitu pengangguran normal, pengangguran struktural dan
pengangguran konjungtur.

a. Pengangguran normal
Pengangguran normal (normal unemployment) adalah pengangguran
yang disebabkan oleh adanya pekerja yang keluar dari tempat berkeja yang
sedang ditekuninya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau yang lebih
sesuai dengan mereka. Pengangguran ini disebut juga sebagai search
unemployment atau frictional unemployment. Pengangguran seperti ini terjadi pada
keadaan permintaan sama atau Iebih besar dari pada penawaran tenaga
kerja, sehingga se ke lo mp o k te n ag a ke rja t e rd o ron g u n tu k ke lu a r
d a ri pekerjaan yang sedang ditekuninya sekarang untuk mencari pekerjaan
yang Iebih baik dari aspek pendapatan maupun syarat-syarat kerja yang lebih
sesuai dengan pendidikan, keahlian dan kepribadiannya.

b. Pengangguran struktural
Dalam kegiatan ekonomi yang selalu berubah, beberapa perusahaan,
atau sektor perekonomian tertentu mengalami kemajuan atau keuntungan,
tetapi pada beberapa perusahaan atau sektor ekonomi lainnya mengalami
kemunduran atau kerugian yang berlangsung lama. Kemajuan teknologi pada
sektor ekonomi tertentu, perubahan selera masyarakat, dan masuknya
pesaing baru yang lebih efisien di pasar merupakan faktor-faktor penyebab
kemunduran kegiatan ekonomi pada sektor lainnya. Apabila hal ini terjadi,
maka perusahaan terpaksa memberhentikan sebagian atau mungkin seluruh
tenaga kerjanya. Pengangguran yang terjadi tersebut merupakan
pengangguran struktural (structural unemployment).

c. Pengangguran Konjungtur
Dua jenis pengangguran yang telah dikemukakan sebelumnya,
oleh para pakar ekonomi belum menganggap sebagai suatu permasalahan

Muhammad Ilham =7= Teori Ekonomi Makro


pengangguran yang serius. Pengangguran mulai dianggap serius apabila
tingkat kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat kesempatan kerja penuh,
yaitu jika pendapatan nasional aktual ( sebenarnya) berada di bawah
pendapatan nasional potensial. Semakin besar perbedaannya, semakin
besar pula pengangguran yang berlaku. Jadi pengangguran konjungtur muncul
apabila terjadi kemerosotan kegiatan ekonomi.
Kemerosotan kegiatan ekonomi merupakan akibat dari kemerosotan
dalam pengeluaran atas barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian. Kemerosotan itu terjadi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor dalam negeri seperti menurunnya tingkat pengeluaran
masyarakat dan tingkat investasi perusahaan. Kemerosotan ekonomi yang
bersumber dari luar negeri seperti kemerosotan ekspor atau kecenderungan
mengimpor yang semakin besar. Pengangguran yang disebabkan oleh
kemerosotan kegiatan ekonomi disebut dengan pengangguran konjungtur.

2. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan
terus menerus. Jadi kenaikan harga atas satu atau jenis barang atau jasa pada
suatu saat tertentu (dan hanya bersifat sementara) belum merupakan
masalah inflasi. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi manakala
kenaikan harga itu bersifat umum dan terus menerus, dan sulit untuk dikendalikan
dalam jangka pendek.
Dalam masa inflasi, harga-harga output dan input, upah, sewa dan bunga
cenderung meningkat bersama-sama. Tingkat hidup ditentukan oleh
hubungan antara pendapatan yang diperoleh dengan harga yang harus dibayar.
Bila pendapatan naik melebihi kenaikan harga, maka tingkat hidup meningkat.
Sebaliknya, bila kenaikan pendapatan Iebih rendah dari kenaikan harga yang
harus dibayar, maka tingkat hidup menurun.
Walaupun inflasi tidak secara otomatis menurunkan tingkat hidup,
namun inflasi tetap merupakan masalah karena tiga alasan, yaitu:
1) Inflasi dapat mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan di antara anggota
masyarakat;

Muhammad Ilham =8= Teori Ekonomi Makro


2) Inflasi dapat mengakibatkan menurunnya efisiensi ekonomi;
3) inflasi dapat mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja.

3. Ketidakseimbangan Neraca Pembayaran Luar Negeri


Dalam hubungan ekonomi antara suatu negara dengan negara lain
(hubungan ekonomi luar negeri), segala transaksi hubungan ekonomi luar
negeri tersebut dicatat dalam neraca pembayaran luar negeri. Transaksi
ekonomi tersebut meruapakan transaksi yang terjadi antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain selama satu jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun. Transaksi-transaksi ini meliputi transaksi barang dan
jasa, transaksi finansial seperti penerimaan atau pemberian kredit dari atau
kepada negara lain, transaksi modal.
Dalam catatan neraca pembayaran luar negeri tergambar jumlah
penerimaan dan pembayaran/pengeluaran. Bila jumlah pembayaran luar negeri
tidak sama dengan jumlah penerimaan yang diperoleh dari luar negeri, maka terjadi
surplus (bila penerimaan Iebih besar dari pembayaran) atau defisit (bila penerimaan
lebih kecil dari pembayaran keluar negeri). Bila suatu negara mengalami
surplus atau defisit neraca pembayaran, maka neraca pembayaran negara
tersebut mengalami ketidak-seimbangan (balance of payment disequilibrium).

4. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian yang mengalami pertumbuhan adalah suatu
perekonomian di mana terjadi kenaikan jumlah produksi barang/jasa.
Kenaikan jumlah produksi tersebut didorong oleh kenaikan jumlah tenaga
kerja yang terserap baik kuantitas maupun kualitas, kenaikan investasi dan
teknologi. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi makro jangka
panjang. Jika jumlah produksi yang dapat dicapai lebih kecil dibanding
potensi untuk memproduksi, maka pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.
Kondisi seperti ini mengakibatkan tingkat pengangguran mengalami peningkatan.

Muhammad Ilham =9= Teori Ekonomi Makro


C. Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Makro
Dalam upaya mencapai perekonomian yang stabil diperlukan
kebijaksanaan ekonomi. Tindakan -tindakan pemerintah untuk
mempengaruhi variabel-variabel ekonomi agregatif atau untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian dengan maksud untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya disebut dengan kebijaksanaan ekonomi makro
(macroeconomic policy). Adapun tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui
kebijaksanaan ekonomi makro adalah suatu keadaan perekonomian sebagai
berikut:
1. Tingkat kesempatan kerja yang tinggi.
Suatu perekonomian yang paling ideal adalah perekonomian tanpa pengangguran
yaitu seluruh sumber daya dapat terpakai. Pengangguran merupakan gejala
ekonomi yang tidak diinginkan oleh masyarakat manapun juga. Namun demikian,
dalam prakteknya sulit untuk menghilangkan pengangguran sama sekali. Oleh
karena itu, suatu perekonomian sudah cukup berhasil apabila dapat mencapai
dan mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi.

2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi.


Tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi (peningkatan output) yang
tinggi, k h u s u s n y a b a g i n e g a r a - n e g a r a y a n g m a s i h t e r b e l a k a n g
perekonomiannya merupakan suatu tujuan yang harus dicapai dalam bidang
pembangunan ekonomi. Tercapainya tingkat kesempatan kerja yang tinggi (full
employment) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Begitu pula sebaliknya
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan kerja,
karena kegiatan produksi membutuhkan sumber daya.

3. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi.


Pendapatan nasional yang tinggi mencerminkan banyaknya jumlah barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Tingkat
pendapatan nasional yang tinggi dapat tercapai bila tujuan tingkat kesempatan
kerja yang tinggi dan tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat terwujud.

Muhammad Ilham = 10 = Teori Ekonomi Makro


4. Keseimbangan neraca pembayaran luar negeri.
Dari segi tinjauan ekonomi murni, baik neraca pembayaran luar negeri yang defisit
maupun yang surplus bertendensi menimbulkan keadaan yang tidak
diinginkan. Tetapi dari segi politis, surplus neraca pembayaran cenderung
Iebih diinginkan dari pada neraca pembayaran yang seimbang apalagi defisit.
Dengan demikian pada umumnya dalam praktek, yang ingin dicapai
adalah neraca pembayaran yang tidak defisit.

5. Distribusi pendapatan yang Iebih merata.


Distribusi pendapatan yang Iebih merata pada umumnya dianggap
sebagai distribusi pendapatan yang adil. Dengan tingkat kesempatan kerja dan
tingkat pendapatan nasional yang tinggi serta tingkat kestabilan harga yang
disertai dengan distribusi pendapatan nasional yang merata merupakan tujuan
yang diharapkan dari suatu kebijaksanaan ekonomi. Distribusi pendapatan yang
kurang merata dapat menimbulkan masalah-masalah sosial, sehingga
mengurangi ketentraman hidup dan tingkat kebahagiaan serta bertendensi pula
menimbulkan pemborosan-pemborosan.

6. Stabilitas ekonomi.
Kestabilan ekonomi meliputi kestabilan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja
juga kestabilan tingkat harga. Ketidakstabilan ekonomi dapat mengakibatkan
perekonomian terperangkap dalam laju inflasi yang tinggi, tingkat
pengangguran yang tinggi, sehingga menurunkan taraf hidup masyarakat.

Tujuan-tujuan kebijaksanaan ekonomi makro seperti yang disebutkan


di atas, ada yang usaha pencapaiannya mempunyai arah yang sejalan ada pula
yang mempunyai arah yang berlawanan satu dengan Iainnya. Pencapaian
tujuan dengan arah yang sejalan misalnya, tujuan untuk mempertahankan
tingkat kesempatan kerja yang tinggi dengan tujuan untuk mempertahankan
tingkat pendapatan nasional yang tinggi. Bila tingkat kesempatan kerja yang tinggi
tercapai berarti kapasitas produksi nasional berada dalam pemanfaatan penuh.
Pemanfaatan penuh atas kapasitas produksi nasional mempunyai makna

Muhammad Ilham = 11 = Teori Ekonomi Makro


bahwa tingkat pendapatan tertinggi yang dapat dihasilkan oleh suatu
perekonomian sudah tercapai.
Adapun tujuan-tujuan yang usaha pencapaiannya sering menimbulkan
konflik antara satu tujuan dengan tujuan Iainnya, misalnya: tujuan untuk
mempertahankan neraca pembayaran luar negeri yang tidak defisit dengan
tujuan untuk mempertahankan tingkat kesempatan kerja yang tinggi. Untuk
menurunkan defisit neraca pembayaran luar negeri, maka diperlukan
penurunan tingkat pendapatan nasional. Hal tersebut dapat terjadi karena
kesempatan kerja yang tinggi akan meningkatakan pendapatan nasional.
Selanjutnya dengan tingkat pendapatan nasional yang tinggi dapat meningkatkan
impor, sehingga bertendensi menimbulkan defisit neraca pembayaran. Namun
demikian penurunan defisit neraca pembayaran tidak harus dengan menurunkan
kesempatan kerja dan pendapatan nasional, karena masih dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan ekspor.
Bentuk kebijaksanaan yang ditempuh untuk mencapai tujuan suatu
perekonomian adalah kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal.
Kebijaksanaan moneter (dijalankan oleh bank sentral) dan kebijaksanaan fiskal
(dijalankan oleh pemerintah melalui menteri keuangan) merupakan
kebijaksanaan ekonomi makro yang ditempuh suatu negara dalam
mempengaruhi keadaan perekonomiannya agar keadaan perekonomian tidak
selalu menyimpang dari tujuan yang diinginkan.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu ada alat. Alat untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan disebut dengan instrumen kebijaksanaan (policy
instrument). Selanjutnya variabel yang digunakan sebagai instrumen
kebijaksanaan disebut variabel instrumen (instrument variable).
Variabel instrumen dalam kebijaksanaan moneter adalah jumlah uang
beredar, yang menyangkut pengaturan mata uang dan sistem perbankan,
yaitu penetapan suku bunga dan persyaratan kredit. Instrument variabel yang
digunakan dalam kebijaksanaan fiskal adalah pengeluaran pemerintah,
pajak dan transfer.

Muhammad Ilham = 12 = Teori Ekonomi Makro


D. Rangkuman
1. Intl teori ekonomi makro adalah penentuan pendapatan nasional. Ekonomi
makro menganalisis kegiatan-kegiatan ekonomi secara agregat
(keseluruhan), misalnya bagaimana uang dan pengeluaran total (aggregate
expenditure) menentukan output, kesempatan kerja (employment) dan tingkat
harga dalam perekonomian.
2. Masalah-masalah pokok yang selalu menjadi isu ekonomi makro
adalah masalah pengangguran, inflasi, ketidakseimbangan neraca
pembayaran dan pertumbuhan ekonomi.
3. Tindakan-tindakan pemerintah yang berupa usaha untuk
mempengaruhi variabel-variabel ekonomi agregatif dengan maksud mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya disebut dengan kebijaksanaan
ekonomi makro (macroeconomic policy). Adapun tujuan yang diharapkan
dapat dicapai melalui kebijaksanaan e konom i ma kro: t in gka t
kesempata n kerja ya ng tingg i, pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
tingkat pendapatan nasional yang tinggi, stabilitas ekonomi, keseimbangan
neraca pembayaran luar negeri, distribusi pendapatan yang Iebih merata.

E. Glossary
Aggregate demand (permintaan agregat). Total jumlah permintaan atau pengeluaran
nominal terhadap barang dan jasa.

Aggregate expenditure (pengeluaran agregat). Lihat Aggregate demand.

Aggregate supply (penawaran agregat). Total dari barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen termasuk barang konsumsi dan barang modal.

Balance of payments (neraca pembayaran). Suatu pernyataan mengenai


transaksi perdagangan dan keuangan suatu negara dengan negara lain
dalam periode waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.

Balance of payment disequlibrium (Ketidakseimbangan neraca pembayaran).


Lihat balance of payment equilibrium.

Muhammad Ilham = 13 = Teori Ekonomi Makro


Balance of payment equilibrium (keseimbangan neraca pembayaran). Suatu keadaan
di mana belanja dan investasi suatu negara tidak melebihi belanja
dan investasi negara-negara lain ke negara tersebut, sehingga cadangan
devisa tidak bertambah maupun berkurang.

Full Employment (pemanfaatan atau kesempatan kerja penuh). Keadaan di


mana tidak terdapat pengangguran yang tidak disengaja

Lassez-faire (biarkan kami sendiri). Pandangan yang menyatakan bahwa


pemerintah sebaiknya tidak mencampuri kegiatan ekonomi.

F. Soal-soal Latihan
1. Kemukakan pengertian dan ruang lingkup ekonomi makro!
2. Uraikan secara singkat sejarah berkembangannya teori ekonomi makro!
3. Sebut dan jelaskan permasalahan ekonomi makro baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Jelaskan tujuan kebijakan ekonomi makro dan alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan kebijakan ekonomi makro.
5. Apakah tujuan-tujuan ekonomi makro dapat saling bertentangan? Jelaskan!
Dan apa solusi yang bisa dilakukan?
6. Analisislah kondisi ekonomi makro Indonesia berdasarkan data-data ekonomi
makro yaitu inflasi, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, neraca
pembayaran, distribusi pendapatan.

Muhammad Ilham = 14 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 1. Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran, 2016- Januari 2019 (2012=100)
Makanan Jadi, Transpor,
Perumahan, Air, Pendidikan,
Bahan Minuman, Kese- Komunikasi,
Tahun/Bulan Listrik, Gas, dan Sandang Rekreasi dan Umum
Makanan Rokok, dan hatan dan Jasa
Bahan Bakar Olahraga
Tembakau Keuangan
2019 0,92 0,27 0,28 0,47 0,27 0,24 -0,16 0,32
Januari 0,92 0,27 0,28 0,47 0,27 0,24 -0,16 0,32
2018 3,41 3,91 2,43 3,59 3,14 3,15 3,16 3,13
Desember 1,45 0,22 0,13 0,08 0,20 0,10 1,28 0,62
November 0,24 0,20 0,25 0,23 0,36 0,05 0,56 0,27
Oktober 0,15 0,27 0,42 0,54 0,06 0,09 0,26 0,28
September -1,62 0,29 0,21 0,27 0,41 0,54 -0,05 -0,18
Agustus -1,10 0,35 0,25 -0,07 0,20 1,03 -0,15 -0,05
Juli 0,86 0,45 0,16 0,29 0,27 0,83 -0,65 0,28
Juni 0,88 0,40 0,13 0,36 0,27 0,07 1,50 0,59
Mei 0,21 0,31 0,19 0,33 0,21 0,09 0,18 0,21
April -0,26 0,24 0,16 0,29 0,22 0,04 0,19 0,10
Maret 0,14 0,26 0,06 0,36 0,37 0,07 0,28 0,20
Februari 0,13 0,43 0,22 0,35 0,26 0,07 0,02 0,17
Januari 2,34 0,43 0,23 0,50 0,28 0,16 -0,28 0,62
2017 1,26 4,10 5,14 3,92 2,99 3,33 4,23 3,61
Desember 2,26 0,30 0,17 0,13 0,18 0,07 0,75 0,71
November 0,37 0,22 0,13 0,12 0,27 0,10 0,09 0,20
Oktober -0,45 0,28 0,18 0,18 0,21 0,16 -0,13 0,01
September -0,53 0,34 0,21 0,52 0,16 1,03 0,02 0,13
Muhammad Ilham = 15 = Teori Ekonomi Makro
Makanan Jadi, Transpor,
Perumahan, Air, Pendidikan,
Bahan Minuman, Kese- Komunikasi,
Tahun/Bulan Listrik, Gas, dan Sandang Rekreasi dan Umum
Makanan Rokok, dan hatan dan Jasa
Bahan Bakar Olahraga
Tembakau Keuangan
Agustus -0,67 0,26 0,10 0,32 0,20 0,89 -0,60 -0,07
Juli 0,21 0,57 0,06 0,06 0,15 0,62 -0,08 0,22
Juni 0,69 0,39 0,75 0,78 0,34 0,07 1,27 0,69
Mei 0,86 0,38 0,35 0,23 0,37 0,03 0,23 0,39
April -1,13 0,12 0,93 0,49 0,08 0,03 0,27 0,09
Maret -0,66 0,31 0,30 0,18 0,21 0,08 -0,13 -0,02
Februari -0,31 0,39 0,75 0,52 0,26 0,08 0,15 0,23
Januari 0,66 0,47 1,09 0,33 0,50 0,12 2,35 0,97
2016 5,69 5,38 1,90 3,05 3,92 2,73 -0,72 3,02
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 16 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 2. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Triw III- Triw IV- Triw III- Triw IV- Triw I s.d IV- Sumber
Lapangan Usaha 2018Terhadap 2018Terhadap 2018Terhadap 2018Terhadap 2018Terhadap Pertumbuhan
Triw II-2018 Triw III-2018 Triw III-2017 Triw IV-2017 Triw I s.d IV-2017 Tahun 2018
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c)
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,22 -21,41 3,66 3,87 3,91 0,49
B. Pertambangan dan Penggalian 0,31 -0,16 2,67 2,25 2,16 0,17
C. Industri Pengolahan 2,58 -1,16 4,35 4,25 4,27 0,91
D. Pengadaan Listrik dan Gas 3,38 1,46 5,58 5,46 5,47 0,06
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah,Limbah, dan Daur Ulang 3,79 3,53 6,20 7,92 5,46 0,00
F. Konstruksi 4,80 4,60 5,79 5,58 6,09 0,61
G.Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 3,05 -2,18 5,28 4,39 4,97 0,66
H. Transportasi dan Pergudangan 2,42 0,20 5,65 5,34 7,01 0,29
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,68 1,51 5,91 5,95 5,66 0,17
J. Informasi dan Komunikasi 3,67 0,40 8,14 7,17 7,04 0,36
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,08 -0,02 3,14 6,27 4,17 0,17
L. Real Estat 1,05 0,91 3,82 4,24 3,58 0,10
M,N.Jasa Perusahaan 2,41 1,76 8,67 8,94 8,64 0,15
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 3,07 12,47 7,93 7,13 7,02 0,23
Jasa Pendidikan 2,90 11,45 6,60 4,97 5,36 0,16
Q. Jasa Keesehatan dan Kegiatan Soaial 2,21 5,98 7,54 7,80 7,13 0,08
R,S,T,U Jasa Lainnya 2,67 1,47 9,19 9,08 8,99 0,15
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 2,80 -2,06 5,03 4,92 4,95 4,76
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 9,84 6,68 8,40 10,83 10,58 0,41
PRODUK DOMESTIK BRUTO 3,09 -1,69 5,17 5,18 5,17 5,17
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 17 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 3. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Tahun 2015 - 2018
2015 2016 2017 2018
Uraian
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Angkatan Kerja
Bekerja 120.846.821 114.819.199 120.647.697 118.411.973 124.538.849 121.022.423 127.067.835 124.004.950
Persentase bekerja (%) 94,19 93,82 94,50 94,39 94,67 94,50 94,87 94,66
Pengangguran 7.454.767 7.560.822 7.024.172 7.031.775 7.005.262 7.040.323 6.871.264 7.000.691
Persentase Pengangguran (%) 5,81 6,18 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13 5,34
Jumlah AK 128.301.588 122.380.021 127.671.869 125.443.748 131.544.111 128.062.746 133.939.099 131.005.641
Bukan Angkatan Kerja
Sekolah 16.514.465 16.734.963 16.245.007 15.922.029 15.244.852 16.492.370 15.602.798 16.532.322
Mengurus RT 32.488.589 38.203.701 36158428 39335203 36078772 39918919 36010268 39647690
Lainnnya 7.294.973 8.782.232 7.525.330 8.395.742 7.720.183 7.605.381 7.992.757 7.593.788
Jumlah BAK 56.298.027 63.720.896 59.928.765 63.652.974 59.043.807 64.016.670 59.605.823 63.773.800
Penduduk Usia 15 Tahun ke
186.100.917 187.600.634 189.096.722 190.587.918 192.079.416 193.544.922 194.779.441
atas 184.599.615
Persentase AK terhadap
69,50 65,76 68,06 66,34 69,02 66,67 69,20 67,26
Penduduk Usia Kerja (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 18 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 4. Neraca Pembayaran Indonesia (Juta US$)
2016 2017 2018
ITEMS
Total Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV** Total**
I. Transaksi Berjalan -16,952 -2,023 -4,369 -4,237 -5,567 -16,196 -5,342 -7,946 -8,625 -9,148 -31,060
A. Barang 15,318 5,635 4,835 5,258 3,086 18,814 2,323 277 -454 -2,576 -431
- Ekspor 144,470 40,763 39,167 43,392 45,560 168,883 44,374 43,740 47,707 44,926 180,747
- Impor -29,152 -35,128 -34,332 -38,133 -2,475 -50,069 -42,051 -43,463 -48,161 -47,502 -81,178
1. Barang Dagangan Umum 14,744 5,470 4,575 5,042 2,828 17,915 2,020 459 -156 -2,744 -422
- Ekspor, fob. 143,105 40,439 38,811 42,824 44,927 167,002 43,748 43,244 47,236 44,497 178,724
- Impor, fob. -28,360 -34,969 -34,237 -37,781 -2,100 -49,087 -41,728 -42,785 -47,392 -47,241 -79,146
a. Nonmigas 19,516 7,647 6,115 6,323 5,178 25,264 4,431 3,240 3,398 98 11,166
- Ekspor, fob 130,188 36,479 35,388 38,958 40,603 151,429 39,654 38,798 42,586 40,044 161,082
- Impor, fob -10,672 -28,832 -29,273 -32,635 -5,425 -26,164 -35,224 -35,558 -39,189 -39,946 -49,917
b. Migas -4,772 -2,177 -1,540 -1,281 -2,351 -7,349 -2,411 -2,781 -3,554 -2,841 -11,587
- Ekspor, fob 12,916 3,960 3,423 3,865 4,325 15,573 4,094 4,446 4,649 4,454 17,642
- Impor, fob -17,688 -6,137 -4,964 -5,146 -6,675 -22,922 -6,505 -7,227 -8,203 -7,295 -29,229
2. Barang Lainnya 574 165 260 216 258 899 303 -182 -298 167 -9
- Ekspor, fob. 1,365 324 356 568 633 1,881 626 496 472 429 2,022
- Impor, fob. -792 -159 -96 -352 -375 -982 -323 -678 -770 -261 -2,032
B. Jasa – jasa -7,084 -1,106 -2,049 -2,089 -2,135 -7,379 -1,642 -1,819 -2,017 -1,623 -7,101
- Ekspor 23,324 5,948 5,725 6,614 7,040 25,328 6,893 6,401 7,450 7,188 27,932
- Impor -30,407 -7,054 -7,775 -8,703 -9,176 -32,707 -8,535 -8,220 -9,468 -8,811 -35,034
C. Pendapatan Primer -29,647 -7,678 -8,147 -8,554 -7,752 -32,131 -7,465 -8,036 -7,930 -6,988 -30,420
- Penerimaan 4,048 1,189 1,375 1,403 1,608 5,575 1,959 2,497 1,800 2,906 9,162
- Pembayaran -33,695 -8,867 -9,521 -9,958 -9,360 -37,706 -9,424 -10,533 -9,731 -9,894 -39,582
D. Pendapatan Sekunder 4,460 1,125 992 1,148 1,235 4,500 1,444 1,632 1,777 2,039 6,892
- Penerimaan 9,832 2,343 2,489 2,521 2,614 9,967 2,865 3,128 3,005 3,219 12,217
- Pembayaran -5,371 -1,217 -1,497 -1,374 -1,379 -5,467 -1,422 -1,496 -1,228 -1,180 -5,325

Muhammad Ilham = 19 = Teori Ekonomi Makro


2016 2017 2018
ITEMS
Total Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV** Total**
II. Transaksi Modal 41 0 5 19 22 46 58 3 9 23 93
- Penerimaan 41 0 5 19 22 46 58 3 9 23 93
- Pembayaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
III. Transaksi Finansial 29,306 6,652 5,344 9,579 7,112 28,686 2,228 3,329 3,893 15,659 25,108
- Aset 15,920 -4,284 -7,808 -4,002 -2,315 -18,410 -6,334 -3,099 -7,633 -3,047 -20,113
- Kewajiban 13,386 10,936 13,152 13,581 9,427 47,096 8,561 6,428 11,525 18,706 45,221
1. Investasi Langsung 16,136 2,646 4,469 6,968 4,419 18,502 4,763 2,500 4,595 1,983 13,841
a. Aset 5) 11,594 -374 242 -1,129 -746 -2,008 -699 -1,687 -2,313 -1,631 -6,330
b. Kewajiban 5) 4,542 3,020 4,228 8,097 5,166 20,510 5,462 4,187 6,908 3,615 20,171
2. Investasi Portofolio 18,996 6,536 8,126 3,840 2,557 21,059 -1,114 105 -90 10,441 9,342
a. Aset 2,218 -1,019 -223 -732 -1,382 -3,356 -1,409 -1,251 -1,478 -1,035 -5,173
b. Kewajiban 16,778 7,555 8,349 4,572 3,938 24,415 295 1,356 1,387 11,476 14,515
- Sektor publik2) 16,835 6,437 4,530 6,107 4,804 21,877 2,569 894 1,232 4,809 9,504
- Sektor swasta 3) -57 1,119 3,820 -1,535 -866 2,537 -2,274 462 156 6,667 5,011
3. Derivatif Finansial -9 -72 25 -12 -69 -128 60 12 91 -237 -74
4. Investasi Lainnya -5,817 -2,458 -7,276 -1,217 204 -10,747 -1,482 712 -703 3,472 1,999
a. Aset 1,499 -3,075 -7,950 -2,230 -232 -13,487 -4,416 -310 -4,084 -417 -9,228
b. Kewajiban -7,316 617 674 1,013 436 2,740 2,934 1,022 3,381 3,889 11,227
- Sektor publik2) -2,369 121 -923 48 -597 -1,353 650 -1,724 306 -215 -983
- Sektor swasta 3) -4,947 497 1,597 965 1,034 4,093 2,284 2,746 3,075 4,104 12,210
IV. Total (I + II + III) 12,394 4,629 980 5,361 1,567 12,536 -3,056 -4,614 -4,723 6,534 -5,859
V. Selisih Perhitungan Bersih -305 -115 -241 -2 -593 -950 -798 305 337 -1,116 -1,272
VI. Neraca Keseluruhan (IV + V) 12,089 4,514 739 5,359 974 11,586 -3,855 -4,309 -4,386 5,418 -7,131
VII. Cadangan Devisa dan yang -12,089 -4,514 -739 -5,359 -974 -11,586 3,855 4,309 4,386 -5,418 7,131
terkait 4)
A. Transaksi Cadangan Devisa -12,089 -4,514 -739 -5,359 -974 -11,586 3,855 4,309 4,386 -5,418 7,131

Muhammad Ilham = 20 = Teori Ekonomi Makro


2016 2017 2018
ITEMS
Total Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Total Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV** Total**
B. Kredit dan Pinjaman IMF 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C. Exceptional Financing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Memorandum:
- Posisi Cadangan Devisa 116,362 121,806 123,094 129,402 130,196 130,196 126,003 119,839 114,848 120,654 120,654
Dalam Bulan Impor dan
Pembayaran Utang Luar Negeri 8.4 8.6 8.6 8.6 8.3 8.3 7.7 6.9 6.3 6.5 6.5
Pemerintah
- Transaksi Berjalan (% PDB) -1.82 -0.84 -1.73 -1.61 -2.16 -1.60 -2.07 -3.01 -3.28 -3.57 -2.98
Catatan
1) Berdasarkan BPM6, namun penggunaan tanda "+" and "-" mengikuti BPM5
2) Terdiri dari Pemerintah dan Bank Sentral

3) Terdiri dari Bank and Non Bank

4) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit

5) Besarnya Inflow DI aset dan outflow DI liabilities pada Tw.IV'16 dan 2016 dipengaruhi oleh transaksi divestasi sektor perbankan melalui crossing di

pasar negosiasi
*angka sementara ** angka sangat sementara
Sumber : Bank Indonesia

Muhammad Ilham = 21 = Teori Ekonomi Makro


BAB II
PENDAPATAN NASIONAL

A. Pengertian Pendapatan Nasional dan Arus Perputaran Ekonomi


Ilmu ekonomi sangat erat kaitannya dengan pengukuran gejala-gejala
penting, seperti pengangguran, harga, pendapatan, d an sebagainya.
Salah satu konsep pengukuran yang cukup penting dalam ilmu ekonomi
khususnya ekonomi makro yang sering menjadi pusat perhatian dalam
mengukur keberhasilan sebuah perekonomian adalah pendapatan nasional.
Pendapatan nasional disebut juga pendapatan masyarakat, pada umumnya
digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan, kemakmuran dan kemajuan
perekonomian suatu masyarakat. Secara umum, pengertian pendapatan
nasional dapat ditinjau dari sudut pandang, yaitu dari sudut pandang produksi,
penerimaan, dan konsumsi.
Pendapatan nasional ditinjau dari sudut pandang produksi, lazim disebut
produk nasional (national product) adalah jumlah harga pasar (nilai) barang dan
jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam satu kurun waktu tertentu, biasanya
satu tahun. Dalam hal ini pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari hasil
kali jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam kurun waktu
satu tahun dengan harga pasar masing-masing. Pendapatan nasional
ditinjau dari sudut pandang penerimaan adalah jumlah dari semua penerimaan
masyarakat yang ikut dalam proses produksi seluruh barang dan jasa dalam
kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Golongan masyarakat yang ikut
dalam proses produksi adalah para pemilik faktor, yang terdiri atas: pemilik
alam menerima sewa (rent), pemilik tenaga kerja (pekerja) menerima upah/gaji
(wage), pemilik modal menerima bunga (interest) dan pengusaha menerima laba
(profit).
Golongan masyarakat yang menghasilkan barang dan jasa disebut rumah
tangga produksi (produsen). Selanjutnya pihak pemasok faktor-faktor produksi
disebut rumah tangga konsumen. Dengan adanya dua jenis rumah tangga
tersebut, maka terjadi arus perputaran produksi (barang dan jasa) dan arus
perputaran uang. Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh rumah tangga

Muhammad Ilham = 22 = Teori Ekonomi Makro


produsen disebut produk nasional, sedangkan pendapatan yang diterima
rumah tangga konsumen disebut sebagai balas jasa atas penyerahan faktor-faktor
produksi kepada rumah tangga produsen disebut pendapatan nasional.
Gambar 2.1 memberikan ilustrasi bagaimana perputaran roda
perekonomian berlangsung dalam sistem perekonomian tertutup
sederhana. Rumah tangga konsumen menawarkan faktor-faktor produksi kepada
rumah tangga produsen melalui pasar sumber, sehingga timbul arus faktor
produksi dari rumah tangga konsumen ke pasar sumber dan selanjutnya ke
rumah tangga produsen. Kemudian rumah tangga produsen memberi
imbalan jasa kepada rumah tangga konsumen (pemilik faktor-faktor produksi)
berupa uang (pendapatan) sehingga timbul arus uang atau arus pendapatan.
Selanjutnya faktor-faktor produksi diproses oleh rumah tangga produsen
untuk menghasilkan barang dan jasa. Barang dan jasa tersebut disalurkan ke
rumah tangga konsumen untuk dikonsumsi melalui pasar produk, sehingga
timbul arus barang dan jasa. Dengan adanya arus barang dan jasa tersebut,
maka rumah tangga konsumen melakukan pembayaran kepada rumah tangga
produsen atas pembelian barang dan jasa, sehingga timbul arus uang atau arus
pendapatan. Tidak semua pendapatan yang diperoleh pemilik faktor produksi
dibelanjakan, tetapi ada yang ditabung. Tabungan tersebut merupakan kebocoran
dalam arus pendapatan. Namun demikian tabungan yang ada kemudian
disalurkan ke lembaga keuangan, yang selanjutnya diberikan kepada pemodal
untuk diinvestasikan dalam kegiatan produksi, sehingga kebocoran yang terjadi
tertutupi oleh investasi.

Muhammad Ilham = 23 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 2.1:

Lembaga
Tabungan Pemodal
Keuangan Pinjaman Investasi

B. Hubungan Antara Berbagai Konsep Pendapatan Nasional.


1. Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic Product
(GDP)

Selain produksi nasional atau gross national product (GNP), dalam


suatu perekonomian juga terdapat produksi domestik atau gross domestic product
(GDP). Perbedaan antara keduanya terletak pada batasan wilayah dalam
menghasilkan barang dan jasa. Di dalam GNP yang diperhitungkan adalah
seluruh nilai barang dan jasa yang benar-benar merupakan hak masyarakat
yang tercatat sebagai warga negera dari suatu negara, sedangkan GDP
yang diperhitungkan adalah seluruh nilai (berdasarkan harga pasar yang
berlaku) dari barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat yang tinggal di
dalam satu wilayah negara. Di dalam GDP masih terdapat unsur hak orang
asing (hasil penanaman modal asing dan belum diperhitungkan hasil
penanaman modal di luar negeri. Dengan demikian GNP adalah nilai
GDP ditambah dengan pendapatan netto terhadap luar negeri dari faktor
produksi. Bila nilai GNP Iebih besar dari GDP menunjukkan bahwa

Muhammad Ilham = 24 = Teori Ekonomi Makro


penghasilan faktor produksi negara tersebut di luar negeri melebihi
penghasilan yang diterima faktor produksi asing di negara tersebut.

2. Pengukuran Nilai Pendapatan Nasional

Nilai pendapatan nasional dapat diukur dari tiga sudut pandang, yaitu:
pendapatan nasional nominal, pendapatan nasional riel, dan pendapatan
nasional psikis.

a. Pendapatan nasional nominal adalah pendapatan nasional yang diukur


dari jumlah satuan uang. Jumlah satuan uang ini merupakan penjumlahan
harga pasar dari seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat atau jumlah uang yang diterima masyarakat (pemilik faktor-
faktor produksi) baik berupa sewa, upah, bunga maupun laba. Nilai
pendapatan nasional tersebut dihitung berdasarkan harga yang
berlaku. Misalnya bila yang dihitung adalah GNP nominal tahun 2012
menunjukkan nilai barang dan jasa berdasarkan harga yang berlaku
tahun 2012. Bila GNP nominal tahun 2016, maka menunjukkan nilai
barang dan jasa berdasarkan harga berlaku tahun 2016.
b. Pendapatan nasional riel adalah pendapatan nasional yang diukur dari
nilai tukar atau daya bell. Penentu tinggi atau rendahnya pendapatan
riel adalah perkembangan tingkat harga yang tampak pada indeks harga.
Bila tingkat harga naik lebih tinggi dari kenaikan pendapatan, maka
pendapatan riel menurun, demikian sebaliknya. Jadi pendapatan nasional
riel dihitung berdasarkan harga tetap (konstan). Untuk menghitung GNP
riel, maka GNP nominal nominal harus dideflasikan dengan
menggunakan indeks harga, yaitu dengan rumus :

Jadi bila tahun dasar ditentukan tahun 2012, maka perhitungan indeks
harga didasarkan pada harga tahun 2012. Indeks harga dapat dihitung

Muhammad Ilham = 25 = Teori Ekonomi Makro


dengan menggunakan rumus Laspeyres :

m Pni
 .P .Qoi
i1P (n1)i
(n1)i
IHK n  m X 100
 Poi.Qoi
i1
Secara sederhana indeks harga dapat dihitung menggunakan rumus :

Po : harga tahun dasar


Pn : harga tahun berjalan

c. Pendapatan nasional psikis adalah pendapatan nasional yang diukur


dari segi kemanfaatan atau utilitas yang diperoleh/dirasakan oleh
masyarakat selama satu tahun.
Selain pengukuran pendapatan nasional sebagaimana
dikemukakan di atas, pendapatan nasional dapat pula dibedakan
menjadi pendapatan nasional potensial dan pendapatan nasional aktual.
Pendapatan nasional potensial adalah tingkat pendapatan nasional yang
akan dicapai apabila sumber daya dalam perekonomian digunakan
sepenuhnya. Atau pendapatan nasional yang akan dicapai dalam
keadaan kesempatan kerja penuh (full emplyment). Dalam kenyataan full
employment sulit tercapai. Oleh karena itu suatu perekonomian sudah
dapat dikatakan full employment apabila pengangguran yang terjadi
hanyalah pengangguran dalam bentuk pengangguran normal dan
pengangguran struktural.
Pendapatan nasional aktual adalah pendapatan nasional yang
sebenarnya dapat terwujud oleh kegiatan ekonomi pada suatu waktu
tertentu. Pada umumnya pendapatan nasional aktual lebih kecil dari pada
pendapatan nasional potensial. Perbedaan besarnya pendapatan nasional
potensial dengan pendapatan nasional aktual disebut jurang pendapatan
nasional (gap national income). Dalam kenyataannya tidak mudah untuk
memperoleh data mengenai pendapatan nasional potensial, akan

Muhammad Ilham = 26 = Teori Ekonomi Makro


tetapi dapat diperkirakan berdasarkan potensi sumber daya yang dimiliki
oleh suatu perekonomian.
Gambar 2.4: Pendapatan Nasional Potensial dan Pendapatan Nasional
Aktual

E Y Potensial
F
D
Yn C

Y Aktual

Yo
B

T1 T2 T3 T4 Tahun

Gambar 2.4 menerangkan bahwa dari titik A sampai mendekati titik D


pendapatan nasional potensial (Yp) Iebih besar dari pada pendapatan
nasional aktual (Ya). Jika sumber daya ekonomi dimanfaatkan
sepenuhnya, maka Yp mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara
aktual pendapatan nasional kadang mengalami kenaikan dan kadang menurun
hingga ke titik B, misalnya pada tahun Th1 nilai pendapatan nasional aktual (Y
aktual) sebesar Yo (pada titik B), sedangkan nilai pendapatan nasional
potensial (Y potensial) Iebih tinggi sebesar Yn (pada titik C). Jadi pada tahun
tersebut jurang pendapatan nasional sangat lebar. Dalam keadaan di mana
pendapatan nasiona potensial (Y potensial) Iebih besar dari pada pendapatan
nasional aktual (Y aktual) menunjukkan bahwa dalam perekonomian terjadi
pengangguran.

Muhammad Ilham = 27 = Teori Ekonomi Makro


P a d a t a h u n T 2 Y p o t e n s i a l = Y a kt u a l ya n g b e r a r t i t id a k
t e r j a d i pengangguran, karena hampir semua sumber daya ekonomi
digunakan sepenuhnya. Kemudian pada tahun T3 nilai Yaktual Iebih besar
dari pada Ypotensial. Dapat pula terjadi di mana Yaktual Iebih besar dari
Ypotensial yaitu dalam contoh gambar di atas pada tahun T3 (titik E). Keadaan
tersebut menunjukkan bahwa perekonomian secara aktual mengalami
perkembangan yang pesat. Hal tersebut berlaku mana kala
pengangguran mencapai tingkat yang sangat rendah (biasanya kurang dari 4
persen), di mana tenaga kerja utamanya di sektor industri banyak
melakukan kerja lembur (melebihi jam kerjanya yang biasa), atau dapat pula
dilakukan dengan cara menggunakan tenaga kerja asing. Dalam keadaan
yang demikian biasanya diikuti oleh masalah inflasi.

3. Tingkat-Tingkat Pendapatan Nasional


Dalam perhitungan pendapatan nasional terdapat konsep atau istilah
yang saling berkaitan. Konsep tersebut adalah produk domestik bruto,
produk nasional brutto, produk nasional netto, pendapatan nasional netto,
pendapatan perseorangan dan pendapatan bersih.

a. Produk Domestik Bruto


Seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen,
perusahan, pemerintah dan sektor luar negeri. Berdasarkan pendekatan ini,
maka pendapatan nasional dapat dirumuskan dengan:
PDB atau Y = C + I +G + (X — M)

b. Produk Nasional Brutto (PNB)


PNB atau disebut juga Gross National Product (GNP) adalah jumlah
nilai barang dan jasa yang dihitung dengan dasar harga pasar yang
berlaku yang dihasilkan oleh masyarakat dalam satu tahun. Barang dan jasa
ini adalah barang akhir (final goods). Yaitu barang yang telah mencapai tahap
penggunaan akhir, sehingga siap untuk dikonsumsi oleh konsumen.

Muhammad Ilham = 28 = Teori Ekonomi Makro


PNB = PDB + PFPDLN (pendapatan faktor produksi domestik
yang ada di luar negeri) – PFPLNDN (pembayaran faktor
prodksi luar negeri yang ada di dalam negeri).

c. Pendapatan Nasional/National Income (NI)

National Income adalah produk nasional bersih, yaitu yang


diperoleh dengan cara mengurangkan GNP dengan pajak tak langsung netto
(setelah memperhitungkan subsidi) dan nilai penyusutan aktiva/modal tetap
atau :

NI = GNP – Pajak tak langsung netto – Penyusutan

d. Pendapatan Perseorangan/Personal Income (PI)

Pendapatan Perseorangan atau Personal Income (PI) adalah jumlah


penerimaan setiap orang dalam masyarakat. Tidak semua pendapatan
nasional netto diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi, karena masih
harus dikurangi dengan pajak yang tidak dibagikan, pajak perseroan,
kemudian ditambah dengan transfer payment. Dengan demikian:

PI = NNI — (laba yang ditahan, pajak perseroan dan iuran


jaminan keamanan) + transfer payment (yaitu tunjangan
penganggur, tunjangan hari tua/pensiunan, beasiswa,
tunjangan veteran, bunga hutang negara dan lain-lain).

e. Pendapatan Bersih Disposable Income (DI)

Pendapatan bersih juga disebut take home pay atau Disposable


Income (DI) adalah pendapatan yang sudah menjadi hak milik masyarakat.
Pendapatan ini merupakan pendapatan yang benar-benar sudah slap
dibelanjakan oleh masyarakat. Jumlah DI adalah jumlah PI dikurangi
dengan pajak perseorangan/pajak langsung:

DI = PI — Pajak Langsung

Muhammad Ilham = 29 = Teori Ekonomi Makro


Berikut ini contoh perhitungan dari tingkat-tingkat pendapatan
nasional di atas.
PDB………………………………………………………. Rp. 2.100.000
PFPDLN………………………………………… Rp. 600.000+
PFPLNDN.......................................................... Rp. 700.000-
GNP................................................................................. Rp. 2.000.000
Pajak tidak langsung (netto)………………….. Rp. 100.000-
Penyusutan……………………………………... Rp. 200.000-
NNI……………………………………………………….. Rp. 1.700.000
Laba ditahan, pajak perseroan………………. Rp. 50.000-
Transfer payment……………………………… Rp. 30.000+
PI………………………………………………………….. Rp. 1.680.000
Pajak langsung………………………………… Rp. 242.700-
DI…………………………………………………………. Rp. 1.437.300

C. Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional

Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional suatu negara dikenal


tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan pengeluaran (expenditure
approach), pendekatan penerimaan (income approach) dan pendekatan produksi
(production approach).

1. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran adalah jumlahn


seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen, perusahan,
pemerintah dan sektor luar negeri. Berdasarkan pendekatan ini, maka pendapatan
nasional dapat dirumuskan dengan:
Y = C + I +G + (X — M)
Keterangan :
Y : Pendapatan nasional
C : Pengeluaran konsumsi rumah tangga konsumen (consumption).
I : Pengeluaran investasi perusahaan
G : Pengeluaran pemerintah (Government Expenditure)
X — M : Ekspor netto merupakan pengeluaran bersih sektor luar negeri.

Muhammad Ilham = 30 = Teori Ekonomi Makro


Persamaan di atas hanya menunjukkan nilai GDP. Untuk
memperoleh nilai GNP, maka nilai GNP harus dikoreksi dengan nilai netto dari
faktor-faktor produksi dalam negeri yang dipekerjakan di luar negeri, sehingga
nilai GNP dapat diperoleh dengan rumus:
Y=C+I+G+ (X — M) + F
Simbol F pada persamaan di atas merupakan penerimaan oleh orang-
orang, perusahaan-perusahaan atau pemerintah dari faktorfaktor produksi
domestik yang dipekerjakan dan dibayar di luar negeri dikurangi dengan
pembayaran ke atas faktor-faktor produksi milik asing di dalam negeri. Jika F
bernilai positif berarti pendapatan faktor produksi domestik yang dibayar di
luar negeri lebih besar dari pada pembayaran ke atas faktor produksi asing di
dalam negeri, dan jika F bernilai negatif berarti pembayaran ke atas faktor
produksi asing di dalam negeri Iebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh
faktor produksi domestik di luar negeri.

2. Pendekatan Produksi (Production Approach)


Pendapatan nasional dapat pula dihitung berdasarkan hasil akhir
baran-barang dan jasa-jasa dalam suatu periode tertentu dari semua sektor
produksi atau lapangan usaha yang menghasilkan barang/jasa. Barang-
barang/jasa-jasa yang dihasilkan merupakan nilai output netto atau nilai
tambah (added value) yang diciptakan pada berbagai sektor lapangan usaha.
Dengan menghitung dan kemudian menjumlahkan seluruh nilai tambah dari
masing-masing sektor lapangan usaha, dapatlah dihindari terjadinya
penghitungan ganda (double counting). Untuk menghindari perhitungan
ganda tersebut, dalam menghitung pendapatan nasional dapat dilakukan
perhitungan dengan cara berikut:
(a) Menjumlahkan nilai tambah (added value), yaitu menghitung pendapatan
nasional dengan menjumlahkan tambahan nilai barang atau jasa setelah
melalui suatu proses produksi tertentu. Nilai tambah adalah tambahan
harga atau nilai produksi setelah melalui suatu proses produksi. Dengan
demikian pendapatan nasional merupakan penjumlahan tambahan nilai
yang diperoleh dari setiap tahapan proses produksi.

Muhammad Ilham = 31 = Teori Ekonomi Makro


(b) Menghitung nilai akhir (final value) dari barang dan jasa yang dihasilkan.
Nilai akhir barang dan jasa adalah harga pasar barang dan jasa akhir
dikurangi dengan biaya yang diambil dari tahun lalu. Besarnya nilai akhir
barang dan jasa adalah sama dengan jumlah nilai tambahnya.
Untuk Iebih jelasnya prosedur perhitungan pendapatan nasional berdasarkan
nilai tambah (added value) dan nilai akhir (final value), perhatikan contoh berikut.
Contoh 2.1: Misalkan pada tahun 2016 suatu sektor "X" menghasilkan pakaian
jadi dengan data berikut.
Tahap I: hasil kapas dijual kepada industri tekstil senilai Rp.2.000 berarti dari
hasil kapas tercipta nilai tambah Rp.2.000 yang sekaligus merupakan nilai
akhir kapas.
Tahap II: kapas diproses sehingga menghasilkan benang, nilai penjualan
benang yang juga merupakan nilai akhir dari benang sebesar Rp. 3.500,
dengan demikian tercipta nilai tambah sebesar Rp.1 .500.
Tahap III: benang diproses menjadi kain dengan menghasilkan nilai akhir dari
kain senilai Rp. 5.250, sehingga tercipta nilai tambah Rp.1.750.
Tahap IV atau tahap akhir: kain diproses menjadi pakaian, nilai akhir atau
penjualan pakaian tersebut adalah senilai Rp. 7.500, dalam hal ini berarti tercipta
lagi nilai tambah sebesar Rp. 2.250.
Jadi dengan menjumlahkan nilai tambah dari beberapa tahapan produksi
di atas diperoleh penjumlahan nilai tambah sebesar Rp. 7.500, di mana nilai
tersebut sama dengan nilai akhir dari suatu tahapan produksi yaitu berupa
pakaian jadi yang siap dipakai konsumen. Dengan demikian yang
diperhitungkan sebagai pendapatan nasional adalah jumlah nilai tambah atau
nilai akhir dari suatu proses produksi sebesar Rp. 7.500. Jika nilai akhir
dijumlahkan diperoleh nilai sebesar Rp.18.250, inilah yang disebut
dengan perhitungan ganda (double counting). OIeh karena itu dalam
perhitungan pendapatan nasional perhitungan ganda harus dihindari dengan
cara menjumlahkan nilai tambah atau hanya menghitung nilai akhir dari suatu
produk.

Muhammad Ilham = 32 = Teori Ekonomi Makro


Tabel 2.1 : Perhitungan Pendapatan Sektor "X" Tahun 2016
Tahap Produksi Nilai Tambah Nilai Akhir

I 2.000 2.000
II 1.500 3.500
III 1.750 5.250
IV 2.250 7.500
Jumlah 7.500 18.250

Adapun bentuk persamaan matematis perhitungan pendapatan nasional


berdasarkan pendekatan produk adalah :

Y = PiQi P2Q2+ ...............+PnQn


Keterangan :
Y : pendapatan nasional
P 1, P2, ..Pn : harga satuan produk barang/jasa sektor 1 hingga sector
ke n
Qi, Q2, ...Qn : Jumlah produk barang/jasa sektor 1 hingga sektor ke n.

3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)


Pendekatan pendapatan adalah cara menghitung pendapatan nasional
berdasarkan pendapatan yang diperoleh pemilik faktor-faktor produksi
sebagai balas jasa dalam partisipasinya membentuk produk nasional.
Pendekatan ini dapat dirumuskan dengan:
Y = w + π + r + i
Keterangan
Y : Pendapatan nasional
w : Upah/gaji (wage) yang diterima tenaga kerja
π : Profit/laba yang diperoleh usahawan
r : Sewa (rent) yang diterima pemilik faktor produksi tanah atau sumber
daya Iainnya
i : bunga modal (interest) yang diterima pemilik modal.

D. Manfaat Perhitungan Pendapatan Nasional


Studi tentang pendapatan nasional bagi suatu negara memiliki peranan yang
sangat penting. Data pendapatan nasional yang akurat mempunyai beberapa
manfaat yaitu:

Muhammad Ilham = 33 = Teori Ekonomi Makro


1. Sebagai indikator tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa
Pendapatan nasional merupakan salah satu alat untuk mengukur
tingkat kemajuan suatu perekonomian. Masyarakat yang makmur dan
sejahtera adalah masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan tinggi.
Pada umumnya masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah
(negara miskin) dibarengi dengan tingkat pendidikan yang rendah
menunjukkan bahwa negara tersebut jauh dari kemajuan. Oleh karena itu, setiap
pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan
nasionalnya agar dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan seluruh
masyarakat.

2. Sebagai alat penentu struktur perekonomian

Struktur atau corak perekonomian suatu masyarakat dapat dilihat dari


komposisi pendapatan nasionalnya. Sektor produksi yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap pendapatan nasional merupakan penentu
struktur perekonomian.

3. Sebagai dasar untuk menyusun perenecanaan pembangunan dan


berbagai kebijakan
Data kuantitatif tentang jumlah produk (output), konsumsi masyarakat,
investasi, saving dan juga pengeluaran pemerintah, dapat dipergunakan
sebagai dasar untuk menentukan kebijakan ekonomi yang Iebih balk di masa
yang akan datang. Data pendapatan nasional dapat dipergunakan sebagai
dasar berpijak pelaksanaan pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, untuk
meningkatkan produktivitas sektor pertanian dapat disusun berbagai kebijakan
seperti penyediaan bibit unggul, pupuk dan berbagai obatobatan,
penyempurnaan irigasi, pembukaan lahan baru, dan sebagainya.

4. Sebagai dasar penentu kemanfaatan hubungan luar negeri


Studi tentang pendapatan nasional juga dapat dipergunakan sebagai
dasar untuk menevaluasi kemanfaatan hubungan kerja sama dengan luar negeri.
Cara yang dapat ditempuh adalah membandingkan data dalam neraca
pendapatan nasional dengan data neraca pembayaran luar negeri. Hasil

Muhammad Ilham = 34 = Teori Ekonomi Makro


perbandingan yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai pengukur
seberapa besar manfaat dan arti pentingnya kerja sama ekonomi luar negeri
terhadap perekonomian dalam negeri.

5. Dapat mengukur perkembangan perekonomian bangsa dari tahun ke tahun


Berdasarkan data pendapatan nasional dapat diketahui arah
perkembangan perekonomian masyarakat, apakah semakin maju dan
berkembang, semakin mundur dan merosot ataukah tidak menentu (turun-
naik/berfluktuasi). Dengan demikian dapat ditentukan kegiatan apa yang
harus dilakukan masyarakat untuk mengarahkan perkembangan
pendapatan sesuai dengan yang diinginkan.

E. Rangkuman
1. Pengertian pendapatan nasional dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu dari
sudut pandang produksi lazim disebut produk nasional (national product) adalah jumlah
harga pasar (nilai) barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam satu kurun
waktu tertentu, biasanya satu tahun. Dan sudut pandang penerimaan adalah jumlah
dari semua penerimaan masyarakat yang ikut dalam proses produksi seluruh barang
dan jasa dalam kurun waktu tertentu.
2. Nilai pendapatan nasional dari aspek nilai dapat diukur dari tiga sudut pandang, yaitu:
pendapatan nasionalnominal, pendapatan nasional riel, dan pendapatan nasional psikis.
3. Untuk menghitung besarnya pendapatan nasional suatu negara dikenal tiga macam
pendekatan, yaitu: pendekatan pengeluaran (expenditure approach), pendekatan
penerimaan (income approach) dan pendekatan produksi (production approach).
4. Data pendapatan nasional yang akurat mempunyai beberapa manfaat yaitu:
sebagai indikator tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa; sebagai
slat penentu struktur perekonomian; sebagai dasar untuk menyusun berbagai
kebijakan; sebagai dasar penentu kemanfaatan hubungan luar negeri; sebagai
dasar untuk menyusun perenecanaan kegiatan ekonomi di masa yang akan
datang; dapat mengukur perkembangan perekonomian bangsa dari tahun ke
tahun.

Muhammad Ilham = 35 = Teori Ekonomi Makro


F. Glossary
Disposable income (pendapatan sesudah pajak atau pendapatan yang slap
dibeanjakan). Jumlah pendapatan yang diterima moleh rumah tangga
setelah pembayaran pajak pendapatan dan asuransi nasional.

Final goods (barang jadi). Barang atau jasa yang dikonsumsi oleh pemakai
akhir, jadi bukan untuk menghasilkan barang lainnya.
Value added (Pertambahan nilai). Selisih antara nilai dari barang yang diproduksi
dengan biaya bahan baku dan bahan lainnya yang digunakan untuk
memproduksi barang tersebut.

G. Soal-soal Latihan
1. Kemukakan pengertian : a. pendapatan nasional; b. Pendapatan nasional
nominal; c. Pendapatan nasional riel; d. Pendapatan nasional psikis; e.
Gross National Product; f. Gross Domestic Product.
2. Sebutkan dan uraikan tiga macam pendekatan dalam perhitungan
pendapatan nasional.
3. Susunlah kerangka perkiraan pendapatan nasional Iengkap dengan pos-
posnya.
4. Jelaskan manfaat perhitungan pendapatan nasional.

Muhammad Ilham = 36 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 1: PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016–2018 (triliun rupiah)
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2010
Lapangan Usaha
2016 2017 2018 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1 671,6 1 787,3 1 900,4 1 211,0 1 257,9 1 307,0
B. Pertambangan dan Penggalian 890,9 1 029,6 1 199,0 774,6 779,7 796,5
C. Industri Pengolahan 2 545,2 2 739,7 2 947,3 2 016,9 2 103,5 2 193,3
D. Pengadaan Listrik dan Gas 142,3 162,4 176,4 100,0 101,5 107,1
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur
8,9 9,4 10,0 7,6 8,0 8,4
Ulang
F. Konstruksi 1 287,6 1 410,5 1 562,3 925,0 987,9 1 048,1
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan
Mobil dan Sepeda Motor 1 635,4 1 768,9 1 931,9 1 255,8 1 311,8 1 376,9
H. Transportasi dan Pergudangan 645,0 735,2 797,3 374,8 406,7 435,2
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 363,1 386,9 412,5 282,8 298,1 314,9
J. Informasi dan Komunikasi 449,2 513,7 559,1 459,2 503,4 538,9
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 520,2 571,2 616,3 378,3 398,9 415,6
L. Real Estat 350,5 382,5 406,6 279,5 289,7 300,1
M, N. Jasa Perusahaan 211,6 238,2 267,1 159,3 172,8 187,7
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 476,5 498,2 541,7 320,0 326,6 349,5
P. Jasa Pendidikan 417,4 446,3 482,1 293,9 304,7 321,1
Q. Jasa Keesehatan dan Kegiatan Soaial 132,1 144,6 157,9 102,5 109,5 117,3
R, S, T,U. Jasa Lainnya 211,4 239,3 268,6 156,5 170,2 185,5
NILAI TAMBAH ATAS HARGA DASAR 11 958,9 13 063,9 14 236,5 9 097,7 9 530,9 10 003,1
PAJAK DIKURANG SUBSIDI ATAS PRODUK 442,8 523,3 600,9 336,9 381,8 422,2
PRODUK DOMESTIK BRUTO 12 401,7 13 587,2 14 837,4 9 434,6 9 912,7 10 425,3
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 37 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 2: PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Tahun 2016–2018 (triliun rupiah)
Atas Dasar Harga Konstan
Atas Dasar Harga Berlaku
Jenis Pengeluaran 2010
2016 2017 2018 2016 2017 2018
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7 027,0 7 627,6 8 269,8 5 126,3 5 379,8 5 651,2
Private Consumption Expenditure
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 144,5 160,6 180,8 105,4 112,7 122,9
NPISHs Consumption Expenditure
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1 181,6 1 234,6 1 332,5 774,3 790,8 828,7
General Government Consumption Expenditure
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4 040,2 4 370,6 4 790,6 3 041,6 3 228,8 3.444,1
Gross Domestic Fixed Capital Formation
5 Perubahan Invenntori 158,9 210,6 338,6 133,4 126,9 197,4
Change in Inventories
6 Ekspor Barang dan Jasa 2 367,4 2 743,1 3 110,8 1 971,2 2 146,8 2 285,9
Export of Goods and Services
7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2 273,5 2 605,2 3 272,5 1 818,1 1 964,6 2 201,1
Less : Import of Goods and Services
Diskrepansi Statistik1 -244,4 -154,7 86,8 100,5 91,5 96,2
Statistical Discrepancy
Produk Dmoestik Bruto (PDB 12 401,7 13 587,2 14 837,4 9 434,6 9 912,7 10 425,3
Gross Domestic Product (GDP)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ket. 1. P erbedaan perhitungan berdasarkan lapangan usaha dengan berdasarkan pengeluaran

Muhammad Ilham = 38 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran 3: GDP, GNP, dan National Income Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I 2017 – Triwulan III 2018

2017 2018
Jenis Pengeluaran
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Tw. I Tw. II Tw. III
PENGELUARAN KONSUMSI
1.838.636,70 1.873.331,70 1.952.579,60 1.962.437,70 7.626.985,70 1.991.691,80 2.042.129,90 2.119.465,90
RUMAH TANGGA
Private Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI
38 314,0 39 698,3 40 763,7 41 793,5 160 569,5 42 769,7 44 558,2 45 609,5
LNPRT
NPISHs Consumption Expenditure
PENGELUARAN KONSUMSI
211 829,2 289 935,6 308 053,4 427 050,7 1 236 869,0 223 426,8 315 003,4 333 820,6
PEMERINTAH
General Government Consumption
Expenditure
PEMBENTUKAN MODAL TETAP
1 017 940,4 1 055 629,7 1 115 902,8 1 181 083,0 4 370 555,8 1 126 059,5 1 147 228,3 1 231 914,0
DOMESTIK BRUTO
Gross Domestic Fixed Capital
Formation
A. PERUBAHAN IINVENTORI 98 725,6 95 912,7 44 - 64 618,5 174 517,9 119 355,4 138 854,0 77 733,4
Change in Inventories
B. DISKREPANSI STATISTIK 1) - 37 646,1 - 35 177,9 - 12 978,1 - 58 697,0 - 144 499,2 - 7 756,3 18 710,8 52 639,5
Statistical Discrepancy
EKSPOR BARANG DAN JASA 663 391,4 644 390,4 714 810,2 745 556,8 2 768 148,8 740 017,6 749 423,8 849 345,2
Export of Goods and Services
Dikurangi : IMPOR BARANG DAN
603 156,6 597 134,6 660 061,1 743 997,9 2 604 350,1 728 978,7 769 697,8 874 920,7
JASA
Less : Import of Goods and
Services
PRODUK DOMESTIK BRUTO 3 228 034,6 3 366 585,8 3 503 568,6 3 490 608,3 13 588 797,3 3 506 585,8 3 686 210,5 3 835 607,4
Gross Domestic Product (GDP)

Muhammad Ilham = 39 = Teori Ekonomi Makro


2017 2018
Jenis Pengeluaran
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total Tw. I Tw. II Tw. III
PENDAPATAN NETO TERHADAP
LUAR NEGERI ATAS FAKTOR - 104 644,1 - 115 275,9 - 112 828,2 - 96 894,6 - 429 642,8 -107.984,60 -114.675,30 -133.087,40
PRODUKSI
Net Factor Income from Abroad
PRODUK NASIONAL BRUTO 3 123 390,5 3 251 309,9 3 390 740,4 3 393 713,7 13 159 154,5 3 398 601,2 3 571 535,2 3 702 520,0
Gross National Product (GNP)
Dikurangi : PAJAK TAK
110 813,0 147 580,1 158 176,8 261 485,0 678 054,9 124 328,6 190 101,8 193 507,4
LANGSUNG NETO
Less : Net Indirect Taxes
Dikurangi : PENYUSUTAN 544 279,0 603 955,0 631 021,2 651 646,0 2 430 901,3 632 063,0 680 456,2 733 280,7
Less : Depreciation
PENDAPATAN NASIONAL 2 468 298,5 2 499 774,8 2 601 542,4 2 480 582,7 10 050 198,3 2 642 209,5 2 700 977,2 2 775 731,8
National Income (NI)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ket. 1. Perbedaan perhitungan berdasarkan lapangan usaha dengan berdasarkan pengeluaran

Lampiran 4: PDB Per Kapita Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013–2018

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017 2018


PDB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
a Nilai (juta rupiah) 38,4 41,9 45,1 47,9 51,9 56,0
b Indeks Peningkatan (%) 9.29 9.25 7.64 6.25 8.23 7.91
c. Nilai (US$) 3.666,8 3.531,9 3.372,9 3.603,6 3.876,3 3.927,0
Sumber: Badan Pusat Statistik

Muhammad Ilham = 40 = Teori Ekonomi Makro


BAB III
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL UNTUK
PEREKONOMIAN TERTUTUP DUA SEKTOR

A. Perekonomian Tertutup Dua Sektor


Untuk menganalisis pendapatan nasional, pada umumnya perekonomian
dikelompokkan menjadi perekonomian tertutup dan perekonomian terbuka.
Perbedaan keduanya yaitu dalam perekonomian tertutup belum menyertakan peran
hubungan ekonomi luar negeri dalam analisis, sedangkan dalam analisis
perekonomian terbuka sudah menyertakan peran hubungan ekonomi luar
negeri.
Selanjutnya, dalam analisis perekonomian tertutup, terbagi lagi menjadi
analisis pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup dua sektor yang
belum menyertakan peran pemerintah dan analisis pendapatan nasional
dalam perekonomian tertutup tiga sektor yang telah menyertakan peran
pemerintah. Pada bab ini akan menganalisis pendapatan nasional dalam
perekonomian tertutup sederhana.
Dalam sistem perekonomian tertutup dua sektor hanya dikenal dua
sektor ekonomi, yaitu sektor rumah tangga konsumen dan sektor rumah tangga
perusahaan. Hal ini berarti bahwa pengeluaran masyarakat seluruhnya
dalam setiap tahunnya akan terdiri atas pengeluaran konsumsi rumah
tangga (C) dan pengeluaran investasi perusahaan (I). Dengan demikian
pendapatan nasional dapat dirumuskan dengan :
Y=C+I
Keterangan :
Y : Pendapatan nasional
C : Pengeluaran konsumsi rumah tangga
I : Pengeluaran investasi oleh perusahaan.
Untuk menganalisis pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup
dua sektor, terdapat empat variabel ekonomi agregatif yang dianalisis
hubungannya satu sama lain. Adapun keempat variabel tersebut adalah:
pendapatan nasional (Y), konsumsi atau consumption (C), tabungan atau
saving (S), dan investasi atau investment (I). Dalam analisis tersebut,
variabel investasi diasumsikan sebagai variabel eksogen, yaitu besarnya

Muhammad Ilham = 41 = Teori Ekonomi Makro


investasi ditentukan oleh kekuatan yang tidak dijelaskan dalam model yang sedang
dianalisis.
Hubungan keempat variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari aspek
penggunaan pendapatan dan aspek sumber pendapatan. Adapun bentuk
persamaan masing-masing aspek adalah:
Aspek penggunaan pendapatan: Y = C + S
artinya pendapatan digunakan untuk konsumsi dan tabungan. Aspek
sumber pendapatan: Y = C + I
artinya pendapatan bersumber dari konsumsi dan investasi.
Kedua persamaan di atas menunjukkan hubungan variabel ekonomi yang
bersifat fungsional. Jika ada perubahan nilai pada ruas kiri, pasti akan diikuti oleh
perubahan nilai ruas kanan dengan jumlah yang sama.
Contoh 3.1 : untuk persamaan pertama (aspek penggunaan pendapatan):
* Jika pendapatan (Y) = Rp.200 trilyun dan konsumsi (C) = Rp.150 trilyun, maka
besarnya tabungan (S) = Rp.50 trilyun.
* Jika Y turun sebesar Rp.20 trilyun menjadi Rp.180 trilyun, sedangkan C tetap
Rp.150 trilyun, maka besarnya S = Rp.30 trilyun, yang berarti S turun sebesar
Rp.20 trilyun.
* Jika turunnya Y sebesar Rp.20 trilyun diikuti oleh turunnya C sebesar Rp.10 trilyun,
sehingga C menjadi Rp.140 trilyun, maka S akan menjadi sebesar Rp. 40
trilyun, berarti S turun sebesar Rp.10 trilyun.
Contoh di atas berlaku pula untuk persamaan kedua (aspek sumber
pendapatan).

B. Fungsi konsumsi dan Fungsi Tabungan

1. Fungsi Konsumsi (Consumption Function)


Pengeluaran konsumsi rumah tangga meliputi pembelian barang-barang tahan
lama seperti televisi, pakaian dan sebagainya, dan barang-barang tidak tahan
lama seperti makanan, minuman dan sebagainya serta pengeluaran untuk jasa-
jasa seperti angkutan, salon, biaya telepon, dan sebagainya. Banyak faktor yang
menentukan besar kecilnya konsumsi, namun dalam analisis kita diasumsikan
bahwa besar kecilnya konsumsi ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan

Muhammad Ilham = 42 = Teori Ekonomi Makro


nasional Hubungan ant ara besar kecilnya konsumsi dengan pendapatan
nasional disebut dengan fungsi konsumsi. Adapun bentuk fungsi konsumsi adalah:
C=a+cY
Keterangan :
C : besarnya konsumsi
Y : besarnya pendapatan nasional
a : besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional nol (konsumsi
otonom)
c : koefisien kecenderungan mengkonsumsi marginal ( marginal
propensity to consume).

Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah angka perbandingan


antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan
nasional yang mengakibatkan terjadinya perubahan konsumsi. MPC dapat
dirumuskan dengan :

Keterangan:
∆C : besarnya perubahan konsumsi
∆Y : besarnya perubahan pendapatan nasional
Koefisien MPC selalu menunjukkan angka positif dengan nilai yang lebih
kecil dari satu, tetapi lebih besar dari nol. Angka positif, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pendapatan akan diikuti dengan pertambahan konsumsi. Angka
lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa setiap pertambahan pendapatan tidak
seluruhnya digunakan untuk konsumsi, melainkan sebahagian dari pendapatan
disisihkan untuk tabungan.
Untuk memperoleh persamaan garis fungsi konsumsi yang berbentuk
garis lurus, maka kita harus mengetahui besarnya konsumsi pada dua tingkat
pendapatan nasional yang berbeda. Adapun persamaan fungsinya adalah :

C = (APCn MPC)Yn + MPC.Y


APCn (Average Propensity to Consume ): kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata pada tingkat pendapatan nasional sebesar n.
Merupakan perbandingan antara besarnya konsumsi dengan besarnya tingkat
pendapatan nasional itu sendiri, yang dapat dirumuskan dengan:

Muhammad Ilham = 43 = Teori Ekonomi Makro


Berdasarkan rumus fungsi konsumsi, maka dapat diperoleh bentuk
grafik persamaan garis lurus sebagaimana gambar 3.1. Pada gambar tersebut
menunjukkan fungsi konsumsi dari seluruh rumah tangga dalam perekonomian.
Sumbu horizontal adalah pendapatan nasional dan sumbu vertikal adalah
besarnya konsumsi. Pada gambar di atas tampak garis yang membentuk sudut 45°,
sehingga jarak antara setiap titik pada garis itu dengan sumbu vertikal dan sumbu
horizontal adalah sama. Hal ini mengandung arti bahwa besarnya pendapatan
nasional sama dengan besarnya konsumsi. Dalam gambar tampak pula garis
fungsi konsumsi C = a + cY yang dimulai dari titik a, yang mengandung arti bahwa
pada saat pendapatan nasional sama dengan nol besarnya konsumsi adalah a
(konsumsi otonom). Pada saat pendapatan nasional mencapai Yn garis fungsi
konsumsi memotong garis dengan sudut 45 ° pada titik Break Event Point (BEP)
atau titik impas. Pada titik ini pengeluaran konsumsi tepat sama dengan
besarnya pendapatan nasional, yang berarti tabungan sama dengan nol.

Gambar 3.1 : Grafik fungsi konsumsi


C

Y=Y

C = a + cY

BEP
Cn

a
450
Y
Yn

2. Fungsi Tabungan (Saving Function)


Sebagaimana telah dikemukakan contoh pada bagian 1 materi pokok bab
ini, bahwa penurunan pendapatan mengakibatkan pula menurunnya tingkat
tabungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa besar kecilnya tabungan ditentukan
oleh besar keciinya pendapatan nasional, kemudian pada fungsi konsumsi
diketahui bahwa nilai a (konsumsi otonom/autonomous consumption)

Muhammad Ilham = 44 = Teori Ekonomi Makro


menunjukkan besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional sebesar nol,
yang berarti besarnya tabungan adalah negatif. Berdasarkan hal tersebut, maka
bentuk fungsi tabungan dapat dirumuskan dengan:

S = sY – a
Keterangan :
S : besarnya tabungan
s : marginal propensity to save (MPS) atau kecenderungan menabung marginal

Nilai “a” yang negatif disebut dengan dissaving (tabungan negatif), artinya jika
seseorang tidak memiliki pendapatan, maka ia harus mengeruk tabungan dari
pendapatan masa Ialunya, atau meminjam (menghutang) untuk melakukan
konsumsi.
Persamaan fungsi tabungan dapat pula diperoleh melalui proses berikut:
Y=C+S
S=Y—C
S = Y — (a + cY)
S = Y — a — cY
S = (1 — c)Y — a
Oleh karena MPC merupakan bagian dari kenaikan pendapatan yang dikonsumsi,
maka bagian yang tidak dikonsumsi merupakan bagian dari kenaikan
pendapatan yang ditabung atau MPS, sehingga:

Pada fungsi konsumsi dikenal istilah APC, maka dalam fungsi tabungan
dikenal pula istilah Average Propensity to Save (APS) atau kecenderungan
menabung rata-rata yang dapat dirumuskan dengan :

3. Hubungan Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan


Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang fungsi konsumsi
dan fungsi tabungan. Sekarang kita akan membahas hubungan fungsi
konsumsi dengan fungsi tabungan. Untuk lebih jelasnya hubungan kedua
fungsi tersebut tampak pada gambar berikut:

Muhammad Ilham = 45 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 3.2 : Hubungan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan

C
Y=Y

C = a + cY

BE
C P
n

S = (1 – c)Y -
a a
45
0
Y Y
–a n

Pada gambar 3.2 menunjukkan garis fungsi tabungan S = (1 – c)Y – a yang


dimulai dari titik (–a) yang berarti bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar nol,
besarnya konsumsi rumah tangga sebesar (a), maka akan terjadi apa yang
disebut dengan dissaving atau tabungan negatif, sehingga nilai (a) dalam fungsi
konsumsi akan menjadi (–a) dalam fungsi saving. Jadi waiaupun kita belum memiliki
pendapatan, kita harus tetap makan, minum dan berpakaian. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, kita harus berhutang atau mengeruk tabungan masa lalu, ituiah
yang disebut dengan dissaving. Selanjutnya pada saat pendapatan nasional sebesar
Yn, besarnya pendapatan sama dengan konsumsi (titik BEP), maka besarnya
tabungan adaiah nol. Tabungan nol ditunjukkan oieh perpotongan garis fungsi
tabungan dengan garis horizontal pada titik Yn yang sejajar dengan titik BEP.
Untuk menentukan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, maka dapat
diselesaikan berdasarkan contoh dengan mengikuti prosedur di bawah ini.
Contoh 3.2: Diketahui, pada periode awal besarnya pendapatan nasional (Yo) per
tahun Rp.1.000, besarnya konsumsi (Co) per tahun Rp.950. Jika pada periode
berikutnya pendapatan nasional (Yn) mencapai Rp.1.250, besarnya konsumsi
(Cn) Rp.1.150. Tentukanlah (a) fungsi konsumsi, (b) fungsi tabungan, (c) nilai
Break Even Point (BEP), dan (d) gambarkan grafiknya.

Muhammad Ilham = 46 = Teori Ekonomi Makro


Jawab :
(a). Fungsi konsumsi

Nilai a (konsumsi otonom) = (APCn - MPC)Yn


a = (0,92 - 0,8)1.250
a = (0,12)1.250 = 150

Berdasarkan fungsi konsumsi C = a + cY, maka diperoleh:


C = 150 + 0,8Y

(b). Fungsi tabungan


Oleh karena MPS = s = 1 – MPC
= 1 – 0,8 = 0,2
Nilai a (konsumsi otonom) pada fungsi konsumsi merupakan tabungan negatif (–a)
pada fungsi tabungan, maka –a = –150, sehingga fungsi tabungan adalah

S = 0,2Y – 150

(c) Break Even Point (BEP), besarnya pendapatan nasional sama dengan
besarnya konsumsi.
Y=C
Y = 150 + 0,8Y
Y 0,8Y = 150
(1 – 0,8)Y = 150

Dapat dibuktikan bahwa dengan pendapatan nasional sebesar Y = 750, maka


besarnya konsumsi :
C = 150 + 0,8(750)
= 150 + 600 = 750

Muhammad Ilham = 47 = Teori Ekonomi Makro


Dengan demikian besarnya tabungan :
S=Y–C
S = 750 – 750 = 0

Artinya tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak


dikonsumsi, tetapi karena besarnya pendapatan sama dengan konsumsi,
maka tabungan sama dengan nol atau tidak ada sisa pendapatan.

(d) Gambar Grafik

Y=Y

C = 150 + 0,8Y

BEP
750

150 S = 0,2Y – 150

0
45 Y
750

– 150

Gambar di atas menjelaskan bahwa pada titik BEP besarnya pendapatan


nasional sama dengan besarnya konsumsi, di mana garis fungsi konsumsi
memotong garis bersudut 45°. Di sisi lain garis fungsi tabungan memotong garis
horisontal yang menunjukkan besarnya tabungan sama dengan nol.
Berdasarkan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan di atas, dapat
digambarkan hubungan antara konsep fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
dalam bentuk tabel di bawah ini.

Muhammad Ilham = 48 = Teori Ekonomi Makro


Tabel 2 : Hubungan Antara Konsep Fungsi Konsumsi dan Fungsi
Tabungan.
Y C MPC S MPS APC APS MPC+ MPS APC+ APS
0 150 - -150 - - - - -
250 350 0,8 -100 0,2 1,4 -0,4 1 1
500 550 0,8 -50 0,2 1,1 -0,1 1 1
750 750 0,8 0 0,2 1 0 1 1
1.000 950 0,8 50 0,2 0,95 0,05 1 1
1.250 1.150 0,8 100 0,2 0,92 0,08 1 1

Pada tabel 2 tampak bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar Rp.
0 sudah ada konsumsi sebesar Rp.150 trilyun, sehingga nilai tabungan sebesar
Rp. —150 trilyun yang merupakan dissaving. Kemudian dengan koefisien MPC
sebesar 0,8 menunjukkan bahwa jika pendapatan nasional bertambah, maka
bagian pertambahan pendapatan nasional yang dikonsumsi sebesar 0,8
dan nilai MPS sebesar 0,2 menunjukkan bahwa bagian pertambahan
pendapatan nasional yang ditabung sebesar 0,2, sehingga MPC + MPS = 1.
Selanjutnya, tampak pula bahwa pada saat pendapatan nasional sebesar
Rp.250 trilyun besarnya konsumsi Rp.350 trilyun, sehingga proporsi konsumsi
terhadap pendapatan atau kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC)
sebesar 1,4 dan proporsi tabungan terhadap pendapatan atau kecenderungan
menabung rata-rata (APS) sebesar —0,4. Dengan demikian APC + APS = 1.
Berdasarkan contoh di atas dapat disimpilkan bahwa pada saat pendapatan
nasional yang rendah koefisien APCnya tinggi dan koefisien APSnya rendah.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa proporsi konsumsi terhadap
pendapatan akan tinggi pada saat pendapatan nasional masih rendah, sebaliknya
proporsi tabungan akan rendah. Artinya bahwa masyarakat yang
be rp enda patan renda h p rop orsi be la njan ya te rhad ap pendapatannya
akan lebih besar di banding masyarakat yang berpendapatan tinggi.

C. Rangkuman
1. Variabel ekonomi agregatif yang dianalisis hubungannya satu sama lain dalam
perekonomian dua sektor adalah: pendapatan nasional (Y),
konsumsi/consumption (C), tabungan/saving (S), dan

Muhammad Ilham = 49 = Teori Ekonomi Makro


investasi/investment (I). Hubungan keempat variabel ekonomi tersebut dapat
dilihat dari aspek: a) penggunaan pendapatan: Y = C + S, artinya pendapatan
digunakan untuk konsumsi dan tabungan; b) sumber pendapatan: Y = C + I,
artinya pendapatan bersumber dari konsumsi dan investasi.
2. Jumlah pengeluaran konsumsi masyarakat ditentukan oleh pendapatan
nasional. Hubungan antara besar kecilnya konsumsi dengan pendapatan
nasional disebut dengan fungsi konsumsi.
3. Jumlah tabungan ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasional.
Hubungan antara besar kecilnya tabungan dengan pendapatan nasional
disebut dengan fungsi tabungan.
4. Hubungan antara fungsi konsumsi dengan fungsi tabungan, yaitu p a d a s a a t
pendapatan nasional nol masyarakat tetap mengkonsumsi,
sehingga yang dilakukan adalah mengeruk tabungan masa lalu atau
meminjam yang disebut dengan tabungan negatif (dissaving). Kemudian, semakin
besar bagian pendapatan yang dikonsumsi, semakin kecil bagian pendapatan
yang ditabung.

D. Glossary
Autonomous consumption (konsumsi otonom). Sebagian dari total pengeluaran untuk
konsumsi yang tidak berubah dengan berubahnya pendapatan nasional. Atau
besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional sama dengan nol.
Average Propensity to Consume, disingkat APC (kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata). Bagian dari tingkat pendapatan nasional tertentu dengan yang
dibelanjakan untuk konsumsi.

Average Propensity to Save, disingkat APS (kecenderungan menabung rata-


rata). Bagian dari tingkat pendapatan nasional tertentu dengan yang dapat
ditabung.
Dissaving (tabungan negatit). Belanja barang konsumsi yang lebih besar dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan dalam suatu periode (di mana
kekuarangannya dibiayai dari pinjaman atau tabungan masa lalu).

Marginal Propensity to Consume, disingkat MPC (Kecenderungan marjinal untuk


mengkonsums0. Bagian dari setiap perubahan dalam pendapatan nasional
yang digunakan untuk konsumsi.
Marginal Propensity to Save, disingkat MPS (Kecenderungan marjinal untuk menabung).
Bagian dari setiap perubahan dalam pendapatan nasional yang ditabung.

Muhammad Ilham = 50 = Teori Ekonomi Makro


E. Soal-soal Latihan

1.Jjelaskan ruang lingkup perekonomian tertutup sederhana dan variabel-


variabel ekonomi agregatifnya.

2. Jika diketahui: pada saat pendapatan nasional sebesar Rp.21 trilyun,


pengeluaran konsumsi sebesar Rp.20 trilyun, dan pada saat pendapatan
nasional Rp.50 trilyun pengeluaran konsumsi Rp.44 trilyun. Carilah:

a. Nilai intersep konsumsi, nilai MPC kemudian tentukan fungsi konsumsinya


serta tentukan garisnya pada mar grafik.

b. Nilai intersep tabungan, nilai MPS kemudian tentukan fungsi tabungannya


serta tentukan garisnya pada gambar grafik.

3. Buktikan bahwa MPC + MPS = 1 dan APC + APS = 1.

Muhammad Ilham = 51 = Teori Ekonomi Makro


BAB IV
KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL

Dalam penentuan keseimbangan pendapatan nasional dapat d ije la skan


de ngan mengg una kan pe rumpam aan bah wa suatu perekonomian
tertutup hanya terdiri atas dua sektor, yakni sektor rumah tangga konsumen dan
sektor perusahaan. Dalam hal ini berarti pemerintah tidak campur tangan dalam
perekonomian. Selain itu diasumsikan pula bahwa tingkat harga adalah konstan
(tidak berubah).

A. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Variabel


Eksogen.
Ke se imba ngan pen dapa tan na siona l t e rca pa i pada saa t
perekonomian mencapai keseimbangan (equilibrium). Artinya dalam
perekonomian tersebut tidak terdapat pengangguran sumber-sumber produksi.
Dalam analisis pendapatan nasional, sumber-sumber produksi diberi simbol I
(investment), sedangkan penggunaan sumber-sumber produksi diberi simbol S
(saving). Dalam analisis ini investasi diasumsikan sebagai variabel eksogen, yaltu
variabel yang besarnya sudah ditetapkan sedemikian rupa, di mana investasi
tersebut ditentukan oleh variabel dari luar model.
Pengeluaran investasi sebagai salah satu komponen penting dari
pengeluaran agregat merupakan pengeluaran untuk membeli barang modal riel.
Barang-barang modal riel itu dapat berbentuk: (1) alat-alat produksi seperti
pabrik, mesin-mesin dan perlengkapan lainnya yang digunakan dalam proses
produksi; (2) rumah tempat tinggal; dan (3) perubahan nilai barang
cadangan, berupa bahan mentah, barang setengah jadi dan barang jadi.
Investasi adalah pengeluaran yang bertujuan menambah stok modal.
Investasi dibedakan dua golongan yakni investasi barang cadangan
(inventory investment) dan investasi tetap (fixed investment). Investasi barang
cadangan adalah kenaikan atau penurunan nilai stok barang cadangan yang
dimiliki perusahaan. Investasi tetap adalah penambahan alat-alat produksi

Muhammad Ilham = 52 = Teori Ekonomi Makro


baru berupa pabrik, mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan produksi,
bangunan perusahaan dan rumah tempat tinggal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah:
(a) Pengharapan atau ramalan mengenai keadaan di masa depan;
(b) Perubahan dan perkembangan teknologi;
(c) Stok barang modal yang dimiliki;
(d) Pajak perseroan;
(e) Biaya pengadaan, pemeliharaan dan operasi;
(f) Tingkat bunga dan efisiensi marginal modal;
(g) Tingkat dan perubahan pendapatan nasional.
Dalam rumah tangga perekonomian tertutup dua sektor, pendapatan
nasional dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu: 1) aspek penggunaannya: Y = C + S;
2) aspek sumbernya Y = C + I. Hubungan antara kedua persamaan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:

Co + lo = Yo
Yo = C1 +S1
C1 + I1 = Y1
Y1 = C2 + S2
C2 + I2 = Y2
Y2 = C3 + S3
C3 + I3 = Y3
dan seterusnya
Hubungan persamaan di atas menunjukkan bahwa Y tahun no! (Yo)
bersumber dari Co dan lo yang digunakan untuk C dan S tahun pertama (C1
dan S1). Besarnya C1 dan S1 sama besarnya C1 dan I1 yang merupakan
sumber pendapatan nasional tahun ke satu, yang digunakan untuk C dan S
tahun ke dua. Besarnya C dan S tahun ke dua sama dengan C2 dan I2 yang
merupakan sumber pendapatan tahun ke dua, yang digunakan untuk C dan S tahun
ke tiga. Demikian seterusnya.
Berdasarkan proses bekerjanya pembentukan dan penggunaan
pendapatan nasional di atas, maka pendapatan nasional akan mencapai equilibrium

Muhammad Ilham = 53 = Teori Ekonomi Makro


dengan syarat S = I, karena Y = Y dan C = C. Jika S tidak sama dengan I, maka
dalam perekonomian akan terjadi celah inflasi (inflationary gap) atau celah deflasi
(deflationary gap).
Dalam analisis penentuan keseimbangan pendapatan nasional dapat
dijelaskan dengan dua pendekatan yaitu: (a) pendekatan pengeluaran dan
output agregat atau pendekatan konsumsi dan investasi (consumption-investment
approach), (b) pendekatan kebocoran dan injeksi atau pendekatan tabungan
dan investasi (saving-invesment approach).

1. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan


Pengeluaran dan Output Agregat.
Pengeluaran agregat yang dimaksud dalam analisis ini adalah pengeluaran
agregat dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga berupa pengeluaran konsumsi
dan sektor perusahaan berupa investasi. Output agregat adalah keseluruhan
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian yang disebut dengan
pendapatan nasional. Jadi keseimbangan pendapatan nasional tercapai apabila
perekonomian menghasilkan output yang sama dengan pengeluaran agregat,
yang dapat dirumuskan dengan
Y = C + I.
Adapun cara untuk menemukan formulasi dalam menghitung tingkat
pendapatan nasional dalam keseimbangan adalah:
Y=C+I
Y = a + cY + I
Y — cY = a + I
(1 — c)Y = a + I

2. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan


Tabungan dan Investasi
Dalam perekonomian dua sektor (rumah tangga dan perusahaan),
keseimbangan pendapatan nasional tercapai pada saat tingkat investasi
yang direncanakan sama dengan besarnya tingkat tabungan. Proses penentuan

Muhammad Ilham = 54 = Teori Ekonomi Makro


keseimbangan pendapatan nasional dengan pendekatan tabungan dan
investasi dapat diperoleh dengan cara berikut:
S=I
S=Y-C
Y-C=I
Y - (a + c)Y = I
Y - a - cY = I
Y - cY = a + I

Contoh 4.1: Jika diketahui fungsi konsumsi C = 150 + 0,8Y dan besarnya
investasi (I) = Rp.80 trilyun, hitunglah bearnya pendapatan nasional dalam
keseimbangan dan gambarkan grafiknya.
Jawab:

Dapat dibuktikan bahwa 1.150 merupakan pendapatan nasional dalam


keseimbangan, yaitu:
C = 150 + 0,8(1.150)
C = 150 + 920 = 1.070
Y=C+I
Y = 1.070 + 80 = 1.150
atau : S = Y– C
S = 1.150 – 1.070 = 80
Jadi S = I = 80
BEP diketahui : Y = C = 750

Muhammad Ilham = 55 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 4.1 : Keseimbangan Pendapatan Nasional pada
Perekonomian Tertutup Sederhana

C, S, I
Y=Y

1.150
C = 150 + 0,8Y = 1.070
1.070

BEP
750

150 S = 0,2Y – 150 = 80


80 I = 80
0
45 Y
750 1.150

– 150

B. Analisis Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Variabel Endogen


Dalam kenyataan banyak faktor yang menentukan besarnya
pengeluaran investasi. Dua di antara berbagai faktor tersebut yang dianggap
sangat penting dan paling menentukan besarnya pengeluaran investasi adalah
tingkat bunga dan tingkat pendapatan nasional.

1. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Fungsi Tingkat


Bunga
Pengaruh tingkat bunga terhadap pengeluaran investasi memberikan
kesimpulan bahwa investasi merupakan fungsi tingkat bunga (r) di mana:

dalam arti bahwa apabila tingkat bunga dinaikkan, maka pengeluaran investasi
akan berkurang, sebaliknya apabila tingkat bunga turun, maka pengeluaran
investasi akan bertambah. Kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa antara

Muhammad Ilham = 56 = Teori Ekonomi Makro


tingkat bunga dan investasi mempunyai hubungan yang negatif. Dengan
demikian fungsi investasi berbentuk:

I = lo — αr
Keterangan :
I : besarnya investasi
lo : besarnya investasi otonom (autonomous investment

r : tingkat bunga

Untuk Iebih jelasnya dikemukakan contoh berikut.


Contoh 4.2 :
Bila diketahui :
- fungsi investasi I = 90 — 2r
- fungsi konsumsi C = 150 + 0,8Y.
- Telah diketahui pula bahwa BEP di mana S = 0 adalah pada saat
pendapatan nasional (Y) = 750.
- Jika suku bunga (r) = 30%, maka besarnya investasi adalah :
- I= 90 — 2(30)
I = 90 — 60 = 30, dengan demikian besarnya pendapatan nasional adalah:
Y = C +I
Y= 150 + 0,8Y+ 30
Y — 0,8Y = 150 + 30
0,2Y = 180

Jika suku bunga (r) = 20%, maka besarnya investasi adalah :


I= 90 — 2(20)
I= 90 – 40 = 50, sehingga besarnya pendapatan nasional adalah :
Y = 150 + 0,8Y + 50
Y — 0,8Y = 150 + 50
0,2Y = 200

Muhammad Ilham = 57 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 4.2 : Hubungan Tingkat Bunga, Investasi dan Keseimbangan
Pendapatan Nasional

r
45 A

30 I = 90 – 2r
20

30 50 90 I I
I
I=I
r = 20% E2
50 50

30 r = 30% E1
30

30 50 I 750 900 1000 Y


B C

-150

Dalam bentuk grafik, hubungan negatif antara tingkat bunga dengan


pengeluaran investasi dapat dikemukakan dalam bentuk kurva permintaan
investasi pada kuadran kiri atas Gambar 4.2. Pada gambar tersebut tampak
bahwa pada saat tingkat bunga 30% per tahun pengeluaran investasi sebesar
Rp. 30 trilyun/tahun, dan ketika tingkat bunga turun menjadi 20%, maka
pengeluaran investasi meningkat menjadi Rp.50 trilyun/tahun.
Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh perubahan investasi terhadap
tingkat pendapatan nasional, di bawah kuadran investasi (gambar A) terdapat
kuadran pertolongan (gambar B) yang menggambarkan garis pertolongan
bersudut 450 dengan I = I, di mana pada sumbu vertikal dan horisontal keduanya
menunjukkan tingkat investasi. Melalui garis pertolongan I = I, dengan tingkat
bunga 30 % besarnya investasi Rp.30 trilyun dan besarnya pendapatan nasional
Rp.900 trilyun (keseimbangan E1). Saat tingkat bunga turun menjadi 20%, investasi
meningkat menjadi Rp.50 trilyun pada gambar B dan gambar C, di mana besarnya
pendapatan nasional adalah Rp.1.000 trilyun (keseimbangan E2).

Muhammad Ilham = 58 = Teori Ekonomi Makro


2. Keseimbangan Pendapatan Nasional dengan Investasi sebagai Fungsi Pendapatan
Nasional

Hubungan investasi dengan pendapatan nasional bersifat positif. Artinya


apabila pendapatan nasional meningkat, maka besarnya pengeluaran
investasi ikut meningkat. Adapun bentuk persamaan fungsi investasinya
adalah:
I = lo + αY
Keterangan:
I : Jumlah pengeluaran investasi
lo : Jumlah pengeluaran investasi pada saat pendapatan nasional nol.

Positifnya hubungan pendapatan nasional dengan pengeluaran investasi


dapat diuraikan sebagai berikut: produsen yang rasional hanya mau
mengadakan investasi apabila diperkirakan proyek yang akan dilaksanakan dapat
mendatangkan keuntungan, misalnya karena adanya permintaan akan barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut cukup memadai.
Permintaan yang cukup memadai ini disebabkan oleh adanya peningkatan
pendapatan nasional. Hubungan tersebut dapat dilihat berdasarkan gambar
berikut.

Gambar 4.3 : Hubungan Pendapatan Nasional dengan Investasi.

In’ I = lo + αY

In

Io

Yn Y
Yn’

Muhammad Ilham = 59 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 4.3 menunjukkan bentuk garis persamaan investasi sebagai
fungsi pendapatan nasional adalah garis lurus dengan slope positif. Pada saat
pendapatan nasional sebesar Yn, besarnya investasi adalah In, demikian selanjutnya
ketika pendapatan nasional meningkat menjadi Yn', besarnya investasi meningkat
menjadi In'.
Untuk mengetahui keseimbangan pendapatan nasional, dapat diperoleh dengan
rumus :
S=I
So + sY = lo + αY
(s — α)Y = lo – So

Keterangan :
Y = besarnya pendapatan nasional
s = MPS = (1 — c)
So = Besarnya tabungan pada saat pendapatan nasional sebesar nol
lo = Investasi otonom
α = marginal propensity to invest

Contoh 4.3 :
Bila diketahui :
- fungsi investasi I = 200 + 0,1Y
- fungsi konsumsi C = 0,75Y + 40.
Berdasarkan data tersebut tentukanlah:
a. Keseimbangan pendapatan nasional,
b. Besarnya investasi,
c. Besarnya tabungan,
d. Besarnya konsumsi,
e. Gambarkan grafiknya.
Jawab :
a. Keseimbangan pendapatan nasional
Diketahui fungsi konsumsi C = 0,75Y + 40, maka fungsi tabungan
S = 0,25Y - 40
Dengan menggunakan prosedur penyelesaian :

Muhammad Ilham = 60 = Teori Ekonomi Makro


S=I
So + sY = lo + αY
(s — α)Y = lo – So

0,25Y – 40 = 200 + 0,1Y


(0,25 – 0,1)Y = 200 – (-40)
0,15Y= 200 +40

b. Besarnya investasi :
I = 200 + 0,1(1.600)
I = 200 + 160 = 360
c. Besarnya tabungan :
S = 0,25Y – 40
S = 0,25(1.600) – 40
S = 400 – 40 = 360,
terbukti bahwa S = I
d. Besarnya konsumsi
C = 0,75Y + 40
C = 0,75(1.600) + 40
C = 1.200 + 40 = 1.240,
terbukti bahwa :
C=Y–S
C = 1.600 — 360 = 1.240

Muhammad Ilham = 61 = Teori Ekonomi Makro


Pada gambar grafik menunjukkan garis fungsi tabungan S = 0,25Y – 40
berpotongan dengan garis fungsi investasi I = 200 + 0,1Y pada saat pendapatan
nasional dalam keseimbangan sebesar Rp.1.600, di mana S = I = Rp.360,
dan Y = C + I = Rp.1.600. Pada pendapatan nasional keseimbangan tersebut garis
fungsi konsumsi C : 0,75Y + 40 tepat berada pada titik konsumsi sebesar Rp.1.420.
Angka Rp.240 menunjukkan titik awal gari konsumsi otonom tambah investasi otonom
(40 + 200). Perpotongan garis fungsi tabungan dengan sumbu horisontal pada titik 160
menunjukkan BEP, di mana Y = C yang berarti tabungan sama dengan nol.

C. Rangkuman
1. Keseimbangan pendapatan nasional tercapai pada saat perekonomian
mencapai keseimbangan (equilibrium). Artinya dalam perekonomian tersebut
tidak terdapat pengangguran sumber-sumber produksi.

Muhammad Ilham = 62 = Teori Ekonomi Makro


2. Investasi sebagai variabel eksogen, yaitu besarnya investasi sudah ditetapkan
sedemikian rupa, di mana investasi tersebut ditentukan oleh variabel dari luar
model.
3. Investasi sebagai variabel endogen, di mana besarnya investasi ditentukan
oleh tingkat bunga dan pendapatan nasional. Investasi sebagai fungsi dari tingkat
bunga terdapat hubungan yang negatif, sedangkan investasi sebagai fungsi
dari pendapatan nasional terdapat hubungan yang positif.

D. Glossary
Autonomous investment (investasi otonom): Bagian dari investasi riel yang tidak
terpengaruh oleh tingkat dan perubahan pendapatan nasional.
Investasi ini terutama tergantung pada faktor -faktor persaingan
seperti modernisasi pabrik.

Marginal Propensity to Invest: (Kecenderungan marjinal untuk berinvestasi).


Bagian dari setiap perubahan dalam pendapatan nasional yang
digunakan untuk investasi.

E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dengan investasi sebagai variabel eksogen.
2. Bila diketahui fungsi konsumsi C = 0,8Y + 200; investasi = Rp.300 trilyun.
Berdasarkan data tersebut hitunglah besarnya : a. pendapatan nasional
dalam keseimbangan; b. Pengeluaran konsumsi; c. Besarnya Tabungan.
Setelah itu gambarkan grafiknya dan analisislah hubungan antar variabel yang
dihitung tersebut.
3. Jelaskan pengertian keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian
tertutup sederhana dengan investasi sebagai variabel endogen.
4. Bila diketahui fungsi investasi I = 80 — 2r dan fungsi konsumsi C = 0,75Y + 20.
Berdasarkan data tersebut tentukanlah a. Besarnya investasi pada tingkat bunga
30%, 25% dan 20%; b. Besarnya pendapatan nasional pada berbagai tingkatan
investasi (pada pertanyaan 4.a di atas); gambarkan grafiknya dan
analisislah hubungan antar variabel yang diperhitungkan.

Muhammad Ilham = 63 = Teori Ekonomi Makro


BAB V
ANGKA PENGGANDA (MULTIPLIER) DALAM
PEREKONOMIAN TERTUTUP DUA SEKTOR

A. Pengertian

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pengeluaran agregat akan


mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional. Oleh karena itu melalui
materi ini akan diuraikan tentang besarnya perubahan keseimbangan
pendapatan nasional yang terjadi sehubungan dengan adanya perubahan dalam
pengeluaran agregat.
Angka Pengganda (multiplier) adalah pelipatgandaan perubahan pendapatan
nasional karena adanya perubahan suatu variabel ekonomi. Perubahan yang
dimaksud bisa positif dan bisa pula negatif. Suatu angka yang menunjukkan
besarnya perubahan pendapatan nasional disebut koefisien multiplier. Dalam
perekonomian tertutup sederhana terdapat dua jenis multiplier, yaitu angka
pengganda investasi (investment multiplier) dengan simbol (K 1) dan angka
pengganda konsumsi (consumption multiplier) dengan simbol (Kc).

Gambar 5.1 : Perubahan Keseimbangan dan Multiplier

Yo Y, Pendapatan Nasional

Muhammad Ilham = 64 = Teori Ekonomi Makro


Pada gambar 5.1 terlihat bahwa perubahan pengeluaran agregat dari AE o ke
AE 1 mengakibatkan perubahan keseimbangan dalam perekonomian dari E 0
ke El, di mana pendapatan nasional mengalami peningkatan dari Yo menjadi Y1.
Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan pada pajak, investasi,
konsumsi otonom, pengeluaran pemerintah, ekspor, impor. Pada gambar
tersebut tampak juga bahwa dengan adanya pertambahan pengeluaran
agregat (∆AE) akan menambah pendapatan nasional yang lebih besar dari
pertambahan pengeluaran agregat itu sendiri.

B. Angka Pengganda Investasi (Analisis Statis)


Angka pengganda investasi adalah pelipatgandaan perubahan pendapatan
nasional karena adanya perubahan investasi. Rumus untuk menghitung multiplier
investasi (KI) adalah :

Misalnya jika angka pengganda investasi KI = 4, maka jika dalam satu tahun
Investasi meningkat sebesar Rp.100 trilyun, maka pendapatan nasional bertambah
sebesar RP.400 trilyun.
Contoh 5.1 :
JIka diketahui persamaan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.
Besarnya investasi per tahun pada periode 1 sebesar Rp.80 trilyun, dan pada periode
2 sebesar Rp.100 trilyun.
Tentukanlah : a) Angka pengganda investasi, dan besarnya perubahan
investasi; b) pendapatan nasional pada periode 1, c) pendapatan
nasional pada periode 2, d) besarnya perubahan pendapatan nasional.
Jawab
a) Angka pengganda investasi dan besarnya perubahan investasi

Besarnya perubahan investasi ∆I = 100 — 80 = 20

Muhammad Ilham = 65 = Teori Ekonomi Makro


b) pendapatan nasional pada periode 1

c) pendapatan nasional pada periode 2 :

atau :
Y2 = Y1 + ∆Y
Y2 = Y1 + K1∆l
Y2 = 480 + 4(20) = 560

d) besarnya perubahan pendapatan nasional :


∆Y = 560 — 480 = 80; dan
∆Y = KI x ∆I = 4 x 20 = 80
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dibuktikan bahwa dengan
adanya perubahan investasi, maka pendapatan nasional mengalami
perubahan sebesar 4 kali nilai perubahan investasi.

C. Angka Pengganda Konsumsi (Analisis Statis)


Angka Pengganda konsumsi adalah pelipatgandaan perubahan pendapatan
nasional karena adanya perubahan konsumsi otonom. Dengan demikian
perubahan yang terjadi adalah pada nilai a dalam rumus fungsi konsumsi.

Multiplier konsumsi dapat dirumuskan dengan:

Contoh 5.2:
Jika diketahui : pada awalnya fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y kemumudian
mengalami perubahan menjadi C = 50 + 0,75Y
Diasumsikan yang berubah hanyalah konsumsi otonom, sedangkan investasi
sebesar Rp.80 trilyun tidak mengalami perubahan.
Tentukanlah: a) angka pengganda konsumsi otonom, besarnya perubahan

Muhammad Ilham = 66 = Teori Ekonomi Makro


konsumsi otonom. b) keseimbangan pendapatan nasional dan perubahannya.
Jawab:
a) Angka pengganda konsumsi otonom dan besarnya perubahan konsumsi
otonom

Perubahan konsumsi otonom = a 2 – a1 = 50 – 40 = 10


Artinya jika konsumsi otonom mengalami kenaikan sebesar Rp.10 trilyun,
sehingga fungsi konsumsi menjadi C = 50 + 0,75Y, maka pendapatan nasional
akan bertambah sebesar 4 kali perubahan konsumsi otonom yaitu: 4 x
Rp.10 trilyun = Rp.40 trilyun.
b) Keseimbangan pendapatan nasional dan perubahannya
- Keseimbangan pendapatan nasional sebelum adanya perubahan konsumsi
otonom :

 Keseimbangan pendapatan nasional setelah adanya perubahan konsumsi


otonom sebesar Rp.10 trilyun :

Dengan demikian besarnya perubahan pendapatan nasional:


∆Y = Y2 – Y1 = 520 – 480 = 40

D. Perubahan konsumsi dan tabungan


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa angka pengganda
menyebabkan berubahnya keseimbangan pendapatan nasional.
Selanjutnya dengan adanya perubahan pendapatan nasional, maka jumlah
konsumsi dan tabungan juga mengalami perubahan.
Perubahan konsumsi dengan adanya angka pengganda:
C1= Co + ∆C
∆C = MPC. ∆Y

Muhammad Ilham = 67 = Teori Ekonomi Makro


Perubahan tabungan dengan adanya angka pengganda:
S1= So + ∆S
∆S = MPS. ∆Y
Berikut ini dikemukakan contoh perubahan konsumsi dan tabungan dengan adanya
angka pengganda investasi.
Contoh 5.3: Bila diketahui Fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y; Investasi periode nol
lo = Rp.80 trilyun; Investasi pada periode berikutnya I 1 = Rp.100 trilyun.
Berdasarkan data di atas tentukanlah a) keseimbangan konsumsi yang lama (Co)
dan baru (C1), dan b) keseimbangan tabungan yang lama (So) dan tabungan baru
(S1).
Jawab:
Diketahui:
Besarnya angka pengganda investasi:

Maka ∆I = I1 – I0 = 100 – 80 = Rp. 20 trilyun


Y0 = 480, dan Y1 = 560
a) keseimbangan konsumsi yang lama (Co) dan baru (C1)
Co = 40 + 0,75(Y0)
Co = 40 + 0,75(480)
Co = 40 + 360 = 400
C1 = Co + MPC. ∆Y
C1= 400 + 0,75(80)
C1= 400 + 60 = 460

b) keseimbangan tabungan yang lama (So) dan tabungan baru (S1) :


S0 = 0,25Y – 40
S0 = 0,25(480) – 40
S0 = 120 – 40 = 80
S1 = S0 + MPS . ∆Y
S1 = 80 + 0,25(80)
S1 = 80 + 20 = 100

Muhammad Ilham = 68 = Teori Ekonomi Makro


Dengan demikian dapat pula dibuktikan bahwa:
Y0 = C0 + S0
Y0 = 400 + 80 = 480
Y1 = C1 + S1
Y1 = 460 + 100 = 560

E. Bekerjanya Angka Pengganda Melalui Analisis Dinamik


Proses bekerjanya angka pengganda yang telah diuraikan di atas m e r u p a k a n
m o d e l a n a l i s i s s t a t i s , y a i t u h a n y a d e n g a n c a r a membandingkan
antara keseimbangan sebelum adanya perubahan investasi dengan
keseimbangan setelah adanya perubahan investasi. Untuk memperjelas tentang
proses bekerjanya angka pengganda dapat dilakukan dengan menggunakan
analisis dinamik, yaitu analisa yang menguraikan proses perubahan yang terjadi
dengan menghubungkan antara keseimbangan yang lama dengan keseimbangan
yang baru.
Adapun proses untuk memperoleh keseimbangan yang baru dengan
adanya perubahan investasi untuk analisis dinamik, maka digunakan rumus
berikut:
Y0 = C0 + I0
C0 = a + cY0
Yn = Cn + In
Cn = a + cYn-1

B e r d a sa r k a n f o rm u la s i di atas dapat d i je l a s ka n b a h wa
keseimbangan pendapatan nasional pada periode n (Yn) diperoleh dengan
menjumlahkan konsumsi pada periode n (C n) dengan investasi pada periode n
(ln), sedangkan konsumsi pada periode n (Cn) diperoleh dengan menggunakan
pendapatan nasional pada periode sebelumnya (Y n-1). Untuk Iebih memperjelas
bagaimana proses terjadinya perubahan tersebut perhatikan tabel di bawah ini
berdasarkan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.

Muhammad Ilham = 69 = Teori Ekonomi Makro


Tabel 1 : Proses perubahan pendapatan dengan adanya perubahan investasi.
Perubahan Investasi Perubahan Investasi Secara
Hanya Berlaku Satu Kali Periode Terus Menerus
C I Y C I Y
400 80 480 1 400 80 480
400 100 500 2 400 100 500
415 80 495 3 415 100 515
411.25 80 491.25 4 426.25 100 526.25
408.44 80 488.44 5 434.69 100 534.69
406.33 80 486.33 6 441.02 100 541.02
404.75 80 484.75 7 445.76 100 545.76
403.56 80 483.56 8 449.32 100 549.32
402.67 80 482.67 9 451.99 100 551.99
402.00 80 482.00 10 453.99 100 553.99
401.50 80 481.50 11 455.49 100 555.49
401.13 80 481.13 12 456.62 100 556.62
400.84 80 480.84 13 457.47 100 557.47
400.63 80 480.63 14 458.10 100 558.10
400.48 80 480.48 15 458.57 100 558.57
400.36 80 480.36 16 458.93 100 558.93
400.27 80 480.27 17 459.20 100 559.20
400.20 80 480.20 18 459.40 100 559.40
400.15 80 480.15 19 459.55 100 559.55
400.11 80 480.11 20 459.66 100 559.66
400.08 80 480.08 21 459.75 100 559.75
400.06 80 480.06 22 459.81 100 559.81
400.05 80 480.05 23 459.86 100 559.86
400.04 80 480.04 24 459.89 100 559.89
400.03 80 480.03 25 459.92 100 559.92
400.02 80 480.02 26 459.94 100 559.94
400.02 80 480.02 27 459.95 100 559.95
400.01 80 480.01 28 459.97 100 559.97
400.01 80 480.01 29 459.97 100 559.97
400.01 80 480.01 30 459.98 100 559.98
400 80 480 31 459.99 100 559.99
400 80 480 32 460 100 560
400 80 480 33 460 100 560

Berdasarkan tabel 1 di atas tampak bahwa jika perubahan investasi hanya


berlaku sátu kali yaitu dari Rp.80 trilyun menjadi Rp.100 trilyun kemudian kembali
lagi ke investasi awal yaitu Rp.80 trilyun, maka melalui proses dinamik

Muhammad Ilham = 70 = Teori Ekonomi Makro


besarnya konsumsi akan kembali ke nilai awal yaitu sebesar Rp.400 trilyun,
begitu pula pendapatan nasional akan kembali ke nilai awal menjadi Rp.480 trilyun.
Pada tabel 1 tersebut tampak pula bahwa jika invest asi mengalami
perubahan dari Rp.80 trilyun menjadi Rp.100 trilyun secara terus menerus, maka
melalui proses dinamik besarnya konsumsi akan mencapai Rp.480 trilyun, dan
pendapatan nasional mencapai Rp.560 trilyun.
Selanjutnya untuk memperoleh keseimbangan yang baru untuk analisisis
dinamik dengan adanya perubahan konsumsi otonom, maka rumus yang
digunakan adalah:
Y0 = C0 + I0
C0 = a + cY0

Y n = C n + In, dan
Cn = (a + ∆a) + cYn-1
B e r d a sa r k a n f o rm u la s i di atas dapat d i je l a s ka n b a h wa
keseimbangan pendapatan nasional pada periode n (Yn) diperoleh dengan
menjumlahkan konsumsi pada periode n (C n) dengan investasi pada periode n
(In). Konsumsi otonom pada C n terdiri atas konsumsi otonom awal (a) ditambah
dengan besarnya perubahan konsumsi otonom (∆a), sedangkan besarnya
investasi pada periode n (I n ) tidak mengalami perubahan. Untuk Iebih
memperjelas bagaimana proses terjadinya perubahan tersebut perhatikan tabel
2 di bawah ini berdasarkan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y.

Tabel 2 : Proses Perubahan Pendapatan dengan Adanya Perubahan Konsumsi


Otonom.
PerubahanKonsumsi Perubahan Konsumsi
Otonom Hanya Berlaku Periode Otonom Berlaku Secara
satu kali Terus Menerus
C I Y C I Y
400.00 80 480.00 1 400.00 80 480.00
410.00 80 490.00 2 410.00 80 490.00
407.50 80 487.50 3 417.50 80 497.50
405.63 80 485.63 4 423.13 80 503.13
404.22 80 484.22 5 427.34 80 507.34
403.16 80 483.16 6 430.51 80 510.51

Muhammad Ilham = 71 = Teori Ekonomi Makro


PerubahanKonsumsi Perubahan Konsumsi
Otonom Hanya Berlaku Periode Otonom Berlaku Secara
satu kali Terus Menerus
C I Y C I Y
402.37 80 482.37 7 432.88 80 512.88
401.78 80 481.78 8 434.66 80 514.66
401.33 80 481.33 9 436.00 80 516.00
401.00 80 481.00 10 437.00 80 517.00
400.75 80 480.75 11 437.75 80 517.75
400.56 80 480.56 12 438.31 80 518.31
400.42 80 480.42 13 438.73 80 518.73
400.32 80 480.32 14 439.05 80 519.05
400.24 80 480.24 15 439.29 80 519.29
400.18 80 480.18 16 439.47 80 519.47
400.13 80 480.13 17 439.60 80 519.60
400.10 80 480.10 18 439.70 80 519.70
400.08 80 480.08 19 439.77 80 519.77
400.06 80 480.06 20 439.83 80 519.83
400.04 80 480.04 21 439.87 80 519.87
400.03 80 480.03 22 439.90 80 519.90
400.02 80 480.02 23 439.93 80 519.93
400.02 80 480.02 24 439.95 80 519.95
400.01 80 480.01 25 430.96 80 519.96
400.01 80 480.01 26 439.97 80 519.97
400.01 80 480.01 27 439.98 80 519.98
400.01 80 480.01 28 439.98 80 519.98
400.00 80 480.00 29 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 30 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 31 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 32 439.99 80 519.99
400.00 80 480.00 33 440.00 80 520.00
400.00 80 480.00 34 440.00 80 520.00
400.00 80 480.00 35 440.00 80 520.00

Tabel 2 menunjukkan bahwa jika konsumsi otonom mengalami perubahan


hanya berlaku satu kali yaitu fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y menjadi C = 50
+ 0,75Y, di mana konsumsi otonom (a) dari Rp.40 trilyun menjadi Rp.50 trilyun
kemudian kembali lagi ke konsumsi otonom awal yaitu Rp.40 trilyun dengan
asumsi besarnya investasi tidak mengalami perubahan, maka melalui proses
dinamik besarnya konsumsi akan kembali ke nilai awal yaitu sebesar Rp.400

Muhammad Ilham = 72 = Teori Ekonomi Makro


trilyun, begitu pula pendapatan nasional akan kembali ke nilai awal menjadi
Rp.480 trilyun.
Pada tabel 2 tampak pula bahwa jika konsumsi otonom mengalami
perubahan dari Rp.40 trilyun menjadi Rp.50 trilyun secara terus menerus, maka
melalui proses dinamik besarnya konsumsi akan mencapai Rp.440 trilyun, dan
pendapatan nasional mencapai Rp.520 trilyun dengan asumsi investasi tidak
mengalami perubahan.

F. Rangkuman
1. Perubahan keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian tertutup sederhana dapat disebabkan oleh perubahan
investasi dan/atau perubahan konsumsi otonom, di mana besarnya
perubahan tersebut ditentukan oleh angka multiplier investasi (KI) dan multiplier
konsumsi (Kc).
2. Perubahan yang terjadi pada keseimbangan pendapatan nasional akibat
perubahan investasi dan konsumsi otonom melalui proses angka
pengganda juga mengakibatkan terjadinya perubahan konsumsi dan
tabungan.

G. Glossary
Investment multiplier (angka pengganda investasi). Pelipatgandaan perubahan
pendapatan nasional karena adanya perubahan investasi, suatu angka
yang harus dikalikan dengan besarnya investasi untuk mengetahui
besarnya perubahan keseimbangan pendapatan nasional yang diakibatkan
oleh perubahan investasi itu sendiri.

Consumption multiplier (angka pengganda konsumsi). Lihat penjelasan investment


multiplier, yang diterapkan untuk konsumsi otonom.

H. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian dan jenis-jenis angka pengganda (multiplier) dalam
perekonomian tertutup dua sektor.
2. Jika diketahui:
 fungsi konsumsi C = 0,75Y + 25.
 Besarnya investasi pada Periode avval I = Rp.40 trilyun, kemudian

Muhammad Ilham = 73 = Teori Ekonomi Makro


pada periode kedua I = Rp. 80 trilyun
Berdasarkan data di atas hitunglah besarnya:
a. Angka pengganda investasi;
b. Besarnya perubahan investasi;
c. Keseimbangan pendapatan nasional pada periode awal;
d. Keseimbangan pendapatan nasional pada periode kedua.
3. Jika diketahui:
- Fungsi konsumsi C = 0,8Y + 20
- Besarnya investasi pada periode awal I = Rp.40 trilyun, pada periode kedua
besarnya I = Rp.60 trilyun.
Berdasarkan data di atas hitunglah:
a. Besarnya keseimbangan pendapatan nasional pada periode 1 dan
periode ke 2.
b. Besarnya konsumsi pada periode 1 dan periode ke2
c. Besarnya tabungan pada periode 1 dan periode ke 2.

Muhammad Ilham = 74 = Teori Ekonomi Makro


BAB VI

KETIDAKSEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL


A. Pengertian Ketidakseimbangan Pendapatan Nasional
Besar kecilnya jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh suatu
perekonomian tergantung pada besar kecilnya kapasitas produksi nasional. Besar
kecilnya kapasitas produksi nasional tergantung pada komposisi, kualitas dan
kuantitas faktor-faktor produksi yang tersedia dalam suatu perekonomian.
Kapasitas produksi nasional suatu perekonomian menunjukkan batas
kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa untuk tiap satuan waktu.
Jika dalam suatu perekonomian semua kapasitas produksi (sumber
daya ekonomi) digunakan sepenuhnya, maka perekonomian tersebut berada
dalam keadaan full employment (kesempatan kerja penuh), atau
perekonomian berada dalam keseimbangan. Ketidakseimbangan
(disequilibrium) pendapatan nasional dapat terjadi apãbila ada sebagian dari
kapasitas produksi nasional yang menganggur (under employment). Perekonomian
yang berada dalam keadaan under employment bertendensi menimbulkan deflasi.
Apabila kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, akan
tetapi permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa masih terus bertambah
(over employment) sementara produksi barang-barang dan jasa-jasa tidak dapat
ditambah lagi, maka akan terjadi perubahan terhadap pengalokasian
kembali faktor-faktor produksi (reallocation resources).
Reallocation resources dapat terjadi jika ada pergeseran penggunaan
faktor produksi dari kelompok perusahaan yang satu ke kelompok perusahaan
yang lain, atau dari sektor yang satu ke sektor lainnya. Perekonomian yang
berada dalam keadaan over employment bertendensi menimbulkan inflasi.
Ketersediaan faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja dan modal sangat
penting artinya bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu faktor-
faktor produksi tersebut perlu dimanfaatkan sepenuhnya secara efisien
dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi nasional. Kapasitas produksi

Muhammad Ilham = 75 = Teori Ekonomi Makro


nasional yang tinggi menunjukkan jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dapat
dihasilkan oleh suatu perekonomian akan bertambah. Apabila kapasitas
produksi nasional bertambah besar, maka taraf hidup penduduk suatu
negara dapat ditingkatkan. Hal tersebut telah banyak dibuktikan oleh banyak
negara di dunia terutama Amerika Serikat yang kaya akan sumber daya alam,
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki produktivitas tinggi
serta kemampuan modal yang memadai telah mendorong
perekonomiannya ke arah yang lebih maju. Selain itu telah dibuktikan pula bahwa hal
yang sangat penting dalam mendorong kemajuan ekonomi suatu negara adalah
tersedianya sumber daya manusia yang memiliki produktivitas tinggi walaupun
sumber daya alamnya terbatas seperti Jepang dan Singapura akan tetapi
perekonomiannya mengalami kemajuan yang sangat pesat.

B. Deflationary Gap dan Inflationary Gap


Untuk dapat memperoleh gambaran tentang sejauh mana tingkat employment
yang terjadi menyimpang dari kapasitas produksi yang ada, kita dapat
menggunakan konsep celah inflasi (inflationary gap) dan celah deflasi (deflationary
gap). Inflationary gap adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi yang
terjadi dengan besarnya full employment saving, di mana investasi lebih besar dari
pada tabungan. Dalam keadaan demikian berarti dalam perekonomian terjadi
kelebihan pengeluaran total atau permintaan agregat (aggregate demand) pada
tingkat kesempatan kerja penuh dibanding pendapatan nasional potensial, di
mana output tidak dapat lagi ditingkatkan lebih lanjut. Kenaikan permintaan akan
mengakibatkan kenaikan harga, dengan kata lain output riel tetap, tetapi nilai
nominal dari output akan mengalami inflasi.
Deflationary gap adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi yang
terjadi dengan besarnya full employment saving, di mana investasi lebih kecil dari
pada tabungan. Deflationary gap menunjukkan bahwa dalam perekonomian nilai
pengeluaran total atau permintaan agregat lebih rendah dibanding
pendapatan nasional potensial. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya
pengurangan pengeluaran, maka be be rapa sumbe r -sumbe r e konom i yang
t id ak p rodu kt if a kan mengakibatkan pendapatan nasional aktual lebih rendah dari
pendapatan nasional potensial.

Muhammad Ilham = 76 = Teori Ekonomi Makro


Contoh 6.1: Jika diketahui :
 Fungsi konsumsi : C = 20 + 0,75Y
 Besarnya investasi per tahun : I = Rp.40 trilyun
Berdasarkan data di atas hitunglah:
a. Besarnya deflationary gap atau inflationary gap apabila kapasitas produksi
nasional sebesar Rp.200 trilyun per tahun
b. Besarnya deflationary gap atau inflationary gap apabila kapasitas produksi
nasional sebesar Rp.280 trilyun per tahun
Jawab:
a. Jika kapasitas produksi nasional (Y) = Rp.200 trilyun, besarnya full employment
saving adalah :
S = Y — C = 200 — {20 + 0,75(200)} = Rp.30 trilyun
Oleh karena Investasi (I) = Rp.40 trilyun dan full employment saving (S) = 30
trilyun, di mana I > S , maka yang terjadi adalah Inflationary gap (IG) = Rp.10
trilyun.

b.Jika kapasitas produksi nasional (Y) = Rp.280 trilyun, besarnya full employment
saving adalah :
S = Y — C = 280 — {20 + 0,75(280)} = Rp.50 trilyun
Oleh karena S > I, maka yang terjadi adalah deflationary gap (DG) = Rp.10
trilyun.
Berdasarkan gambar 6.1 dapat dijelaskan bahwa celah inflasi (inflationary
gap) sebesar 10 timbul karena investasi = 40 lebih besar dari pada tabungan = 30,
di mana garis investasi berada di atas garis fungsi tabungah. Kemudian celah
deflasi sebesar 10 timbul karena karena investasi I = 40 Iebih kecil dari
tabungan S = 50, di mana garis investasi berada di bawah garis fungsi tabungan.

Muhammad Ilham = 77 = Teori Ekonomi Makro


C, S, I
Y = AE

60
40
20

20 80 200 240
250 280 Y

Gambar 6.1 : Inflationary gap dan deflationary gap

Selanjutnya jika dilihat dari aspek output atau kapasitas produksi nasional (Y)
dibandingkan dengan pengeluaran agregat (AE) = C + I, di mana diketahui bahwa:
- kapasitas produksi nasional (Y) sebesar Rp.200 trilyun.
 konsumsi (C) = 20 + 0,75(200)
= 20 + 150
= Rp.170 trilyun
 AE = C + I = 170 + 40 = Rp.210 trilyun
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa inflationary gap
dapat terjadi ketika AE > Y, sehingga:
IG = AE — Y
= 210 — 200 = Rp.10 trilyun
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa inflationary gap (IG) terjadi pada

Muhammad Ilham = 78 = Teori Ekonomi Makro


saat garis AE berada di atas garis Y
Selanjutnya jika :
 kapasitas produksi nasional (Y) = Rp.280 trilyun
konsumsi (C) = 20 + 0,75(280)
= 20 + 210
= Rp.230 trilyun
AE = C + I = 230 + 40
= Rp.270 trilyun
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa Y > AE yang berarti terjadi
deflationary gap sebesar Rp.10 trilyun, yaitu DG = Y — AE, di mina DG = 280
— 270 = Rp.10 trilyun. Pada gambar di atas tampak bahwa deflationary gap
terjadi pada saat garis kapasitas produksi nasional (Y) berada di atas garis AE.

C. Rangkuman
1. Ketidakseimbangan pendapatan nasional merupakan suatu kondisi di mana:
a) sebagian kapasitas produksi nasional menganggur (under employment);
b) kapasitas produksi nasional sudah dalam penggunaan penuh, tetapi
permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa totalnya masih terus
bertambah (over employment) sementara produksinya tidak dapat
ditambah lagi.
2. Ketidakseimbangan pendapatan nasional dapat menimbulkan celah deflasi (bila
tabungan > investasi) dan celah inflasi (bila investasi > tabungan).

D. Glossary
Deflationary gap (celah deflasi). Penurunan pengeluaran total pada tingkat
pendapatan nasional potensial. Karena pengurangan beberapa pengeluaran,
maka beberapa sumber-sumber ekonomi yang tidak produktif akan
mengakibatkan pendapatan nasional aktual berada di bawah pendapatn
nasional potensial.

Rill employment saving (tabungan pada tingkat kesempatan kerja penuh). Jumlah
tabungan yang sudah berada pada tingkat kesempatan kerja penuh, di mana
jumlah tabungan tersebut tidak dapat ditambah lagi besarnya.

Muhammad Ilham = 79 = Teori Ekonomi Makro


Inflatibnaty gap (celah inflasi). Kelebihan pengeluaran total pada tingkat
kesempatan kerja penuh dari pendapatan nasional potensial. Karena tidak
mungkin lagi meningkatkan output lebih lanjut, kénaikan permintaan akan
mengakibatkan kenaikan harga, dengan kata lain output riel tetap, tetapi
uang atau nilai nominal dari output akan mengalami inflasi.

Over employment (kesempatan kerja di atas full employment). Kapasitas produksi


nasional sudah dalam penggunaan penuh, akan tetapi permintaan
terhadap barang-barang dan jasa-jasa totalnya masih terus bertambah
sementara produksi barang-barang dan jasa tidak dapat ditambah lagi.
Kondisi ini bertendensi menimbulkan inflasi.

Under employment (kesempatan kerja di bawah full employmen). Suatu kondisi di


mana ada sebagian dari kapasitas produksi nasional yang menganggur dan
bertendensi menimbulkan deflasi.

E. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendapatan nasional berada dalam
kondisi ketidakseimbangan.
2. Jelaskanlah dalam kondisi yang bagaimana terjadinya inflationary gap dan
deplationary gap.
3. Jika diketahui:
a. Fungsi konsumsi C = 0,8Y + 80
b. Investasi yang terjadi sebesar Rp.50 trilyun
Berdasarkan data di atas:
a. Hitunglah besarnya inflationary gap atau deflationary gap yang terjadi jika
kapasitas produksi nasional Rp. 500 trilyun dan Rp.750 trilyun.
b. Gambarkan grafiknya dan analisislah hubungan antar variabel yang
diperhitungkan.
c. Untuk menghilangkan deflationary gap atau inflationary gap
(berdasarkan hasil perhitungan anda), apakah pengeluaran investasi
perlu ditambah atau dikurangi dan dalam jumlah berapa?

Muhammad Ilham = 80 = Teori Ekonomi Makro


BAB VII
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DENGAN
ADANYA KEBIJAKSANAAN FISKAL
(Perekonomian Tiga Sektor)

Gambar 7.1: Siklus Kegiatan Ekonomi 3 Sektor

A. Pengertian dan Fungsi Kebijaksanaan Fiskal


Analisis makro ekonomi yang telah dikembangkan oleh J.M. Keynes
menekankan sangat pentingnya peranan pemerintah dalam mengatur kegiatan
perekonomian dalam upaya mencapai kesempatan kerja penuh. Menurut Keynes, jika
perekonomian diserahkan sepenuhnya kepada pasar tanpa ada campur tangan

Muhammad Ilham = 81 = Teori Ekonomi Makro


pemerintah, maka kesempatan kerja penuh dan kestabilan ekonomi akan sulit
terwujud. Akan terjadi fluktuasi ekonomi yang tajam dari satu periode ke periode
berikutnya. Hal ini dapat menimbulkan implikasi yang serius terhadap kesempatan
kerja dan pengangguran serta tingkat harga. Untuk memecahkan berbagai masalah
yang muncul dalam perekonomian Keynes menekankan perlunya campur tangan
pemerintah. Kebijaksanaan fiskal adalah salah satu alat yahg penting untuk
memecahkan permasalahan perekonomian.
Dewasa ini tidak ada satu negarapun yang perekonomiannya tanpa campur
tangan pemerintah. Sejauh mana campur tangan pemerintah dalam
perekonomian tergantung pada sistem perekonomian yâng dianut oleh masing-masirig
negara. Keikutsertaan pemerintah dalam perekonomian bertujuan:
(1) untuk mengatasi masalah deflasi dan inflasi;
(2) mengatasi masalah ketimpangan dalam distribusi pendapatan;
(3) menghindari timbulnya masalah monopoli pihak swasta;
(4) terciptanya pertumbuhan ekonomi yang mantap dari tahun ke tahun.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dilakukan melalui
kebijaksanaan fiskal. Kebijaksanaan fiskal adalah kebijakan pemerintah
dalam mempengaruhi perekonomian melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Dalam hal ini pemerintah mengatur perimbangan antara
penerimaan dan belanja negara sedemikian rupa, sehingga dapat
menyebabkan kondisi ekonomi yang lebih balk.
Secara umum dapat dikemukakan tiga fungsi pokok
kebijaksanaan fiskal, yaitu:
(1) Fungsi alokasi.
Fungsi ini mengarah pada pengalokasian faktor-faktor produksi pada sektor-
sektor tertentu, sehingga kebutuhan masyarakat yang bersifat kolektif (public
goods) dapat terpenuhi.
(2) Fungsi distribusi.
Fungsi ini mengarah pada pembagian pendapatan kepada masyarakat
secara menyeluruh. Melalui kebijaksanaan anggaran, pemerintah dapat
mempengaruhi pelaksanaan distribusi pendapatan kepada masyarakat
secara adil.

Muhammad Ilham = 82 = Teori Ekonomi Makro


(3) Fungsi stabilisasi.
Melalui kebijaksanaan fiskal diharapkan dapat tercapai dan terpelihara
tingkat keternpatan kerja yang tinggi, tingkat yang stabil dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

B. Bentuk-bentuk Kebijaksanaan Fiskal


Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa
kebijaksanaan fiskal meliputi semua tindakan pemerintah yang bertujuan untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian melalui anggaran belanja negara.
Kebijaksanaan fiskal yang bertujuan untuk menstabilkan kegiatan ekonomi dilakukan
melalui: (1) perubahan pengeluaran pemerintah dan (2) perubahan dalam
pemungutan pajak.
Perubahan-perubahan tersebut di atas dapat dilakukan melalui anggaran
belanja negara. Anggaran belanja negara terdiri atas penerimaan dan
pengeluaran. Dalam pembahasan ini transaksi-taransaksi pemerintah dapat
digolongkan sebagai berikut: (1) Penerimaan, yang dalam pembahasan ini kita
asumsikan hanya dari hasil penerimaan pajak; (2) Pengeluaran, yang dapat
dibedakan menjadi : (a) pengeluaran konsumsi pemerintah yang biasa disebut
goverment expenditure atau goverment purchase; (b) Pengeluaran pemerintah
berupa goverment transfer.
(1) Pajak
Pajak (tax) dimaksudkan sebagai uang atau daya beli yang diserahkan
oleh masyarakat kepada pemerintah, di mana terhadap penyerahan uang
atau daya beli tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa
secara langsung. Hasil dari pemungutan pajak tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dengan adanya pembangunan fasilitas umum atau barang-
barang publik, seperti jalan raya, taman kota, dan sebagainya.
(2) Pengeluaran konsumsi pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah meliputi semua pengeluaran
pemerintah, di mana pemerintah secara langsung menerima balas jasanya.
Misalnya pengeluaran pemerintah untuk membayar gaji Pegawai Negeri
Sipil/TNI. Atas pengeluaran ini pemerintah memperoleh balas jasa

Muhammad Ilham = 83 = Teori Ekonomi Makro


berupa prestasi kerja dari para Pegawai Negeri Sipil/TNI.
Pengeluaran lainnya adalah transfer pemerintah. Pengeluaran
pemerintah tanpa balas jasa langsung disebut goverment transfer atau
transfer pemerintah (Tr). Beberapa contoh transfer pemerintah antara lain :
sumbangan pemerintah yang diberikan kepada warga negara korban
bencana alam; sumbangan pengangguran; uang pensiun yang diterima oleh
para Pegawai Negeri Sipil/TNI yang telah pensiun; subsidi kepada perusahaan-
perusahaan; beasiswa kepada para pelajar/mahasiswa, dan sebagainya.

C. Peranan Kebijksanaan Fiskal dalam Perekonomian.


Kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya volume transaksi yang
diadakan oleh pemerintah dari tahun ke tahun bertendensi meningkat Iebih
cepat dari pada meningkatnya pendapatan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
peranan kebijaksanaan fiskal dalam turut menentukan tingkat pendapatan
nasional menjadi Iebih besar. Diharapkan bahwa dengan kebijaksanaan fiskal,
pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-
keadaan yang tidak diinginkan seperti masalah pengangguran, tingkat inflasi
yang tinggi, neraca pembayaran yang terus menerus defisit, dan sebagainya.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, di mana tingkat investasi
yang timbul atas inisiatif dari masyrakat sendiri masih relatif rendah, sementara
di sisi lain guna meningkatkan tarap hidup suatu masyarakat, kapasitas
produksi nasional perlu ditingkatkan. Untuk memperbesar kapasitas
produksi nasional dibutuhkan adanya pembentukan modal (capital
formation) yang cukup berarti. Dengan demikian masyarakat perlu
mengadakan investasi yang besar untuk mewujudkan capital formation yang
dibutuhkan. Akan tetapi kemampuan masyarakat untuk berinvestasi masih sangat
terbatas, yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan. Akibat dari
rendahnya pendapatan masyarakat, maka jumlah tabungan juga rendah,
sehingga tingkat investasi yang dapat diwujudkan sangat terbatas. Oleh karena
campur tangan pemerintah melalui kebijaksanaan fiskal sangat diperlukan dalam
mendorong tingkat investasi.

Muhammad Ilham = 84 = Teori Ekonomi Makro


D. Analisis Pendapatan Nasional dengan Pajak Sebagai Variabel Eksogen
1. Model Pendapatan Nasional dengan adanya Kebijaksanaan Fiskal
Dalam menganalisis pendapatan nasional dengan p ajak
sebagai variabel eksogen diasumsikan bahwa pajak bukan fungsi
dari pendapatan nasiona l, atau besarnya pajak tidak ditentukan
oleh tingkat pendapatan nasional. Dalam bagian ini akan
d i u r a i k a n keseimbangan pendapatan nasional tercapai dengan adanya sektor
pemerintah dalam kegiatan perekonomian melalui kebijaksanaan fiskal. Dengan
demikian dalam kegiatan perekonomian, pengeluaran agregat terdiri atas :
pengeluaran konsumsi, investasi dan belanja pemerintah yang dapat
dirumuskan dengan:
Y=C+I+G
Dalam perekonomian, di mana terdapat campur tangan pemerintah,
ada delapan variabel agregatif yang dianalisis hubungannya yaitu Y, C, S, I, G, Tr,
Tx dan Yd. Hubungan antar variabel ekonomi tersebut dapat dilihat pada
persamaan berikut:
Persamaan I : Y = C + S + Tx
Persamaan II : Y = C + I + G + Tr
Persamaan I ditinjau dari segi penggunaan, artinya pendapatan yang
diterima masyarakat dipergunakan untuk konsumsi, tabungan dan membayar
pajak. Persamaan II ditinjau dari segi sumbernya, artinya bahwa pendapatan
bersumber dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan pembayaran
transfer oleh pemerintah.
Pengeluaran masyarakat dalam perekonomian tiga sektor ini tidak lagi secara
Iangsung ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional sebagai
earning (earned income) yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh para anggota
masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor
produksi yang mereka sumbangkan dalam pembentukan produk nasional, akan
tetapi ditentukan oleh pendapatan yang siap untuk dibelanjakan (disposable
income). Besarnya disposable income (Yd) sama dengan besarnya pendapatan
sebagai earning (Y) ditambah dengan transfer (Tr) kemudian dikurangi dengan
pajak (Tx) yang dapat dirumuskan dengan :

Muhammad Ilham = 85 = Teori Ekonomi Makro


Yd = Y + Tr – Tx
Pembahasan kebijaksanaan fiskal dalam analisis ini merupakan
kebijaksanaan fiskal dalam sistem pajak sederhana, di mana pajak
diasumsikan sebagai variabel eksogen yaitu pajak yang besarnya tidak ditentukan
oleh besar kecilnya pendapatan nasional.

2.. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan


Berdasarkan persamaan Yd = Y + Tr – Tx, maka persamaan fungsi konsumsi
adalah:
C = a + cYd, sehingga:
C = a + c(Y + Tr – Tx)
C = a + cY + cTr – cTx
Selanjutnya fungsi tabungan dapat ditemukan dengan cara berikut:
S = Yd – C
S = Yd – (a + cYd)
S = Yd – a – cYd
S – (1 – c)Yd – a
Contoh 7.1: Jika diketahui :
Fungsi konsumsi: C = 40 + 0,8Yd
Besarnya transfer pemerintah (Tr) = 40
Besarnya pajak yang dipungut pemerintah (Tx) = 60
Berdasarkan data di atas tentukanlah: a) Fungsi konsumsi sebelum dan setelah
adanya transfer dan pajak; b) Fungsi tabungan sebelum dan setelah adanya
transfer dan pajak; dan c) Gambarkan grafiknya.
Jawab:
Diketahui bahwa : Yd = Y + Tr – Tx
Fungsi konsumsi : C = 40 + 0,8Yd, sehingga :
Fungsi tabungan : S = -40 + 0,2Yd
a. Fungsi konsumsi
1) Sebelum adanya transfer (Tr) dan Pajak (Tr)
Co = 40 + 0,8(Y + 0 – 0)
C0 = 40 + 0,8Y

Muhammad Ilham = 86 = Teori Ekonomi Makro


2) Fungsi konsumsi setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 0
C1 = 40 + 0,8(Y + 40 — 0)
C1 = 40 + 0,8Y + 0,8(Y) – 0,8(0)
C1 = 40 + 0,8Y + 32
C1 = 72 + 0,8Y
3) Fungsi konsumsi jika Tr = 0 dan Tx = 60.
C2 = 40 + 0,8(Y + 0 – 60)
C2 = 40 + 0,8Y + 0,8(0) – 0,8(60)
C2 = 40 + 0,8Y + 0 – 48
C2 = -8+ 0,8Y
4) Fungsi konsumsi setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 60
C3 = 40 + 0,8(Y + 40 – 60)
C3 = 40 + 0,8Y + 0,8(40) – 0,8(60)
C3 = 40 + 0,8Y + 32 – 48
C3 = 24 + 0,8Y
b. Fungsi tabungan
1) Sebelum adanya Tr dan Tx
So = —40 + 0,2(Y + 0 — 0)
So = —40 + 0,2Y
2) setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 0
S1 = —40 + 0,2(Y + 40 — 0)
S1 = —40 + 0,2Y + 8 — 0
S1 = —32 + 0,2Y
3) Jika Tr = 0 dan Tx = 60 S2 = —40 + 0,2(Y + 0 — 60)
S2 = —40 + 0,2Y + — 12
S2 = —52 + 0,2Y
4) setelah adanya Tr = 40 dan Tx = 60
S3 = —40 + 0,2(Y + 40 — 60)
S3= —40 + 0,2Y + 8 — 12
S3 = —44 + 0,2Y

Muhammad Ilham = 87 = Teori Ekonomi Makro


b. Gambar grafik

C, S
Y=AE

C1

C0

C3

C2

72

S1
40
S0
24
S3
S2

0
120 200 360 Y
-8
-32

-40
-44
-52

E. Keseimbangan Pendapatan Nasional Dalam Model Pajak Sederhana


Dalam perekonomian tertutup dua sektor tanpa adanya kebijakan fiskal,
keseimbangan pendapatan nasional tercapai dengan syarat bahwa besarnya
investasi sama dengan tabungan (I = S). Dengan adanya campur tangan
pemerintah dalam perekonomian melalui kebijakan fiskal, maka besarnya investasi
tidak sama dengan tabungan (I # S). Kalau demikian halnya, apakah syarat

Muhammad Ilham = 88 = Teori Ekonomi Makro


keseimbangan dalam perekonomian dengan kebijakan fiskal? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, dapat ditentukan melalui proses berikut:
Diketahui bahwa:
(a) Y = C + I + G
(b) Yd = Y + Tr – Tx , dengan demikian:
Y=Yd – Tr+Tx
Yd adalah disposable income yang merupakan pendapatan yang siap dikonsumsi dan
sisanya ditabung, maka:
(c) Yd = C + S
Dengan menggabungkan persamaan (a) dan (b), maka diperoleh:
( d) C +I+ G=Y = Y d – T r +T x
Kemudian jika persamaan (c) disubstitusi ke persamaan (d), maka diperoleh:
( e) C +I+ G= C+S – T r +T x
Berdasarkan persamaan (e), maka diperoleh syarat keseimbangan
pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup tiga sektor dengan
adanya kebijakan fiskal pemerintah:
I + G + Tr = S + Tx
Adapun cara untuk menentukan keseimbangan pendapatan
nasional, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Cara I:
Y=C+I+G
C = a + cYd
Yd = Y + Tr - Tx, maka:
Y = a + cYd + I + G
Y = a + c(Y + Tr - Tx) + I + G
Y = a + cY + cTr - cTx + I + G
Y - cY = a + cTr - cTx + I + G
(1 - c)Y = a + cTr - cTx + I + G
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1−𝑐
Cara II dengan menggunakan persyaratan keseimbangan:
S + Tx = I + G + Tr

Muhammad Ilham = 89 = Teori Ekonomi Makro


Yd - C + Tx = I + G + Tr
Yd - (a + cYd) + Tx = I + G + Tr
Y + Tr + Tx - (a + cY + cTr - cTx) + Tx = I + G + Tr
Y + Tr - Tx - a - cY - cTr + cTx + Tx = I + G + Tr
Y - cY = a + cTr - cTx + I + G
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1−𝑐
Contoh 7.2 : Jika diketahui:
 Fungsi konsumsi : C = 40 + 0,8Yd
 Besarnya transfer pemerintah (Tr) = 80
 Besarnya pajak yang dipungut oleh pemerintah (Tx) = 40
 Besarnya investasi (I) = 60
 Besarnya belanja pemerintah atau goverment expenditure (G) = 50
Berdasarkan data di atas tentukanlah:
a. Keseimbangan pendapatan nasional
b. Besarnya konsumsi dalam keseimbangan
c. Besarnya tabungan dalam keseimbangan Jawab :
Jawab:
a. Keseimbangan pendapatan nasional
Diketahui: Formulasi keseimbangan pendapatan nasional adalah
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑥 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1−𝑐
40 + 0,8(80) − 0,8(40) + 60 + 50
𝑌=
1 − 0,8
40 + 64 − 32 + 60 + 50
𝑌=
0,2
182
𝑌= = 910
0,2
b. Besarnya konsumsi dalam keseimbangan
C = 72 + 0,8(910)
C = 800
c. Besarnya tabungan dalam keseimbangan
S = —32 + 0,2(910)

Muhammad Ilham = 90 = Teori Ekonomi Makro


S = 150
Berdasarkan penyelesaian di atas dapat dibuktikan bahwa:
I + G + Tr = S + Tx
60 + 50 + 80 = 150 + 40
190 = 190

D. Randkuman
1. Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dilakukan mehlui
kebijaksanaan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah dalam meMpengarUhi
perekonomian melalui Anggaran Pendapatan dan Beláhja Negara (APBN).
Secara umum dapat dikemukakan tiga fungsi pokbk kebijaksanaan fiskal,
yaitu : a) fungsi alokasi; b) fungsi distilbusi; c) stabilisasi.
2. Bentuk-bentuk Kebijaksanaan Fiskal melalui APBN tergambar melalui
transaksi-taransaksi pemerintah yaitu : a) penerimaan berupa pajak; b)
pengeluaran, yang dapat dibedakan menjadi : (i) pengeluaran konsumsi
pemerintah yang biasa disebut goverment expenditure atau goverment purchase;
(ii) pengeluaran pemerintah berupa goverment transfer.
3. Peranan kebijaksanaan fiskal dalam menentukan tingkat pendapatan
nasional menjadi lebih besar, diharapkan pemerintah dapat mengusahakan
terhindarnya perekonomian dari keadaankeadaan yang tidak diinginkan
seperti masalah pengangguran, tingkat inflasi yang tinggi, neraca
pembayaran yang terus menerus defisit, dan sebagainya.
4. Dalam perekonomian, di mana terdapat campur tangan pemerintah, ada
delapan variabel agregatif yang dianalisis hubungannya yaitu Y, C, S, I, G,
Tr, Tx dan Yd. Hubungan antar variabel ekonomi tersebut dapat dilihat dari
segi : a) penggunaannya Y = C + S + Tx, artinya pendapatan yang diterima
masyarakat dipergunakan untuk konsumsi, tabungan dan membayar
pajak; b) sumbernya Y = C + I + G + Tr, artinya bahwa pendapatan
bersumber dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan pembayaran
transfer pemerintah.
5. Pengeluaran dan tabungan masyarakat dalam perekonomian tiga sektor
tidak secara langsung ditentukan pendapatan nasional sebagai earning

Muhammad Ilham = 91 = Teori Ekonomi Makro


(earned income), akan tetapi ditentukan oleh pendapatan yang siap untuk
dibelanjakan (disposable income). Besarnya disposable income (Yd)
sama dengan besarnya pendapatan sebagai earning (Y) ditambah
dengan transfer (Tr) kemudian dikurangi dengan pajak (Tx) yang dapat
dirumuskan dengan : Yd = Y + Tr — Tx

E. Glossary
Capital formation (pembentukan modal). 1. Proses penambahan persediaan
modal (capital stock) secara fisik bersih dalam suatu perekonomian
dalam upaya meningkat total output. 2 Pr oses peningkatan
ketersediaan modal secara internal dari perusahaan tertentu dengan
menahan keuntungan yang kemudian ditambahkan pada cadangan
modal.

Goverment Expenditure/ Goverment Purchase (pengeluaran/belanja pemerintah).


Pengeluaran dan investasi dari pemerintah pusat dan daerah untuk
menyediakan barang-barang social dan jasa-jasa (kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain), memasarkan barang dan jasa (batu tiara, jasa
pos, dan lain-lain).

Goverment transfer (transfer pemerintah). Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh


pemerintah untuk mana tidak memperoleh barangbararig atau jasa-
jasa sebagai gantinya. Pembayaran tertebut merupakan
"transfer" pendapatan dari satu kelompok individu (pembayar
pajak) kepada kelompok individu yang lain dalam bentuk tunjangan
kesejahteraan, seperti tunjangan pengangguran, jaminan sosial,
tunjangan hari tua (pensiun), dan lain-lain.

Earned income (penerimaan pendapatan). Hasil yang di dapat atas pembayaran


faktor-faktor produksi, seperti gaji/upah tenaga kerja, keuntungan
usaha, sewa tanah/alam serta kekayaan lainnya yang disewakan,
pembayaran bunga modal.

F. Soal-soal Latihan
1. Jelaskanlah: a. pengertian kebijaksanaan fiskal
b. fungsi kebijaksanaan fiskal.
2. Sebut dan jelaskan bentuk-bentuk kebijaksanaan fiskal.
3. Jelaskanlah peranan kebijaksanaan fiskal dalam perekonomian.
4. Jelaskan pengertian kebijaksanaan fiskal dan variabel-variabe!nya dalam
sistem pajak sederhana.

Muhammad Ilham = 92 = Teori Ekonomi Makro


5. Turunkankanlah dan analisislah rumus fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
dan perubahannya dalam sistem pajak sederhana dengan contoh angka
yang Anda tentukan sendiri.
6. Turunkanlah dan analisislah formula untuk menentukan keseimbangan
pendapatan nasional dalam &stem pajak sederhana dengan contoh angka yang
Anda tentukan sendiri.

Muhammad Ilham = 93 = Teori Ekonomi Makro


Lampiran: POSTUR OUTLOOK 2017 dan APBN 2018
(miliar rupiah)
2017 2018
Uraian Outlook APBN
A. PENDAPATAN NEGARA 1.7 36.060,2 1.894.7 20,3
I. PENDAPAT AN DALAM NEGERI 1.732.952,0 1.893.523,5
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.472.709,9 1.618.095,5
a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.436.730,9 1.579.395,5
1 ) Pajak Penghasilan 7 83.97 0,3 855.133,5
- PPh Non Migas 7 42.200,0 816.999,4
- PPh Migas 41 .7 7 0,3 38.134,1
2) Pajak pertambahan nilai 47 5.483,5 541 .801,1
3) Pajak bumi dan bangunan 15.412,1 17 .369,1
4) Cukai 153.165,0 155.400,0
5) Pajak lainnya 8.7 00,0 9.691,8
b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 35.979,0 38.700,0
1) Bea masuk 33.27 9,0 35.7 00,0
2) Bea keluar 2.7 00,0 3.000,0
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 260.242,2 275.428,0
a. Pendapatan SDA 95.643,1 103.674,9
1) SDA Migas 7 2.207 ,9 80.349,0
2) Non Migas 23.435,3 23.325,8
b. Pend. dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan 41.000,0 44.695,4
c. PNBP Lainnya 85.057,6 83.753,1
d. Pendapatan BLU 38.541,4 43.304,6
II. PENERIMAAN HIBAH 3.108,1 1.196,9
B. BELANJA NEGARA 2.098.940,6 2.220.657,0
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.343.073,6 1.454.494,4
1. Belanja K/L 769.208,0 847 .435,2
2. Belanja Non K/L 573.865,6 607 .059,2
a.l. a. Pembayaran Bunga Utang 218.57 5,7 238.607 ,1
1) Utang Dalam Negeri 202.292,6 222.315,7
2) Utang Luar Negeri 16.283,1 16.291,4
b. Subsidi 168.87 6,8 156.228,1
1) Subsidi Energi 89.864,0 94.525,1
2) Subsidi Non Energi 7 9.012,8 61 .7 03,0
c. Belanja Hibah 5.532,2 1 .460,8
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 755.867,0 766.162,6
1. T ransfer ke Daerah 697 .667,0 706.162,6
a. Dana Perimbangan 669.923,7 67 6.603,0
1) Dana Transfer Umum 493.959,5 490.7 14,9
a) Dana Bagi Hasil 95.37 7 ,2 89.225,3
b) Dana Alokasi Umum 398.582,3 401 .489,6

Muhammad Ilham = 94 = Teori Ekonomi Makro


2017 2018
Uraian Outlook APBN
2) Dana Transfer Khusus 17 5.964,2 185.888,1
b. Dana Insentif Daerah 7 .500,0 8.500,0
c. Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan D.I.Y 20.243,3 21 .059,6
2. Dana Desa 58.200,0 60.000,0
C. KESEIMBANGAN PRIMER (144.304,8) (87 .329,5)
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (362.880,5) (325.936,6)
% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB (2,67) (2,19)
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II + III + IV + V) 362.880,5 325.936,6
I. PEMBIAYAAN UTANG 426.988,4 399.219,4
a.1 - Surat Berharga Negara (neto) 432.959,0 414.520,7
II. PEMBIAYAAN INVESTASI (59.733,8) (65.654,3)
III PEMBERIAN PINJAMAN (3.668,7) (6.690,1)
IV KEWAJIBAN PENJAMINAN (1.005,4) (1.121,3)
V. PEMBIAYAAN LAINNYA 300,0 183,0
Sumber : Kementerian Keuangan (Buku II Nota Keuangan Beserta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2018)

Muhammad Ilham = 95 = Teori Ekonomi Makro


BAB VIII
ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DALAM MODEL PAJAK
SEBAGAI FUNGSI DARI PENDAPATAN NASIONAL

A. Kebijaksanaan Fiskal dalam Model Pajak Sebagai Fungsi dari Penapatan


Nasional
Dalam pembahasan analisis kebijaksanaan yang lalu, kita asumsikan
bahwa pajak merupakan variabel eksogen. Namun dalam kenyataannya, pajak
yang dipungut pemerintah tidak tetap seperti yang telah kita bahas, melainkan
bersifat built-in fleksible. Pajak built-in fleksible merupakan pajak yang besar kecilnya
ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan nasional, sehingga berubah-ubah
tergantung dari besar kecilnya pendapatan nasional. Persamaan pajak dalam
model ini adalah:
Tx = To + tY

Keterangan :
Tx : besarnya pajak
To : besarnya pajak pada saat pendapatan nasional sama dengan nol, biasanya
To < 0
tY : marginal rate of taxation yang merupakan nilai perbandingan antara
perubahan jumlah pajak dengan perubahan pendapatan nasional, di
mana 0 < t < 1
Y : besarnya pendapatan nasional.

Nilai To yang negatif menunjukkan adanya subsidi dari pemerintah


pada saat pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan apabila To = 0
menunjukkan bahwa pada saat pendapatn nasional sebesar nol, maka
besarnya pajak = 0. Nilai To kecil kemungkinannya bernilai positif, karena
apabila To positif berarti penduduk yang tidak memiliki pendapatan akan tetap
dikenakan pajak pendapatan. Nilai “t” yang positif menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi pula pajak yang dipungut oleh
pemerintah.

Muhammad Ilham = 96 = Teori Ekonomi Makro


Gambar 8.1 : Fungsi Pajak Pendapatan

Pajak/tahun

∆Tx
ATx AT> ∆Tx
t=
AY ∆Y

Berdasarkan gambar di atas tampak pada pendapatan sebesar nol besarnya


pajak juga sebesar To (pajak negatif) yang menunjukkan besarnya subsidi
pemerintah. Pada saat pendapatan Y1, besarnya pajak sebesar nol, yang berarti Y1
adalah batas pendapatan tidak kena pajak. Ketika pendapatan meningkat menjadi
Y2 besarnya pajak sebesar a, yang berarti semakin tinggi pendapatan, semakin
tinggi pula pajak yang dipungut oleh pemerintah.

B. Fungsi Konsumsi dalam Model Pajak Sebagai Fungsi dari Pendapatan


Nasional.

Pada bagian ini akan dibahas fungsi konsumsi di mana besarnya pajak
ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional (system pajak built-in fleksible),
atau pajak merupakan variabel endogen Dengan demikian bentuk fungsi
konsumsi dalam model ini akan berubah Adapun prosedur untuk memperoleh
fungsi konsumsi adalah:
C = a + cYd
Yd = Y + Tr — Tx
Tx = To + tY
Sehingga:
C = a + c{Y + Tr — (To + tY)}
C = a + c(Y + Tr — To — tY)
C = a + cY + cTr – cTo – ctY

Muhammad Ilham = 97 = Teori Ekonomi Makro


C. Fungsi Tabungan dalam Sistem Pajak Built-in Fleksible.
Oleh karena fungsi konsumsi mengalami perubahan, maka fungsi
tabungan juga mengalami perubahan. Prosedur untuk memperoleh fungsi
tabungan adalah :
S = Yd – C
Yd = Y + Tr - Tx
C = a + cY + cTr – cTo – ctY
Sehingga :
S = Y + Tr – (To + tY) – (a + cY + cTr – cTo – ctY)
S = Y + Tr – To – tY – a – cY – cTr + cTo + ctY
S = (Y – tY – cY + ctY) + (Tr – cTr) – (To + cTo) – a
S = (1 – t – c + ct)Y + (1 - c)Tr – (1 – c)To – a
S =(1 – t – c + ct)Y + (1 - c)(Tr - To) – a
Contoh 8.1 :
Diketahui: - Fungsi konsumsi C = 0,75Yd + 20
 Fungsi pajak Tx = 0,2Y – 20
 Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
Berdasarkan data di atas carilah:
a. persamaan garis fungsi konsumsi sebagai "earnings"
b persamaan garis fungsi tabungan
c. Gambarkan grafik fungsi konsumsi, fungsi tabungan, fungsi pajak dan garis
transfer pemerintah.
Jawab:
a. Fungsi konsumsi
C = a + cY + cTr – cTo - ctY
C = 20 + 0,75Y + 0,75(40) - 0,75(- 20) - 0,75(0,2)Y
C = 20 + 0,75Y + 30 + 15 - 0,15Y
C= 0,6Y+ 65
b. Fungsi tabungan
S = (1 — t — c + ct)Y + (1 — c)(Tr — To) — a
S = (1 — t — c + ct)Y + (1 — c)(Tr – To) – a
S = {1 — 0,2 — 0,75 + 0,75(0,2)}Y + (1 — 0,75){40 – (– 20 )} – 20

Muhammad Ilham = 98 = Teori Ekonomi Makro


S = (0,05 + 0,15)Y + 0,25(60) — 20
S= 0,2Y+ 15-20
S= 0,2Y — 5

C, S, Tr, Tx

Y = AE

C1

C0

65
Tr = 40 S1
40
S0
20 Tx

-5 80 100 162,5 Y
-20

D. Analisis Keseimbangan Pendapatan Nasional

Sebagaimana telah diuraikan bahwa sifat built-in fleksible dari pajak


mengakibatkan berubahnya perumusan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
yang menggunakan "earned income" sebagai dasarnya. Dem ikia n pu la

Muhammad Ilham = 99 = Teori Ekonomi Makro


ha ln ya den gan pe rum usa n u ntu k m enen tukan keseimbangan
pendapatan nasional dalam sistem built-in fleksible mengalami perubahan
sebagaimana berikut ini.
Y=C+I+G
C = a + cYd
Yd = Y + Tr - Tx
Tx = To + tY
Sehingga:
Y = a + c{Y + Tr - (To + tY)} + I +G
Y = a + cY + cTr - cTo - ctY + I + G
Y - cY ctY = a + cTr - cTo + I +G
(1 - c + ct)Y = a + cTr - cTo + I + G
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
Contoh 8.2 :
Diketahui : -. Fungsi konsumsi C = 0,75Yd + 20
 Fungsi pajak Tx = 0,2Y – 20
 Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
 nvestasi I = Rp.40 Trilyun
 Pengeluaran pemerintah G = Rp.60 Trilyun
Berdasarkan data di atas carilah:
a. Besarnya pendapatan nasional dalam keseimbangan
b. Besarnya pajak
c. Besarnya konsumsi
d. Besarnya tabungan
Jawab
a. Pendapatan nasional dalam keseimbangan

𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
20 + 0,75(40) − 0,75(−20) + 40 + 60
𝑌=
1 − 0,75 + 0,75(0,2)

Muhammad Ilham = 100 = Teori Ekonomi Makro


20 + 30 + 15 + 40 + 60
𝑌=
0,4
165
𝑌= = 412,5
0,4
b. Besarnya pajak
Tx = 0,2Y - 20
Tx = 0,2(412,5) - 20 Tx = 62,5
c. Besarnya konsumsi
C = 0,75Yd + 20
Yd = Y + Tr - Tx
Yd = 412,5 + 40 - 62,5
Yd = 390
Sehingga :
C = 0,75(390) + 20
C = 292,5 + 20 = 312,5
d. Besarnya tabungan S = 0,25Yd — 20
S = 0,25(390) — 20 S = 97,5 — 20
S = 77,5

E. Perubahan Keseimbangan Pendapatan Nasional Melalui Proses Multiplier


Sebagaimana telah diuraikan bahwa angka pengganda merupakan angka
perbandingan antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan variabel
penyebab dari pada perubahan pendapatan nasional tersebut, maka dengan
berubahnya perumusan keseimbangan pendapatan nasional, perumusan-
perumusan angka-angka pengganda yang telah diuraikan sebelumnya perlu
ditinjau kembali. Angka-angka pengganda berikut ini adalah angka-angka
pengganda dalam sistem perekonomian tertutup yang mempergunakan
kebijaksanaan fiskal dengan sistem perpajakan bulit-in fleksible.
1. Angka Pengganda Investasi
Apabila investasi berubah dari sebesar I per tahun menjadi sebesar (I +
∆l) per tahun, dan perubahan ini mengakibatkan berubahnya keseimbangan
pendapatan nasional dari sebesar Y per tahun menjadi (Y + ∆Y) per tahun, maka

Muhammad Ilham = 101 = Teori Ekonomi Makro


bila ditulis secara aljabar akan terlihat sebagai berikut :
Keseimbangan pendapatan nasional sebelum adanya perubahan investasi
adalah:
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
Setelah adanya perubahan investasi dan pendapatan nasional mencapai
keseimbangan, maka
𝑎 + (𝐼 + ∆𝐼) + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 ∆𝐼
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝐼
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝐼
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
maka angka pengganda investasi :
∆𝑌 1
= 𝐾𝐼 =
∆𝐼 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

2. Angka Pengganda Konsumsi


Perubahan pengeluaran konsumsi otonom dari semula sebesar
a dengan perubahan sebesar ∆a sehingga menjadi (a + ∆a), mengakibatkan
keseimbangan pendapatan nasional berubah dari sebesar Y menjadi (Y +
∆Y), sehingga :
(𝑎 + ∆𝑎) + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 ∆𝑎
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝑎
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
∆𝑎
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
maka angka pengganda konsumsi :
∆𝑌 1
= 𝐾𝐶 =
∆𝑎 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

Muhammad Ilham = 102 = Teori Ekonomi Makro


3. Angka Pengganda Transfer Pemerintah
Perubahan jumlah transfer pemerintah dari semula sebesar Tr dengan
perubahan sebesar ∆Tr sehingga menjadi (Tr + ∆Tr). mengakibatkan
keseimbangan pendapatan nasional berubah dari sebesar Y menjadi (Y +
∆Y), sehingga :
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐(𝑇𝑟 + ∆𝑇𝑟) − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 + 𝑐∆𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 𝑐∆𝑇𝑟
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑐∆𝑇𝑟
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑐∆𝑇𝑟
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
maka angka pengganda transfer pemerintah :
∆𝑌 𝑐
= 𝐾𝑇𝑟 =
∆𝑇𝑟 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

4. Angka Pengganda Pajak


Pengertian angka pengganda pajak di sini bukanlah angka perbandingan
antara perubahan keseimbangan pendapatan nasional dengan besarnya
perubahan pajak yang dipungut oleh pemerintah, sebab dalam sistem pajak
built-in fleksible, pajak merupakan variabel endogen yang merupakan fungsi
dari pendapatan nasional. Dalam sistem perpajakan seperti ini pemerintah tidak
dapat dengan sengaja secara Iangsung merubah besarnya pajak, kecuali
dengan merubah persamaan fungsi pajak itu sendiri.
Dalam persamaan fungsi pajak yang berbentuk Tx = To + tY, tindakan
pemerintah untuk merubah besarnya pungutan pajak dapat dilakukan dengan
merubah nilai To. Dengan demikian angka pengganda pajak (tax
multiplier) menunjukkan hubungan tetap antara perubahan pendapatan nasional
dengan perubahan besarnya pajak pada tingkat pendapatan nasional sebesar
nol (To).

Muhammad Ilham = 103 = Teori Ekonomi Makro


Apabila besarnya pajak To berubah sebesar ∆To mengakibatkan
keseimbangan pendapatan nasional berubah sebesar ∆Y menjadi (Y + ∆Y),
sehingga :
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐(𝑇𝑜 + ∆𝑇𝑜)
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 − 𝑐∆𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
𝑎 + 𝐼 + 𝐺 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 −𝑐∆𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 = +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
−𝑐∆𝑇𝑜
𝑌 + ∆𝑌 = 𝑌 +
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
−𝑐∆𝑇𝑜
∆𝑌 =
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
maka angka pengganda pajak :
∆𝑌 −𝑐
= 𝐾𝑇𝑥 =
∆𝑇0 1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
Contoh 8.3 :
Diketahui :
(a) Fungsi konsumsi C = 0,75Yd + 20
(b) Fungsi pajak Tx = 0,2Y — 20
(c) Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
(d) Belanja pemerintah G = Rp.60 Trilyun
(e) Investasi I = Rp.40 Trilyun
(f) Jika diketahui pula pendapatan nasional dalam keseimbangan
yang terjadi sekarang sebesar Rp.412,5 trilyun (lihat contoh 8.2) dan
pemerintah menginginkan keseimban gan pendapatan nasional hanya
sebesar Rp.352,5 trilyun. Jika yang dilakukan adalah (i) hanya merubah
besarnya transfer pemerintah (Tr), berapakah transfer pemerintah tersebut
harus ditambah/ dikurangi; (ii) dengan hanya merubah besarnya pajak
(To), berapakah besarnya pajak tersebut harus ditambah/dikurangi atau (iii)
dengan hanya merubah besarnya belanja pemerintah (G), berapakah
belanja pemerintah tersebut harus ditambah/dikurangi.

Muhammad Ilham = 104 = Teori Ekonomi Makro


Jawab :
Untuk mencapai keseimbangan pendapatan nasional sebesar
Rp.352,5 Trilyun, berarti keseimbangan pendapatan nasional perlu dirubah
dengan :
∆Y = Rp.352,5 Trilyun — Rp.412,5 Trilyun = Rp. —60 Trilyun
Perubahan pendapatan nasional (∆Y) atau penurunan sebesar Rp.-60 Trilyun
dapat dicapai dengan :
(i) merubah besarnya transfer pemerintah sebesar :
∆Y = KTr. ∆Tr
𝑐
∆𝑌 = ( )(∆𝑇𝑟)
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
0,75
−60 = ( )(∆𝑇𝑟)
1 − 0,75 + 0,75(0,2)
0,75
−60 = ( )(∆𝑇𝑟)
0,4)
60 = 1,875 . ∆Tr
−60
∆𝑇𝑟 = = 32 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
1,875
Dengan demikian besarnya transfer pemerintah harus dikurangi sebesar Rp.32
Trilyun.
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun melalui
pengurangan transfer sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan sebagai berikut:
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
20 + 0,75(40 − 32) − 0,75(−20) + 40 + 60
𝑌=
1 − 0,75 + 0,75(0,2)
20 + 0,75(8) − 0,75(−20) + 40 + 60
𝑌=
1 − 0,75 + 0,75(0,2)
120 + 6 + 15
𝑌=
0,4
141
𝑌= = 352,5
0,4
(ii) merubah besarnya pajak (To) :
−𝑐
∆𝑌 = . ∆𝑇𝑜
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡

Muhammad Ilham = 105 = Teori Ekonomi Makro


−0,75
−60 = . ∆𝑇𝑜
0,4
60 = - 1,875. ATo
−60
∆𝑇𝑜 = = 32 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
−1,875
Dengan demikian besarnya pajak harus ditambah sebesar Rp.32 Trilyun.
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun
melalui penambahan penerimaan pajak sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan
sebagai berikut :
𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
20 + 0,75(40) − 0,75(−20 + 32) + 40 + 60
𝑌=
0,4
20 + 30 − 0,75(12) + 40 + 60
𝑌=
0,4
20 + 30 − 9 + 40 + 60
𝑌=
0,4
150 − 9
𝑌=
0,4
141
𝑌= = 352,5
0,4
(iii) merubah besarnya belanja pemerintah (G) :
1
∆𝑌 = . ∆𝐺
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
1
∆𝑌 = . ∆𝐺
0,4
60 = 2,5. ΔG
−60
∆𝐺 = = 24 𝑇𝑟𝑖𝑙𝑦𝑢𝑛
0,25
Dengan demikian besarnya belanja pemerintah harus dikurangi sebesar Rp.24
Trilyun.
Pencapaian pendapatan nasional yang baru sebesar Rp.352,5 trilyun
melalui pengurangan belanja pemerintah sebesar Rp.32 trilyun dapat dibuktikan
sebagai berikut :

Muhammad Ilham = 106 = Teori Ekonomi Makro


𝑎 + 𝑐𝑇𝑟 − 𝑐𝑇𝑜 + 𝐼 + 𝐺
𝑌=
1 − 𝑐 + 𝑐𝑡
20 + 0,75(40) − 0,75(−20) + 40 + (60 − 24)
𝑌=
0,4
20 + 30 + 15 + 40 + 36
𝑌=
0,4
141
𝑌= = 352,5
0,4

F. Pajak Built-in Fleksible Sebagai Penstabil Otomatis (Automatic Stabilizer)


Built-in fleksible tax merupakan "automotic stabilizer" yaitu alat penstabil
yang bekerja secara otomatis. Adapun penjelasan dari pernyataan tersebut
adalah : Dalam sistem pajak yang fleksible, yang besar kecilnya bergantung pada
pendapatan, jika pendapatan bertambah, maka kenaikan konsumsi agak mengalami
kelambatan karena sebagian dari pertambahan pendapatan itu dipergunakan
untuk membayar pajak yang fleksible itu. Terjadinya kelambatan kenaikan
konsumsi itu mengakibatkan kenaikan pendapatan nasional dalam periode-
periode berikutnya menjadi lambat, sehingga tingkat keseimbangan
pendapatan nasional akan tercapai pada tingkat yang Iebih rendah dari pada jika
pajaknya tidak flleksible.
Bagaimana jika tingkat pendapatan nasional mengalami
penurunan? Jika pendapatan nasional menurun, maka pajaknyapun menurun.
Apabila kegiatan ekonomi dalam kondisi yang kurang cerah, mengakibatkan
pengeluaran masyarakat untuk investasi berkurang. Gejala berkurangnya
investasi dengan sendirinya akan diikuti oleh penurunan pendapatan
nasional. Akan tetapi penurunan pendapatan nasional dalam sistem perpajakan
built-in flkesible relatif Iebih rendah di banding penurunan pendapatan nasional
apabila dipergunakan sistem perpajakan yang biasa. Sebab dalam sistem
perpajakan built-in fleksible, penurunan pendapatan akan diikuti oleh penurunan
jumlah pajak yang dipungut oleh pemerintah yang tidak berpengaruh besar
terhadap penurunan konsumsi, sedangkan dalam sistem perpajakan yang
sederhana penurunan hasil pungutan pajak tidak terjadi, sehingga konsumsi
akan menurun Iebih tajam. Di samping penurunan pendapatan nasional

Muhammad Ilham = 107 = Teori Ekonomi Makro


mengakibatkan menurunnya jumlah pajak yang terpungut oleh pemerintah,
penurunan tingkat pendapatan nasional mungkin juga akan mengakibatkan
bertambahnya jumlah transfer pemerintah, sebab dengan bertambahnya jumlah
penganggur, bertambah banyak pula jumlah bantuan pemerintah untuk para
penganggur tersebut.
Uraian di atas menjelaskan bahwa di satu sisi penerimaan mengalami
penurunan karena menurunnya jumlah pajak, di sisi lain pengeluaran
pemerintah akan bertambah dalam bentuk transfer, hal ini berarti penurunan
"disposable income" relatif Iebih rendah, sehingga penurunan konsumsi menjadi
agak lunak. Menurunnya pendapatan nasional pada periode berikutnya juga akan
relatif Iebih rendah, demikian seterusnya. Dengan demikian mudahlah kiranya
dimengerti bahwa tingkat pendapatan nasional dalam keseimbangan baru yang dapat
tercapai akan Iebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat keseimbangan yang
tercapai seandainya dipergunakan sistem perpajakan yang tidak bersifat built in
fleksible.
Meningkatnya dan menurunnya jumlah pungutan pajak atau jumlah transfer
pemerintah dalam sistem perpajakan built-in fleksible bekerja secara otomatis.
Di dalam sistem itu sendiri sudah terdapat di dalamnya alat mekanisme
penyesuaian besarnya pajak dan besarnya transfer pemerintah dengan
besarnya pendapatan nasional. Berdasarkan kenyataan ini, maka sistem
perpajakan tersebut merupakan sistem perpajakan atau sistem transfer
pemerintah yang mempunyai sifat "built-in fleksible".
Pajak fleksible dan transfer yang keduanya memiliki sifat built-in fleksible
adalah dapat dipahami melalui rumusan multiplier. Untuk pajak yang tidak fleksible
(sistem sederhana) penyebut dalam angka pengganda (multiplier) adalah (1 — c),
sedangkan dalam perekonomian dengan sistem pajak built-in fleksible penyebutnya
sebesar (1 — c + ct). Oleh karena nilai c selalu positif dan nilai t juga pada
umumnya positif, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa (1 — c) < (1 — c +
ct).
Konsekuensi Iebih kecilnya angka penggganda dalam sistem "built-in
fleksible" adalah bahwa dengan perubahan investasi yang sama. peningkatan
pendapatan nasional dan peningkatan kesempatan kerja akan Iebih rendah

Muhammad Ilham = 108 = Teori Ekonomi Makro


bila dibandingkan dalam perekonomian dengan perpajakan sederhana.
Demikian pula halnya dengan gejala penurunan sebagai akibat menurunnya
investasi, juga akan relatif Iebih rendah dalam perekonomian dengan sistem
perpajakan "built-in fleksible" dari pada dalam sistem perpajakan yang
sederhana. Oleh karena itu, maka sistem perpajakan yang mempunyai sifat "built-
in fleksible dikatakan dapat berfungsi sebagai "automatic stabilizer" suatu
perekonomian.

G. Rangkuman
1. Pajak built-in fleksible merupakan pajak yang besar kecilnya ditentukan oleh
besar kecilnya pendapatan nasional, sehingga berubah-ubah tergantung dari
besar kecilnya pendapatan nasional. Dengan demikian besarnya konsumsi
ditentukan oleh pendapatan disposable yang telah memperhitungkan
pembayaran pajak.
2. Angka pengganda sebagai pelipatgandaan keseimbangan pendapatan nasional
dalam sistem pajak built-in fleksible terdiri atas angka pengganda
investasi, konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah.
Berdasarkan angka pengganda tersebut dapat diketahui berapa besarnya
investasi, konsumsi, transfer, pajak dan belanja pemerintah yang
dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan pendapatan nasional pada
tingkat tertentu.
3. Sistem perpajakan built-instabilizer merupakan penstabil otomatis dalam
perekonomian, karena sistem built-infleksible memperlemah fluktuasi kegiatan
ekonomi agregatif.

H. Glossary
Built-in fleksible (fleksibel otomatis). Suatu sistem dalam kebijaksanaan fiskal, di mana
besarnya pajak akan secara otomatis mengikuti fleksibilitas
pendapatan nasional, artinya besar kecilnya pajak ditentukan oleh
besar kecilnya pendapatan nasional.

Automotic stabilizer (penstabil otomatis). Merupakan istilah yang dipergunakan


untuk sistem perpajakan "built-in fleksible", adalah peralatan dari
kebijaksanaan fiskal yang secara otomatis menurunkan pengaruh fluktuasi
dari aktivitas ekonomi.

Muhammad Ilham = 109 = Teori Ekonomi Makro


I. Soal-soal Latihan
1. Jelaskan pengertian kebijaksanaan fiskal dalam sistem pajak built- in fleksible.
2. Jika diketahui :
a. Fungsi konsumsi C = 0,80Yd + 25
b. Fungsi pajak Tx = 0,1Y — 20
c. Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
Berdasarkan data di atas carilah :
a. persamaan garis fungsi konsumsi sebagai "earnings"
b. persamaan garis fungsi tabungan
c. Gambarkan grafik fungsi konsumsi, fungsi tabungan, fungsi pajak dan
garis transfer pemerintah.
3. Jika diketahui :
a. Fungsi konsumsi C 0,80Yd + 25
b. Fungsi pajak Tx = 0,1Y — 25
c. Transfer pemerintah Tr = Rp.40 Trilyun
d. Belanja pemerintah G = Rp.60 Trilyun
e. Investasi I = Rp.40 Trilyun
Be rdasarkan d ata d i ata s h itu ng lah keseimb angan pendapatan
nasional dalam sistem perpajakan built-in fleksible.
4. Berdasarkan data nomor 1 di atas, jika kapasitas produksi nasional kurang dari
Rp.50 trilyun dan lebih dari Rp.50 trilyun dari keseimbangan yang anda
peroleh pada jawaban nomor 1 di atas, ditanya :
a. berapakah transfer pemerintah tersebut harus ditambah/ dikurangi
(jika kebijakan yang ditempuh hanya merubah transfer).
b. berapakah besarnya pajak tersebut harus ditambah/dikurangi (jika
kebijakan yang ditempuh hanya merubah pajak)
c. berapakah belanja pemerintah tersebut harus ditambah/dikurangi (jika
kebijakan yang ditempuh hanya merubah belanja pemerintah).

Muhammad Ilham = 110 = Teori Ekonomi Makro

Anda mungkin juga menyukai