Anda di halaman 1dari 41

1.

Konsep Dasar DHF

A. Pengertian

Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah penyakit

infeksi yang disebabkan oleh virus dangue manifestasi

klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai

leukpenia, ruam, limfadenopati, trombosit opnia dan

diathesis hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan lasma

yang ditandai dengan homokonsentrasi (peningkatan

hematocrit) atau pnumpukan cairan dirongga tubuh.

Sindrom renjatan dengue (dengue syoksyndrome) adalah

dimana berdarah yang ditandai oleh renjatan/syokk (Sudowo

et al, 2009).

DBD dalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui

gigitan nyamuk aedes aegepty (suriadi & rita yuliani,

2010).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam

yang ditandai dengan empat gejala klnis utama yaitu demam

tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan

sirkulasi sampai timbul renjatan (syndrom rejat dangue)

sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat

menyebabkan kematian (Padila, 2013).


2. Anatomi Fisiologi

a. Pembuluh Darah

Gambar 2.3 Anatomi Pembuluh Darah (Pearce 2006)

Pembuluh darah ada 3 yaitu :

1. Arteri

Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang

membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh.

Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari

ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai

dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan

terdiri dari 3 lapisan. Asuhan Keperawatan pada arteri yng

palingg bsar didalam tbuh yaituu orta dan arteripulmonalis,

gris tengahnya kira- kira 1-3cm. Arteri inimempunyai

cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut

arteriolayang akhirnya akan mnjadi pmbuluh darah

rambut(kapiler). Arteri mndapat darah dari darah yng

mngalir ddalamnya tetapi


hnya untuk tunika intima. Sedangkan umtuk lapisan

lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yng dsebut

vasavasorum.

2. Vena

Vna (pmbuluh darah balik) mrupakan pmbuluh d4arah yng

mmbawa darah dri bgian/alat-alat tbuh masuk kedalam

jntung. Tentang bentuk ssunan dan juga prnafasan pmbuluh

drah yng mnguasai vena sama dngan padaarteri. Katup-

katup pada vena kbanyakan terdiri dari duakelompok yang

gunanya umtuk mncegah darah agar tidakkembalilagi.

Vena-vena yng ukrannya bsar diantaranyaa vna kavadan

venapulmonalis. Venaini jga mmpunyai cbang yng lbih kcil

yng dsebut venolusyang slanjutnya mnjadi kpiler.

3. Kapiler

Kpiler (pmbuluh darahrambut) mrupakan pmbuluh drah

yng sngat hlus. Diameternya kra-kira 0,008mm. Asuhan

Keperawatan pada dndingnya trdiri dri suatulapisan ndotel.

Bgian tbuh yng tdak trdapat kpiler yaituu: rambut,kuku,

dan tlang rwan. Pembuluhdarah rambut/kapiler pda

mumnya mliputi sel-sel jringan. Oleh Karen itudindingnya

sngat tipis maka plasma dan zat mkanan mdah mrembes

kecairan jringan antarsel.

b. Darah
Gambar 2.4 Anatomi Darah (Syaifudin 2011)

Drah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai fngsi

sngat pnting dlam tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam tbuh

yaitumembawa ntrisi, oksigendari sus danparu-paru umtuk

kmudian diedarkann keseluruh tbuh. Drah mmpunyai

2komponen yaitukomponen pdat dan koomponencair. Darah

brwarna mrah, wrna mrah trsebut keadaannyaa tdak ttap,

trgantung kpada bnyaknya O2danCO2 didalamnya. Apbila

kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda.

Sdangkan Drah jga pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon dri

klenjar ndokrin keorgan ssarannya. Drah mngangkut nzim,

elektrolitdan brbagai zatt kmiawi umtuk ddistribusikan

keseluruh tbuh.

Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu

tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa pnas tubh

dri pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan

ke selruh tubuh dn permukaan tubuh yang ada akhirnya ditur


pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi).

Jumlah darah manusiaa bervariasi tergantung dari berat baadan

seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.

Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi

sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan

pada komponen padt terdri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit

dan trombosit. Pada batas tertentu diatur olh teknan osmotik

dlam pembluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padt darah

terndam dalam plama.

1. Sel-sel darah :

a. Eritrosiit

Eritrosit dibuat didlam sumsum tulang, di dalam

sumsum tulang masih berainti, inti dilepaskan sesaat

sebelum dilepaskan / keluar. Pda proses

pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan

rantai globlin yang merupkan senyawa protein. Selain

itu untuk proses pematangan (maturasi) diperlkan

hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga

bila kekrangan salah satu unsur pembentkan seperti di

atas (kurang gizi) ataau ginjal mengalami keruusakan,

maka terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur

peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada kedaan

penghancran eritrosit yang berlebihan, misalny pada

hemdialisis darah, hepar kewawalahan kewalahan


menglah bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya.

Maka akan timbul juga gejla kuning walaupun hati

tidak mengalaami kerusaakan. Eritroosit dihancurkan di

organ lien terutama pada proses penghancurannya

dilepakan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang

diguunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru,

sedangkan pigmeen bilirbin di dalam hati akan

mengalami proises konjugasi kimiawi menjadi pigmen

empdu dan keluar berama cairan empedu ke dalam

usus. Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta

sel/mm3, pada permpuan 4,8 juta sel/mm3. Di dalam sel

eritrosit didapat hemglobin suatu senyawa kimiawi

yang tediri dari atas molekul hem yang mempunyai ion

Fe (besi) yang terait dengan rantai globulin (suatu

senyawa protein). Hemoglobin berpweran mengangkut

O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada

perempuan 12-14 gr%.

b. Leukosit

Fungsi utama leukosit adalah sebagai perthanan tubuh

dengan cara menghncurkan antigen (kuman, virus,

toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leuksit yaitu neutrofil,

eosinoofil, basofil, limfosit, monosit. Jumah nomal

leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlanya berkurang


disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit

sama sekali disebut agraanulasitosis.

c. Trombosit

Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk

keping yang merupkan bagian-bagian kecil dari sel

besar yang membuatny yaitu megakaryosit, di sumsum

tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan

umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit

mempunyai kemampuan untuk melakukan :

 daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)

 daya adhesi (melekat)

 daya agregasi (berkelompok)

Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya

seabagai hemostasis dan pembekuan darah. Pembekuan

darah proses kimiawi yang mempunyi pola tertentu dan

berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada

dinding pembuluh darah maka trombosit akan

berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara

saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan

kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah

.Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit

mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan

yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding

pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan


efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran

darah berkurang dan membantu proses pembekuan

darah.

2. Plasma

Plasma merupkan bagian caair dari darah. Plasma

membntuk sektar 5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah

sebagai media sirkulasi elmen-elemen darah yang berbntuk

(sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma

juga berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan

organk dan anorganik dari satuu organ atau jaringan ke

organ atau jaringan lain.

Komposisi dari plasma :

 Air : 91-92%

 Protein plasma :

o Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein,

dibentuk di hepar).

o Globulin (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan

sel-sel retikuloendotelial). Immunoglobulin

merupakan bentuk globulin.

o Fibrinogen

o Protrombin.

 Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium,

zat besi, Iodin


 Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin,

glukose, lemak, asam amino, enzim, hormon.

Fungsi Protein Plasma :

a) Memprtahankan tekanan osmotik plasma yang

diperlukan untuk pembentukan dan penyerapan cairan

jaringan.

b) Dngan bergabung bersama asam dan alkali protein

plasma bertndak sebagai penyngga dalam

mempertahnkan pH normal tubuh.

c) Fibringen dan protrombin adlah penting untuk

pembekuan darah.

d) Immunglobulin merupakan hal yang esensial dalam

pertahanan tuuh melawan infeksi.

2.3.3 Etiologi

Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)

disebabkan oleh :

a. Virus Dengue.

Virus dngue yg menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke

dalam Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari

empat tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus

dengue tersebut terdpat di Indonesia dn dapat dibedakan satu dari

yg lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam

gens flavirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang

biak dengan baaik pada berbagai macam kultur jaringan baik


yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby

Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes

Albopictuus.

b. Vektor.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui

vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus,

aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor

yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan

menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap serootipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe

jeniis yang lainnya.

2.3.4 Manifestasi Klinis

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :

1) Demam.

Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak , Demam terjadi secara

mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju

suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung

demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya

anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri

kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

2) Perdarahan.

Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis,

perdarahan massif. Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2

dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat
berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada

tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat

perdarahan intradermak / submukosa ) purpura ( perdarahan di

kulit ), epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan

ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian

atas hingga menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja

berwarna hitam karena adanya perdarahan. Perdarahan

gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang

hebat.

3) Anoreksia

4) Mual muntah

5) Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut

6) Nyeri kepala

7) Nyeri otot dan sendi

8) Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )

9) Hepatomegali.

Pda permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba,

meskipun pada anak yang kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi

peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di

perhatikan kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita.

10) Renjatan (Syok).

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya

penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu

kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki srta
sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam

maka biasanya menunjukan prognosis yg buruk.

2.3.5 Klasifikasi

WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4

derajat, yaitu sebagai berikut:

 Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi

perdarahan(ujitourniquiet positif).

 Derajat II

Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan

perdarhan lain.

 Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn

lmah, tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau

hipotnsi disrtai kulit yang dingin dan lembab, gelisah

 Derajat IV

Rnjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak

dapat diukur

2.3.6 Patofisiologi dan WOC

a. Patofisiologi

Menurut Huda dan Kusuma 2015

Virus dengue maasuk ke dalaam tubuh manuusia akan

menyebabkn klien mengalami viremia. Beberpa tanda dan

gejala yang muncul seeperti demam, sakit kepla, mual nyeri


otot, pegal seluruh tubuh, timbulny ruam dan kelainan yang

mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada penderita DBD,

terdapat kerusakan yng umum pada sistem vaskuler yang

mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah. Plsma dapat menembus dinding

vaskuler selama pross perjalanan penyakit, dari mulai

demam hingga klieen mengalami renjatan berat. Volume

plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat

mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi.

Adanya kebcoran plasma ini jika tidak segera di tangani

dapat menyebabkn hipokisia jaringan, asidosis metabolik

yang pada akhirny dapat berakibat fatal yaitu kematian. Virmia

jga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga

menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada proses

pembekuan 15 darah. Pubahan fungsioner pembuluh darah

akibat kebocoran plasma yng berakhir pada perdarahan, baik

pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya

menimbulkn tanda seprti munculnya prpura, ptekie,

hematemesis, atapun melena


2.3.7 Pemeriksaan Penunjang

a) Darah

 Trombosit menurun

 Hb Meningkat lebih 20 %

 Ht Meningkat Lebih 20 %

 Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3

 Protein darah rendah

 Ureum PH bias meningkat

 Na dan Cl rendah

b) Rontgen thorax

c) Uji tourniket ( Positif )

2.3.8 Penatalaksanaan (Nursalam, 2008)

a. Keperawatan

Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan

sirkulasi darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh,

akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa amman dan nyaman,

kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

 Kegagalan sirkulasi darah

Dngan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam

jaringan ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat

renjatan akan terliht pada tubh pasien mnjadi sembab (edema)

dan drah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD,

suhu dan pernafasan) perlu dilakakan secara kontinu, bila

perlu setiap jam. Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai


permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien

kencing / tidak.

 Risiko terjadi pendarahan

Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab

terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal.

Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit

perut yang hebat atau daerah retrosternal.

Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu

diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar

perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu

dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus

segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.

Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok.

Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat

banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan.

Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya

dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari

lambung.

 Gangguan suhu tubuh

Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit

atau hari ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi

hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang.

Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka


pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti

konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah

agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang

perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak

disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan

lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan.

Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik

dan memberitahu dokter.

 Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena

penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada

pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht,

trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi

hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.

Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan

tenang, yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika

terjadi hematom segera oleskan trombophub gel / kompres

dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya

dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena

dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika

sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set

venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).


b.Medis

Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan

suportif

 DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan

pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak

minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan

teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara

memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang

menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau

minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan

sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan

hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres

dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan

lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1

tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit

kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1

tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi

vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum

sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.


2) Hematokrit yang cenderung meningkat.

Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya

mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital

(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya

nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit.

Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF

harus diperiksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit

setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1

sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan

apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.

 DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang

infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika

pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau

plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada

pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur

dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah

teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan

sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10

liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48

jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1 sampai 2

hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik. Pada pasien

renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central


Venous Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral

melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien

dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan

perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang

perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai

hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya

sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik

yang telah disebut, maka dengan keadaan ini dianjurkan

pemberian darah.

2.3.9 Komplikasi

Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:

a. Gagal ginjal.

b. Efusi pleura.

c. Hepatomegali.

d. Gagal jantung

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak

dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,

pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan

orang tua.
2. Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya

panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin

lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri

telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri

otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa

pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade

III, IV), melena atau hematesis.

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa

mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien

6. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya komplikasi dapat dihindari

7. Riwayat gizi Status gizi

anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status

gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor

predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami


keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi

ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang

mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan

sehingga status gizinya menjadi kurang.

8. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan

yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan

baju di kamar).

9. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu

makan berkurang, dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak

mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV

bisa terjadi melena.

c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering

terjadi hematuria.

d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena

mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan

kuantitas tidur maupun istirahat kurang.

e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat

sarang nyamuk aedes aegypti.


f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik

secara umum:

1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,

tanda-tanda vital dan nadi lemah.

Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta

nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.

Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit.

2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil

(gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun (

sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi

(diatas 37,5oC)

3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala

terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.


4) Mata Konjungtiva anemis

5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis)

pada gradeII,III, IV.

6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak

ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

7) Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan

hyperemia pharing.

8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak

mengalami pembesaran

9) Dada / thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang

tertimbun pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade

III, dan IV.

10) Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati

(hepatomegali) Per

A : Adanya penurunan bising usus


11) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji

tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,

dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan

terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya

diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat

ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan

selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian

volarlenga bawah (Soedarmo,2008).

12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah

13) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada

kuku sianosis/tida

14) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

 Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

 Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

 Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

 Ig. D. dengue positif.

 Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :

hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

 Urium dan pH darah mungkin meningkat.

 Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3

rendah.
 SGOT / SGPT mungkin meningkat.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir

kering

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk

makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun

c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

ditandai dengan kurang informasi

d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia

e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai

dengan suhu tubuh diatas nilai normal

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

ditandai dengan mengeluh lelah


2.2.3 INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Manajemen
kehilangan cairan aktif ditandai keperawatan 1 x 24 jam diharapkan hipovolemia Observasi :
dengan mukosa bibir kering hipovolemia terpenuhi. Periksa tanda dan gejala
Kriteria Hasil : hipovolemik ( tekanan darah
Status Cairan menurun, membrane mukosa
 Turgor kulit kering, hematocrit meningkat )
 Perasaan lemah - Monitor intake dan output
 Keluhan haus cairan Terapeutik :
 Tekanan darah - Hitung kebutuhan cairan
 Intake cairan membaik - Berikan posisi modified
 Suhu tubuh trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral

Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV

28
isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid ( miosal : albumin,
plasmanate )
- Kolaborasi pemberian produk
darah
 Pemantauan
cairan Observasi :
- Monitor status hidrasi ( mis.
Frekuensi nadi, kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler,
kelembaban mukosa, turgor kulit,
tekanan darah )
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium ( mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output dan hitung
balans cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai

29
kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika
perlu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakuan tindakan  Manajemen
psikologis (keengganan untuk keperawatan 1 x 24 jam diharapkan nutrisi Observasi :
makan) makanan ditandai dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang - Identifikasi status nutrisi
berat badan menurun dari kebutuhan tubuh terpenuhi. - Identifikasi alergi dan intoleransi
Kriteria Hasil : makanan
Status Nutrisi - Identifikasi makanan yang disukai
 Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi kebutuhan kalori dan
sedang jenis nutrient
 Frekuensi makan - Identifikasi perlunya penggunaan
 Nafsu makan cukup membaik selang nasogastric
 Mermban mukosa sedang - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
dier ( mis. Piramida makanan )

30
- Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk menjegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
- Anjurkan diet yang
diprogramkan Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic ), jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan

31
 Pemantauan nutrisi
Observasi :
- Identifikasi factor yang
mempengaruhi asupan gizi ( mis.
Pengetahuan, ketersediaan
makanan, agama/kepercayaan,
budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan
obat-obatan atau pascaoperasi )
- Identikasi perubahan berat badan
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminas (
mis. Kering, tipis, kasar, dan
mudah patah )
- Identifikasi pola makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksukaan makanan,
konsumsi makanan cepat saji,
makan terburu-buru )
- Identifikasi kelainan pada kuku (
mis. Diare, darah, lender, dan
eliminasi yang tidak teratur )
- Identifikasi kemampuan menelan (
mis. Fungsi motoric wajah, reflex
menelan, dan reflex gag )

32
- Identifikasi kelainan rongga mulut
( mis. Peradangan, gusi berdarah,
bibir kering dan retak, luka )
- Identifikasi kelainan eliminasi (
mis. Diare, darah, lender. Dan
eliminasi yang tidak teratur )
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium ( mis.
Kadar kolestrol, albumin serum,
transferrin, kreatinin, hemoglobin,
hematocrit, dan elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik komposisi
tubuh ( mis. Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang, dan ukuran
lipatan kulit )
- Hitung perubahan berat badan
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :

33
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
3. Defisit Pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Edukasi Kesehatan
dengan gangguan fungsi kognitif keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
ditandai dengan kurang informasi deficit pengetahuan meningkat. - Identifikasi kesiapan dan
Kriteria Hasil : kemampuan menerima informasi
Tingkat Pengetahuan - Identifikasi faktor-faktor yang
 Kemampuan menjelaskan dapay meningkatkan dan
pengetahuan tentang suatu menurunkan motivasi perilaku
topik meningkat hidup bersih dan sehat
 Pertanyaan tentang masal;ah Terapeutik :
yang dihadapi meningkat - Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat

34
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4. Resiko Perdarahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Pencegahan Perdarahan
dengan gangguaan koagulasi keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
(penurunan trombosit) ditandai tingkat perdarahan menurun . - Monitor tanda dan gejala
dengan trombositopenia Kriteria Hasil : perdarahan
Tingkat Perdarahan - Monitor nilai hematocrit /
 Kelembapan membran hemoglobin sebelum dan sesudah
mukosa kehilangan darah
 Suhu tubuh meningkat - Monitor tanda dan gejala ortostatik
 Hematokrit membaik - Monitor koagulasi ( mis.
Prothrombin time (PT), Partial
thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, deradasi fibrin
dan/atau platelet )
Terapeutik :
- Pertahankan bedrest selama
perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal

35
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
5. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Manajemen Hipertermia
proses infeksi virus dengue keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
hipertermi membaik. - Identifikasi penyebab hipertemia (
Kriteria Hasil : mis. Dehidrasi, terpapar

36
Termoregulasi lingkungan panas, penggunaan
 Menggigil incubator )
 Kulit merah - Monitor suhu tubuh
 Kejang - Monitor kadar elektrolit
 Pucat - Monitor haluan urine
 Suhu tubuh - Monitor komplikasi akibat
 Tekanan darah hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis ( keringat berlebihan
)
- Lakukan pendinginan eksternal (
mis. Seliput hipotermia atau
kompres dingin di dahi, leher,
dada, abdomen, aksila )
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen jika perlu

37
Edukasi :
- Anjurkan tiring baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit intravena, jika perlu
6. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Manajemen energi
dengan kelemahan fisik keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
intoleransi aktivitas meningkat. - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Kriteria Hasil yang mengakibatkan kelelahan
Toleransi aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan
 Frekuensi nadi emosional
 Kemudahan dalam - Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas sehari- - Monitor lokasi dan
hari ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus ( mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempay

38
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawatb
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan

39
2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu

pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah

kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam

rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

2.2.5 Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua

jenis yaitu :

a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan

dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam

metode evaluasi ini menggunakan SOAP.

40
41

Anda mungkin juga menyukai