Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MALARIA

DISUSUN OLEH : A. TAUFIK AKBAR


NPM : 2020206203433P

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


PROGRAM ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

Malaria 1. Pengertian

Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang

disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke

manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik, 2008).

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh

plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya

bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa

demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009).

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan

oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).

2. Anatomi Fisiologi

Gambar Morfologi stadium-stadium plasmodium vivax didalam


darah.
Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada

dalam ruang vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar

sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya

membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari

jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari

saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormone dan materi-

materi pembekuan darah (Tarwoto, 2008).

a. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)

1) Warna

Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang

berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena

berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding

dengan darah arteri.

2) Viskositas

Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu

sekitar 1.048 sampai 1.066.

3) pH

pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral

7.00).

4) Volume

Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,

atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.


5) Komposisi

a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian

besar terdiri dari air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil

metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor

pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-protein

dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin,

alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin),

fibrinogen, protombine dan protein esensien untuk koagulasi.

Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk

mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma

globulin juga mengandung antibody (immunoglobulin)

seperti IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE untuk mempertahankan

tubuh terhadap mikroorganisme.

b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%,

terdiri atas eritrositatau sel darah merah (SDM) atau red

blood cell (RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau

white blood cell (WBC), dan trombositplatelet. Sel darah

merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%)

sedangkan sel darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih

terdiri dari basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit.

b. Struktur sel darah

1) Sel darah merah

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter

sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian


tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang

sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi oksigen,

karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel.

Sel darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin

(terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan

globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa

dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6 –

phosphate dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira

95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat

oksigen dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan

metabolisme. Kadar normal hemoglobin tergantung usia dan jenis

kelamin. Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang

terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada

laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M

Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin pada sel darah

merah 32g/dl.

2) Sel darah putih

Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-

3
10000 sel/mm . Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yang

bergranulosit dan yang agranulosit.

3) Trombosit

Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan

diameter 2-5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti

banyak megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada


keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/mL

darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira-

kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang

penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh

darah serta memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak.

Trombosit diproduksi di sumsum tulang kemudian sekitar 80%

beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam limpa

sebagai cadangan.

c. Hemopoisis (hematopoisis)

Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah.

Organ-organ yang penting dalam hemopoisis adalah:

1) Limpa

Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung.

Tersusun atas 3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan

marginal pulp, yang semua berperan dalam keseimbangan

pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama pembentukan

darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua

dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan

cara memecah hemoglobin.

2) Hati

Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama

jika produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal.

Hati merupakan tempat utama produksi dari faktor pembekuan


darah dan protrombin, menghasilkan empedu, mengaktifkan

vitamin k .

Gambar Limpa dan hati

d. Fungsi darah

1) Transport internal

Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi

metabolisme.

a) Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh

hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma, kemudian

terjadi pertukaran gas di paru-paru.


b) Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian

dibawa dalam plasma kehati dan jaringan-jaringan lain yang

digunakan untuk metabolisme.

c) Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar

melalui ginjal.

d) Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa

dan juga berperan dalam hemoestasis.

e) Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya

mempunyai efek dalam mengaktivitas metabolisme sel,

dibawa dalam plasma.

2) Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan

fungsi dari sel darah putih.

3) Proteksi terhadap cedera dan perdarahan

Proteksi terdahap respon peradangan local terhadapcedera

jaringan. Pencegahan perdarahanmerupakan fungsi dari trombosit

karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada dalam

plasma.

4) Mempertahankam temperatur tubuh

Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil

metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas

(Tarwoto, 2008).

3. Etiologi

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada

manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami


pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual

terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2009).

Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang

mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai

hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif.

Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi

medik, yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna)

menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria

berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax penyebab malaria

tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.

Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali

dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat (Muslim, 2009).

Gambar 2.3: Tanda-tanda nyamuk malariabila hinggap/menggigit


letak kepala lebih rendah dibanding badannya (menungging).

Terdapat empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu

Plasmodium falcifarum, yang paling banyak menimbulkan kematian,


Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Ciri

khas morfologi plasmodium pada hapusan darah adalah sebagai berikut :

Plasmodium falcifarum : gametosit berbentuk pisang; Plasmodium vivax :

trofozoit berbentuk amuboid dengan sel darah merah yang terinfeksi

membesar ukurannya; Plasmodium ovale : sel darah merah yang terinfeksi

bentuknya tidak teratur dan bergerigi; Plasmodium malariae : trofozoit

dewasa berbentuk pita (band-form) (Soedarto, 2009).

Gambar 2.4 Sedian darah tepi sedian hapus tipis pada masing-masing
parasit plasmodium.
Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti

orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena

kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal.

Metode penularan lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi

pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril.

Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah.

Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi

siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang

memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).

4. Manifestasi klinis

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia

dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing

plasmodium (tabel 1). Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya

demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala, merasa dingin di

punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu

makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin.

Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale,

sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae keluhan prodromal tidak

jelas bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal

secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil,

penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada

saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,

diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas :


penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa

jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat :

penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa

sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax,

pada plasmodium falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun

tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada plasmodium

falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada

plasmodium malariae.

Tabel 2.1 Manifestasi klinis infeksi plasmodium


Masa Tipe
Plasmodium inkubasi panas Relaps Recru Manifestasi klinis
densi
(hari) (jam)
Falcifarum 12 (9-14) 24,36,48 - + Gejala
gastrointestinal ,
hemolisis, anemia,
ikterus,
splenomegali,
hepatomegali,
hemoglobinuria,
algid malaria, gejala
serebral, edema
paru, hipoglikemia,
gangguan
kehamilan, kematian

Vivax 13(12-17) 48 + - Gejala


gastrointestinal,
gangguan
kehamilan, anemia,
splenomegali.

Ovale 17(16-18) 48 + - Gejala


gastrointestinal,
anemia,
splenomegali.
Malariae 28(18-40) 72 - + Gejala
gastrointestinal,
Sindroma nefrotik,
splenomegali,
anemia jarang
terjadi.

Keterangan :

Masa inkubasi : Masa antara masuknya sporozoit ke dalam tubuh

hospes sampai timbulnya gejala demam.

Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia

yang lebih lama dari waktu diantara serangan

periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode

yang lama dari masa latent (sampai lima tahun),

biasanya karena infeksi tidak sembuh atau oleh

bentuk luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau

ovale (plasmodium berdiam dalam hati : hipnozoit).

Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan

mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari

dingin/menggigil, panas dan berkeringat. Serangan

paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung

dari perbanyakan parasit dan keadaan immunitas

penderita.

Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia

selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi

diantara dua keadaaan paroksimal.


Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam

masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer.

Recrudescense dapat terjadi berupa berulangnya gejala

klinik sesudah periode laten dari serangan primer

(Harijanto, 2009).

5) Patofisiologi

Gambar Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.

Parasit malaria dalam siklus hidupnya membutuhkan dua hospes.

Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi


1 2
sporozoit ke dalam tubuh manusia . Sporozoit menginfeksi sel hati ,
3
berkembang biak menjadi skizon . Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit

4
(p. Vivax, dan p.ovale memiliki stadium dorman . (hipnozoit) berdiam
dalam hati dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam
darah beberapa minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak
A
diri dalam hati ini (exo-erythrocytic schizogony) . Selanjutnya parasit
memasuki perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic
B 4
schizogony) . Merozoit mengifeksi sel darah merah . Stadium ring,
trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan
5
merozoit . Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual

6
erythrocytic (gametosit) . Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala
klinis penyakit ini. Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina
(makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui
7
darah yang terhisap . Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri
C
dengan cara sporogonic cycle . Di dalam tubuh nyamuk, mikrogamet
8
melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigot . Zigot
9
bergerak dan memanjang (ookinet) . Keluar dari dinding lambung nyamuk
10
untuk berkembang menjadi ookista . Ookista tumbuh, matang dan
11
mengeluarkan sporozoit . Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar

liur nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan


1
kembali melangsungkan siklus hidupnya (Muslim, 2009).

6. Komplikasi

Menurut Widoyono (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada

penyakit malaria sebagai berikut :

a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan

kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan bardasarkan Skala

Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa

GCS ≤11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale≤3,


atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan

oleh penyakit lain.

b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan

hitung parasit >10.000/uL. Bila anemia hipokromik mikrositik, harus

dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau

hemoglobinopati lainnya.

c. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa atau <1

mL/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin

darah meningkat>3 mg%).

d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).

e. Hipoglikemia : gula darah <40 mg%.

f. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg, disertai

keringat dingin.

g. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau

disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.

h. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada

hipertermia.

i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L).

j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan

karena obat antimalaria pada seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-

Posfat Dehidrogenase)(Widoyono, 2008).


7. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut

teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan

darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya

parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat

jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P.

malariae, P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan

parasitnya.

Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi-

kuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung

parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian sebagai

berikut:

(-) : SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

( : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

( : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB) (+++

+) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr

tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr

tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.

b. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)

Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah

dengan cara imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes


ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat

diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.

c. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan

sensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun

jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat

mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat

dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental

dan belum untuk pemeriksaan rutin.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum

penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan

pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta

pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi

pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi

(Widoyono, 2008).

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dan suhu).

2) Cairan dan elektrolit

Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam

penanganan malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari

apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang


tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut.

Sebaliknya pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan

udema paru. Cairan yang biasa digunakan adalah dextrose 5%

untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina.

Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium), dipertimbangkan

pemberian NaCl bila diperlukan.

3) Nutrisi

Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak.

Diit lunak yang diberikan mengandung protein, energy dan zat

gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah

dicerna , rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam.

4) Eliminasi

Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan

eliminasi tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK

yaitu hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.

5) Aktifitas dan istirahat

Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas

yang dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.

6) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.

7) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres

alcohol dan air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.

b. Penatalaksanaan non medis

1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.

2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.


3) Menggunakan pembasmi serangga.

4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat

tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.

5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi

tidak menyebar lebih jauh.

6) Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan

memberantas sarang nyamuk.

7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian

yang bergantungan serta genangan air.

8) Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau

menebarkan ikan pemakan jentik.

9) Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa

sepanjang pantai (Irianto, 2011)

c. Penatalaksanaan medis

Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit

malaria terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima

golongan, yaitu :

1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat

membasmi parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya

parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.

2) Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat

membasmiparasit daur eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan

plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan

radikal infeksi ini bagi anti relaps.


3) Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan

penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai

penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.

Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium

seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida darah

yang ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan

yang efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.

4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual,

termasuk stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga

mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk

Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat

sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat

spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah

gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan malariae.

5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam

darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk

Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan

disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk

dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.

Obat-obat malaria yang terdaftar di Dit. Jen. Pom dan memenuhi

standar untuk program pemberantasan penyakit malaria Dep. Kes.

Adalah klorokuin, S-P, kina, primakuin dan beberapa antibiotika yang

beredar diindonesia. Obat baru halofantrin, artemisin (qinghaosu) dan

28
derivatnya: artemeter, artesunat, arte-ater, pironaridin, atovakuan,

yinghausu (arteflen) (Safar Rosdiana, 2009).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi

dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan

respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap

gangguan kesehatan yang dialami, baik, aktual, maupun potensial. Proses

keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga kebutuhan dasar

klien dapat teratasi. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu :

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Deswani,

2009).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan

landasan proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang

cermat guna mengenal masalah klien sepertimengumpulkan semua

informasi yang bersangkutan dengan masa lalu dan saat ini, data objektif

dan subjektif dari klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau budaya.

Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan

ketelitian dalam pengkajian (Deswani, 2009). Pengkajian :

a. Identitas pasien

29
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat

serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh

seorang yang tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.

b. Data riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji :

demam yang hilang timbul, menurunnya nafsu makan, sakit

kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi dan

tulang, berkeringat.

2) Riwayat kesehatan yang lalu

Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien

pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat

malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah

endemik.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami

penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam

keluarga.

4) Riwayat kebiasaan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus

menerus, sering juga muntah darah.


b) Pola eliminasi

BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti

teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak

keluar air kencing sama sekali.

BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.

c) Pola istirahat dan tidur

Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan

istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual,

muntah dan demam menggigil.

d) Pola aktivitas

Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau

kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien

mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.

e) Personal hygiene

Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria

masih cukup baik dan bersih.

c. Pemeriksaan Fisik

(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

1) Keadaan umum

Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan

kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot


2) Tanda-tandavital

0 0
Pasien mengalami demam 37,5 C - 40 C, penurunan tekanan
darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas
meningkat.

3) Pemeriksaan fisik

a) Pernapasan

Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada

simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas

luka.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler.

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak

benjolan dan nyeri tekan.

Perkusi : Resonan.

b) Pencernaan

Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen

simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak

pembesaran hepar atau limfa.

Perkusi: Timpani

c) Penglihatan

Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.

Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.

d) Pengecapan : Mulut terasa pahit

32
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran

f) Kardiovaskuler

Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.

Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.

Perkusi : Redup pada bagian jantung.

Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.

g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti

teh.

h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.

i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.

j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.

d. Riwayat Psikologis dan Spiritual

1) Psikologi

Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di

alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari

orang - orang terdekat pasien.

2) Spiritual

Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan

sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan

pasien.

e. Pemeriksaan penunjang

1) USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran limpa

33
2) Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati

dan limpa.

3) Laboratorium

a) Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000


3
mm )

b) Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria


3
berat (n : 150.000-400.000 sel/mm )

c) Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)

d) Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)

e) Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).


Analisa data

Tabel Analisa Data


No Data focus Masalah
1 Ds : Klien mengeluh kepala terasa pusing Perubahan perfusi
Do :
jaringan
 TTV : Tensi darah hipotensi, nadi cepat
 Terdapat sianosis
 Akral dingin
 Kulit pucat
 Klien tampak gelisah
 Hb dibawah normal
 Conjungtiva anemis
 Mukosa bibir tampak kering
 Hasil pemeriksaan DDR (+)

2 Ds : klien mengatakan bahwa klien tidak nafsu Resiko

makan dan perutnya mual,dan pernah muntah ketidakseimbangan


>1x
nutrisi kurang dari
Do :
 Porsi makan yang dihabiskan terlihat kebutuhan
hanya 3 sendok makan
 Keadaan umum tampak lemah
 BB klien di bawah normal/biasanya
 Tinggi badan tidak seimbang dengan BB
 Klien tampak pucat
 Mukosa bibir tampakk kering

3 Ds : Klien mengatakan merasa mual, dan Aktual/resiko tinggi

muntah > 3x, tidak ada keinginan untuk minum. gangguan elektrolit

Do :
 TTV : TD : hipotensi, nadi : takikardi,
0
suhu >38 C.
 Tugor kulit tidak elastis
 Haluaran urin tidak adekuat
 Intake dan output tidak seimbang
 Membran mukosa kering

4 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa panas, Hipertermi panas


yang dirasakan hilang timbul.
Do :
 Pada palpasi klien teraba panas
0
 Suhu >37 C
 Hasil pemerikasaan DDR (+)
 Klien tampak gelisah
 Mukosa bibir tampak kering

5 Ds : klien mengatakan tubuhnya terasa lemas Gangguan aktifitas


Do :
 Klien tampak lemah
 Aktivitas klien hanya ditempat tidur
 Semua kebutuhan klien dibantu oleh
keluarga dan perawat
 Kekuatan otot

<4444 <4444
<4444 <4444

6 Ds : klien mengeluh tubuhnya terasa nyeri pada Nyeri dan

persendian tulang dan juga otot, tubuh terasa ketidaknyamanan


pegal-pegal.
Do :
 Klien tampak meringis kesakitan
 Klien tampak gelisah
 Sakala nyeri (1-5)= <2

7 Ds : klien dan keluarga mengatakan tidak tahu Resiko penularan

tentang apa penyakit malaria dan cara penularan penyakit malaria.


penyakit malaria.
Do :

 Keluarga dan klien tidak menjawab


ketika ditanya tentang cara penularan
penyakit malaria dan hanya
mengelengkan kepala.

 Keluarga dan klien tidak mengetahui


cara pencegahan malaria.

 Keluarga bertanya tentang apa penyakit


yang di derita keluarganya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakan

diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir

kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam

medik, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Deswani, 2009).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari

tanda dan gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam

tubuh.
b. Aktual/resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,

mual/muntah.

c. Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis

osmotik, diaforesis.

d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek

langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

f. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi

sistemik, mialgia, artralgia.

g. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan

pola hidup.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh

perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang

diharapkan (Deswani, 2009)

Terhadap perencanaan meliputi :

a. Menentukan proritas masalah

Menentukan prioritas masalah menurut maslow memberikan

kerangka kerja yang berguna dalam menentukan masalah prioritas,

dengan prioritas utama diberikan pada kebutuhan fisik diikuti oleh

kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah. Tahap prioritas masalah


menurut maslow adalah meliputi : kebutuhan fisiologi, kebutuhan

rasa aman dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan mencintai,

kebutuhan harga diri, dman kebutuhan pencapaian tujuan pribadi

(Deswani, 2009)

Prioritas keperawatan untuk pasien dengan diagnosa malaria

dapat meliputi :

1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen

dan nutrient dalam tubuh.

2) Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan

diuresis osmotik, diaforesis.

3) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek

langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

4) Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,

mual/muntah.

5) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons

inflamasi sistemik, mialgia, artralgia.

6) Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

7) Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan

dan pola hidup.


b. Menetapkan intervensi keperawatan

1) Menetapkan tujuan

Tujuan keperawatan ditulis berdasarkan pada standar

perawatan dan merupakan tujuan dalam mengatasi masalah klien.

2) Menetapkan kriteria hasil

Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang di terapkan

pada standar, maka dibuatlah kriteria hasil. Kriteria hasil

ditegakkan untuk masing-masing masalah klien sesuai dengan

rencana tindakan yang disusun (Doengoes, 2000).

Adapun perencanaan keperawatan yang dapat diisusun pada

klien dengan malaria menurut Muttaqin (2011) ialah :

Tabel Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Perubahan perfusi Tujuan : setelah 1. Memeriksa 1. Memantau
jaringan dilakukan tanda-tanda perkembangan
berhubungan dengan perawatan dalam vital tekanan darah
penurunan waktu dan perubahan
komponen 4x24jamtidak pada tekanan
seluler yang di terjadipenurunan nadi. Hipotensi
perlukan untuk tingkat kesadaran akan berkembang
pengiriman oksigen Dan dapat bersamaan
dan nutrient dalam mempertahankan dengan kuman
tubuh. cardiac output yang menyerang
secara adekuat darah.
guna 2. Catat adanya 2. Keluhan pusing
meningkatkan keluhan merupakan
perfusi jaringan. pusing. manifestasi
penurunan
Kriteria hasil : suplai darah ke
 Tanda-tanda jaringan otak.
vital normal 3. Kurangi 3. Respons
 Klien tidak aktivitas yang valsava akan
mengeluh merangsang meningkatkan
pusing timbulnya beban jantung
 Klien tidak respons sehingga akan
gelisah valsava/aktivit menurunkan
 Tidak terdapat as. curah jantung

sianosis ke otak.

 Kulit segar 4. Tingkatkan 4. Menurunkan

 Hemoglobin tirah baring. beban kerja

normal miokard dan


konsumsi
 Akral hangat
oksigen,
 Conjungtiva
memaksimalkan
ananemis
efektifitas dari
 Mukosa bibir
perfusi jaringan.
tampak
lembab
5. Observasi 5. Bukti aktual
 Hasil
perubahan terhadap
pemeriksaan
sensori dan penurunan
DDR (-)
tingkat aliran darah ke
kesadaran jaringan
pasien yang serebral adalah
menunjukan adanya
penurunan perubahan
perfusi otak respons sensori
(gelisah, dan penurunan
confuse/bingu tingkat
ng, apatis, kesadaran pada
somnolen) fase akut.
Adanya
kegagalan harus
dilakukan
monitoring
ketat.

6. Kolaborasi 6. Jalur yang paten


Pemberian penting untuk
transfusi darah pemenuhan lisis
PRC (packed darah sebagai
red cells). intervensi
kedaruratan

2 Aktual/risiko tinggi Tujuan : setelah 1. Ukur/ catat 1. Penurunan


gangguan elektrolit dilakukan haluaran urine haluaran urin
berhubungan perawatan dalam dan catat akan
dengan diuresis waktu 4x24jam intake-output menyebabkan
osmotik, diaforesis. tidak terjadi pasien. hipovolemi.
hiponatremi dan
hipokalemi atau 2. Observasi 2. Hipotensi,
kondisi tanda–tanda takikardi atau
hiponatremi dan vital. demam dapat
hipokalemi. menunjukan
respon terhadap
Kriteria hasil : atau efek
 TTV dalam kehilangan
batas normal cairan
 Turgor kulit 3. Palpasi 3. Denyut yang
elastis denyut nadi lemah mudah
 Haluaran urin perifer. hilang dan dapat
adekuat menyebabkan
 Intake dan hipovolemi.
output seimbang 4. Anjur klien 4. Dengan banyak
 Membran banyak minum dapat
mukosa lembab minum lebih menggantikan
 Klien tidak kurang 2000- cairan yang
mengeluh mual 3000 cc/hari. hilang.
dan muntah 5. Observasi 5. Menunjukan
turgor kulit kehilangan
dan membran cairan/
mukosa dehidrasi.
6. Kolaborasi 6. Mencegah
pemberian terjadinya
cairan kekurangan
parenteral. cairan dan
elektrolit serta
menggantikan
cairan tubuh
yang hilang.
7. Kolaborasi 7. Antipiretik:
untuk mengontrol
pemberian demam,
obat sesuai menurunkan
indikasi kehilangan
seperti cairan tidak
antipiretik, terlihat. Anti
antiemetik, emetik: untuk
dan elektrolit. mengurangi
mual dan
muntah.
Elektrolit:
menggantikan
elektrolit yang
hilang.
3 Hipertermi Tujuan :Setelah 1. Evaluasi TTV 1. Sebagai
berhubungan dengan dilakukan pada setiap pengawasan
peningkatan perawatan dalam pergantiann sif terhadap adanya
metabolisme, waktu atau setiap ada perubahan
dehidrasi, 4x24jamterjadi keluhan dari keadaan umum
efek langsung penurunan suhu klien. klien sehingga
sirkulasi kuman tubuh dan panas dapat dilakukan
pada hipotalamus. tidak berulang. penanganan dan
perawatan
Kriteria hasil : secara cepat dan
 Pada palpasi tepat.
tubuh teraba 2. Anjurkan klien 2. Dengan baju
tidak panas untuk yang tipis dan
 Suhu tubuh memakaikan menyerap
normal pakaian yang keringat
 Mukosa bibir tipis dan dapat diharapkan klien
lembab menyerap tidak gerah dan
 DDR (-) keringat. panas tubuh

 Klien tidak akan turun.

gelisah 3. Anjurkan 3. Pemberian

 Klien mampu memberikan selimut

menjelaskan selimut bila digunakan untuk

kembali menggigil. mengurangi

pendidikan ketidak

kesehatan nyamanan pada

yang saat demam dan

diberikan. menggigil
sebagai respon
 Klien mampu
sekunder dari
termotivasi
hipertermi.
untuk
melaksanakan 4. Beri kompres 4. Terjadi
penjelasan dengan air vasodilatasi
yang telah hangat - pembuluh darah,
diberikan. hangat kuku sehingga terjadi
pada aksila, penguapan
lipat paha, dan (evaporasi).
temporal bila
terjadi panas.
5. Berikan klien 5. Dengan banyak
banyak minum minum dapat
2000-3000 menggantikan
cc/hari. cairan yang
hilang.
6. Kolaborasi 6. Pemberian
untuk cairan infus
pemberian dapat mencegah
cairan infus. terjadinya
kekurangan
cairan serta
untuk mengganti
cairang tubuh
yang hilang.
7. Kolaborasi 7. Anti piretik
untuk dapat
pemberian merangsang
antipiretik, hipotalamus
anti malaria, untuk
dan antii menurunkan
biotik. suhu tubuh,
pemberian anti
malaria dapat
membunuh
parasit/plasmodi
um penyebab
malaria,
antibiotik untuk
mengatasi
infeksi.
8. Atur 8. Kondisi ruang
lingkungan kamar yang
yang tidak panas,
konduksif. tidak bising, dan
sedikit
pengunjung
memberi
efektivitas
terhadap proses
penyembuhan.
4 Ketidakseimbangan Tujuan : Setelah 1. Kaji 1. Tingkat

nutrisi kurang dari dilakukan pengetahuan pengetahuan

kebutuhan tubuh perawatan dalam klien tentang dipengaruhi

berhubungan dengan waktu 5x24jam intake nutrisi. oleh kondisi

intake yang tidak klien dapat sosial ekonomi

dekuat: anorexia, mempertahankan klien. Perawat

mual/muntah. kebutuhan nutrisi mengunakan

yang adekuat. pendekatan

yang sesuai

Kriteria hasil : dengan kondisi

 Berat badan individu klien.

klien Dengan
normalseimban mengetahui

g dengan tinggi tingkat

badan pengetahuan

 Klien mampu tersebut,

menghabiskan perawat dapat

porsi makan lebih terarah

yang disajikan dalam

 Keadaan umum memberikan

klien membaik pendidikan

 Mual, muntah yang sesuai

berkurang dengan

 Mukosa bibir pengetahuan

tampak lembab klien secara

efisien dan

efektif.

2. Untuk

2. Anjurkan klien mengurangi

agar makan perasaan pahit

makanan pada lidah.

dalam keadaan 3. Untuk

hangat. mengurangi

3. Anjurkan klien perasaan tegang

untuk makan pada lambung

makanan lunak sehingga tidak


dalam porsi terjadi mual dan

kecil tapi muntah.

sering 4. Dapat

meningkatkkan

masukan

4. Diskusikan makanan klien.

makanan yang

disukai klien

dan masukan 5. Anti emetik

dalam diet dapat

murni. mengurangi

mual dan

5. Kolaborasi muntah.

pemberian 6. Penimbangan

obat anti berat badan

emetik. dilakukan

sebagai evaluasi

terhadap

6. Monitor intervensi yang

perkembangan diberikan.

berat badan.

5 Nyeri dan Tujuan : Setelah 1. Jelaskan dan 1. Pendekatan

ketidaknyamanan dilakukan bantu klien dengan

berhubungan perawatan dalam dengan menggunakan


dengan respons Waktu tindakan relaksasi dan

inflamasi 4x24jamterjadi pereda nyeri nonfarmakologi

sistemik, Penurunan nonfarmakolo lainya telah

mialgia, keluhan nyeri dan gi dan menunjukan

artralgia. ketidaknyamanan. noninvasif. keefektifan

dalam

Kriteria hasil : mengurangi

 Secara nyeri.

subjektif 2. Istirahatkan 2. Istirahat secara

melaporkan klien pada saat fisiologis akan

nyeri berkurang nyeri muncul menurunkan

atau dapat kebutuhan

diadaptasi oksigen yang

 Skala nyeri 0-1 diperlukan untuk

(1-4). Dapat memenuhi

mengidentifika kebutuhan

si aktivitas metabolisme

yang basal.

meningkatkan 3. Ajarkan teknik 3. Meningkatkan

atau relaksasi intake oksigen

menurunkan pernafasan sehingga akan

nyeri dalam pada menurunkan

 Klien tidak saat nyeri nyeri sekunder

gelisah muncul. dari iskemia


spina.

4. Manajemen 4. Lingkungan

lingkungan, yang tenang

Lingkungan akan

yang tenang, menurunkan

batasi stimulus nyeri

pengunjung, eksternal dan

istirahatkan pembatasan

klien. pengunjung

akan membantu

meningkatkan

kondisi oksigen

ruangan yang

akan berkurang

apabila banyak

pengunjung

yang berada di

ruangan.

Istirahat

akan.menurunk

an kebutuhan

oksigen

jaringan perifer.

5. Tingkatkan 5. Pengetahuan
pengetahuan mengenai hal

tentang sebab- yang akan di

sebab nyeri. rasakan

membantu

mengurangi

nyerinya dan

dapat

membantu

mengembangka

n kepatuhan

klien terhadap

rencana

terapeutik.

6 Gangguan aktivitas Tujuan : Setelah 1. Observasi 1. Untuk

berhubungan dengan dilakukan respons klien mengidentifikasi

kelemahan fisik. perawatan dalam terhadap indikasi

5x24jamklien aktivitas. kemajuan atau

dapat melakukan penyimpangan

aktivitas sesuai dari hasil yang

dengan diharapkan.

kemampuan. 2. Awasi tanda – 2. Agar

tanda vital mengetahui

Kriteria hasil : selama dan perubahan

 Klien mampu sesudah kelemahan dan


melakukan aktivitas. kekuatan pada

aktivitas sendiri pasien.

 Badan 3. Tingkatkan 3. Tirah baring

klien tidak tirah baring. meningkatkan

lemah lagi dan istirahat dan

kekuatan otot ketenangan klien

membaik serta

 Tanda- menyediakan

tanda vital energi yang


dalam batas digunakan untuk
normal
penyembuhan.

4. Atur posisi 4. Agar klien bisa

pasien beristirahat dan

senyaman memulihkan

mungkin kesehatan.

5. Berikan 5. Membantu klien

bantuan dalam bila perlu, untuk

aktivitas meninggkatkan

sehari-hari bila kepercayaan diri

perlu. bila klien dapat

melakukan

aktivitas sendiri.

6. Membangun

6. Libatkan hubungan yang


keluarga kooperatif antara

dalam perawat dan

pemenuhan keluaraga.

kebutuhan

klien.

7 Resiko penularan Tujuan : Setelah 1. Beri 1. Klien dan

penyakit malaria dilakukan penjelasan keluarga dapat

berhubungan dengan perawatan dalam tentang apa menjelaskan

kurang pengetahuan waktu 3x24jam itu penyakit kembali dan

tentang penyakit penularan malaria, cara menentukan

malaria, kebersihan penyakit malaria penularan pencegahan

lingkungan dan pola tidak terjadi. penyakit penyakit

hidup. malaria dan malaria secara

Kriteria hasil : pencegahanya dini.

 Klien dan 2. Anjurkan 2. Dengan

keluarga dapat keluarga dan lingkungan

Menjelaskan klien untuk yang bersih dan

kembali apa memelihara nyaman

itu penyakit dan nyamuk tidak

malaria dan meningkatkan akan

cara penularan kebersihan berkembang

penyakit diri dan biak.

malaria. lingkunganya.
3. Anjurkan 3. Akan mencegah

 Klien dan klien dan terjadi

Keluarga keluarga penularan.

dapat untuk

menyebutkan membasmi

cara sarang

pencegahan nyamuk atau

malaria. tempat

berkembang

biak nyamuk.
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama :Ny. T

Umur :46 Tahun

Jenis Kelamin :Perempuan

Pendidikan :SMA/FARMASI

Agama :Islam

Alamat :Lapodi

No. RM :568642

Ruangan : Ruang Interna

Tanggal masuk :17 maret 2019

Tanggal pengkajian :18 Maret 2019, pukul 10.00 WIB

Diagnosa medis : Malaria

Identitas Penanggung Jawab

Nama :Tn M

Umur :48 Tahun

Jenis Kelamin :Laki-laki

Pendidikan :SMA

Agama :Islam

Alamat :Lapodi
Hubungan dengan Keluarga : Suami

2. Keluhan utama

a. Riwayat kesehatan Sekarang

Klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD PWAY

DENTE TULANG BAWANG pada tanggal 17 Maret 2019

pukul 10.00 WIB dengan keluhan demam dirasakan sejak 1

minggu yang lalu, keluhan menggigil baru dirasakan sejak

kemarin (16 Maret 2019), merasa mual, muntah satu kali,

tubuh terasa panas, sering berkeringat, kepala pusing, seluruh

tubuh dirasakan sakit dan pegal-pegal. Tiga hari yang lalu

klien sudah minum obat yang di beli di warung yaitu

paracetamol guna menurunkan panas tetapi tidak ada

perubahan. Tanda tanda vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 86

x/menit, Pernafasan
0
: 22 x/menit, Suhu : 38 C, Berat badan : 49 kg, Tinggi badan :

155 cm.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18/03/2019

pukul 10.00 WIB, keadaan umum klien masih tampak lemah,

mukosa bibir terlihat kering, conjungtiva anemis, klien

mengeluh terasa nyeri pada daerah persendian tulang dan juga

otot, skala nyeri 3 (1-5), tubuh terasa pegal-pegal, merasa

mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu

makan, sakit kepala, panas pada tubuh sering dirasakan hilang

timbul dan sering berkeringat, keluhan menggigil sudah

berkurang tidak seperti pada saat pertama masuk. Klien juga


mengeluh bahwa hasil labornya haemoglobin rendah yaitu 7,5

gr/dl menurut saran dokter untuk tranfusi darah 3 kantong,

untuk menormalkan Hb. Klien tampak pucat, akral teraba

dingin, ekstremitas atas terpasang infus dan sedang dilakukan

transfusi. Tanda vital : TD :110/70 mmHg, Nadi : 90 X/menit,


0
Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 37 C.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Sebelumnya klien pernah mengalami demam seperti

sekarang ini dengan diagnosa yang sama yaitu Malaria pada

dua tahun yang lalu dan dirawat selama 3 hari di ruang Ruang

Interna RSUD WAY DENTE TULANG BAWANG. Riwayat

operasi caesaria : 1 (satu) kali karena melahiran kembar pada

tahun 2003.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga Ny. T terdapat keluarga yang pernah

mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan

anak kedua.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 90 x/menit
Suhu : 370C

Pernapasan : 22 x/menit

a. Kepala :

1) Rambut :

Inspeksi : Distribusi rambut merata, warna rambut hitam,

kulit kepala terlihat bersih, terlihat banyak

rambut yang gugur pada bantal tempat tidur

klien.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

2) Mata :

Inspeksi : Fungsi penglihatan kurang klien menggunakan

kacamatan, letak simentris, sklera anikterik,

conjungtiva anemis, sekret tidak ada, pupil

isokor, reflek cahaya positif.

3) Telinga :

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan

serumen, tidak ada penumpukan serumen, tidak

ada gangguan pendengaran.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

4) Hidung :

Inspeksi : Bentuk simetris, klien mampu membedakan bau-

bauan,mukosa kering, benjolan tidak ada,


polip tidak ada, tidak ada tanda-tanda

peradangan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

5) Mulut :

Inspeksi : Mukosa bibir terlihat kering, lidah terlihat kotor,

tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa

pahit, tidak ada karies.

b. Leher :

Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

c. Thorak

Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada benjolanatau bekas luka operasi,

tidak ada alat bantu pernafasan.

Auskultasi : Irama jantung teratur, bunyi jantung 1 normal, bunyi

jantung II normal, bunyi nafas vesikuler, tidak ada

wheezing, tidak ada ronchi.

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi :Redup, resonan pada lapang paru.

d. Abdomen :

Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas

luka operasi.

Auskultasi : Bising usus 12 x/menit.


Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran

hepar atau limpa.

Perkusi : Timpani.

e. Ekstermitas :

Atas :Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri

terpasang infus dan sedang transfusi darah.

Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang

menggerakan kakinya karena masih merasa lemah.

Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah :

4444 4444

4444 4444

4. Data Psikologi :

Saat dikaji ekspresi wajah klien terlihat cemas terhadap

penyakit yang dialami, dan klien berharap cepat sembuh.

5. Data Sosial Ekonomi

Klien adalah seorang wanita karier yang bekerja di balai

POM dikarenakan klien sedang sakit perkerjaan klien jadi terganggu

dan klien tidak dapat masuk kerja.Klien mengatakan kebiasaan

sehari-hari klien sebelum tidur klien menggunakan obat seprot

nyamuk, klien tidur tidak menggunakan kelambu, klien mengatakan

pada ventilasi rumah tidak terpasang kawat kasa, klien juga tidak

memiliki kandang ternak, klien tinggal pada wilayah pemukiman

yang padat,tidak terdapat genangan air pada sekitar rumah klien,

namun hanya terdapat selokan didepan rumah namun telah ditutup


dengan semen dan hanya terbuka sedikit, klien mengatakan keadaan

sekitar lingkungan rumahnya kurang bersih karena klien sibuk

dengan pekerjaan dan mengurus anak-anaknya sehingga tidak terlalu

memperhatikan keadaan rumah.

6. Data Spiritual

Kepercayaan yang dianut klien adalah agama islam, klien

rajin beribadah sewaktu dirumah namun selama dirumah sakit klien

tidak melakukan ibadah seperti : sholat dikarenakan fisiknya lemah.

Bagi klien sakit yang dideritanya adalah cobaan yang diberikan oleh

ALLAH SWT dan pasti akan ada hikmahnya di kemudian hari.

7. Data penunjang : tanggal 17 Maret 2019, pukul 10.30 WITA.

Tabel Data Penunjang


Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi :
Hemaktokrit L 23 % 40– 54
Haemoglobin L 7,5 Gr/dl 12.0– 16.0
^
Leokosit H 17,4 10 3/µl 4.0 – 10.0
µ
Trombosit 320.000 Sel/mm 3 150.000– 400.000

Malaria/DDR :
Plasmodium (+) Positif (-) Negatif
vivax
Kimia klinik :
Ureum serum 29.0 Mg/dl 20 -40
Kreatinin serum 0.6 Mg/dl 0.5 -1.2

Glukosa sewaktu :
Glukosa sewaktu H 167 Mg/dl 70 – 120
8. Penatalaksanaan Medis :

Tabel Penatalaksanaan Medis


Terapi tanggal 17 /3/ 2019 Terapi tanggal 18/03/2019

Intra vena : Intra vena :


Infus RL 20 tts/menit Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit D5% 20 tts/menit
Ondan sentron 1 x 1 Transfusi 1 k
Ranitidin 2 x 1 Pre transfusi :
Cefotaxime 2 x 1 6) NaCl
Obat oral : 7) Dexamethasone
Paracetamol 3 x 1 8) Dhipinehidramine
Dexanta sirup 3 x 1 Cefotaxime 2 x 1
Neorodex 2 x 1 Obat oral :
Vometa 3 x 1 Malarex (4) – (4) – 2
Omeparazole 1 x 1 Dexanta sirup 3x1
Malarex (4) – 4 – 2 Vometa 3x1
Neorodex 2 x 1
Omeparazole 1 x 1
Paracetamol 3 x 1

Terapi tanggal 19 /3/ 2019 Terapi tanggal 20/03/2019

Intra vena : Intra vena :


Infus RL 20 tts/menit Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit D5% 20 tts/menit
Transfusi 1 k Transfusi 1 k
Pre transfusi : Pre transfusi :
9) NaCl 12) NaCl
10) Dexamethasone 13) Dexamethasone
11) Dhipinehidramine 14) Dhipinehidramine
Cefotaxime 2 x 1 Cefotaxime 2 x 1
Obat oral : Obat oral :
Malarex (4) – (4) – (2) Clobazam untuk malam 1 x 1
Dexanta sirup 3x1 Neorodex 2 x 1
Vometa 3x1 Omeparazole 1 x 1
Neorodex 2 x 1 Donperidon 3 x 1
Omeparazole 1 x 1 Dexanta sirup 3x1
Paracetaamol 3 x 1 Paracetamol 3x1
Terapi tanggal 21 /3/ 2019 Terapi tanggal 22 /3/ 2019

Intra vena : Intra vena :


Infus RL 20 tts/menit Infus RL 20 tts/menit
D5% 20 tts/menit D5% 20 tts/menit
Cefotaxime 2 x 1 Cefotaxime 2 x 1
Obat oral : Obat oral :
Clobazam 1 x 1 Clobazam 1x1
Neorodex 2 x 1 Neorodex 2x1
Omeparazole 1 x 1 Omeparazole 1x1
Donperidon 3 x 1 Donperidon 3x1
Scopamin 3 x 1 Scopamin 3x1
Paracetamol 3x1

9. Kebiasaan sehari – hari

Tabel 3.3 Kebiasaan sehari-hari

Kebiasaan Dirumah Dirumah sakit

Nutrisi :
A. Makan
- Pola makan 3x sehari 3 x sehari
- Porsi 1 porsi 3 sendok makan
- Jenis makanan Nasi, lauk, sayur, dan Bubur, nasi, buah, susu,
buah sayur
- Pantangan Tidak ada Makanan yg pedas
- Kesulitan Tidak ada Mual, nyeri pada uluh
B. Minum hati, lidah terasa pahit
 Jenis Air putih, sirup, dan teh Air putih, susu
 Frekuensi 1750 cc – 2000 cc /hari 1500 – 1750 cc / hari
 Kesulitan Tidak ada Mual
Eliminasi :
 Pola BAB 1 x sehari 1x sehari
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas Khas
Warna Kuning Kuning
Kesulitan Tidak ada Tidak ada

 Pola BAK
Frekuensi 4 – 5 x sehari 3 -4 x sehari
Warna Kuning Kuning
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Personal Hygiene
 Mandi 2 x sehari 2x (dilap oleh ibu
dengan air hangat).

Istirahat / tidur :
 Frekuensi 6 – 8 jam / hari 4-6 jam / hari
 Kesulitan Tidak ada Tubuh sering terasa
panas ketika malam
hari, sering berkeringat,
nyeri pada sendi tulang
dan otot, tubuh terasa
pegal-pegal sehingga
tidur menjadi
terganggu.
Pola aktivitas Klien dapat melakukan Klien mengatakan
aktivitas sendiri seperti tubuhnya lemah.
mandi, makan dan Aktivitas klien seperti
aktivitas lainya. makan, minum,
personal hygiene dan
eliminasi dibantu oleh
keluarga dan perawat.

10. Status nutrisi

BB : 49 kg

TB : 155 cm
IMT : Indeks Masa Tubuh
BB Kg
IMT : TB2 (m)

: 49 kg
2
(1,55 m)

: 49 kg
2.4025 m

: 20.4 (Normal)

Ket : <20 : Underweight

20 -25 : Normal

25 – 30 : overweight

>30 : obesitas
Analisa Data

Tabel Analisa Data

No Data focus Interprestasi data Masalah

1 Ds : Klien mengeluh Invasi parasit malaria Perubahan perfusi


kepalanya terasa jaringan
pusing. Jumlah skizon yang pecah
Do : dalam sirkulasi
 Keadaan umum : meningkat, penekanan
Lemah proses hematopoiesis, dan
 TTV : peningkatan pembersihan
Tensi darah : 110/70 sel darah di limpa
mmHg
Nadi : 90 x/menit Anemia dan hipovolemi
Pernafasan : 22 (penurunan aliran darah)
x/menit Plasmodim mencapai
0
Suhu : 37 C jaringan serebral

 Akral dingin Sumbatan kapiler


 Kulit pucat pembuluh darah otak
 Klien tambak gelisah
 Hb : 7,5 Gr/dl oedema serebri
 Conjungtiva anemis
anoksia otak
 Mukosa bibir tampak
kering
Penurunan perfusi
 Hasil pemeriksaan
jaringan
DDR (+)
2 Ds : klien mengeluh Invasi parasit malaria Hipertermi
tubuhnya terasa
panas, panas yang Jumlah skizon yang pecah
dirasakan hilang dalam sirkulasi
timbul, dan paling meningkat, penekanan
sering muncul ketika proses hematopoiesis, dan
malam hari. peningkatan pembersihan
Do : sel darah di limpa
 Tubuh klien teraba
panas
0
 Suhu 38 C Respons imflamasi
 Hasil pemerikasaan sistemik
DDR (+)
 Klien tampak gelisah Peningkatan sirkulasi
 Mukosa bibir tampak endoktoksin pada
kering hipotalamus

Perubahan regulasi
temperatur
Muncul demam

Hipertermi
3 Ds : Klien mengatakan Invasi parasit malaria Resiko
bahwa klien tidak ketidakseimbanga
nafsu makan dan Jumlah skizon yang pecah n nutrisi kurang
perutnya terasa dalam sirkulasi dari kebutuhan
mual,dan pernah meningkat, penekanan
muntah 1x, lidah proses hematopoiesis, dan
terasa pahit dan uluh peningkatan pembersihan
hati terasa nyeri. sel darah di limpa
Do :
 Porsi makan yang Respon intestinal
dihabiskan terlihat P. mencapai sirkulasi
hanya 3 sendok makan saluran cerna
 Keadaan umum
tampak lemah Pelepasan serotonin 5HT3
 BB : 49 kg ke dalam usus halus
 Tinggi badan : 155 cm
 Klien tampak pucat Saraf vagus
 Mukosa bibir tampak menyampaikan
kering rangsangan ke CTZ,
syaraf eferen dan kortek
serebral

Pusat Muntah (Postrema


medula oblongata)

Mual, muntah, anoreksia

Intake nutrisi tidak


adekuat

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan

4 Ds : klien mengeluh Invasi parasit malaria Nyeri dan


tubuhnya terasa nyeri ketidaknyamanan
pada persendian danjuga
otot tubuh terasa pegal- Jumlah skizon yang pecah
pegal. dalam sirkulasi
Do : meningkat, penekanan
 Klien tampak meringis proses hematopoiesis, dan
kesakitan peningkatan pembersihan
 Klien taampak gelisah sel darah di limpa
 Skala nyeri 3 (1-5)
Respons imflamasi
sistemik

Mialgia, arthralgia
5 Ds : Klien mengatakan Invasi parasit malaria Gangguan
tubuhnya terasa aktifitas
lemas. Jumlah skizon yang pecah
Do : dalam sirkulasi
 Klien tampak lemah meningkat, penekanan
 Aktivitas klien hanya proses hematopoiesis, dan
ditempat tidur peningkatan pembersihan
 Semua kebutuhan klien sel darah di limpa, intake
dibantu oleh keluarga yang kurang
dan perawat
 Kekuatan otot Anemia dan hipovolemi,
kekurangan energi
4444 4444
4444 4444 Respon muskuloskeletal

Kelemahan fisik umum,


malaise

Gangguan aktivitas
sehari-hari
6 Ds : Klien dan keluarga Invasi parasit malaria Resiko penularan
mengatakan tidak penyakit malaria.
tahu tentang penyakit
malaria dan cara Kurang informasi tentang
penularan penyakit cara penularan penyakit
malaria. malaria

Do :
 Keluarga dan klien Resiko penularan
tidak menjawab ketika penyakit
ditanya tentang cara
penularan penyakit
malaria dan cara
pencegahanya,
keluarga dan klien
hanya mengelengkan
kepala.
 Keluarga
bertanya tentang
apa penyakit yang
di derita
keluarganya.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam

tubuh.

2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,efek

langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak dekuat : anorexia, mual/muntah.

4. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi

sistemik, mialgia, artralgia.

5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

6. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola

hidup.

C. Intervensi Keperawatan

Tabel Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1 Perubahan Tujuan : setelah 1. Memeriksa 1. Memantau
perfusi dilakukan tanda-tanda perkembangan
jaringan perawatan dalam vital. tekanan darah
berhubungan waktu 4x24 jam dan perubahan
dengan tidak pada tekanan
penurunan terjadipenurunan nadi. Hipotensi
komponen tingkat kesadaran akan berkembang
seluler yang dan dapat bersamaan
di perlukan mempertahankan dengan kuman
untuk cardiac output yang menyerang
pengiriman secara adekuat darah.
oksigen dan guna meningkatkan 2. Catat adanya 2. Keluhan pusing
nutrient perfusi jaringan. keluhan merupakan
dalam tubuh. pusing. manifestasi
penurunan suplai
Kriteria hasil : darah ke jaringan
 Tanda-tanda otak.
vital normal 3. Kurangi 3. Respons valsava
 Klien tidak aktivitas yang akan
mengeluh merangsang meningkatkan
pusing timbulnya beban jantung
 Klien tidak respons sehingga akan
gelisah valsava/ menurunkan
 Tidak terdapat aktivitas. curah jantung ke
sianosis otak.
 Kulit segar 4. Tingkatkan 4. Menurunkan
 Hemoglobin tirah baring. beban kerja
normal miokard dan
 Akral hangat konsumsi
 Conjungtiva oksigen,
ananemis memaksimalkan
 Mukosa bibir efektifitas dari
tampak lembab perfusi jaringan.
 Hasil 5. Observasi 5. Bukti aktual
pemeriksaan perubahan terhadap
DDR (-) sensori dan penurunan aliran
tingkat darah ke jaringan
kesadaran serebral adalah
pasien yang adanya perubahan
menunjukan respons sensori
penurunan dan penurunan
perfusi otak tingkat kesadaran
(gelisah, pada fase akut.
confuse/bingu Adanya
ng, apatis, kegagalan harus
somnolen). dilakukan
monitoring ketat.
6. Kolaborasi 6. Jalur yang paten
Pemberian penting untuk
transfusi darah pemenuhan lisis
PRC (packed darah sebagai
red cells). intervensi
kedaruratan.
D. Implementasi Keperawatan

Tabel Implementasi Keperawatan


N Tanggal/ Diagnosa Implementasi Respon hasil Paraf
O Jam keperawatan
1 18/03/2019 Perubahan 1. Memeriksa tanda- 1. TTV : Taufik
11.00 perfusi jaringan tanda vital dan TD : 110/70 mmHg
WIB berhubungan menanyakan Nadi : 90 x/menit
Dengan keluhan klien. RR : 22 x/menit
0
penurunan Suhu : 37 C
komponen Klien mengatakan
seluler yang di tubuhnya sering
Perlukan untuk merasakan panas
pengiriman dan berkeringat.
Oksigen dan Malam tadi tubuh
Nutrient dalam klien terasa panas
tubuh. klien menjadi susah
untuk tidur, seluruh
tubuh dirasakan
pegal-pegal dan
terasa nyeri pada
persendian dan otot
skala nyeri 3 (1-5).
2. Menanyakan 2. Klien mengeluh
adanya keluhan kepalanya terasa
pusing. pusing.
3. Menyarankan 3. Klien mau
kepada klien untuk mendengarkan
mengurangi anjuran perawat
aktivitas yang dan klien hanya
merangsang beristirahat
timbulnya respon ditempat tidur.
valsava/aktivitas.

76
4. Menganjurkan 4. Klien mau
klien untuk mendengarkan
meningkatkan tirah anjuran perawat
baring. dan klien tidur
dengan satu bantal.
5. Klien tampak
5. Observasi gelisah.
perubahan sensori
dan tingkat
kesadaran pasien
yang menunjukan
penurunan perfusi
otak (gelisah,
confuse/bingung,
apatis, somnolen).
6. Transfusi darah
6. Memantau tetesan telah diberikan.
transfusi darah. Pada pukul 10.00
(Pemberian WIB. Sebelum
transfusi darah tranfusi darah
PRC (packed red terlebih dahulu
cells). diberikan, NaCl,
dexamethasone,
Dhipinehidramine.
Dengan tetesan 30
gtt/menit. Transfusi
darah PRC habis
pukul 13.00 WIB
langsung ganti
dengan NaCL
dengan tetesan 20
gtt/menit.

1 21/03/2019 Perubahan 1. Memeriksa tanda- 1. TTV :


09.00 perfusi jaringan tanda vital. TD : 110/70 mmHg
WITA berhubungan Nadi :80 x/menit
dengan RR : 20 x/menit Taufik
0
penurunan Suhu : 37 C
komponen Klien mengatakan
seluler yang di malam tadi setelah
Perlukan untuk meminum obat
pengiriman clobazam sebelum
Oksigen dan tidur klien bisa
Nutrient dalam tidur dengan
tubuh. nyenyak dari jam
23.00- 05.00.
Tubuh klien masih
dirasakan sering
berkeringat namun
sudah tidak merasa
panas lagi. Dan
tubuh klien merasa
lebih enakan dan
tidak terasa sakit
lagi ataupun pegal-
pegal skala nyeri 0
(1-5).

2. Mencatat adanya 2. Klien mengatakan


keluhan pusing. kepalanya sudah
tidak merasa pusing
lagi baik duduk
ataupun berdiri
namun apabila
berjalan ke kamar
mandi masih
diperlukan bantuan
karena tubuh klien
masih merasa
lemah.

3. Menganjurkan 3. Klien mau


klien untuk sedikit mendengarkan
beraktivitas atau saran perawat dan
mengubah posisi klien langsung
seperti duduk mengubah
jangan bebaring posisinya dari tidur
terus. menjadi duduk
dengan bantal
disandarkan
dibelakang tubuh.

4. Klien tampak
4. Mengobservasi tenang namun
perubahan sensori lemah
dan tingkat (composmentis).
kesadaran klien.
5. Hasil labor klien
5. Memeriksa hasil pada tanggal
Labor 21/03/2019 yaitu 9
haemoglobin klien. gr/dl.

1 22/03/2019 Perubahan 1. Memeriksa tanda- 1. TTV


08.30 perfusi jaringan tanda vital dan TD :120/70
WIB berhubungan menanyakan mmHg
dengan keluhan klien. Nadi : 84 x/menit Taufik
penurunan RR : 20 x/menit
0
komponen Suhu : 37 C
seluler yang di Klien mengatakan
perlukan untuk tubuhnya sudah
pengiriman merasa lebih baik
oksigen dan sudah tidak
nutrient dalam merasapegal-pegal
tubuh. lagi ataupun nyeri
pada sendi dan otot,
kepala sudah tidak
terasa pusing lagi.
Tubuh sudah tidak
terasa panas lagi
dan berkeringat
agak berkurang.
Malam tadi klien
nyenyak tidur klien
tidur dari jam 22.00
WITA-05.00WITA.
D. Evaluasi Keperawatan
Tabel Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf
1 21/03/2019 Perubahan perfusi S : Klien mengatakan Taufik
jaringan berhubungan sudah tidak merasakan
dengan penurunan sakit kepala lagi.
komponen O:
seluler yang di - TTV :
perlukan untuk TD : 100/70
pengiriman oksigen mmHg
dan nutrient dalam Nadi : 80
tubuh. x/menit
Pernafasan: 20
x/menit
0
Suhu : 37 C
- Akral teraba hangat
- Kulit tampak segar
- Haemoglobin 9
Gr/dl
- Conjungtiva
ananemis

A : Masalah perubahan
perfusi jaringan
berhubungan dengan
penurunan komponen
seluler yang di
perlukan untuk
pengiriman oksigen
dan nutrient dalam
tubuh dapat teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai