Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN TROPIS

“Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Malaria


Plasmodium Vivax”

OLEH : Kelompok 2

1. NI MADE ISMAWARDANI C1118015

2. IDA AYU RATIH SUTA GAYATRI C1118019

3. PUTU KRISTINA CANDRA PUTRI C1118021

4. EVA NUR AINI C1118022

5. KADEK YOVI WULANDARI C1118023

6. I KADEK ANGGA DWIPAYANA C1118028

7. I GUSTI NGURAH AGUNG YUDA C1118027

8. PUTU YUNA ADE RESPAWAN C1118030

STIKES BINA USADA BALI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021


A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi dan Fisiologi

Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada dalam ruang
vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian
tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru
kejaringan dan karbondioksida dari jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan,
membawa zat nutrient dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan
hormone dan materi- materi pembekuan darah.

a. Karakteristik darah :

1. Warna

Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang berikatan dengan
hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena berwarna merah tua/gelap karena
kurang oksigen dibanding dengan darah arteri.

2. Viskositas

Viskositas darah 3⁄4 lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048
sampai 1.066.

3. pH

pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral 7.00).

4. Volume

Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,atau sekitar 4
sampai 5 liter darah.

5. Komposisi

a. Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian besar terdiri dari
air (92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim,

1
hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-
protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2
globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombine dan
protein esensien untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat
penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin
juga mengandung antibody (immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD dan
IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.

b. Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas
eritrositatau sel darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC), leukosit atau
sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC), dan trombositplatelet. Sel
darah merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel
darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih terdiri dari basofil, eosinofil,
neutrofil, limfosit, dan monosit.

6. Struktur sel darah

1. Sel darah merah

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5
mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagiantengahnya 1 mikron atau kurang,
tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi diffusi
oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Sel
darah merah matang mengandung 200-300 juta hemoglobin (terdiri hem
merupakan gabungan protoporfirin dengan besi dan globin adalah bagian dari
protein yang tersusun oleh 2 rantai alfa dan 2 rantai beta) dan enzim-enzim seperti
G6PD (glucose 6 – phosphate dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira
95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen dan
diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme. Kadar normal
hemoglobin tergantung usia dan jenis kelamin. Hemoglobin adalah protein
berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah

2
pada laki-laki 15,5g/dl dan pada wanita 14,0g/dl (Susan M Hinchliff,1996). Rata-
rata konsentrasi hemoglobin pada sel darah merah 32g/dl.

2. Sel darah putih

Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000 -10000
sel/mm . Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu yangbergranulosit dan yang
agranulosit.

3. Trombosit

Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 2-5
um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit yang terdapat
dalam sumsum tulang. Padakeadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000-
300.000/mL darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau kira- kira
8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang penting dalam
pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh darah serta memperbaiki
pembuluh darah kecil yang rusak. Trombosit diproduksi di sumsum tulang
kemudian sekitar 80% beredar disirkulasi darah hanya 20% yang disimpan dalam
limpa sebagai cadangan.

4. Hemopoisis (hematopoisis)

Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah. Organ-organ


yang penting dalam hemopoisis adalah:

a. Limpa

Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung. Tersusun atas 3
tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan marginal pulp, yang semua berperan
dalam keseimbangan pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama
pembentukan darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua
dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan cara memecah
hemoglobin.

3
b. Hati

Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama jika


produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal. Hati merupakan
tempat utama produksi dari faktor pembekuan

5. Fungsi darah

1. Transport internal : Darah membawa berbagai macam substansi untuk fungsi


metabolisme.

2. Respirasi. Gas oksigen dan karbondioksida dibawah oleh hemoglobin dalam


sel darah merah dan plasma, kemudian terjadi pertukaran gas di paru-paru.

3. Nutrisi, nutrient/zat gizi diabsorpsi dari usus, kemudian dibawa dalam plasma
kehati dan jaringan-jaringan lain yang digunakan untuk metabolisme.

4. Sekresi. Hasil metabolisme dibawa plasma kedunia luar melalui ginjal.

5. Mempertahankan air, elektrolit dan keseimbangan asam basa dan juga


berperan dalam hemoestasis.

6. Regulasi metabolisme, hormon dan enzim atau keduanya mempunyai efek


dalam mengaktivitas metabolisme sel, dibawa dalam plasma.

7. Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme, yang merupakan fungsi dari


sel darah putih.

8. Proteksi terhadap cedera dan perdarahan

9. Proteksi terdahap respon peradangan local terhadapcedera jaringan.


Pencegahan perdarahanmerupakan fungsi dari trombosit karena adanya faktor
pembekuan, fibrinolitik yang ada dalam plasma.

10. Mempertahankam temperatur tubuh

4
11. Darah membawa panas dan bersirkulasi keseluruh tubuh. Hasil metabolisme
juga menghasilkan energi dalam bentuk panas.

1.2 Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang
hidup dan berkembangbiak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anophel ini yang
berperan hanya genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus anopheles ini diketahui
jumlahnya kira kira 2000 species, diantaranya 60 species diketahui sebagai vektor
malaria. Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil serta dapat menurunkan
produktivitas kerja. 300-500 juta penduduk dunia menderita malaria setiap tahunnya.
Sebanyak 1,5 - 2,7 juta jiwa meninggal setiap tahunnya terutama terjadi pada anak-
anak dan ibu hamil.
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman masyarakat di
daerah tropis dan sub tropis. Sampai saat ini dikenal cukup banyak species dari
plasmodia yang terdapat pada burung, monyet, kerbau, sapi ,binatang melata.
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali.
Plasmodium vivax adalah protozoa parasit dan patogen manusia. P. vivax adalah s
alah satu dari empat spesies parasit malaria yang umumnya menyerang manusia. P. vi
vax dibawa oleh nyamuk Anopheles betina. Parasit plasmodium vivax yang
menyebabkan malaria vivax ini dapat bertahan dalam keadaan tidak aktif pada organ
hati selama beberapa bulan atau tahun. Sehingga malaria jenis ini dapat kambuh
ketika parasit aktif

1.3 Epidemiologi
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih terjadi transmisi malaria atau
berisiko malaria, karena hingga tahun 2011, terdapat 374 kabupaten endemis malaria.
Pada 2011, jumlah kasus malaria di Indonesia sebanyak 256.592 orang dari 1.322.451
kasus suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya, dengan Annual Parasite

5
Insidence (API) 1,75 per seribu penduduk. Hal ini berarti setiap 1000 penduduk
terdapat 2 orang terkena malaria. Tahun 2010 terdapat 544.470 kasus malaria di
Indonesia, dimana tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus klinis dan tahun 2010
meningkat lagi menjadi 1.800.000 kasus dan telah mendapat pengobatan.
Kasus malaria vivax diseluruh dunia jika dibandingkan dengan jenis malaria
yang lain adalah sekitar 70-80 juta pertahun. Menurut WHO, sekitar 40% kasus
malaria di dunia disebabkan oleh plasmodium vivax. Kasus malaria vivax walaupun
jarang fatal tapi merupakan penyebab utama morbiditas dan mempengaruhi ekonomi
baik tingkat individu maupun nasional. Plasmodium vivax merupakan spesies parasit
yang paling dominan di Asia Tenggara, Eropa Timur, Asia Utara, Amerika Tengah
dan Selatan.

1.4 Etiologi

Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Terdapat 4 Species


plasmodium pada manusia dan salah satunya adalah Plasmodium vivax, penyebab
malaria tertiana. Apa bila disbandingkan dengan Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax memiliki waktu inkubasi yang lebih panjang (12 hari sampai
beberapa bulan), memiliki siklus eritrosit yang serupa (42-48 jam) dan memproduksi
merozoit yang lebih sedikit per skizon. Secara umum diketahui bahwa Plasmodium
vivax membutuhkan duffy antigen yaitu sebuah reseptor yang diperlukan untuk
menginvasi eritrosit pejamu. Pada manusia yang tidak mempunyai antigen ini, akan
menjadi resisten terhadap infeksi tersebut. Selain itu Plasmodium vivax lebih
menyerang sel darah merah muda apa bila dibandingkan dengan Plasmodium
falciparum yang menyerang eritrosit pada semua usia.

Ciri khas infeksi Plasmodium vivax adalah sel darah merah yang dominan dengan
retikulosit dan antigen Duffy untuk invasi parasit. Akibatnya, parasitemia relative
rendah pada malaria vivax. Ukuran retikulosit lebih besar dari pada sel darah merah
matur, sehingga pada apusan darah tepi akan tampak sel yang terinfeksi lebih besar
dari pada sel darah merah di sekitarnya. Demam pada plasmodium vivax dapat
muncul kembali saat hipnozoit melepaskan merozoit.

6
Plasmodium vivax pada stadium dewasa cenderung menjadi tidak berbentuk dan
biasanya tidak akan terjadi cytoadherence atau sekuester di mikrovaskular. Hal ini
menunjukkan alasan bahwa Plasmodium vivax lebih jarang menimbulkan malaria
berat dari pada infeksi Plasmodium falsiparum. Pada pasien tanpa penyakit komorbid,
Plasmodium vivax jarang menyebabkan kematian. Namun, Plasmodium vivax dapat
relaps dan pada pasien dengan penyakit kronis, spesies ini dapat menimbulkan
anemia berat, malnutrisi, dan respons imun yang buruk.

Salah satu yang paling penting dalam membedakan spesies plasmodium yang
menginfeksi manusia adalah kemampuan untuk relaps pada Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale setelah diobati dari infeksi awalnya. Sebagian sporozoit tidak
langsung berkembang secara cepat untuk menginvasi hepatosit. Sporozoit tersebut
cenderung dorman dalam hati dalam bentuk hipnozoit, dalam waktu yang cukup lama
dan menyebabkan infeksi yang rekuren.

1.5 Patofiologis dan Pathway

Hospes perantaranya adalah manusia, sedangkan hospes definitifnya adalah


nyamuk Anopheles betina. Plasmodium vivax menyebabkan penyakit malaria vivaks
yang disebut juga malaria tersiana. Plasmodium vivax ditemukan di daerah subtropik,
seperti Korea Selatan. Cina, Mediterania Timur. Turki, dan beberapa Negara Eropa
pada waktu musim panas, Amerika Serikat dan Utara, spesies ini jarang ditemukan.
Di Indonesia, Plasmadium vivax tersebar diseluruh kepulauan dan pada musim
kering, umumnya di daerah endernic mempunyai frekuensi tertinggi di antara spesies
yang lain.

Nyamuk Anophelles betina menghisap darah yang mengandung gametosit. Di


dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.
Pada dindin luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan diap ditularkan ke manusia,
masa inkubasi pada plasmodium vivax 12-17 hari. Dengan tusukan nyamuk

7
Anophelles betina, sporozoit akan masuk melalui kulit ke peredaran darah perifer
manusia : setelah kurang lebih ½ jam sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan
tumbuh menjadi hipnozoit. Skizan hati berukuran 45 mikron dan membentuk kurang
lebih 10.000 merozoit. Skizon hati ini masih dalam daur praeritrosit atau daur
eksoeritrosit primer yang berkembangbiak secara aseksual dan prosesnya disebut
skizogoni hati. Hipnozoit tetap beristirahat dalam sel hati selama beberapa waktu
sampai aktif kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder. Merozoit dari
skizen hati masuk ke dalam peredaran darah dan menginfeksi eritrosit untuk mulai
dengan daur eritrosit (skizogoni darah). Merozoit hati pada eritrosit tumbuh menjadi
trofozoit muda yang berbentuk cincin, dengan besarnya kurang lebih ¹/₃ eritrosit.
Dengan pewarnaan Giemsa, sitoplasmanya terlihat berwarna biru, inti merah,
mempunyai vakuol yang besar. Eritrosit muda atau retikulosit yang dihinggapi parasit
Plasmodium vivax ukurannya lebih besar dari eritrosit lainnya, berwarna pucat,
tampak titik halus berwarna merah, yang bentuk dan besarnya sama disebut titik
Schuffner.

Kemudian trofozoit muda berubah menjadi trofozoit stadium lanjut ( trofozoit


tua) yang sangat aktif sehingga sitoplasmanya berbentuk ameboid. Pigmen parasit
menjadi makin nyata dan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur eritrosit
mengandung 12-18 buah merozoit dan mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen
berkumpul di bagian tengah atau dibagian pinggir. Daur eritrosit pada Plasmodium
vivax berlangsung 48 jam dan terjadi secara sinkron. Sebagian merozoit tumbuh
menjadi trofozoit yang dapat membentuk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan
mikrogumetosit (gametogoni) yang bentuknya bulat atau lonjong, mengisi hampir
seluruh eritrosit dan masih tampak titik Schuffiner di sekitarnya. Makrogametosit
(betina) mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dengan inti kecil, padat dan
berwarma merah. Mikrogametosit (jantan) biasanya bulat, sitoplasmanya berwarna
pucut, biru kelabu dengan inti yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak di
tengah. Butir- butir pigmen, baik pada makrogametosit maupun mikrogametosit, jelas
dan tersebar pada sitoplasma.

8
Pathway :
Gigitan Nyamuk Anophelles Betina (Plasmodium Vivax)

Sporozoit Masuk Ke Peredaran Darah Perifer Manusia

½ Jam Sporozoit Masuk Ke Dalam Hati

Hipnozoit
Merozoit Dari Skizon Hati Masuk Peredaran Darah
Skizogoni

Menginfeksi Eritrosit
Eritrosit Pecah (terinfeksi) Peningkatan Metabolisme
(Masa Inkubasi 12-17 hari

Eritrotagositosis
Sumbatan Suplai O² Keseluruh Peningkatan Mual Muntah
Kepiler Tubuh Menurun Suhu Tubuh

Hemoglobin Anoreksia
Penurunan Menurun
Aliran Darah Kebutuhan O² MK :
Keseluruh Tubuh Hipertermia
Tidak Terpenuhi Berat Badan Turun
Kadar Oksigen
Produksi Darah Ke Dalam Darah
Ginjal Tidak Berkurang
MK : Ketidakseimbangan Nutrisi :
Terpenuhi Hipoksia Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

MK : Ketidakefektifan
Penurunan Produksi ATP Berkurang Perfusi Jaringan Perifer
Urine

Keletihan, Kelemahan Umum

MK : Retensi Urine

MK : Intoleransi Aktivitas

9
1.6 Manifestasi Klinis

a. Stadium menggigil

Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, nadi cepat lemah, bibir
dan jari pucat/kebiruan. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 sampai 1 jam.

b. Stadium demam

Setelah merasa kedinginan penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit


kering, dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, nadi lebih kuat.
Penderita merasa sangat haus dan suhu tubuh bisa mencapai 41 ºC. Stadium ini
berlangsungantara 2-4 jam.

c. Stadium berkeringat

Penderita berkeringat banyak, suhu badan menurun dengan cepat, kadang-kadang


samapai di bawah suhu normal, dapat tidur nyenyak dan setelah bangun tidur badan
terasa lelah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2-4 jam.
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah : (Departemen
Kesehatan RI, 2014).

1.7 Klasifikasi

Plasmodium vivax, plasmodium ini tersebar di daerah tropis dan sub tropis di
seluruh dunia. Hidup pada sel darah merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam.
Menyebabkan penyakit tertian yang ringan dimana terjadi demam selama 3 hari.
Parasit ini bisa dorman di hati manusia “hipnozoid” dan dapat kambuh setelah
beberapa bulan bahkan tahun.

10
1.8 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa malaria didasarkan atas manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji


imunoserologis dan menemukan parasit (Plasmodium) malaria dalam darah penderita.
Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan laboratorium memerlukan persyaratan
tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi yaitu : waktu pengambilan
sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode
berkeringat, karena pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi mencapai
maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
Volume darah yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler. Kualitas
preparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies Plasmodium yang tepat
(Purwaningsih, 2010).

- Diagnosa malaria dibagi dua yaitu :

1. Secara laboratorium (Dengan Pemeriksaan Sediaan Darah)

Darah Lengkap dilakukan guna mengetahui kadar eritrosit, leukosit, dan


trombosit. Biasanya pada kasus-kasus malaria, dijumpai kadar eritrosit dan
hemoglobin yang menurun. Hal ini disebabkan karena pengrusakan eritrosit oleh
parasit, penekanan eritropoesis dan mungkin sangat penting adalah hemolisis oleh
proses imunologis. Pada malaria akut juga terjadi penghambatan eritropoesis
pada sumsum tulang, dapat dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu
proses koagulasi. Pada malaria tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat
menurun yang disebabkan peningkatan konsumsi fibrinogen karena terjadinya
koagulasi intravskuler.

2. Tes Antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II).


Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus,
sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks
sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi
laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochro

11
matographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih
rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid
test).

3. Tes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik
indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody
specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes
ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah
beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai
infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi
antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques,
ELISA test, radio-immunoassay.

4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) >pemeriksaan infeksi

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA,


waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan
hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk
pemeriksaan rutin.

1.9 Gejala Klinis

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria plasmodium vivax terdiri atas beberapa
gejala antara lain sebagian berikut :

a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.

b. Nafsu makan menurun.

c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

12
d. Sakit kepala yang berat.

e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaranlimpa.

f. Masa inkubasi 12 - 18 hari

g. Diare ringan dan kadang - kadang merasa dingin di punggung

1.10 Penatalaksanaan

a. Non Farmakologi

The Center for disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan hal
berikut untuk membantu mencegah merebaknya malaria:

- Semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur.

- Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai fajar.

- Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi


nyamuk mendekat.

- Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng atau
tempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk.

b. Terapi Farmakologi

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh


semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan
rantai penularan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
keseluruhan, pada tahap ini data/informasi pasien yang dibutuhkan, dikumpulkan

13
untuk menentukan masalah kesehatan/keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data, validasi data dan pengelompokan data (Hidayat, 2008).
a. Pengkajian
1. Biodata
 Identitas klien, nama, umur, jenis kelamin, no. MR.
 Identitas penanggung jawab: nama, no.telp, hub dengan klien
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang (RKS)
a. Demam, Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium
1. Menggigil (15 menit-1 jam)
2. Puncak demam (2-6 jam)
3. Berkeringat (2-4 jam)
b. Kejang-kejang
Pasien atau penderita malaria akan mengelami kejang-kejang karena suhu
yang tinggi (40 -41)
c. Anemia
Pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritrope lesis sementara,
penghambatan pengeluaran retifolosit dan pengaruh sitoksin, menyebabkan
suplai darah(-).
d. Nafas sesak
e. Gangguan kesadaran
f. Hilangnya nafsu makan
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Malaria merupakan penyakit menular. Apakah anggota keluarga pasien
pernah menderita penyakit malaria.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Kaji apakah klien pernah mengalami malaria di masa dahulu (jika ada, apa
nama obatnya). Apakah pasien pernah berjalan/berkunjung ke daerah
pegunungan (daerah yang sedang wabah malaria).
5. Pola aktifitas atau istirahat

14
Gejala: lemah, letih, lesu, ganguan tidur atau istirahat.
6. Pola sirkulasi
Gejala: adanya riwayat klien di masa dahulu yang pernah malaria (kondisi
klien dimasa lalu).
7. Pola integritas ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
8. Pola eliminasi
Gejala: Pola berkemih, kesulitan berkemih, nyeri yang dirasakan saat
BAB dan BAK.
9. Makan/cairan
Gejala: hilang nya nafsu makan, mual/muntah, tidak megikuti diet,
kesulitan yang dirasakan pada saat makan.
10. Neurosensori
Gejala: ganguan kesadaran, kecelakaan umum, sulit berdiri, aktivitas
terhambat.
11. Nyeri kemampuan
Gejala: nyeri yang di rasakan pada otot atau persendian.
12. Pernafasan
Gejala: ganguan jalan dan pola nafas, keluhan sesak nafas.
13. Pemeriksaan penunjang
a. Diagnostic
- Diagnosis malaria
- Diagnosis banding malaria
b. Laboratorium
- Pemeriksaan tes darah
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk meminimalkan adanya
pameriksaan darah tepi.
- Tes antigen=P-F test
Mendeteksi antigen apakah P- fl aparum/P-afarum/P vivax

15
- Tes serologis
Teknik indirect fluorescent antibody test, adanya antibody spesifik.
- Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) tes DNA
14. Pemeriksaan Fisik
- Tanda-tanda vital : TD, Pernfasan, Nadi, Suhu
a. Kepala
- Bentuk dan kebersihan kulit
- Karak teristik rambut
- Keluhan yang dirasakan pada kepala apakah ada edema di kepala
b. Mata
- Konjungtiva: anemis kiri dan kanan
- Reaksi terhadap cahaya:apakah reaksi positif/negative
- Fungsi penglihatan: apakah normal
- Rasa sakit: apakah terasa sakit saat penglihatan
- Sklera: apakah ikterik kiri dan kanan
c. Hidung
- Reaksi alergi : apakah terdapat reaksi alergi
- Kesulitan dalam penciuman: apakah ada kesulitan dalam penciuman
- Polip : apakah terdapat polip
d. Mulut, tenggorokan dan leher
- Gigi: kebersihan gigi
- Bentuk dan keadaan lidah: bagaimana bentuk lidah dan kebersihan
lidah
- Kesulitan menelan: apakah ada kesulitan untuk menelan
- Mukosa bibir: apakah bibir klien tampak kering.
e. Paru
- Inspeksi: melihat pergerakan dada simetris atau tidak, frekuensi
pernafasan, bentuk dada dan apakah menggunakan otot bantu atau
tidak.

16
- Palpasi: apakah fremitus taktil simetris kiri dan kanan
- Perkusi: apakah sonor atau hipersonor
- Auskultasi: bagaimana bunyi nafas dan apakah ada wheezing.
f. Jantung
- Inspeksi: melihat denyut ictus kordis
- Palpasi: untuk merasakan denyut iktus kordis dan apakah ada nyeri
tekan atau tidak
- Perkusi: untuk menentukan batas jantung baik kiri, kanan, atas dan
bawah
- Auskultasi: mendegarkan bunyi jantung, apakah teratur atau tidak,
apakah ada bunyi tambahan atau mur-mur.
g. Abdomen
- Inspeksi: apakah permukaan perutpada keadaan datar
- Auskultasi: berapa frekuensi bising usus
- Palpasi: apakah ada nyeri tekan dan edema
- Perkusi: apakah ada kembung atau disteri abdomen
15. Nutrisi
- BB: bagaimana berat badan sebelum dan saat sakit
- Jenis diet: MLTKTP
- Nafsu makan: bagaimana nafsu makan klien
- Intake cairan: bagaimana pemenuhan cairan
16. Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi: berapa kali frekuensi BAB
- Warna: bagaimana warna BAB
- Keluhan saat BAB: apakah ada keluhan saat BAB
b. BAK
- Frekuensi: berapa kali klien BAK/hari
- Warna: bagaimana warna BAK klien

17
- Kesulitan BAK: apakah ada kesulitan saat BAK
- Alat bantu BAK: apakah menggunakan alat bantu seperti kateter
- Keringat: apakah klien mengeluarkan keringat berlebihan
17. Genetalia dan anus
- Palpasi: apakah terdapat benjolan (hemoroid)
- Inspeksi: apakah terlihat membesar
18. Ekstremitas atas dan bawah
a. Ekstremitas atas
- Inspeksi: bagaimana pergerakan lengan dan kekuatan otot
- Palpasi: apakah ada nyeri tekan atau benjolan
- Motorik: mengamati besar dan bentuk otot
- Reflek: memulai reflek fisiologi
- Sensori: apakah dapat membedakan nyeri dan sentuhan
b. Ekstremitas bawah
- Inspeksi: bagaimana pergerakan kaki
- Palpasi:apakah ada nyeri dan benjolan
- Motorik: mengamati besar dan bentuk otot
- Reflek: memulai reflek fisiologi
- Sensori: apakah dapat membedakan nyeri dan sentuhan
19. Integumen

- Inspeksi: Bagaimana warna kulit dan apakah terdapat bintik merah.

- Palpasi: Apakah turgor kulit lembab atau kering

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (infeksi virus dengue) dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, takikardi, takipnea dan
kulit terasa hangat.

18
2. Katidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mangbsorpsi nutrien dengan frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah menurun,diare, membran mukosa kering, pasien merasa lemah
dan mengeluh haus, suhu tubuh meningkat.
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen,kelelahan dan fisik tidak bugar.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gaya hidup
kurang gerak
5. Retensi urine berhubungan dengan inhibisi arkus refleks
C. Intervensi

Diagnosa Rencanan Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Nic Label : Nic Label :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Perawatan Demam Perawatan Demam
penyakit (infeksi diharapkan suhu tubuh pasien kembali
virus dengue) normal dengan kriteria haril : - Pantau suhu dan - Untuk mengetahui
dibuktikan dengan Noc Label : tanda-tanda vital keadaan umum
lainnya
suhu tubuh diatas pasien
1. Termoregulasi
nilai normal, kulit - Untuk mengetahui
 Tingkat pernapasan - Monitor asupan cairan yang masuk
merah, takikardi, dan keluaran,
dipertahankan pada skala 2 dan keluar
takipnea dan kulit sadari perubahan
(sangat terganggu) kehilangan
terasa hangat. cairan yang tak
ditingkatkan ke skala 4 dirasakan. - Untuk mengetahui
komplikasi dan tanda
(sedikit terganggu) - pantau
gelaja penyebab
 Menggigil saat dingin komplikasi-
komplikasi yang demam
dipertahankan pada skala 2 berhubungan
(sangat terganggu) dengan demam
serta tanda dan
ditingkatkan ke skala 4 gejala kondisi
(sedikit terganggu) penyebab
demam
 Dehidrasi dipertahankan pada

19
skala 2 (sangat terganggu)
ditingkatkan ke skala 4
(sedikit terganggu)
Katidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Nic Label : Nic Label
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 X 24 jam
Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan nutrisi klien
- Auskultasi bunyi - Untuk mengetahui
berhubungan dengan normal dengan kriteria hasil :
usus apa kah terjadi bising
ketidakmampuan Noc Label :
usus pada pasien
mangbsorpsi nutrien
1. Status Nutrisi
dengan frekuensi nadi - Untuk menjaga
- Berikan perawatan
meningkat, tekanan  Asupan cairan dari skala kebersihan pada oral
oral
darah menurun,diare, 4(terganggu) ditingkatkan ke pasien
membran mukosa skala 5 (normal)
- Untuk menentukan
kering, pasien merasa
 Energi dari skala 4(terganggu) kalori yang
lemah dan mengeluh - Konsul ahli gizi
ditingkatkan ke skala 5 didasarkan pada
haus, suhu tubuh
(normal) kebutuhan klien dan
meningkat.
memberikan nutrisi
 Hidrasi dari skala 4
maksimal
(tengganggu) ditingkatkan ke
skala 5(normal) - Untuk meningkatkan
energi saat makan,
- Berikan oksigen sehingga dapat
tambahan selama meningkatkan
makan sesuai masukan
indikasi
- Untuk mengetahui
peningkatan nasfu
makan

- Monitor kalori dan - Untuk meningkatkan

asupan makanan nafsu makan klien


dan menjaga

20
kebersihan mulut
klien

- Lakukan atau
bantu pasien
terkait dengan
perawatan mulut
sebelum makan

Intolerans aktivitas Setelah dilakukan asuhan Nic Label : Nic Label :


keperawatan selama 3 x 24 jam
berhubungan dengan diharapkan keletihan pasien dapat Bantuan Perawatan Bantuan Perawatan Diri
Diri
teratasi dan pasien mampu melakukan - Untuk mengetahui
kelemahan, - Monitor
aktivitas seperti biasanya dengan pasien mampu atau
kriteria hasil : kemampuan tidak perawatan diri
ketidakseimbangan perawatan diri
secara mandiri
Noc Label : secara mandiri
antara suplai dan
- Toleransi terhadap aktivitas
kebutuhan
 Kekuatan tubuh bagian atas
dari skala 4 (lemas) - Pertimbangkan - Untuk meningkatkan
oksigen,kelelahan
ditingkatkan ke skala 5(tidak budaya pasien kemampuan pasien
dan fisik tidak bugar. lemas) ketika dalam melakukan
meningkatkan aktivitas
 Kekuatan tubuh bagian bawah aktifitas
dari skala 4(lemas) perawatan diri
ditingkatkan ke skala 5 (tidak
lemas)
Terapi Aktivitas Terapi Aktivitas
 Kemudahan dalam melakukan - Anjurkan klien - Untuk mengetahui
aktivitas hidup harian dari untuk melakukan sejauhmana
skala 3(lemas) tingkatkan ke aktivitas perkembangan klien
skala 5 ( sehat dan tidak semampunya
lemas)
- Ekstra istirahat perlu
- Jadwalkan
perawatan pasien jika karena
sehingga tidak meningkatkan
mengganggu kebutuhan metabolic

21
isitirahat. - Membantu klien
melakukan aktivitas
agar klien mampu
melakukan aktivitas
- Bantu klien secara mandiri
untuk berpindah
sesuai kebutuhan
pasien (berjalan)
Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Nic Label : Nic Label :
keperawatan selama 3x24 jam Manajemen Sensasi Manajemen Sensasi
perfusi jaringan dharapkan pasien akan bebas infeksi Perifer Perifer
oportunistik dan komplikasinya - Monitor sensasi - untuk mengetahui
perifer berhubungan
dengan kriteria hasil: tumpul atau keadaan pasien
dengan gaya hidup Noc Label: tajam dan panas
dan dingin (yang
kurang gerak 1.Perfusi Jaringan : Perifer dirasakan pasien)
 Kelemahan otot dari skala
3(meningkat atau menurun) - Dorong pasien - agar pasien mampu
ditingkatkan ke skala menggunakan menggerakkan
5(normal) bagian tubuh tubuhnya yang tidak
yang tidak terganggu agar dapat
 Kram otot dari skala 4 terganggu untuk bergerak
(menurun) ditingkatkan ke mengetahui suhu
skala 5( kembali normal) makanan, cairan,
air mandi dll
 Edema perifer dari skala
- Untuk
4(menurun) ditingkatkan ke
mengidentifikasi
skala 5(kembali normal) - Intruksikan adanya kerusakan
pasien dan kulit atau tidak agar
 Kekuatan denyut nadi karotis
keluarga untuk dapat menentukan
dari skala 4(meningkat) memeriksa tindakan yang tepat
ditingkatkan ke skala adanya
5(kembali normal) kerusakan kulit
setiap harinya

Retensi urine Setelah dilakukan asuhan Nic Label : Nic Label :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen Cairan Manajemen Cairan
inhibisi arkus refleks diharapkan pengeluaran urine pada - Monitor tanda-
- Untuk mengetahui
pasien normal dengan kriteria hasil : tanda vital
keadaan umum

22
Noc Label : pasien
- Jaga intake/
1.Eliminasi Urine
asupan yang
 Pola eliminasi dari skala 4 - Agar mengetahui
akurat dan catat
(terganggu) ditingkatkan ke berapa asupan masuk
output pasien
skala 5 (normal) dan keluar pada
- Masukkan
pasien
 Jumlah urine dari skala 4 kateter urine
(sedikit) ditingkatkan ke skala - Monitor status - Untuk memudahkan
5 ( normal) dehidrasi dalam pengeluaran
(misalnya : urine
 Retensi urine dari skala 4
(terganggu) ditingkatkan ke membrane - Untuk mengetahui
skala 5 (tidak terganggu) mukosa lembab, pasien dehidrasi atau
denyut nadi tidak
adekuat, dan
tekanan darah
ortostatik)
- Berikan cairan
yang tepat

- Untuk meningkatkan
- Dukung pasien
status cairan pasien
dan keluarga
untuk membantu
dalam pemberian - Agar pasien dan
makan yang baik keluarga pasien dapat
mempertahankan
status kesehatan yang
baik

23
D. Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan


keperawatan kedalam intervensi keperawatan yang membantu klien untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan, kemampuan kemunikasi efektif, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan dan kemampuan advokasi

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan terutama hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan perumusan evaluasi meliputi
komponen yaitu : subjektif, objektif, analisis , planning (SOAP)

24
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz alimul Hidayat. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta ; EGC

Doengeoes EM, Marlynn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta ;


EGC

Mansjoer Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta ; FKUI

Nettina. M. Sandra. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta ; EGC

Sudoyo. W. Aru, dkk.1999. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta ; FKUI

Lukman. 2010. Kemenkes: 424 Kabupaten di Indonesia dengan


Malariawww.infeksi.com diakses tanggal 21 Januari 2011

25

Anda mungkin juga menyukai