Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LEUKEMIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen pembimbing Ibu Linda Sari Barus, M.Kep., Ns., Sp.Kep. An

Disusun oleh :

Diana Noviana 003K

Julianus Freddo Semeon 006K

Suamah 010K

Melvawati Situmorang 019K

Gina Damayanti 028K

Eko Mulyono 030K

Antonius Derry 038K

Adayana Friskila 039K

Elsi Petroila 041K

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya

akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand,Pettit &

Moss, 2005). Mmeurut data WHO julah penderita kanker pada anak setiap

tahun terus meningkat jumlahnya mencapai 110 sampai 130 kasus per satu juta

anak. Di Indonesia, setiap tahun ada kira-kira 11.000 kejadian kanker anak, dan

sekitar 650 kasus kanker yangsering ditemukan adalah leukemia. Di Jawa

Barat sendiri, khuusnya Bandung, angka kejadian anak dengan leukemia

adalah sekitar 68,9 %.


Peran perawat sangat penting dalam kasus ini. Peran perawat sangat

berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar

keperawatan pasien dengan diagnosa Leukemia Rumusan masalah


1. Apa definisi dari leukemia?
2. Apa etiologi leukemia?
3. Bagaimana patofisiologi leukemia?
4. Bagaimana manifestasi klinis leukemia?
5. Apa saja komplikasi leukemia?
6. Bagamana pemeriksaan penunjang leukemia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari Leukemia?
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan

masalah kesehatan leukemia.


2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi leukimia
b. Mengetahui etiologi leukemia
c. Mengetahui patofisiologi leukimia
d. Mengetahui manifestasiklinis leukimia
e. Mengetahui komplikasi dari leukemia
f. Mengetahui pemeriksaan leukemia
g. Mengetahui asuhan keperawatan leukemia
C. Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan terdiri dari :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bab 2 Tinjauan Teoritis terdiri dari :
A. Konsep dasar leukemia
1. Definisi leukemia
2. Anatomi fisiologi darah
3. Insiden
4. Klasifikasi
5. Etiologi
6. Patofisiologi
7. Test diagnostik
8. Penatalaksanaan medik
B. Konsep dasar proses keperawatan leukemia
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. intervensi
Bab 3 Kesimpulan dan Saran
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar Leukemia


1. Definisi Leukemia
Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah
putih dan sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sum-sum
normal (Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 2
hal 336).
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh poliferasi
abnormal dari sel-sel nematopoietik (Patofisiologi edisi 4 Sylvia A .
Price hal 248).
Leukemia adalah nama kelompok penyakit yang di
karakteristikkan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam
leukosit sirkulasi (Patofisiologi untuk keperawatan dr. Jan Tamboyan
hal 80).
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk system
hematopoietik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak
terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang
(Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi Danielle Gale, Rn, MS hal
183).
Leukemia adalah sejenis penyakit kloning maligna dari sel stem
hemopoetik (Buku Ajar Onkologi Klinis, hal 564).
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah suatu poliferasi
abnormal dari sel-sel darah putih yaitu leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker atau merupakan penyakit akibat proliferasi sel
leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga dapat menggantikan
umur sel yang normal, menyebabkan anemia, trombositopenia, bahkan
kematian dengan etiologi yang belum jelas diketahui diduga sebagai
penyakit virus atau genetik.

2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah sejenis jaringan ikat yang sel-selnya (elemen
pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma).
Darah merupakan sejenis cairan jaringan tubuh yang berfungsi untuk
mengatur suhu tubuh, mengangkut oksigen dan zat-zat makanan yang
dibutuhkan oleh tubuh ke seluruh jaringan tubuh. Darah juga
berfungsi sebagai pengangkut sisa sisa metabolisme tubuh, berfungsi
mengangkut bahan-bahan penyusun sitem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit serta mengedarkan
hormon-hormon dari sistem endokrin. Darah lebih berat dibandingkan
dengan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang
khas serta pH 7,4 (7,35-7,45).
Warna darah berfariasi dari merah terang sampaimerah tua
kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah
merah. Volume darah total sekitar 5 liter pada pria dewasa dan
berkurang sedikit pada wanita dewasa.
Darah terdiri dari 4 bagian utama yaitu plasma darah, sel darah
merah, sel darah putih dan keping darah.
a. Plasma darah
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur
pokoknya sama dengan sitopasma. Plasma terdiri dari 92% air
dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik.
Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke dalam
sel dan membawa sisa pembakaran dari dalam sel ketempat
pembuangan. Plasma darah juga bermanfaat untuk menghasilkan
zat antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari serangan
penyakit. Zat-zat dalam plasma darah ada 6 macam yaitu
fibrinogen yang bermanfaat untuk proses pembekuan darah,
garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, mineral dan lain-
lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan
osmotik, protein darah (albumin, globulin) yang dapat
meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan
osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh, zat
makanan (asam amino, glukosa, lemak mineral, vitamin) hormon
yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh dan
antibody/antitoksin (Syaifuddin,2006).
Gambar plasma darah

b. Sel darah merah


Sel darah merah atau eritrosit merupakan diskus bikonkaf,
bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter
7,65µm. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan
permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga
memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah
terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300juta molekul
hemoglobin , sejenis pigmen pernafasan yang mengikat oksigen.
Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Eritrosit
tidak mempunyai nukleus sel ataupun organella dan tidak
dianggap sebagai sel. Sel darah merah juga berperan dalam
menentukan golongan darah. Sel darah merah adalah jumlah sel
yang paling banyak dan berperan penting sebagai pembawa
oksigen ke seluruh tubuh. Pada orang dewasa sel darah merah
dibentuk pada sum-sum tulang pipih, sedangkan pada janin sel
darah merah dibentuk pada hati dan limpa. Setelah berumur 120
hari, sel darah merah akan mati dan diubah jadi bilirubin atau zat
pewarna empedu. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang
mati akan terurai menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung
Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin
yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit berguna untuk
mengikat oksigen dan karbondioksida. Jumlah normal pada orang
dewasa kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc darah.

Gambar sel darah merah

c. Sel darah putih


Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk
komponen darah. Jumlah normal sel darah putih adalah 7000-
9000 per mm3(Ethel Sloane, 223). Dalam kasus leukemia
jumlahnya dapat meningkat menjadi 50000 sel per tetes. Juka
jumlah sel darah putih melebihi batas normal disebut seukositosis
dan jika berada dibawah angka normal disebut leukopenia.
Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan
jumlah total leukosit. Fungsi leukosit adalah untuk melindungi
tubuh terhadap invasi benda asing termasuk bakteri dan virus.
Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan
bukan dalam aliran darah. Leukosit memiliki sifat diapedesis
yaitu mempunyai kemampuan untuk menembus pori-pori
membran kapiler dan masuk kedalam jaringan. Leukosir bergerak
sendiri dengan gerakan amuboid (gerakan seperti gerakan
amoeba). Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak
menyebabkan leukosit bergerak mendekati (kemotaksis positif)
atau menjauhi (kemotaksis negatif) sumber zat. Semua leukosit
adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada
neutrofil dan monosit.
Setelah diproduksi di sum-sum tulang, leukosit bertahan
kurang lebih 1 hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan.
Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa
minggu atau beberapa bulan, bergantung jenis leukositnya.
Ada 5 jenis leukosit yang beredar dalam sirkulasi darah,
yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada
tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula
sitoplasma disebut granulosit dan sel tanpa granula disebut
agranuosit. Granulosit terdiri dai 3 yaitu :
1) Neutrofil
Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda
dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki 3-5 lobus yang
terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya
mencapai 9-12µm. Neutrofil sangat fagositik dan
sangatbaktif. Sel-sel ini sampai ke jarigan yang terinfeksi
untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau
agen penyebab cidera lainnya.
2) Eosinofil
Mencapai 1-3% jumlah sel darah putih. Eosinofil memiliki
granula sitoplasma yang kasar dan besar dengan pewarnaan
orange kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus 2 dan
berdiameter 12µm sampai 15µm. Eosinofil adalah fagositik
lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau
penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stress
berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin
yang diproduksi sel mast dan jaringan yang cidera saat
inflamasi berlangsung. Eosinofil mengandung peroksidase
dan fosfatase yaitu enzym yang mampu menguraikan protein.
Enzym ini mungkin terlibat dalam detoksikasi bakteri dan
pemindahan kompleks antigen antibodi.
3) Basofil
Basofil memiliki sejumlah granuloma sitoplasma besar yang
bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan
sampai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S.
Diameternya sekitar 12-15µm. Fungsi basofil menyerupai sel
mast. Sel ini mengandung histamin, mungkin untuk
meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cidera dan juga
antikoagulan heparin, mungkin untuk membantu mencegah
mengumpulkan darah intravaskuler.
Agranulosit adalah leukosit tanpa granula sitoplasma, yaitu
limfosit dan monosit.
1) Limfosit
Limfosit mencapai 30% jumlah total leukosit dalam
darah. Sebagian besar limfosit dalam tubuh ditemukan
dijaringan limfatik. Rentang hidupnya dapat mencapai
beberapa tahun. Limfosit mengandung nukleus bulat
berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis
sitoplasma. Ukurannya berfariasi. Limfosit berasal dari
sel-sel batang sumsum tulang merah, tetapi melanjutkan
diferensiasi dan proliferasinya dalam organ lain. Sel ini
berfungsi dalam reaksi imunologis.
2) Monosit
Monosit mencapai 3-8% jumlah leukosit. Monosit adalah
sel darah terbesar, diameternya rata-rata berukuran 12-
18µm. Nukleusnya besar berbentuk seperti telur atau
seperti ginjal yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru
keabuan pucat. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif.
Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika
monosit telah meninggalkan aliran darah maka sel ini
menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap).

Gambar sel darah putih


d. Keping darah
Keping darah atau dikenal dengan trombosit, normalnya
berjumalah 260.000-400.000/mm3 (Ethel Sloane, 224). Bagian ini
merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari
megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Ukuran
trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah.
Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan
proses koagulasi darah. Trombosit berfungsi dalam hemostasis
(penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang
robek.
3. Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi
pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan
menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki (2:1).
Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan
angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih
rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15%
sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini
meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan
seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi
remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak
dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan
sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L.
2002. hal : 300)
4. Klasifikasi
a. Leukemia akut menurut klasifikasi FAB (Frencha-American-
British) dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a) Leukemia mielositik akut / acute myeloid leukemia
(LMA/AML).
AML merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid. AML merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
Insiden AML kira-kira 2-3/100.000 penduduk, AML lebih
sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-
anak (15%). Ditemukan lebih sering pada laki-laki daripada
wanita.
Menurut FAB, AML diklasifikasikan menjadi :
M1 : Leukemia Mieloblastik tanpa pematangan
M2 : Leukemia Mieloblastik dengan berbagai derajat
pematangan
M3 : Leukemia Promielositik hipergranular
M4 : Leukemia Mielomonositik
M5 : Leukemia Monoblastik
M6 : Eritroleukemia
Gejala klinis yang dapat terlihat pada klien dengan AML
adalah rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia,
ptekie, perdarahan, nyeri tulang serta infeksi dan
pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati, dan kelenjar
mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi
gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan
mielomonolitik.
Evaluasi diagnostik pada klien dengan AML adalah :
1) Pada hitungan sel darah menunjukkan adanya
penurunan, baik eritrosit maupun trombosit, jumlah
leukosit total rendah atau normal atau tinggi.
2) Pada pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan
kelebihan sel blast yang imatur.

Penatalaksanaan pada klien ini adalah sebagai berikut :

1) Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada


beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang
berlangsung sampai setahun lebih. Obat yang biasanya
digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride
(cerubidine), cytarabine (cytosar-U) dan
mercaptopurine (purinethol).
2) Pemberian produk darah dan penanganan infeksi
dengan segera.
3) Transplantasi sumsum tulang
b) Leukemia limfositik akut / acute lymphoblastic leukemia
(LLA/ALL)
LLA merupakan suatu proliferasi ganas dari limfoblast.
Insiden LLA berkisar 2-3/100.000 penduduk, lebih sering
ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada usia dewasa
(18%) dan lebih sering ditemukan pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita. Klasifikasi LLA adalah
sebagai berikut :
1) Secara morfologis menurut FAB, LLA dibagi jadi :
 L1 : LLA dengan sel limfoblast kecil-kecil dan
merupakan 84% dengan LLA, biasanya ditemukan
pada anak-anak
 L2 : sel lebi besar, inti ireguler, kromatin
bergumpal, nukleoli prominen dan sitoplasma agak
banyak, merupakan 14% dari LLA, biasanya
terjadi pada orang dewasa.
 L3 : LLA mirip dengan limfoma burkitt, yaitu
sitoplasma basofil dengan banyak vakuola, hanya
merupakan 1% dari LLA.
2) Secara imunofenotipe dibagi menjadi empat golongan
besar yaitu:
 Common LLA : frekuensi relatif pada anak-anak
76% dan dewasa 51%.
 Null LLA : frekuensi relatif pada anak-anak 12%
dan dewasa 38%.
 T-LLA : frekuensi relatif pada anak-anak 12% dan
dewasa 10%.
 B-LLA : frekuensi relatif pada anak-anak 1% dan
dewasa 2 %.

Gejala klinis tersering yang dapat terjadi adalah rasa lelah,


panas tanpa infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi,
penurunan berat badan, serta sering ditemukan suatu massa
abnormal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan splenomegali,
hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada,
ekimosis dan perdarahan retina. Evaluasi diagnostik yang
dilakukan adalah sebagai berikut :

 Pemeriksaan darah tepi, hasil yang didapatkan adalah


sel muda limfoblast, leukositosis (60%), kadang-
kadang leukopenia (25%), jumlah leukosit neutrofil
sering kali rendah, kadar hemoglobin dan trombosit
rendah.
 Pemeriksaan sum-sum tulang : biasanya menunjukkan
sel blast yang dominan.

Bentuk therapi utama dalam penanganan masalah LLA


adalah kemotherapi.

b. Leukemia Kronis
1) Leukemia Mieloid merupakan leukemia granulositik
kronis/leukemia mieoid kronis (LGK/LMK).
LMK merupakan suatu penyakit mieloproliferatif yang
ditandai dengan produksi berlebihan seri geanulosit yang
relatif matang. LMK merupakan leukemia kronis dengan
gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel leukimianya berasal
dari transformasi sel induk mieloid.
Epidemiologi : LMK merupakan 15-20% dari leukemia dan
merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai di
Indonesia, sedangkan dinegara barat leukemia kronis lebih
banyak dijumpai dalam bentuk LLK. Insiden LMK dinegara
barat adalah 1-1,4/100.000/tahun. Umumnya LMK mengenai
usia pertengahan dengan puncak pada 40-50 tahun. Pada anak-
anak dapat dijumpai bentuk juvenille LMK. Abnormalitas
genetik yang disebut kromosom Philadelphia ditemukan pada
90-95% klien dengan LMK.
LMK terdiri atas enam jenis leukemia yaitu :
a) Leukemia mieloid kronis, Ph positif
b) Leukemia mieloid kronis< Ph negatif
c) Juvenille chronic myeloid leukemia
d) Chronic neuthrofilik leukemia
e) Eosinophilic leukemia
f) Chronic myelomonocytic leukemia
2) Leukemia Limfoid atau Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia limfoid merupakan suatu proliferasi ganas
limfoblast.
Insiden : LLK merupakan 25% dari seluruh leukemia di negara
barat, tetapi amat jarang ditemukan di Jepang, Cina dan
Indonesia. Penderita laki-laki dua kali lebih sering ditemukan
dari pada wanita. Jarang sekali ditemukan pada usia kurang
dari 40 tahun. Kebanyakan mengenai usia lebih dari 50 tahun.
Klasifikasi : menurut Rai dkk (1978) LLK dapat dibagi menjadi 5
tingkatan penyakit secara klinis sebagai berikut :

Tingkat Penyakit Median


Survival
(Bulan)
0: hanya limfositosis dengan infiltrasi sel 150
1: limfositosis dan limfodenopati 101
2: limfositosis dan splenomegali/hepatomegali 71
3: limfositosis dan anemia <11g% dengan/tanpa pembesaran 19
hati, limpa dan kelenjar
19
4: limfositosis dan trombositopenia < 100.000/mm3/tanpa
pembesaran hati, limpa, dan kelenjar
Gejala Klinis
LLK memberikan gejala klinis sebagai berikut
a) Pembesaran secara masif menyebabkan tekanan mekanik
pada lambung, sehingga menimbulkan gejala cepat
kenyang, rasa tidak enak pada abdomen dan buang air
besar tidak teratur.
b) Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati)
superfisial yang sifatnya simetris dan voumenya cukup
besar.
c) Anemia
d) Spenomegali
e) Hepatomegali (lebih jarang)
f) Sering disertai herpez zoster dan pruritus

Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah tepi
Menunjukkan adanya limfositosis 30.000-300.000/mm3,
anemia normositer normokromik dan trombositopenia.
b) Pemeriksaan sumsum tulang
Adanya infiltrasi “small well differentiated lymphocyte”
difus, dengan limfosite 25%-95% dari sel sumsum tulang
c) Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini penting untuk membedakan jenis
leukemia kronis seri limfoid

Penatalaksanaan

Pengobatan sebaiknya tidak diberikan kepada klien tanpa


gejala, karena tidak memperpanjang hidup. Hal yang perlu
diobati adalah klien yang menunjukkan progresitivitas
limfadenopati atau splenomegali, anemia, trombositopenia,
atau gejala akibat desakan tumor. Obat-obat yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :

a) Klorambusil 0,1-0,3 mg/kg BB/hari per oral


b) Kortikosteroid sebaiknya baru diberikan bila terdapat
AIHA atau trombositopenia atau demam tanpa sebab
infeksi.
c) Radiotherapi dengan menggunakan sinar X kadang-
kadang menguntungkan bila ada keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
5. Etiologi
Etiologi leukemia belum jelas seluruhnya. Ada beberapa vaktor yang
diduga menjadi penyebabnya yaitu :
a. Virus
Misalnya limfoma/leukemia sel T dewasa (ATL) dapat
disebabkan oleh virus limfosit T manusia tipe I (HTLV-1).
b. Radiasi pegion / sinar radioaktif
Menurut data dari luar negeri, karena proteksi tidak memadai,
insiden leukemia diantara bagian dokter radiologi tahun 1942
adalah 10x lipat daripada bukan dokter radiologi. Bagi orang yang
terkena radiasi kemungkinan lebih tinggi untuk terkena penyakit
ini. Angka kejadian leukemia mieloblastik akut (AML) dan
leukimia granulositik kronis (LGK) jelas sekali meningkat
sesudah terkena sinar radioaktif. Ini dibuktikan bahwa penderita
yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia
pada 6% pasien dan baru terjadi setelah 5 tahun.
c. Faktor kimia
Insiden leukemi diantara orang yang terkontak jangka panjang
dengan benzen dan lem, bensin, karet dan lain-lain. Yang
mengandung benzen lebih tinggi 3-20x lipat dibandingkan orang
biasa. Obat tertentu misanay khususnya alkilator dari obat
antitumor berefek menimbulkan leukemia.
d. Faktor genetik
Pada kembar monozigot, jika salah satu terkena leukemi maka
insiden pada kembarannya 20% lebih tinggi 12x lipat
dibandingkan kembar heterozygot. Pada sindrom down terdapat
trisomikromosom nomor 21, insiden leukimianya adalah
50/100000, atau sekitar 20x lipat dibandingkan orang normal. Hal
itu menunjukkan leukemia berkaitan dengansuseptibilitas genetik.
Secara umum, timbulnya leukimia setidaknya melalui proses 2
tahap: berbagai faktor menyebabkan mutasi menentukan pada
satu protoonkogen sel menyebabkan produksi kloning sel
hemopoetik abnormal. Perubahan genetik lebih lanjut mungkin
menyangkut non aktifnya satu atau lebih supresor onkogen dan
aktivasi onkogen, sehingga timbul leukemia. Biasanya faktor
kimia dan fisika menimbulkan mutasi satu sel, kemudian karena
imunitas tubuh menurun infeksi virus, suseptibilitas genetik
tubuh, aberasi kromosom dan lain sebagainya. Mengaktifkan
onkogen (misal, seri Ras) dan menyebabkan sebagian supresor
onkogen non aktif (misal, p53 mutasi atau non aktif serta over
ekspresi gen penghambat apoptosis (misal, bcl-2), menyebabkan
sel apoptosis sel mutan terhambat, bereplikasi ganas. Insiden
leukemi akut juga meningkat pada penderita kelainan kongenital
dengan aneuloidi, misalnya agranulositosis kongenital, sindrom
ellisnvan Greveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia
vanconi, sindrom klenefelter dan sindrom terisomi D.
6. Patofisiologi

Leukemia adalah jenis gangguan pada sistim hematopoetik yang total dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya.

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah dapat
dikontrol sesuai kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel
leukemia memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain dalam
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel darah tersebut
berfungsi untuk menyuplai oksigen ke jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi


kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi
ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya
proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan kearah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari
kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom
menggangu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sum-sum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan yang menghasilakn sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga
bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hepar, limpa, keenjar getah
bening ginjal dan otak.
Proses patofisiologi leukemia akut dimulai dari transformasi ganas sel
induk hematologi atau turunannya. Proliferasi sel ganas induk ini
menghasilkan sel leukemia akan mengakibatkan :

a. Penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi bone marrow failure.


b. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ sehingga menimbukjan
organomegali.
c. Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.
7. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada
kelainan sumsum tulang berupa adanya pansitopenia,
limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran
darah tepi monotan dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel
darah blas dalam darah tepi merupakan gejala patonomenik
untuk leukimia
2) Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamoglobinemia.
3) Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran
yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik
patologis sedangkan sistem lain terdesak (obplasia sekunder).
Pada LMA selain gambaran yang monoton terlihat pula
adanya liatus leukemia ialah keadaan yang diperlihatkan sel
blas (mie blas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang
bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost,
mielosit, metamielosit, dan sel batang).
b. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limfosit
normal, RES, granulosit, pulp cell.
c. Cairan serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti
suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat
pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi maupun
keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metrotexat
(NAX) secara antratekal secara rutin pada setiap pasien yang
meragukan gejala TIK meninggi.
d. Sistogenik
70 – 90% dari kasus menunjukkan kelainan kromosom, yaitu
kromosom 21 (Ngastiyah, 1987 : 85)
8. Penatalaksanaan Medik
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat
yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari
tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi
(kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens
kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif
diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk
memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain.
Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis
untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk
leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin
(antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam
amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan
leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor
kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama
pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).

B. Konsep Dasar Proses Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat dan
pendidikan. Insiden tertingi pada anak 4 tahun, keluhan utama
meliputi Nyeri (PQRST)
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang: pada penderita leukimiaanak
biasanya lemah, rewel, wajah pucat, anoreksia, muntah,
sesak, dispnea saat melakukan aktivitas, perdarahan gusi dan
hidung, penurunan berat badan.
2) Riwayat kesehatan terdahulu : apakah ada kelainan
kromosom (down syndrom), apakah pernah terjadi infeksi.
c. Data fokus :
1) Aktivitas : biasanya anak mudah keleahan, malaise,
kelemahan otot.
2) Sirkulasi : palpitasi, takikardi, membran mukosa pucat.
3) Eliminasi : diare, nyeri tekan perianal, feces hitam.
4) Integritas ego : cenderung menarik diri, ansietas.
5) Nuutrisi : anorekia, muntta, BB turun,disfagia.
6) Neurosensori : disorientasi, pusing.
7) Nyeri L nyeri kepala, nyeri abdomen, nyeri sendi dan kram
otot.
8) Pernafasan : nafas pendek, dispea, batuk, ronkhi.
9) Keamanan : perdarahan tak terkontrol, demam, pendarahan
gusi, pembesaran nodus limfe.
d. Pemeriksaan fisik
1) Palpasi,mukosa pucat
2) Penurunan BB
3) Penurunan bunyi usus
4) Splenomegali, hepatomegali
5) Penurunan kesadaran
6) Nyeri abdomen, nyeri sendi
7) Pendarahan spontan
8) Purpura, kemerahan
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung darah lengkap
2) Menurut Complete blood cell (CBC), anak denganjumlah
leukosit kurang dari
3) 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik,
sedangkan bila
4) jumlahnya lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik. Hb kurang
5) dari 10 gr/100 ml, jumlah retikulosit biasanya rendah dan
trombosit kurang dari
6) 50.000/mm
7) PTT biasanya memanjang
8) Asam urat serum : bisa meningkat
9) Copper serum : meningkat
2. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanantubuh
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia
3) Resiko tinggi cedera : perdarahan berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
3. Intervensi
1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh

NOC : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda terjadi infeksi

NIC :

a) Monitor TTV
Rasional ; untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya infeksi
b) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari
sumber infeksi.
c) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
mencuci tangan menggunakan tehnik mencuci tangan dengan
baik
Rasional : untuk menurunkan resko terjadinya kontaminasi
mikroorganisme dan meminimalkan paaran pada organisme
inefektif.
d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur
invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang / menurunkan
resiko infeksi.
e) Berikan diet lengkap nutrisis sesuai usia.
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuuh.
f) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : mengobati dan mencegah penyebaran infeksi.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia
NOC : Terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
dengan bertahap.
NIC :
a) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang
diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan
membantu pemilihan intervensi.
b) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk beraktivitas.
c) Berikan lingkungan yang tenang dan perlu istirahat tanpa
gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitass dan regenerasi
seluler atau penyembuhan jaringan
d) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampua.
3) Risiko tinggi cedera : perdarahan berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit

NOC : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan

Kriteria hasil : Hb normal, tidak ada penurunan energi

NIC :

a) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan


khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : perdaraha memperberat kondisi anak dengan
adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan sikat gigi yang lembut dan lunak
Rasional : untuk mencegah terjadinya perdarahan
d) Hindari obat-obatan yang mengandung aspirin
Rasional : aspirin mempenaruhi fungsi trombosit
e) Ajarkan orang tua untuk mengontrol apabila terjadi
perdarahan hidung
Rasional : untuk mencega perdarahan
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Leukemia adalah suatu poliferasi abnormal dari sel-sel darah putih
yaitu leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker atau merupakan
penyakit akibat proliferasi sel leukosit yang imatur dan berlebihan
sehingga dapat menggantikan umur sel yang normal, menyebabkan
anemia, trombositopenia, bahkan kematian dengan etiologi yang belum
jelas diketahui diduga sebagai penyakit virus atau genetik.
Sampai sekarang leukemia belum dapat dijelaskan secara
keseluruhan. Banyak para ahli menduga ada faktor infeksi yang sangat
berperan dalam etiologi leukimia.
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama
bahwa leukemia tersebut mungkin timbul. Semua jenis leukemia tersebut
didiagnosis dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang.
Penatalaksanaan pada pasien leukemia dapat dilakukan dengan
cemotherapi dan didukung terapi suportif.

B. Saran
Setiap mahasiswa keperawatan mempelajari tentang penyakit
leukemia dan mempelajari asuhan keperawatan pada pasien leukemia.
Supaya setiap mahasiswa keperawatan dapat merawat pasien dengan
penyakit leukemia dengan baik, sehingga setiap mahasiswa keperawatan
dapat berperan aktif lebih baik lagi dalam merawat pasien leukemia.

DAFTAR PUSTAKA
Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan
Anak, FKUNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife
Wells, 1998, StandarPerawatan Pasien, volume 4, EGC.

Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas
Kedokteran UI,Jakarta.

Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.

Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana


AsuhanKeperawatan, EGC.

Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.

Handayani, Wiwik, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


hematologi,2008, Salemba Medika, Jakarta

Japaries, Willie, Buku Ajar Onkologi Klinis edisi 2, cetakan 2, 2011, Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta

http:/diglib.unicus.ac.id

https://jtptunimus-gdl-novianaris-5138-2-bab2.pdf

http://www.academia.edu/22269307/Asuhan_Keperawatan_pada_pasien_Leukimi
a

http://www.academia.edu/20413574/ASKEP_LEUKIMIA

http://www.academia.edu/27463506/LEUKEMIA

Anda mungkin juga menyukai