PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua
milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad
modern ini, dimana kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu
hamil, anak usia sekolah, dan remaja.
Anemia yang sering terjadi adalah anemia disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.
Kekurangan zat besi tidak terbatas pada remaja status sosial ekonomi pedesaan yang rendah,
tetapi juga menunjukkan peningkatan prevalensi di masyarakat yang makmur dan
berkembang. Prevalensi anemia remaja di negara-negara berkembang sebesar 27%,
sedangkan di negara maju sebesar 6%.
Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Rendahnya supan zat
besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan makanan yang kurang
beragam, seperti protein. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi
terlambat, sehingga akan terajadi defisiensi zat besi. Disamping itu, makanan yang tinggi
protein teruma berasal dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung protein.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia
Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia
Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia
1.3 Manfaat
a. Manfaat Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan anemia
Tinjauan Teori
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawa nilai normal jumlah SDM, kualitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah. (Syilvia A.
Price, 2016)
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematokrit dibawa normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apablia terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner Dan Suddarth)
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya
oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam
tubuh. Karakteristik fisik darah meliputi :
Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya atau pompa jantung.
Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari
pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan
mencapurkan kedalam tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus.
a. Fungsi Darah
Sebagai alat pengangkut, yaitu :
Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk di edarkan ke
seluruh jaringan tubuh
Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru
Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan atau alat tubuh
Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi butuh untuk di
keluarkan melalui kulit dan ginjal
Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaran leukosit dan antibodi untuk mempertahankan tubuh terhadap invasi
mikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses homeostatis (trombosit)
Sebagai pengatur regulasi yaitu :
Mempertahankan pH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial melalui
pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial
Darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan paru-paru
b. Tempat Pembentukan Sel Darah
Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar
pada hati dan sebagian kecil dari limpa. Adari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan,
pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :
Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa
embrionik. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada
sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang. Sesudah lahir, semua sel
darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang juga dibentuk di kelenjar limfe,
tymus, dan lien. Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang
(extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan
atau mengalami fibrosis. Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat
menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali
bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20
tahun. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi teutama paxda tulang belakang, sternum,
tulang iga dan ileum, 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit)
dan hanya 25% menghasilkan eritrosit. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak
dari leukosit. Hal ini disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek
(hanya beberapa hari) sedangkan eritrosit hanya hanya 120 hari
c. Komposisi Darah
Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah
Plasma terdiri dari air, protein, dan bahan-bahan non protein
Plasma protein terdiri dari albumin (55%), globulin α, β, γ (38%), fibrinogen (7%)
Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dimana leukosit terbagi 2
yaitu granulosit : netrofil, eosinofil, dan basofil. Serta agranulosit : limfosit dan
monosit
d. Erotrosit (Sel darah Merah)
Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin
yang mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum
merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm 3 terkandung ± 5 juta
eritrosit (laki-laki) dan ± 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak
oleh hati dan dijadikan warna empedu (bilirubin). Pembentukan sel darah merah
(eritropoesis). Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic
cell). Sel induk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten
berdiferensial menjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui
proses yang kompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi
eritrosit, granulositik, dan monisitik akan menjadi granulosit dan monosit serta
megakaroisitik menjadi trombosit.
Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat
besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C, dan B kompleks.
Kekurangan salah satu unsur atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan
penurunan produksi atau anemia.
Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses
diferensiasi dari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang di
produksi ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka
produksi hormon ini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat. Eritrosit hidup
dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan mengalami proses
penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya atau kurang dari 120
hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia.
e. Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu
protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sistesis hemoglobin dimulai dalam pro
eritroblas dan kemudian dilanjurkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika
retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam aliran darah, maka retikulosit
tetap membentuk sedikit mungkin hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.
Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk
dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian,
empat pirol bergabung untuk membentuk protopofirin IX yang kemudian bergabung dengan
besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan
rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk
suatu sub unit hemoglobulin yang disebut hemoglobin.
Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung
pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai
beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang
dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta.
f. Katabolisme Hemaglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera
difagosit, oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer),
limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag
akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah
dan diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru,
atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari
molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati
ke dalam empedu.
3. Etiologi
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan
dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
b) Anemia Defisiensi
c) Anemia Hemolitik
Faktor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobnopatia (talasemia HbE, Sickle cell anemia),
sferositas, defiseinsi enzim eritrosit (G-6PD, piruvatkinase, glutation reduktae)
Faktor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas golongan
darah, reaksi hemolitik pada tranfusi darah).
d) Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pem buatan sel darah sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan eritrosit)
Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya, ureum
pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal
Bahan baku yang dimaksud adalah protein, asam folat, bitamin B12, dan mineral Fe.
Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi,
asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia juga
disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi, hampir
dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta kematian sel
dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran
zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan
diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada
duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum
tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi
merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh
maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah
merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin
menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price, 1995).
6. Klasifikasi Anemia
a. Anemia Aplastik
Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh menurun
dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan berkurangnya sintesis HB
sehingga menghambat proses pematangan eritrosit.
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
memperlihatkan parubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik.
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek molekul
Hb dan berkenan dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit merupakan gangguan resesif
otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu buah dari
masing-masing orang tua.
e. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia hemolitik dapat
disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi
transfuse.
7. Manifestasi Klinis
Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi
klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemi, usia, mekanisme kompensasi
tingkat aktifitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara
umum gejala anemia adalah :
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat, takikardi, sakit
dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinitus, penderita defisiensi
yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata mudah patah, atropi papila
lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging meradang dan sakit
(Guyton, 1997). Manifestasi klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit
kepala, edema mata kaki dan dispnea waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
8. Penatalaksanaan Medis
3. Transfusi darah.
9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah darah lengkap (JDL) di bawah normal (hemoglobin, hematokrit dan SDM).
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan, dan
pusing
Aktivitas / istirahat
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,
dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat,
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda :
TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat atau kuning lemon terang.
Sklera : biru atau putih seperti mutiara . Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) . Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature .
Integritas ego
Tanda : depresi.
Eleminasi
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah
puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan
sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
2) Analisa Data
3) Diagnosa Keperawatan
a. Keletihan
Definisi : suatu rasa letih yang berlebihan, terus-menerus dan menurunnya kapasitas kerja
fisik serta mental pada tingkat biasanya.
Ansietas
Depresi
Stres
Kebisingan
Anemia
Kehamilan
Malnutrisi
Kondisi fisik yang buruk
Keadaan penyakit
Definisi: insipirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
Ansietas
Posisi tubuh
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Nyeri
Obesitas
Kelelahan otot-otot respirasi
Cedera tulang belakang
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Definisi: kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida di membran
kapilar-alveolar.
Definisi: keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan dan menyerap nutrien yang
diakibatkan karena faktor biologis, psikologis, atau ekonomi
intoleransi makanan
kurangnya pengetahuan dasar nutrisi
hilangnya nafsu makan
mual/muntah
e. Intoleransi Aktivitas
Definisi: suatu keadaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau
psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang
diinginkan.
tirah baring/imobilitas
nyeri kronis
kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
gaya hidup monoton
4) Intervensi Keperawatan
5) Implementasi Keperawatan
6) Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan ditahap akhir menilai hasil intervensi yang direncanakan
dan melakukan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil.
BAB III
KASUS
Ny. R umur 48 tahun masuk RSUD Depok pada malam hari tanggal 20 Mei 2018 melalui
ruang IGD, lalu masuk ruang mawar. Keesokan harinya pada pukul 10.30 WIB dengan
kesadaran Compos Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur,
badannya terasa lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah,
konjungtiva anemis dan akral klien dingin dan berkeringat, HB awal 6,1 gr/dl, CRT >3dtk,
Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang. Hasil TTV: TD: 80/60
mmHg, N : 120 x/menit, RR : 22x/menit, S: 36,5c. Saat di timbang berat badannya 62kg,
klien mengatakan berat badan menurun karena tidak nafsu makan. Klien mengeluh mual dan
muntah.
3.1 Pengkajian
No Register : 06-37-80
Ruangan : Mawar
A. Biodata klien
Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Nama : Tn B
Umur : 50 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : Wiraswasta
C. Keluhan utama
Ny. R umur 48 tahun didampingi oleh keluarganya masuk RSUD Depok pada malam
hari tanggal 20 Mei 2016 melalui ruang IGD, lalu masuk ruang rawat inap . Keesokan
harinya setelah dilakukan pengkajian pada pukul 10.30 WIB dengan kesadaran Compos
Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur, badannya terasa lemah,
dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan akral
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang dia derita
saat ini.
Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang dialami klien sekarang.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematokrit dibawa normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apablia terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner Dan Suddarth)
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :
4.2 Saran