Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua
milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad
modern ini, dimana kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu
hamil, anak usia sekolah, dan remaja.

Anemia yang sering terjadi adalah anemia disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi.
Kekurangan zat besi tidak terbatas pada remaja status sosial ekonomi pedesaan yang rendah,
tetapi juga menunjukkan peningkatan prevalensi di masyarakat yang makmur dan
berkembang. Prevalensi anemia remaja di negara-negara berkembang sebesar 27%,
sedangkan di negara maju sebesar 6%.

Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Rendahnya supan zat
besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan makanan yang kurang
beragam, seperti protein. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi
terlambat, sehingga akan terajadi defisiensi zat besi. Disamping itu, makanan yang tinggi
protein teruma berasal dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung protein.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia.

b. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia
 Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia
 Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia
 Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia

1.3 Manfaat
a. Manfaat Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan anemia

b. Manfaat Bagi Institusi

Dapat dijadikan acuan ataupun referensi dalam pembelajaran di kampus.


BAB II

Tinjauan Teori

2.1 Konsep teori Anemia


1. Definisi

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai


dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard).

Anemia adalah berkurangnya hingga dibawa nilai normal jumlah SDM, kualitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah. (Syilvia A.
Price, 2016)

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematokrit dibawa normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apablia terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner Dan Suddarth)

2. Anatomi Dan Fisiologi Sel Darah Merah

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya
oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam
tubuh. Karakteristik fisik darah meliputi :

 Viskositas atau kekentalan darah : 4,5-5,5


 Temperature : 38 0C
 pH : 7,37-7,45
 salinitas : 0,9%
 Berat : 8% dari berat badan
 Volume : 5-6 liter (pria)
4-5 liter (wanita)

Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya atau pompa jantung.
Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari
pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan
mencapurkan kedalam tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus.

a. Fungsi Darah
 Sebagai alat pengangkut, yaitu :
 Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk di edarkan ke
seluruh jaringan tubuh
 Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru
 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan atau alat tubuh
 Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi butuh untuk di
keluarkan melalui kulit dan ginjal
 Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaran leukosit dan antibodi untuk mempertahankan tubuh terhadap invasi
mikroorganisme dan benda asing (leukosit) dan proses homeostatis (trombosit)
 Sebagai pengatur regulasi yaitu :
 Mempertahankan pH dan konsentrasi elektrolit pada cairan interstitial melalui
pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial
 Darah mengatur suhu tubuh melalui transport panas menuju kulit dan paru-paru
b. Tempat Pembentukan Sel Darah

Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar
pada hati dan sebagian kecil dari limpa. Adari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan,
pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap, yaitu :

 Pembentukan di saccus vitellinus


 Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa
 Pembentukan di sumsum tulang

Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa
embrionik. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada
sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang. Sesudah lahir, semua sel
darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang juga dibentuk di kelenjar limfe,
tymus, dan lien. Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang
(extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan
atau mengalami fibrosis. Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat
menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali
bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20
tahun. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi teutama paxda tulang belakang, sternum,
tulang iga dan ileum, 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit)
dan hanya 25% menghasilkan eritrosit. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak
dari leukosit. Hal ini disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek
(hanya beberapa hari) sedangkan eritrosit hanya hanya 120 hari

c. Komposisi Darah
 Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah
 Plasma terdiri dari air, protein, dan bahan-bahan non protein
 Plasma protein terdiri dari albumin (55%), globulin α, β, γ (38%), fibrinogen (7%)
 Sel-sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dimana leukosit terbagi 2
yaitu granulosit : netrofil, eosinofil, dan basofil. Serta agranulosit : limfosit dan
monosit
d. Erotrosit (Sel darah Merah)

Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin
yang mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum
merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm 3 terkandung ± 5 juta
eritrosit (laki-laki) dan ± 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak
oleh hati dan dijadikan warna empedu (bilirubin). Pembentukan sel darah merah
(eritropoesis). Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic
cell). Sel induk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten
berdiferensial menjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui
proses yang kompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi
eritrosit, granulositik, dan monisitik akan menjadi granulosit dan monosit serta
megakaroisitik menjadi trombosit.

Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat
besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C, dan B kompleks.
Kekurangan salah satu unsur atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan
penurunan produksi atau anemia.

Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses
diferensiasi dari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang di
produksi ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka
produksi hormon ini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat. Eritrosit hidup
dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan mengalami proses
penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya atau kurang dari 120
hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia.

e. Hemoglobin

Hemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu
protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sistesis hemoglobin dimulai dalam pro
eritroblas dan kemudian dilanjurkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika
retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam aliran darah, maka retikulosit
tetap membentuk sedikit mungkin hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.

Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk
dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian,
empat pirol bergabung untuk membentuk protopofirin IX yang kemudian bergabung dengan
besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan
rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk
suatu sub unit hemoglobulin yang disebut hemoglobin.

Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung
pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa, rantai
beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang
dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta.
f. Katabolisme Hemaglobin

Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera
difagosit, oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer),
limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag
akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah
dan diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru,
atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari
molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati
ke dalam empedu.

3. Etiologi

Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :

a) Anemia Pasca Perdarahan

Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan
dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.

b) Anemia Defisiensi

Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah

c) Anemia Hemolitik

Terjadi penghancuran (hemolisis) erotrosit yang berlebihan karena:

 Faktor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobnopatia (talasemia HbE, Sickle cell anemia),
sferositas, defiseinsi enzim eritrosit (G-6PD, piruvatkinase, glutation reduktae)
 Faktor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas golongan
darah, reaksi hemolitik pada tranfusi darah).
d) Anemia Aplastik

Disebabkan terhentinya pem buatan sel darah sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).

Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Gangguan produksi eritrosit uang dapat terjadi karena:


 Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe, Thalasemia, dan
anemi infeksi kronik
 Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan anemi
pernisiosa dan anemi asam folat
 Fungsi sel induk (sistem sel) terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemia aplastik
dan leukimia
 Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma
2. Kehilangan darah
 Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara mendadak
 Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)

Hemolisis dapat terjadi karena:

 Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan eritrosit)
 Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya, ureum
pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal

4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada

Bahan baku yang dimaksud adalah protein, asam folat, bitamin B12, dan mineral Fe.
Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi,
asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia juga
disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

5. Patofisiologi

Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi, hampir
dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta kematian sel
dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran
zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan
diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada
duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum
tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.

Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi
merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh
maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah
merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin
menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price, 1995).

6. Klasifikasi Anemia

Menurut Baughman (2000), klasifikasi anemia adalah :

a. Anemia Aplastik

Anemia aplastik (hipoproliferatif) disebabkan oleh penurunan pada prekusor sel-sel


sumsum tulang dan penggantian sumsum dengan lemak. Anemia ini dapat disebabkan oleh
kongenital atau didapat, idiopati akibat infeksi tertentu, obat-obatan dan zat kimia, serta
kerusakan akibat radiasi.
b. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana kandungan besi dalam tubuh menurun
dibawah kadar normal. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan berkurangnya sintesis HB
sehingga menghambat proses pematangan eritrosit.

c. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Vitamin B12 dan Defisiensi Asam Folat)

Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
memperlihatkan parubahan-perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik.

d. Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan oleh defek molekul
Hb dan berkenan dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit merupakan gangguan resesif
otosom yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektis, satu buah dari
masing-masing orang tua.

e. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolysis, yaitu
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya. Anemia hemolitik dapat
disebabkan oleh anemia sel sabit, malaria, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan reaksi
transfuse.

7. Manifestasi Klinis

Karena sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi
klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemi, usia, mekanisme kompensasi
tingkat aktifitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara
umum gejala anemia adalah :

 Hb menurun (< 10 g/dl), trombositosis/trombositopenia, pansitopenia


 Penurunan BB, kelemahan
 Takikardi, TD menurun, pengisian kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi, kulit
pucat
 Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek,
 Sakit kepala, pusing, berkunang-kunang, peka rangsang

Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat, takikardi, sakit
dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinitus, penderita defisiensi
yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata mudah patah, atropi papila
lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging meradang dan sakit
(Guyton, 1997). Manifestasi klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit
kepala, edema mata kaki dan dispnea waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
8. Penatalaksanaan Medis

Menurut Engram, (1999)., penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :

1. Memperbaiki penyebab dasar.

2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)

3. Transfusi darah.

9. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada anemia menurut Engram, 1999 adalah:

1. Jumlah darah lengkap (JDL) di bawah normal (hemoglobin, hematokrit dan SDM).

2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.

3. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa.

4.Tes Comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun.

5. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada penyakit sel


sabit.

6. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12

10. Pathway Anemia (Patrick Davey, 2002)


2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).

 Identitas pasien dan keluarga

Nama, umur, TTL, pekerjaan, agama, pendidikan, dan alamat

 Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan, dan
pusing

 Riwayat kesehatan dahulu


 Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya
 Adanya riwayat trauma
 Adanya riwayat demam tinggi
 Adanya riwayat penyakit ISPA

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

 Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan


semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,
dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

 Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat,
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda :

 TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural.
 Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia.
 Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
 Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat atau kuning lemon terang.
 Sklera : biru atau putih seperti mutiara . Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
 kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) . Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature .

 Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan


transfusi darah.

Tanda : depresi.

 Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).


Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

 Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah
puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan
sebagainya.

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya
inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.

 Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal.

 Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen dan sakit kepala


 Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

2) Analisa Data

Data Senjang Etiologi Masalah


DS:  Ansietas Keletihan
 Penurunan konsentrasi  Depresi
 Penurunan libido  Stres
 Ketidaktarikan dengan  Kebisingan
lingkungan  Anemia
 Mengantuk  Kehamilan
 Meningkatkan  Malnutrisi
keluhan fisik  Kondisi fisik yang buruk
 Membutuhkan energi  Keadaan penyakit
tambahan untuk
mnyelesaikan tugas
rutin
 Letih
 Menyatakan
kekurangan energi
tambahan untuk
menyelesaikan tugas
rutin
DO:
 Menurunnya kinerja
 Ketidakmampuan
untuk
mempertahankan
rutinitas
 Ketidakmampuan
untuk
mengembalikan
energi meskipun
setelah tidur
 Meningkatnya
kebutuhan istirahat
 Kurang energi atau
ketidakmampuan
untuk
mempertahankan
tingkat aktifitas fisik
biasa
 Lesu atau tidak
bergairah
DS:  Ansietas Ketidakefektifan pola nafas
 Dispnea  Posisi tubuh
 Nafas pendek  Hiperventilasi
DO:  Sindrom hipoventilasi
 Perubahan gerakan  Nyeri
dada  Obesitas
 Penurunan tekanan  Kelelahan otot-otot
inspirasi/ekspirasi respirasi
 Penurunan ventilasi  Cedera tulang belakang
semenit  Deformitas tulang
 Penurunan kapasitas  Deformitas dinding dada
vital
 Nafas dalam
 Nafas cuping hidung
 Fase ekspirasi yang
lama
 Penggunaan otot-otot
bantu untuk bernafas
DS:  perubahan membran Gangguan pertukaran gas
 Dispnea kapiler-alveolar
 Sakit kepala saat  ketidakseimbangan
bangun perfusi-ventilasi
 Gangguan
penglihatan
DO:
 Gas darah arteri yang
tidak normal
 pH arteri tidak
normal
 ketidaknormalan
frekuensi, irama, dan
kedalaman
pernafasan
 warna kulit tidak
normal
 konfusi
 sianosis
 hiperkapnia
 hipoksia
 hiperkarbia
 hipoksemia
 cuping hidung
mengembang
 gelisah
 somnolen
 takikardi
DS:  ketidakmampuan untuk Perubahan nutrisi: kurang
 kram abdomen menelan atau mencerna dari kebutuhan tubuh
 nyeri abdomen makanan dan menyerap
dengan atau tanpa nutrien yang diakibatkan
penyakit karena faktor biologis,
 merasakan psikologis, atau ekonomi
ketidakmampuan  intoleransi makanan
untuk mengingesti  kurangnya pengetahuan
makanan dasar nutrisi
 melaporkan  hilangnya nafsu makan
perubahan sensasi  mual/muntah
 melaporkan
kurangnya makanan
 merasa kenyang
segera setelah
mengingesti
makanan
DO:
 tidak tertarik untuk
makan
 kerapuhan kapiler
 diare
 adanya bukti
kekurangan makanan
 bising usu hiperaktif
 konjungtiva dan
membran mukosa
pucat
 tonus otot buruk
 menolak untuk
makan
 kurangnya minat
untuk makan
DS:  tirah baring/imobilitas Intoleransi aktivitas
 ketidaknyamanan  nyeri kronis
atau dispnea yang  kelemahan umum
membutuhkan  ketidakseimbangan antara
pergerahan tenaga suplai dan kebutuhan
 melaporkan oksigen
keletihan atau  gaya hidup monoton
kelemahan secara
verbal
DO:
 denyut jantung atau
tekanan darah tidak
normal sebagai
respons terhadap
aktivitas
 perubahan EKG
selama aktivitas yang
menunjukkan aritmia
atau iskemia

3) Diagnosa Keperawatan

a. Keletihan

Definisi : suatu rasa letih yang berlebihan, terus-menerus dan menurunnya kapasitas kerja
fisik serta mental pada tingkat biasanya.

Kemungkinan faktor yang berhubungan:

 Ansietas
 Depresi
 Stres
 Kebisingan
 Anemia
 Kehamilan
 Malnutrisi
 Kondisi fisik yang buruk
 Keadaan penyakit

b. Ketidakefektifan Pola Nafas

Definisi: insipirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.

Kemungkinan faktor yang berhubungan :

 Ansietas
 Posisi tubuh
 Hiperventilasi
 Sindrom hipoventilasi
 Nyeri
 Obesitas
 Kelelahan otot-otot respirasi
 Cedera tulang belakang
 Deformitas tulang
 Deformitas dinding dada

c. Gangguan Pertukaran Gas

Definisi: kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida di membran
kapilar-alveolar.

Kemungkinan faktor yang berhubungan:

 perubahan membran kapiler-alveolar


 ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

d. Perubahan Nutrisi:Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Definisi: keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik

Kemungkinan faktor yang berhubungan :

 ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan dan menyerap nutrien yang
diakibatkan karena faktor biologis, psikologis, atau ekonomi
 intoleransi makanan
 kurangnya pengetahuan dasar nutrisi
 hilangnya nafsu makan
 mual/muntah

e. Intoleransi Aktivitas

Definisi: suatu keadaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau
psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang
diinginkan.

Kemungkinan faktor yang berhubungan:

 tirah baring/imobilitas
 nyeri kronis
 kelemahan umum
 ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 gaya hidup monoton

4) Intervensi Keperawatan

Diagnosa Noc Nic Rasional


Keperawatan
Keletihan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan efek
1. Mengie
keperawatan diharapkan keletihan dari keletihan
ntifika-si
pasien dapat teratasi dengan pada kualitas
efek dari
kriteria hasil : hidup kelelahan
1. Pasien akan beradaptasi 2. Pantau 2. polaMenget
terhadap keletihan yang tidur pasien
ahui
dibuktikan dengan dan jumlah jam
keseimbanga
konsentrasi, penghematan tidurnya n istirahat
energi, ketahanan, dan status 3. Pantau asupan
dengan
nutrisi:energi nutrisi untuk
aktivitas
2. Pasien akan menunjukkan menjamin pasien
penghematan energi, keadekuatan
3. Menghi
dibuktikan dengan indikator sumber energi
ndari
berikut: 4. Jelaskan kekurangan
 Tingkat daya tahan hubungan nutrisi
adekuat untuk antara keletihan
4. Menget
beraktivitas dan proses
ahui
 Mempertahankan /kondisi hubungan
nutrisi yang adekuat penyakit antara
 Keseimbangan anatara 5. Ajarkan keletihan
aktivitas dan istirahat pengaturandengan
3. Pasien akan mempertahankan aktivitas dan
penyakit
kebiasaan interaksi sosial teknik pasien
4. Pasien akan mengidentifikasi mengatur5. Agar
faktor psikologis dan waktu untuk
dapat
fisiologis yang dapat mencegah menyeimban
menyebabkan keletihan keletihan gkan antara
5. Pasien akan mempertahankan waktu untuk
kemampuan untuk beraktivitas
berkosentrasi dengan
beristirahat
Ketidakefek- Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau adanya 1. Mengetahui
tifan Pola keperawatan diharapkan pola pucat atau tanda-tanda
Nafas nafas pasien menjadi efektif sianosis kekurang
dengan kriteria hasil: 2. Pantau oksigen
1. Menunjukkan pola kecepatan, 2. Mengetahui
pernafasan efektif, irama, frekuensi
dibuktikan dengan status kedalaman dan pernafasan
pernafasan yang tidak usaha respirasi dalam
berbahaya: ventilasi dan 3. Ajarkan cara rentang
status tanda vital batuk secara normal
2. Menunjukkan status efektif 3. Membantu
pernafasan:ventilasi tidak 4. Berikan mengeluar-
terganggu, ditandai dengan tindakan kan sputum
indikator gangguan sebagai nebulizer 4. Membantuk
berikut: ultrasonik dan mengeluar-
 Kedalaman inspirasi dan udara pelembap kan sekret
kemudahan bernafas atau oksigen atau sputum
 Ekspansi dada simetris sesuai dengan 5. Mengurang
 Tidak ada pengguanan otot program i sesak
bantu 5. Posisikan nafas
 Bunyi nafas tambahan pasien untuk
tidak ada mengoptimalka
 Nafas pendek tidak ada n pernafasan
3. Pasien akan menunjukkan
pernafasan optimal pada saat
terpasang ventilator mekanis
4. Pasien akan mempunyai
kesepatan dan irama respirasi
dalam batas normal
5. Pasien akan mempunyai
fungsi paru dalam batas
normal
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bunyi 1. Mengetahui
Pertukaran Gas keperawatan diharapkan masalah nafas, frekuensi
gangguan pertukaran gas pada frekuensi nafas dalam
pasien dapat teratasi dengan nafas, rentang
kriteria hasil: kedalaman, normal
1. Gangguan pertukaran gas dan usaha 2. Agar
akan terkurangi dengan status 2. Pantau hasil mengetahui
pernafasan : pertukaran gas gas darah gas darah
dan status pernafasan: 3. Jelaskan yang
ventilasi tidak bermasalah kepada pasien dihasilkan
2. Status pernafasan: pertukaran sebelum 3. Agar pasien
gas tidak akan terganggu memulai dapat
dibuktikan dengan indikator aktivitas, memulai
gangguan sebagai berikut: untuk aktivitas
 Status neurologis menurunkan tanpa
dalam rentang yang ansietas dan adanya
diharapkan meningkatkan hambatan
 Dispnea pada saat rasa kendali 4. Ajar pasien
istirahat dan aktivitas 4. Ajarkan merasak
tidak ada kepada pasien relak
 Gelisah, sianosis, dan teknik 5. membantu
keletihan tidak ada bernafas dan mengeluar-
3. Pasien akan mempunyai relaksasi kan sputum
fungsi paru dalam batas 5. Ajarkan
normal bagaimana
4. Pasien tidak mengalami batuk secara
nafas dangkal atau ortopnea efektif
5. Pasien tidak menggunakan
pernafasan mulut
Perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. bantu atau 1. agar asupan
Nutrisi:Kurang keperawatan diharapkan menyediakan makanan
Dari pemenuhan nutrisi pasien kembali asupan dan cairan
normal dengan kriteria hasil : makanan dan pasien
Kebutuhan
1. keinginan untuk makan cairan diet terpenuhi
Tubuh ketika dalam keadaan sakit seimbang 2. agar proses
atau sedang menjalani 2. beri makanan metabolik
pengobatan dan cairan pasien
2. tindakan personal untuk untuk terpenuhi
mengikuti anjuran asupan mendukung 3. agar nutrisi
makanan dan cairan oleh proses dapat
profesional kesehatan untuk metabolik terpenuhi
kondisi kesehatan khusus pasien
3. tingkat makanan (melalui 3. bantu individu
konsumsi atau pemberian untuk makan
makan melalui selang)
berpundah dari konsumsi
hingga ekskresi
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1) evaluasi 1) mengetahui
Aktivitas keperawatan diharapkan pasien motivasi dan aktivitas
dapat melakukan aktivitas seperti keinginan yang
semula dengan kriteria hasil: pasien untuk diinginkan
1. mentoleransi aktivitas yang meningkat-kan pasien
biasa dilakukan dan aktivitas 2) pasien
ditunjukkan dengan daya tahan 2) bantu pasien belajar
tubuh, penghematan energi dan untuk untuk
perawatan diri mengubah melakukan
2. pasien akan mengidentifikasi posisi secara aktivitas
aktivitas atau situasi yang berkala, seperti
menimbulkan kecemasan yang bersandar, semula
berkontribusi pada intoleransi duduk, berdiri, 3) pasien
aktivitas dan ambulasi dapat
3. pasien akan berpartisipasi yang dapat membagi
dalam aktivitas fisik yang ditoleransi waktu
dibutuhkan dengan 3) ajarkan tentang untuk
peningkatan yang memadai pengatu-ran beraktivitas
pada denyut jantung, frekuensi aktivitas dan
respirasi, dan tekanan darah teknik manaje-
dan pola yang dipantau dalam men waktu
batas normal untuk
mencegah
kelelahan

5) Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan diagnosis keperawatan dan


intervensi keperawatan serta sesuai dengan tujuan kriteria hasil.

6) Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan ditahap akhir menilai hasil intervensi yang direncanakan
dan melakukan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil.

BAB III

KASUS

Contoh Kasus Anemia :

Ny. R umur 48 tahun masuk RSUD Depok pada malam hari tanggal 20 Mei 2018 melalui

ruang IGD, lalu masuk ruang mawar. Keesokan harinya pada pukul 10.30 WIB dengan

kesadaran Compos Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur,

badannya terasa lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah,

konjungtiva anemis dan akral klien dingin dan berkeringat, HB awal 6,1 gr/dl, CRT &gt;3dtk,
Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang. Hasil TTV: TD: 80/60

mmHg, N : 120 x/menit, RR : 22x/menit, S: 36,5c. Saat di timbang berat badannya 62kg,

klien mengatakan berat badan menurun karena tidak nafsu makan. Klien mengeluh mual dan

muntah.

3.1 Pengkajian

No Register : 06-37-80

Ruangan : Mawar

Tanggal Masuk : 20 Mei 2018

Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2018

Diagnosis Medis : Anemia

A. Biodata klien

Nama : Ny. R

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Anggrek 2 no 11 rt 07 rw 02, jawa barat

B. Biodata Penanggung jawab

Nama : Tn B

Umur : 50 tahun

Agama : islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Anggrek 2 no 11 rt 07 rw 02, jawa barat

Hubungan dengan klien : Suami

C. Keluhan utama

Klien mengatakan pusing.


D. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ny. R umur 48 tahun didampingi oleh keluarganya masuk RSUD Depok pada malam

hari tanggal 20 Mei 2016 melalui ruang IGD, lalu masuk ruang rawat inap . Keesokan

harinya setelah dilakukan pengkajian pada pukul 10.30 WIB dengan kesadaran Compos

Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur, badannya terasa lemah,

dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan akral

klien dingin dan berkeringat.

2) Riwayat Kesehatan dahulu

Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang dia derita

saat ini.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang dialami klien sekarang.

4) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari

No Aktifitas Dirumah Dirumah Sakit


1 Nutrisi
a. Makan
 Frekuensi 3 x sehari 3x sehari
 Menu Nasi dan lauk Nasi lembek
 Porsi 1 piring ½ piring
 Mual Muntah Tidak Iya
 Sulit Menelan Tidak Tidak
Minum
 Jumlah 8 gelas/ hari 5 gelas/hari
 Jenis Minuman Air putih Air putih
2 Eliminasi
a. BAK
 Warna Kuning Jernih Kuning jernih
 Bau Tidak Tidak
 Jumlah ±500 cc ±200 cc
 Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
BAB
 Kebiasaan 2x sehari
 Warna Coklat kehitaman , Belum pernah Bab
kekuningan Selama di Rumah Sakit
 Konsistensi Padat
3 Pola Istirahat Tidur
 Kebiasaan Tidur 8-12 jam sehari 4-5 jam sehari
 Memakai Selimut Iya Iya
 Memakai Bantal Iya Iya
4 Pola Hygiene Tubuh
 Mandi 2 x sehari Selama di rumah sakit
pasien belum pernah
 Gosok Gigi 2x sehari mandi ,gosok gigi,
maupun cuci rambut
 Cuci Rambut 2 x seminggu

3.2 Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengeluh mual dan muntah 1. TTV :
2. pasien mengeluh lemas dan letih TD : 80/60 mmHg
3. pasien mengeluh sakit kepala N : 120 x/menit
4. pasien mengeluh pandangan kabur RR : 22x/menit
5. pasien mengeluh cepat lelah saat S : 370C
beraktivitas 2. Kesadaran compos mentis
6. pasien mengeluh tidak nafsu makan 3. HB awal 6,1 gr/dL
7. pasien mengatakan cemas dengan 4. CRT klien &gt; 3 detik
penyakitnya dan ingin cepat pulang 5. Anoreksia
6. Konjungtiva anemis
7. pasien tampak pucat
8. Akral klien teraba dingin dan
berkeringat
9. BB menurun dari 64kg menjadi
62kg

3.3 Analisa Data

No Data Senjang Etiologi Masalah


1 Data Subjektif: Anemia Keletihan
Pasien mengeluh:
-         Lemas dan letih
-         Pusing
-         Pandangan kabur
-         Cepat lelah saat
beraktivitas
-         Tidak nafsu makan
Data Objektif:
-         TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37 0c
-         Anoreksia
-         Hb awal 6,1 gr/dl
-         Konjungtiva anemis
-         pasien tampak pucat
-         Akral teraba dingin dan
berkeringat
2 Data Subjektif: Faktor Biologis Perubahan nutrisi:
Pasien mengeluh: kurang dari
-         Lemas dan letih kebutuhan tubuh
-         Mual dan muntah
-         Cepat lelah saat
beraktivitas
-         Tidak nafsu makan
Data Objektif:
-     TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37 0c
-  Anoreksia
-   Konjungtiva anemis
-   pasien tampak pucat
-  Akral teraba dingin dan
berkeringat
3 Data Subjektif : Ketidakseimbangan Intoleransi
1.     pasien mengeluh lemah dan antara suplai dan Aktivitas
letih kebutuhan oksigen
2.     pasien mengeluh tidak
nyaman saat beraktivitas
Data Objektif :
-         pasien terlihat pucat
-         TTV :
TD : 80/60 mmHg
N : 120 x/menit
RR : 22x/menit
S : 37 0C

3.4 Diagnosa Keperawatan


a. Keletihan b.d anemia
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
c. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3.5 intervensi Keperawatan

Diagnosa Noc Nic Rasional


Keperawatan
Keletihan b.d Setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan 1) Mengientifika
Anemia keperawatan diharapkan keletihan efek dari -si efek dari
pasien dapat teratasi dengan kriteria keletihan kelelahan
pada 2) Mengetahui
hasil :
kualitas keseimbanga
1) Pasien akan beradaptasi hidup n istirahat
terhadap keletihan yang 2) Pantau dengan
dibuktikan dengan konsentrasi, pola tidur aktivitas
penghematan energi, ketahanan, pasien dan pasien
dan status nutrisi:energi jumlah 3) Menghindari
2) Pasien akan menunjukkan jam kekurangan
penghematan energi, dibuktikan tidurnya nutrisi
dengan indikator berikut: 3) Pantau 4) Mengetahui
 Tingkat daya tahan asupan hubungan
adekuat untuk nutrisi antara
beraktivitas untuk keletihan
 Mempertahankan nutrisi menjamin dengan
yang adekuat keadekua- penyakit
tan pasien
 Keseimbangan anatara
sumber 5) Agar dapat
aktivitas dan istirahat energi menyeimbang
3) Pasien akan mempertahankan 4) Jelaskan kan antara
kebiasaan interaksi sosial hubungan waktu untuk
4) Pasien akan mengidentifikasi antara beraktivitas
faktor psikologis dan fisiologis keletihan dengan
yang dapat menyebabkan dan proses beristirahat
keletihan /kondisi
5) Pasien akan mempertahankan penyakit
kemampuan untuk berkosentrasi 5) Ajarkan
pengatura
n aktivitas
dan teknik
mengatur
waktu
untuk
mencegah
keletihan
Perubahan nutrisi: Setelah dilakukan asuhan 1) bantu atau 1) agar asupan
kurang dari keperawatan dalam jangka waktu menyedia- makanan dan
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan pemenuhan kan asupan cairan pasien
b.d faktor nutrisi pasien kembali normal makanan terpenuhi
biologis dengan kriteria hasil : dan cairan 2) agar proses
1. keinginan untuk makan diet metabolik
ketika dalam keadaan sakit seimbang pasien
atau sedang menjalani 2) beri terpenuhi
pengobatan makanan 3) agar nutrisi
2. tindakan personal untuk dan cairan dapat
mengikuti anjuran asupan untuk terpenuhi
makanan dan cairan oleh mendukun
profesional kesehatan untuk g proses
kondisi kesehatan khusus metabolik
3. tingkat makanan (melalui pasien
konsumsi atau pemberian 3) bantu
makan melalui selang) individu
berpundah dari konsumsi untuk
hingga ekskresi makan
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1) evaluasi 4) mengetahui
aktivitas b.d keperawatan selama 3x 24 jam motivasi aktivitas yang
Ketidakseimbang diharapkan pasien dapat melakukan dan diinginkan
a antara suplai aktivitas seperti semula dengan keinginan pasien
dan kebutuhan kriteria hasil: pasien 5) pasien belajar
oksigen 4. mentoleransi aktivitas yang biasa untuk untuk
dilakukan dan ditunjukkan meningkat melakukan
dengan daya tahan tubuh, kan aktivitas
penghematan energi dan aktivitas seperti
perawatan diri 2) bantu semula
5. pasien akan mengidentifikasi pasien 6) pasien dapat
aktivitas atau situasi yang untuk membagi
menimbulkan kecemasan yang mengubah waktu untuk
berkontribusi pada intoleransi posisi beraktivitas
aktivitas secara
6. pasien akan berpartisipasi dalam berkala,
aktivitas fisik yang dibutuhkan bersandar,
dengan peningkatan yang duduk,
memadai pada denyut jantung, berdiri,
frekuensi respirasi, dan tekanan dan
darah dan pola yang dipantau ambulasi
dalam batas normal yang dapat
ditoleransi
3) ajarkan
tentang
pengatu-
ran
aktivitas
dan teknik
manaje-
men waktu
untuk
mencegah
kelelahan
3.6 Implementasi Keperawatan
3.7 Evaluasi Keperawatan

Hari,tanggal Hasil akhir Paraf


Senin, 21 mei 2018 S : klien mengatakan pusing
O : pasien tampak lemah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Selasa, 22 mei 2018 S : Klien mengatakan pusingnya sudah mulai
berkurang
O : pasien tampak masih lemah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Rabu, 23 mei 2018 S : Klien mengatakan tidak pusing lagi
O : pasien tampak tidak lemah
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematokrit dibawa normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apablia terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai
proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner Dan Suddarth)

Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 Gangguan produksi eritrosit


 Kehilangan darah
 Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
 Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada

Diagnosa yang dapat ditegakkan pada masalah anemia adalah :

 Keletihan b.d anemia


 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
 Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai