1 Pengertian Anemia
Anemia merupakan suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin
kurang dari normal. Secara umum, dapat diketahui bahwa terjadinya anemia
disebabkan turunya hemoglobin dibawah nilai terendah. Diketahui bahwa darah
orang normal mengandung 13-16 g hemoglobin (Hb)/100 cc (13-16 g%). Karena
semua Hb terdapat pada didalam eritrosit, maka apabila konsentrasi Hb turun
dibawah nilai normal, secara otomatis akan menimbulkan anemia. Anemia
merupakan hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya menyediakan
oksigen. Tanda dan gejala anemia yaitu kelemahan, pucat, mudah lelah,
keletihan, palpitasi / denyut jantung meningkat (Wahyu, 2021).
Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam
darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. Anemia
merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan
fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada setiap orang dipengaruhi
oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan.
Anemia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok individu
berdasarkan usia dan jenis kelamin (Kemenkes, 2019).
1.2 Anatomi dan Fisiologi
1.2.1 Anatomi
a) Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat
dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia, dan sangat berguna
untuk menentukan diagnosis lebih lanjut.
b) Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit, laju
endap darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang
dapat memberikan presisi hasil lebih baik.
c) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan
sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan
diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung tulang
diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic serta
kelainan hematologic.
d) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:
1) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity),
reseptor transferrin, protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan
pengecatan besi pada sumsum tulang
2) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin
B12 serum dan test schilling
3) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin
serum
4) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang Jika diperlukan pemeriksaan
non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau
faal tiroid (Bakta , 2017)
1.9 Diagnosa Banding
1. Talasemia
3. Anemia sideroblastik
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja
mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat
mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan
pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu anemia juga dapat memicu
terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan premature, atau bayi
terlahir dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat perdarahan saat
melahirkan. Penderita anemia juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi
gangguan tumbuh kembang apabila terjadi pada anak-anak atau bayi. Anemia
merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada
seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara
penyebabnya belum diketahui.
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah
(Kemenkes RI, 2019). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016
tatalaksana anemia ada 3 yakni :
1.12.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Keletihan b.d kondisi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen energy I.05178
fisiologis (anemia) d.d selama 2 x 8 jam diharapkan tingkat Observasi :
tampak lesu keletihan membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
Tingkat keletihan L.05046 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Verbalisasi Lelah menurun 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Lesu menurun Terapeutik :
3. Sakit kepala menurun 4. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (suara,
4. Gangguan konsentrasi menurun cahaya, kunjungan)
5. Gelisah menurun 5. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
6. Frekuensi napas menurun Edukasi :
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
8. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala keletihan
tidak berkurang
Kolaborasi :
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen nutrisi I.03119
ketidakmampuan selama 2 x 8 jam diharapkan status nutrisi Observasi :
mengasorbsi nutrient d.d membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
serum albumin turun Status nutrisi L.03030 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
1. Verbalisasi keinginan untuk 3. Monitor asupan makanan
meningkatkan nutrisi meningkat Terapeutik :
2. Serum albumin meningkat 4. Berikan makanan tinggi serat
3. Pengetahuan tentang standar asupan 5. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
nutrisi yang tepat meningkat 6. Berikan suplemen makanan
Edukasi :
7. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
Deficit perawatan diri b.d Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Dukungan perawatan diri I.11348
kelemahan d.d minat selama 2 x 8 jam diharapkan perawatan Observasi :
melakukan perawatan diri diri meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
kurang Perawatan diri L.11103 2. Monitor tingkat kemandirian
1. Kemampuan mandi meningkat Terapeutik :
2. Kemampuan mengenakan pakaian 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik (suasana hangat, rileks, privasi)
meningkat 4. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan
3. Kemampuan ke toilet meningkat diri
4. Verbalisasi keinginan melakukan Edukasi :
perawatan diri meningkat 5. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
5. Mempertahankan kebersihan diri kemampuan
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Ajeng dan Agustyas Tjiptaningrum. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia
Defisiensi Besi. Jurnal Majority. 5(5) : 166-169
Bakta, I.M. (2017). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Damayanti, Ni Wayan Uki (2018). Kadar Hemoglobin (HB) Berdasarkan Tingkat
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Fikawati, Sandra, dkk. (2017). Gizi anak dan remaja. Ed. 1. Cet. 1. Depok : Rajawali
Pers.
Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, RI. (2018). Buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI. (2019). Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta.
Rini Nova Nur Aristia (2018). Laporan Pendahuluan Anemia.Wonogiri:Akademi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan PengurusPPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.
Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi I. Jakarta. EGC.
Wahyu Nugroho, (2021) Asuhan keperawatan pada pasien anemia dengan pemenuhan
kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran. Diploma thesis, Universitas Kusuma
Husada Surakarta.
WHO (2014).The Global Prevalence Of Anemia in 2011. Geneva