Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGAN PASIEN ANEMIA DI

RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

Oleh :
Widya Nurul Agni
1490123006

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2022/2023
1. PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu keadaan yang dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam
tubuh dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tententu (Irianto, 2014). Anemia
merupakan masalah medis dan maslasah kesehatan utama masyarakat yang sering
dijumpai didunia, terutama negara berkembang, seperti Indonesia. Menurut
departemen kesehatan tahun 2014, prevelensi anemia pada remaja dan usia produktif
sekitar 17-18%.
Anemia merupakan penurunana kadar haemoglobin, hitung eritrosit dan
hematrokrit sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar haemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi seluruh tubuh. Biasanya
anemia ditandai dengan penurunan kadar (Hb) kurang dari 13,5 g/dl pada pria dewasa
dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa. Penyebab terjadinya anemia yaitu :
asupan yang tidak adekaut, hilangnya sel darah yang disebabkan oleh trauma, infeksi,
perdarahan kronis, menstruasi dan penurunan atau kelainan pembentukan sel seperti :
hemoglobinopati, talasemia, sferositosis herediter , dan defisiensi glukosa 6 fosfat
dihidrogenase.
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa factor, ada fktor langsung ad ajuga
tidal langsung. Factor langsungnya yaitu ketcukupan konsumsi tablet tambah darah,
jarak kehamilan, paritas, status gizi, serta penyakit infeksi. Penyebab terjadinya
anemia yang utama adalah kurangnya asupan zat besi dalam makanan atau tablet
tambah darah. Kejaidan anemia diakibatkan oleh kekurangan asupan zat besi
(Rahmawati, 2012).

Peran perawat pada kasus anemia adalah meberikan informasi ataupun


Pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai factor penyebab, penanggulangan dan
pencegahan dari anemia, lingkungan tempat rawat juga harus dipelihara senyaman
mungkin untuk mengurangi resiko jatuh pada pasien anemia disamping itu jugasangat
diperlukan juga perhatian perawat pada cara penanganan pasien anemia. Motivasi
perawat dalam asuhan keperawatan yang professional menjadi tolak keberhasilan
dalam penyembuhan pasien (Yustisia et al., 2020).
1. PENGERTIAN
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi haemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah. ( WHO, 2015), National Institut Of Healf (NIH) Amerika
2011menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah
merah yang cukup. (Fikawati, Syariq & Veretamala, 2017)

Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar haemoglobin darah yang
lebih rendah dari pada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk
sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar haemoglobin pad
atingkat normal. Anemia zat besi adalah anemia yang munculkarena kekurangan zat
besi sehingga pembentukan sel – sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh
terganggu (Adriani & Wijatmadi, 2012)

2. ANATOMI FISIOLOGIS

Darah menurpakan gabungan dari cairan, sel – sel dan partikel yang
menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan
oksigen dan zat – zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah
lainnya. Lebih dari separuh bagian darah merupakan cairan (plasma) yang sebagian
besar mengandung garam – garam terlarut dan protein pembekuan. Plasma juga
mengandung hormone – hormone, elektrolit, lemak, gula, mineral, dan vitamin.

Selain menyalurkan sel – sel darah, plasma juga :


 Merupakan cadangan darah untuk tubuh
 Mencegah mengkerutnya dan tersumbatnya pembuluh darah
 Membantu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi ke seluruh tubuh .
Bahkan yang lebih penting, antibody dalam plasma melindungi tubuh
melawan bahan – bahan asing (misalnya birus, bakteri, jamur dan sel – sel
kanker), ketika protein pembekuan mengendalikan perdarahan. Selain
menyalurkan hormaon dan mengatur efeknya, plasma juga mendinginkan dan
menghangatkan tubuh sesuai dengan kebutuhan.

1. Komponen Sel
a. Sel darah merah (eritrosit)
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya. Dalam
keadaan normal mencapai hamper separuh dari volume darah. Sel darah merah
mengandung haemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa
oksigen dari paru – paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dipakai untuk mebentuk energi bagi sel – sel, dengan bahan limbah
berupa karbon dioksida yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan
dan kembali ke paru – paru.
2. Sel darah putih (leukosit)
Jumlahnya lebih sedikit, degan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk
setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang
bekerja dama untuk membangun mekanisme utama tubuh dari melawan infeksi,
termasuk menghasilkan antibody,
a. Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung
granul – granul, jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu
melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda
asing sisa – sia peradangan.
b. Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan
perlindungan terhadap infeksi virus dan bias menemukan dan merusak
beberapa sel kanker) dan limfosit B (membentuk sel – sel yang
menghasilkan antibody atau sel plasma)
c. Monofosit membunuh parasite, merusak sel – sel dan memberikan
perlawanan imunologis terhadap berbegai organisme penyebab infeksi
d. Eosinophil membunuh parasite, merusak sel – sel kanker dan perberan
dalam respon alergi
e. Basophil juga berperan dalam respon alergi
3. Platelet (trombosit)
Merupakan partikel yang menyerupai sel, dengan ukuran sel lebih kecil dari
pada sel darah merahatau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme
perlidungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul pada
daerah yang mengalami perdarahan dan penyakit pengaktivan.

3. ETIOLOGI
Faktor anemia yaitu :
a. Kehilangan darah yang berlebih
b. Kekurangan produksi sel darah merah
c. Kerusakan sel darah merah yang lebih cepat
d. Karena kekurangan zat besi, vit B12, asam folat, vitamin c
e. Darah menstruasi yang berlebihan
f. Penyakit tertentu (gastritis, radang usus buntu)
g. Penyakit radang kronis (lupus, ginjal)
4. PATOFISIOLOGI

Anemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan penurunan kadar


haemoglobin ( Hb) dan sel darah merah (eritrosit) dibawah normal. Pria dikatakan
anemina apabila kadar Hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41%.
Begitupun dengan wanita, apabila kadar haemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit
kurangdari 37 %.

Anemia menurut (Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalam sum – sum


atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum –
sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksisk, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal yang
menyebabkan dekstruksi sel darah merah.

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat di golongkan pada


tiga kelompok :

a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau


gagal
Tubuh mereproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel
darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atay kekurangan
mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari
eritrosit berjalan normal. Kondisi – kondisi yang mengakibatkan
anemina ini antara lain Sickle cell anemia, gangguan sum -sum tulanh
dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan folat, serta
gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormone
yang di perlakukan untuk proses eritropoesis.

b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak
mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan
hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik, penyebab
anemia hemolitik yang diketahui antara lain :

 Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia


 Adanya stressor seperti infeksi, oba, obatan, bias
hewan, atau beberapa jenis makanan
 Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
 Autoimun
 Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor,
luka bakar, paparan kimiawi, hipertensi berat, dan
gangguan trombosit
 Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat
menjebak sel darah merah dan menghancurkan sebelum
sempat bersirkulasi
c. Anemia akibat kehilangan darah

Animia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat


ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis.
Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal
(missal, i=ulkus, hemoroid, gastritis atau kanker saluran pencernaan ),
penggunaan obat – obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis
(missal OAINS), menstruasi dan proses kelahiran.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Uji Hematologi/Lab. Darah : untuk menentukan jenis dan penyebab anemia
- Kadar Hb/Hmt
- Indeks eritrosit, leukosit dan trombosit
- Kadar Fe, asam folat, vitamin B12
- Waktu pendarahan, waktu prothrombin dan waktu tromboplastin
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
 Penatalaksaan

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi dan cara pengobatan penyakit kurang darah yang sering diberikan
dirumah sakit untuk mengobati penyakit anemia antara lain sebagai berikut :
a. Pemberian suplemen yang mengandung Zat besi, vitamin B12 dan vitamin
vitamin lain yang dibutuhkan tubuh.
Vitamin yang dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah yaitu
vitamin A dan vitamin C. Vitamin A memiliki peran untuk membantu atau
mempermudah mobilisaso besi dari hati atau penggabungan dengan
eritrosit sehingga pembentukan haemoglobin lebih banyak ( Asterina,
2009).
Sedangkan vitamin C berperan dalam membantu mempercepat penyerapan
besi didalam tubuh serta berperan dalam memindahkan besi kedalam
darah, mobilisasi simpanan besi terutama hemosiderin dalam limpa
( soemardjo, 2009 dalam suwarni, 2013).
b. Pada penderita anemia berat bias dilakukan trasnfusi darah
c. Pemberian obat obatan kortikosteroid yang mempengaruhi system imun
tubuh
d. Pemberian eritropoietin, yaitu jenis hormone yang membantu proses
hematopoiesis pada sumsum tulang.

7. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien :
Nama, usia : yang sering terkena anemia yaitu orang dewasa.
Jenis kelamin : yang sering dominan terkena anemia adalah perempuan.
Agama, status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan, tanggak masuk, No RM,
Diagnosa medis.
Penanggung jawab meliputi :
Nama, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, hubungan dengan pasien :
b. Alasan masuk
Klien mengeluh pusing, lemah, gemetaran, pucat, akral dingin
c. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keletihan, kelemahan, pusing, gemetaran, kemampuan beraktivitas
menurun, nyeri pada luka.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan dahulu yang mendukung dengan melaukukan
serangkaian pertanyaan, meliputi :
a) Apakah sebelumnya klien pernah mengalami anemia
b) Apakah memimun obat tertentu dalam jangka waktu Panjang
c) Apakah pernah mengalami keganasan yang tersebar seperti kanker
payudara leukimia dan multiple myeloma.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat keluarga yang mendukung dengan melakukan serangkaian
pertanyaan, meliputi :
1) Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia
2) Apakah dalam keluarga ada yang mengalami penyakit kronis atau
menahun ( diabetes, darah tinggi, kanker, dll)
3) Apakah dalam keluarga mengonsumsi obat -obatan dalam jangka waktu
Panjang..
2. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis
GCS : 15 (E : 5 V:5 M :6)
TTV :
- TD : biasanya menurun
- N : biasanaya meningkat
- RR : biasanya cepat
- S : biasanya meningkat
Pemeriksaan fisik :
a) Kepala :
Bagaimana kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut
kering, mudah pupus, menitip, sakit kepala, pusing
b) Mata
Selera tidak iklerik, konjungtiva anemis, pupil isokor
c) Telinga
Kebersihan pada telinga, kesimetrisan telinga, pendengaran
d) Hidung
Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan pada
hidung atau tidak
e) Mulut
Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis
f) Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak, adanya
pembesaran kelenjar getah bening
g) Thorax
Paru – paru :
I : Pergerakan dinding dada, takipneu, othopnea, dispnea
( kesulitan bernapas ), nafas pendek, cepat Lelah ketika
beaktivitas yang merupakan manifestasi berkurangnya
pengiriman oksigen.
P : taktil premitur simetris
P : sonor
A : bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainya

Jantung

I : Jantung berdebar – debar, takhikardidan bising jantung

Mengambarkan suatu beban pada jantung dan curah


jantung mengalami peningkatan.

P : tidak terada adanya massa


P : pekak

A : Bunyi jantung murmur sistolik

h) Abdomen

I : Kesimetrisan, diare, hematemesis, muntah

P : Suara bising usus

P : Terdapat punyi tempani

A : terabanya pembesaran hepar/tidak, terdapat nyeri


tekan/tidak

i) Genitalia
Normal / abnormal
j) Integumen
Mukosa pucat, kering dan kulit keriput
k) Ekstremitas
Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada membrane mukosa
dan dasar kuku, kuku mudah patah.
l) Punggung
Kesimetrisan pungung warna kulit dan kebersihan pungung (poerwati,
2011).
3. Diagnosis keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi haemoglobin
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi
4) Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (PPNI, 2017)
4. Intervensi keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 (D.0019) (L.03030) (I.03119)
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Definisi :
kebutuhan tubuh b.d 3x24 jam status nutrisi Mengidentifikasi dan
ketidakmampuan membaik dengan kriteria mengelola asupan nutrisi
memasukan atau hasil (SIKI,2019:121) yang seimbang
mencerna nutrisioleh 1. Pengetahuan Tindakan :
karena factor biologis tentang pilihan - Identifikasi stastus
psikologis atau makanan yang nutrisi
ekonomi (SDKI, sehat meningkat - Identifikasi alerfi
2017:56) 2. Pengetahuan dan intoleransi
tentang standar makanan
asupan nutrisi - Identifikasi
yang tepat makanan yang
meningkat disukai
3. Nyeri abdomen - Identifikasi jenis
menurun kalori dan jenis
4. Berat badan nutrient
membaik - Identifikasi
5. Indeks masa perlunya
tubuh membaik pengguaan selang
6. Nafsu makan nasogastric
mebaik - Monitor asupan
7. Bising usus makanan
membaik - Monitor berat
8. Membrane badan
mukosa membaik - Monitor hasil
pemeriksaan lab.
Terapeutik :
- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan jika perlu,
- Sajikan makanan
secara menarik
dan sushu yang
sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan,jika
perlu
- Hentikan
pemberian
makanan melalui
selang nasogastric
jika asupan oral
dapat di toleransi.
Edukasi :
- Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
sudah di
programkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kabori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu. (SDKI.
2018:200)

(I.030136)
Promosi berat badan
Defini :
Memfasilitasi
peningkatan berat badan
Tindakan :
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
berkurang
- Monitor adanya
mual dan muntah
- Monitor jumlah
kalori yang
dikonsumsi berat
badan
- Monitor berat
badan
- Monitor albumin,
limfosit dan
elektrolit serum
Terapeutik :
- Berikan perawatan
mulut sebelum
pemebrian makan,
jika perlu
- Sediakan makanan
yang tepat sesuai
dengan kondisi
pasien (mis.
Makanna dengan
tekstur halus,
makanan yang di
blender, makanan
yang cair yang
diberikan melalui
NGT atau
gastrostomy, total
parental nutrition
sesuai indikasi)
- Hidangkan
makanan secara
menarik
- Berikan suplemen,
jika perlu
- Berikan pujian
dengan
pasien/keluarga
untuk peningkatan
yang dicapai
Edukasi :
- Jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi,
namun terjankau
- Jalaskan
peningkatan
asupan kalori yang
di butuhkan.
(SDKI, 2018: 358)

5. Implentasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rencanan
keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi: keterampilan interpersonal, tekhnikal dan intelektual dilakukan
dengan cermat dan efesien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumen intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi inimerupakan aplikai secara konkrit dari
rencana intervensi yang telat dibuat untuk mengatasi maslasah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budiana Keliat, 2005)
6. Evalusi keperawatan
Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah
terakhir dari poses keperawatan dan berasal dari hasil yang di tetapkan dalam
rencana keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/481255975/Askep-LP-Anemia-Ruang-Aster

http://repository.unissula.ac.id/23743/2/40901800081_fullpdf.pdf

SDKI ( 2017), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

SLKI (2017), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


SIKI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai